You are on page 1of 10

MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL

( M PK P)
Oleh : Ns. Arief Nugroho, S.Kep

A. Pengantar
Salah satu profesional value yang harus dipenuhi dalam
mengimplementasikan praktik keperawatan profesional adalah pendekatan
manajemen (management approach). Ini bermakna bahwa pengelolaan pelayanan
keperawatan adalah pengelolaan yang sistematis dengan menggunakan dasar ilmu
manajemen. Dalam hal ini manajemen keperawatan, lebih spesifik manajemen yang
telah kita gunakan adalah manajemen MPKP.
Sesuai dengan kaidah ilmu manejemen modern, kaidah yang dianut dalam
pengelolaan pelayanan keperawatan di Ruang MPKP adalah pendekatan yang
dimulai dengan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan diakhiri dengan
kegiatan pengendalian. Masing-masing tahap dicoba diterapkan sehingga
diharapkan dengan penerapan kaidah manajemen ini output dari ruang MPKP jiwa
ini hasilnya akan optimal.

B. Perkembangan Konsep MPKP


Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) telah menjadi cara yang jitu
dari sebagian Rumah Sakit untuk menciptakan dan mempertahankan pelayanan
keperawatan yang optimal. Perkembangan pelayanan keperawatan yang mengacu
pada pendekatan manajemen ruangan MPKPpun dilirik dalam pelayanan
keperawatan jiwa. Sebanyak 13 dari 33 rumah sakit jiwa di Indonesia telah
menggunakan manajemen pelayanan keperawatan dengan MPKP. Dan dari 13
rumah sakit jiwa yang telah menggunakan MPKP sebagai model pelayanan mulai
berlomba untuk menggunakannya model ini untuk diterapkan pada semua ruang
perawatannya. Sungguh merupakan kabar yang sangat menggembirakan bahwa kita
perawat kesehatan jiwa telah maju dan mau mengikuti perkembangan ilmu yang
dapat diaplikasikan dalam pelayanan yang optimal.
Pendekatan-pendekatan yang dilaksanakan dalam pengelolaan ruang
perawatan dengan kaidah MPKP, meliputi :
a. Perencanaan
Perencanaan di ruang MPKP adalah kegiatan perencanaan yang melibatkan
seluruh personil (perawat) ruang MPKP mulai dari Kepala Ruangan, Ketua
Tim, dan Anggota Tim (Perawat Asosiet). Oleh karenanya maka peencanaan
di Ruang MPKP terdiri dari :
1) Perencanaan Kepala Ruangan.
Sebagai manajer unit, Kepala Ruang MPKP memiliki 4 jenis
perencanaan meliputi :
a) Rencana Tahunan, disusun untuk setiap tahun anggaran, berbentuk
POA kegiatan setahun.
b) Rencana Bulanan, disusun dalam satu bulan kegiatan
c) Rencana Mingguan, disusun untuk satu minggu (7hari).

Konas III.arief nugroho.mpkp.rsjd dr.agh smg. 1


d) Rencana Harian, disusun sesaat menjelang dinas untuk
mengendalikan kegiatan harian Kepala Ruangan.
2) Perencanaan Ketua Tim (Perawat Primer)
Perawatan Ketua Tim (perawat Primer) ruang MPKP mempunyai tiga
jenis perencanaan meliputi :
a) Rencana Bulanan
b) Rencana Mingguan
c) Rencana Harian
3) Perencanaan Anggota Tim (Perawat asosiate)
Perawatan Asosiet setiap harinya harus memiliki Rencana Harian
mengacu pada Rencana Ketua Tim (Perawat Primer).
b. Pengorganisasian Ruang MPKP
1) Alasan Pemakaian Sistem Penugasan Modifikasi Keperawatan Tim-
Primer
Pengorganisasian Ruang MPKP menggunakan pendekatan Sistem
Penugasan Modifikasi Keperawatan Tim-Primer. Alasan penggunaan
metode ini adalah
a) Asuhan keperawatan yang diberikan akan lebih komprehensif karena
berada dalam satu kendali Tim.
b) Otonomi dari masing-masing perawat dapat diaktualisasikan,
walaupun tanggung gugat dan tanggung jawab dipikul bersama oleh
Tim.
c) Ketua Tim dapat berperan sebagai Perawat Primer yang akan
melakukan pendekatan terapeutik yang intens dengan klien sehingga
hubungan Perawat-Klien tidak hanya superfisial saja.
d) Anggota Tim dapat mengaktualisasikan kemampuannya dengan
bimbingan dari Ketua Tim.
2) Mekanisme Pelaksanaan
Mekanisme pelaksanaan Sistem Penugasan Keperawatan Tim-Primer.
a) Kepala Ruangan membagi perawat yang ada menjadi beberapa Tim,
yang diketuai masing-masing oleh seorang Ketua Tim
b) Masing-masing Tim mengatur jadwal dinasnya sehingga masing-
masing shift ada anggota Tim yang bertugas (pagi, sore, malam).
c) Kepala Ruangan membagi klien untuk masing-masing Tim, dan
menetapkan Perawat Primer untuk masing-masing klien.
d) Perawat Primer (Ketua Tim) melakukan interaksi dengan pasien,
melakukan pengkajian, membuat Nursing Care Plan, dan membagi
pelaksanaan tindakan keperawatan kepada perawat asosiet anggota
Timnya.
e) Perawat Assosiet melakukan tindakan keperawatan kepada klien
yang menjadi tanggung jawabnya.
f) Perawat Primer mengendalikan asuhan keperawatan yang diberikan
kepada klien baik yang diterapkan oleh dirinya maupun oleh Perawat
Asosiet Anggota Timnya.

