You are on page 1of 15

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEBUTUHAN KEAMANAN PASIEN

BAHAYA LINGKUNGAN (KONTAMINASI DAN KERACUNAN)

Disusun Oleh :

1. Chanty Aji Tri Santi (1620015)


2. Khafid Nur Achmad (1620045)
3. Mutamimah (1620059)
4. Navira Al-Maskati (1620061)
5. Ramadhan Yanuar Erlangga (1620069)
6. Virda Nuzulah (1620079)
7. Witri Hartanti (1620083)

PROGRAM STUDI D-3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH

SURABAYA

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah Promosi Kesehatan yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KEBUTUHAN KEAMANAN PASIEN BAHAYA
LINGKUNGAN (KONTAMINASI DAN KERACUNAN)” dapat tersusun
hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
1.3. Tujuan.......................................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian .................................................................................................... 3
2.2. Karakteristik Keamanan dan Keselamatan ................................................. 3
2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhu Kebutuhan Keamanan dan
Keselamatan ................................................................................................ 3
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1. Kebutuhan Keamanan Pasien Bahaya Lingkungan (Kontaminasi dan
Keracunan) .................................................................................................. 6
3.2. Insiden Keracunan Nasional tahun 2017 Berdasarkan Kelompok
Penyebab
3.2.1. Grafik ................................................................................................. 6
3.2.2. Mengidentifikasi Kesalahan .............................................................. 7
3.3. Penerapan Patient Safety untuk Menghindari Kontaminasi dan Keracunan
3.3.1. Ketepatan Identifikasi Pasien............................................................. 7
3.3.2. Peningkatan Komunikasi yang Efektif .............................................. 8
3.3.3. Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai
(High Alert) ........................................................................................ 8
3.3.4. Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi ....... 9
3.3.5. Pengurangan Resiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan ...............
3.3.6. Pengurangan Resiko Pasien Cedera Akibat Jatuh ........................... 10
BAB 4 PENUTUP
4.1. Kesimpulan................................................................................................ 11
4.2. Saran .......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi
pengenalan risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko
(Depkes 2008).
Dalam melakukan suatu tindakan keperawatan, perawat mungkin pernah
mengalami suatu kejadian yang tidak diinginkan, seperti pemberian obat.
Dengan demikian, seorang pasien yang menjadi korban mungkin mengalami
beberapa permasalahan, yang paling berbahaya adalah hilangnya nyawa, dan
mungkin terjadi kontaminasi atau keracunan. Apabila seorang pasien
mengalami kontaminasi atau keracunan seorang perawat seharusnya langsung
mengambil tindakan yang cepat agar pasien tidak mengalami keadaan yang
lebih parah. Apabila pasien sudah tertangani, perawat seharusnya membuat
sebuah laporan insiden dengan sepengatahuan kepala ruangan.
Untuk menghindari kejadian tersebut, maka seorang perawat dan pihak
rumah sakit harus mengaplikasikan Sasaran Kesaalamatan Pasien, agar tidak
terjadinya suatu kejadian tidak diinginkan. Pada makalah ini kami
memberikan suatu penjelasan mengenai Patient Safety Bahaya Lingkungan
(Kontaminasi dan Keracunan), sehingga dapat dijadikan sebagai referensi
untuk pembaca terutama perawat.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan penjelasan yang terdapat pada latar belakang dapat diketahui
beberapa permasalahan, yaitu sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud Kebutuhan Pasien Bahaya Lingkungan ?
2. Bagaimana Grafik Keracunan Nasional pada Tahun 2017 ?
3. Bagaimana Mengidentifikasi Kesalahan pada Kasus Kontaminasi atau
Keraacunan
4. Bagaimana Penerapan Patient Safety untuk Menghindari Kontaminasi dan
Keracunan ?

1
1.3. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Kebutuhan Pasien Bahaya Lingkungan
2. Untuk mengetahui Grafik Keracunan Nasional pada Tahun 2017
3. Untuk mengetahui cara penerapan Patienet Safety untuk Menghindari
Kontaminasi dan Keracunan

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian
Secara umum kemanan (safety) adalah status seseorang dalam keadaan
aman, kondisi yang terlindungi secara fisik, sosial, spiritual, finansial, politik,
emosi, pekerjaan, psikologi, atau berbagai akibat dari sebuah kegagalan,
kerusakan, kecelakaan, atau berbagai keadaan yang tidak diinginkan.
Keamanan tidak hanya mencegah rasa sakit dan cidera, teteapi juga membuat
individu merasa aman dalam aktivitasnya. Kemanan juga dapat mengurangi
stress dan meningkatkan kesehatan umum.
Sedangkan, keselamatan merupakan suatu keadaan seseorang atau lebih
yang terhindar dari ancaman bahaya dan kecelakaan, atau kejadian ang tidak
dapat diduga dan tidak diharapkan yang dapat menibulkan kerugian.

2.2. Karakteristik Keamanan dan Keselamatan


1. Pervasiveness (Insidensi)
Keamanan bersifat Pervasiveness artinya adalah mempengaruhu
semua hal. Maksudnya, klien membutuhkan kemanan pada seluruh
aktivitasnya seperti makan, bernafas, tidur, kerja, dan bermain.
2. Perception (Persepsi)
Persepsi seseorang mengenai keamanan dan bahaya mempengaruhi
aplikasi keamanan dalam aktivitas sehari-hari. Tindakan penjagaan
keamanan dapat efektif jika individu mengerti dan menerima bahaya
secara akurat.
3. Managemen (Manajemen)
Ketika individu mengenali bahaya pada lingkungan, klien akan
melakukan tindakan pencegahan agar bahaya tidak terjadi dan hal tersebut
menjadi praktek keamanan.

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Keamanan dan


Keselamatan
1. Usia
Individu belajar untuk melindungi dirinya dari berbagai bahaya
melalui pengetahuan dan pengkajian akurat tentang lingkungan. Perawat
perlu untuk mempelajari bahaya-bahaya yang mungkin mengancam
individu sesuai usia dan tahap tumbuh kembangnya sekaligus tindakan
pencegahannya.

3
2. Gaya Hidup
Faktor gaya hidup yang menempatkan klien dalam resiko bahaya
diantaranya lingkungan kerja yang tidak aman, tinggal didaerah dengan
tingkat kejahatan tinggi, ketidakcukupan dana untuk membeli
perlengkapan keamanan,adanya akses dengan obat-obatan atau zat aditif
berbahaya.
3. Status mobilisasi
Klien dengan kerusakan mobilitas akibat paralisis, kelemahan otot,
gangguan keseimbangan/koordinasi memiliki resiko untuk terjadinya
cedera.
4. Gangguan sensori persepsi
Sensori persepsi yang akurat terhadap stimulus lingkungan sangat
penting bagi keamanan seseorang. Klien dengan gangguan persepsi rasa,
dengar, raba, cium, dan lihat, memiliki resiko tinggi untuk cedera.
5. Tingkat kesadaran
Kesadaran adalah kemampuan untuk menerima stimulus
lingkungan, reaksi tubuh, dan berespon tepat melalui proses berfikir dan
tindakan. Klien yang mengalami gangguan kesadaran diantaranya klien
yang kurang tidur, klien tidak sadar atau setengah sadar, klien disorientasi,
klien yang menerima obat-obatan tertentu seperti narkotik, sedatif, dan
hipnotik.
6. Status Emosional
Status emosi yang ekstrim dapat mengganggu kemampuan klien
menerima bahaya lingkungan. Contohnya situasi penuh stres dapat
menurunkan konsentrasi dan menurunkan kepekaan pada simulus
eksternal. Klien dengan depresi cenderung lambat berfikir dan bereaksi
terhadap stimulus lingkungan.
7. Kemampuan Komunikasi
Klien dengan penurunan kemampuan untuk menerima dan
mengemukakan informasi juga beresiko untuk cedera. Klien afasia, klien
dengan keterbatasan bahasa, dan klien yang buta huruf, atau tidak bisa
mengartikan simbol-simbol tanda bahaya.
8. Pengetahuan Pencegahan Kecelakaan
Informasi adalah hal yang sangat penting dalam penjagaan
keamanan. Klien yang berada dalam lingkungan asing sangat
membutuhkan informasi keamanan yang khusus. Setiap individu perlu
mengetahui cara-cara yang dapat mencegah terjadinya cedera.
9. Faktor Lingkungan
Lingkungan dengan perlindungan yang minimal dapat beresiko
menjadi penyebab cedera baik di rumah, tempat kerja, dan jalanan.
10. Informasi / Komunikasi

4
Gangguan komunikasi seperti afasia atau tidak dapat membaca
dapat menimbulkan kecelakaan.
11. Penggunaan Antibiotic yang Tidak Rasional
Antibiotic dapat menimbulkan resisten dan syok anafilaktik.
12. Keadaan Imunitas
Gangguan imunitas akan mengakibatkan menurunnya daya tahan
tubuh sehingga mudah terserang penyakit.
13. Ketidakmampuan Tubuh Dalam Memproduksi Sel Darah Putih
Sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap suatu
penyakit.
14. Status Nutrisi
Keadaan nutrisi yang kurang dapat menimbulkan kelemahan dan
mudah terserang penyakit, demikian sebaliknya kelebihan nutrisi berresiko
terhadap penyakit tertentu.
15. Tingkat Pengetahuan
Kesadaran akan terjadinya gangguan keselamatan dan keamanan
dapat diprediksi sebelumnya.

5
BAB 3

PEMBAHASAN

3.1. Kebutuhan Keamanan Pasien Bahaya Lingkungan (Kontaminasi atau


Keracunan)
Racun adalah setiap bahan atau zat yang dalam jumlah relatif kecil masuk
kedalam tubuh dapat menyebabkan reaksi biokimia yang mampu
menimbulkan kematian atau penyakit. Sedangkan, definisi keracuanan
adalah masuknya toksin yang dapat membahayakan tubuh.
Pada rumah sakit terjadinya kasus keracunan mungkin sangat
berkemungkinan terjadi karena beberapa penyebab, misalnya kecerobohan
dalam pemberian obat, atau makanan yang tidak sengaja terdapat racun.
Sehingga, hal tersebut sangatlah berbahaya.
Dengan demikian, seorang pasien tentunya membutuhkan keamanan
terhadap bahaya lingkungan. Keamanan tersebut dapat berupa, sikap berhati-
hati seorang tenaga medis, tindakan keperaawatan yang benar, serta sikap
pasien atau keluarga yang lebih kritis saat akan dilakukan tindakan
keperawatan.

3.2. Insiden Keracunan Nasional tahun 2017 Berdasarkan Kelompok


Penyebab
3.2.1. Grafik

6
Dalam grafik diatas penyebab seseorang keracunan terbesar adalah
diakibatkan karena binatang. Dan pada kasus keracunan obat terjadi 759
kasus.
3.2.2. Mengidentifikasi Kesalahan
Menurut The London Protocol, ada langkah struktur dan
pendekatan sistematis yang digunakan untuk mengidentifikasi kesalahan
klinis atau insiden yang terjadi:
1. Identifikasi insiden dan mengambil keputusan untuk investigasi
2. Memilih anggota tim investigasi
3. Memperoleh data (dokumentasi bukti, wawancara, prosedur) dan poin
fisik yang relevan
4. Mengelompokkan kronologi kejadian
5. Mengidentifikasi masalah dalam asuhan keperawatan (tindakan yang
tidak aman)
6. Mengidentifikasi faktor yang berhubungan (pelatihan yang tidak
adekuat, tidak ada supervisi)
7. Plan of Action

3.3. Penerapan Patient Safety untuk Menghindari Kontaminasi dan


Keracunan
3.3.1. Ketepatan Identifikasi Pasien
Elemen Penilaian pada Ketepatan Pasien, antara lain :
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk
darah.
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain
untuk pemeriksaan klinis.
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan /
prosedur.
5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang
konsisten pada semua situasi dan lokasi
Sehingga untuk meminamilisir terjadinya keracunan atau kontaminasi
pada pasien, seorang tenaga medis harus benar-bnear mengidentifikasi
pasien tersebut. Karena, apabila terjadi kesalahan identifikasi pasien akan
terjadi suatu KTD yang dapat merugikan pasien maupun pihak tenaga
medis dan rumah sakit. Dalam mengidentifikasi pasien perawat atau

7
tenaga medis lainnya dapat melihat dari gelang pasien, nomor rekam
medis, dan tanggal lahir.
3.3.2. Peningkatan Komunikasi yang Efektif
Elemen Penilaian pada Peningkatan Komunikasi yang Efektif :
1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah
2. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan
kembali secara lengkap oleh penerima perintah.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah
atau yang menyampaikan hasil pemeriksaan
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi
keakuratan komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten.
Pada kasus keracunan atau kontaminasi yang terjadi di rumah sakit
terjadi karena berbagai penyebab. Salah satunya adalah terjadinya suatu
miskomunikasi, sehingga hal tersebut membuat suatu kejadian yang tidak
diharapkan. Dengan demikan, seharunya seorang perawat atau tenaga
medis lainnya menggunakan komunikasi yang efektif untuk enghindari
adanya miskomunikasi. Dalam berkomunikasi yang efektif seorang tenaga
medis bisa menggunakan metode komunikasi SBAR, yaitu :

3.3.3. Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai (High Alert)


Elemen penilaian pada Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu
Diwaspadai, antara lain :
1. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar memuat proses
identifikasi, menetapkan lokasi, pemberian label, dan penyimpanan
elektrolit konsentrat.
2. Implementasi kebijakan dan prosedur
3. Elektrolit konsentrat tidak boleh disimpan di unit pelayanan pasien
kecuali jika dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk
mencegah pemberian yang kurang hati-hati di area tersebut sesuai
kebijakan.

8
4. Elektrolit konsentrat yang disimpan di pada unit pelayanan pasien
harus diberi label yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi
ketat (restricted).
Pada sasaran patient safety ketiga, apabila seorang perawat
mengabakan hal ini maka besar kemungkinan akan terjadi kasus keracunan
atau kontaminasi. Karena, pada hal ini sangan erat berhubungan mengenai
obat. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kejadian keracunan
adalah nama obat yang sama atau pengucapan obat yang sama.
Sehingga seorang tenaga medis yang akan memberikan obat kepada
pasien, harus benar-benar memperhatikan nama obat, kemudian apabila
seorang perawat mendapat sebuah perintah memberikan obat melalui
telepon, maka seorang perawat tersebut meminta kepada penelepon untuk
mengeja dan perawat akan mengulanginya.
3.3.4. Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi
Elemen penilaian pada Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat
pasien operasi, antara lain :
1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dapat
dimengerti untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien di
dalam proses penandaan.
2. Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk
memverifikasi saat preoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat
pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia,
tepat, dan fungsional.
3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur time-out
, tepat sebelum dimulainya suatu prosedur / tindakan pembedahan.
4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung
keseragaman proses untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur,
dan tepat pasien, termasuk prosedur medis dan tindakan pengobatan
gigi / dental yang dilaksanakan di luar kamar operasi.
Pada sasaran ke 4 ini kemungkinan bisa menyebabkan sebuah
keracunan atau kontaminasi. Karena, bisa saja dalam operasi, salah satu
anggota tenaga medis yang sedang menangani memberikan obat anastesi
yang salah. Maka hal tersebut akan menimbulkan suatu KTD. Dengan
demikian, tenaga medis yang sedng menangani operasi harusnya tetap
menjaga komunikasi antar anggota, dan lebih berhati-hati dalam
melakukan tindakan operasi.
3.3.5. Pengurangan Resiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan
Elemen penilaian pada pengurangan resiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan, antara lain :
1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene
terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum al dari WHO
Patient Safety

9
2. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif.
3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan secara berkelanjutan risiko infeksi yang terkait pelayanan
kesehatan.
Pada sasaran ke 5 ini seorang pasien sangat besar kemungkinan
terkena kontaminasi.hal ini dikarenakan apabila seorang perawat yang
menghiraukan mengenai hand hygiene. Maka seharusnya seorang perawat
menjaga kebersihan dirinya agar pasien tidak terkena suatu kontaminasi
yang buruk
3.3.6. Pengurangan Resiko Pasien Cedera Akibat Jatuh
Elemen penilaian pada pengurangan resiko pasien cedera akibat jatuh,
antara lain :
1. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal risiko pasien jatuh dan
melakukan asesmen ulang bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi
atau pengobatan dll.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi
mereka yang pada hasil asesmen dianggap berisiko jatuh
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan
cedera akibat jatuh dan dampak dari kejadian tidak diharapkan
4. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di rumah
sakit.
Pada sasaran ke enam ini tidak berkemungkinan terjadi keracunan atau
kontaminasi. Karena, pada sasaran ini menjelaskan mengenai bagaimana
cara agar tidak terjadi pasien cedera akibat jatuh.

10
BAB 4

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Racun adalah setiap bahan atau zat yang dalam jumlah relatif kecil masuk
kedalam tubuh dapat menyebabkan reaksi biokimia yang mampu
menimbulkan kematian atau penyakit. Sedangkan, definisi keracuanan adalah
masuknya toksin yang dapat membahayakan tubuh.
Pada rumah sakit terjadinya kasus keracunan mungkin sangat
berkemungkinan terjadi karena beberapa penyebab, misalnya kecerobohan
dalam pemberian obat, atau makanan yang tidak sengaja terdapat racun.
Sehingga, hal tersebut sangatlah berbahaya.
Dalam grafik sistem pelaporan informasi masyarakat penyebab seseorang
keracunan terbesar adalah diakibatkan karena binatang. Dan pada kasus
keracunan obat terjadi 759 kasus.
Untuk meminimalisir terjadinya kasus keracunan atau kontaminasi maka
seorang tenaga medis menerapkan sasaran keselamatan Paien.

4.2. Saran
Pembaca bisa membaca referensi lain mengenai asuhan keperawatan pada
kebutuhan keamanan pasien bahaya lingkungan. (Kontaminasi dan
Keracunan).

11
DAFTAR PUSTAKA

Sistem Pelaporan Informasi Masyarakat.Badan Pengawas Obat dan


Makanan RI, http://spimker.pom.go.id/users/login (Diakses 27-11-
2017,9:54)

Sasaran Keselamatan Pasien Dr. Sutoto.pdf

Tim Perbidkes.2015. Keracunan - Pengertian, gejala, Macam, Jenis, Serta


Prinsip Penanganannya. http://www.perbidkes.com/2015/10/keracunan-
pengertian-gejala-macam-jenis.html. (Diakses 27-11-2017, 9:55)

12

You might also like