Konas III.arief nugroho.mpkp.rsjd dr.agh smg. 2


g) Apabila suatu ketika satu Tim kekurangan Perawat Asosiet karena
kondisi tertentu, Kepala Ruangan dapat memindahkan Perawat
Asosiet dari Satu Tim ke Tim yang mengalami kekurangan Anggota.
h) Pada shif malam dimana perawat yang bertugas hanya berasal dari 2
Tim, maka pasien dari Tim yang anggotanya tidak sedang bertugas
dititipkan kepada Anggota Tim yang sedang bertugas.
i) Kolaborasi dengan Tim Kesehatan Jiwa lain dilakukan Perawat
Primer (Ketua Tim). Bila Perawat Primer karena sesuatu hal tidak
sedang bertugas maka tanggung jawabnya didelegasikan kepada
perawat paling ekpert yang ada di dalam Tim.
j) Masing-masing Tim memiliki Buku Laporan Tim yang merupakan
Buku komunikasi untuk masing-masing Tim.
k) Kepala Ruangan menunjuk penanggung jawab shif untuk masing-
masing shif bila karena sesuatu hal Kepala Ruangan sedang tidak
bertugas.

3) Organogram Ruang MPKP


TIM KESEHATAN TIM KESEHATAN TIM KESEHATAN
JIWA JIWA JIWA

KETUA TIM KETUA TIM KETUA TIM


PRIMER PRIMER PRIMER

PERAWAT PERAWAT PERAWAT


ASOSIET ASOSIET ASOSIET

PERAWAT PERAWAT PERAWAT


ASOSIET ASOSIET ASOSIET

4). Uraian Tugas Personil MPKP


a) Kepala Ruangan
(1) Membuat Perencanaan Ruangan : Tahunan, Bulanan,
Mingguan, Harian.
(2) Mengorganisasi Tim dan Anggotanya
(3) Memberi pengarahan pelaksanaan tugas pada staf keperawatan,
pekarya, dan staf administrasi.
(4) Memfasilitasi kolaborasi Perawatan Primer dengan Anggota
tim Keswa lainnya.
(5) Melakukan pengawasan pelaksanaan tugas seluruh personil
Ruang MPKP.

Konas III.arief nugroho.mpkp.rsjd dr.agh smg. 3


(6) Melakukan Audit pelaksanaan asuhan dan pelayanan
keperawatan di ruangan.
(7) Mewakili ruang MPKP dalam koordinasi dengan unit kerja
lainnya.
b) Ketua Tim/Perawat Primer
(1) Membuat rencana Bulanan, Mingguan, dan Harian Timnya.
(2) Mengatur jadwal Dinas Anggota Tim untuk kemudian
dikoordinasikan dengan Kepala Ruangan.
(3) Melaksanakan pengkajian dan perencanaan klien kepada
anggota Tim/Perawat asosietnya.
(4) Memberi pengarahan pelaksanaan asuhan keperawatan kepada
anggota Timnya/PA-nya.
(5) Berkolaborasi dengan Tim Keswa lain dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada klien.
(6) Melakukan audit asuhan keperawatan pada klien yang menjadi
tanggung jawab timnya dan melakukan upaya perbaikan bila
perlu.
c) Perawat Asosiet
(1) Membuat rencana harian tindakan keperawatan klien yang
menjadi tanggung jawabnya.
(2) Melakukan tindakan keperawatan kepada klien.
(3) Memberikan informasi, umpan balik kepada PP bila ada
perubahan pada kliennya.

c. Pengarahan
Pengarahan yang diterapkan pada Ruangan MPKP meliputi kegiatan :

1). Saling Memberi Motivasi


Karakteristik klien dengan ganguan jiwa berpotensi menimbulkan
kejenuhan karena :
a) Sebagian besar gangguan jiwa adalah kronis
b) Perubahan /perbaikan kondisi klien seringkali sangat lambat.
c) Banyak variabel yang mempengaruhi kondisi klien
d) Terjadinya kerusakan komunikasi pada sebagian besar klien

Untuk itu saling memberi motivasi merupakan unsur yang penting bagi
masing-masing klien. Kegiatan saling memberi motivasi di Ruang
MPKP meliputi :
a) Berdoa bersama setiap pergantian shif.
b) Memberikan reinforcement terhadap hal-hal positif yang telah
dilakukan.
c) Kepala Ruangan memanggil personil bila terlihat kurang termotifasi.
d) Secara periodik prestasi masing-masing perawat dihargai, memilih
perawat bulan ini (The Nurse This Month).
e) Memberikan jasa khusus terapi aktifitas kelompok (TAK) yang telah
dilaksanakan.

Konas III.arief nugroho.mpkp.rsjd dr.agh smg. 4


2). Manajemen Konflik
Sebagai sebuah organisasi yang terdiri dari berbagai latar belakang maka
konflik kemungkinan akan terjadi. Untuk itu masing-masing perawat
yang di ruang MPKP menpunyai komitmen bersama untuk
menyelesaikan setiap konflik yang terjadi secara konstruktif dan tidak
membiarkan konflik menjadi berkepanjangan
Pendekatan penyelesaian konflik yang ditempuh adalah dengan
pendekatan penyelesaian masalah (problem solving).
Bila pendekatan intern yang telah dilakukan untuk menyelesaikan
konflik yang terjadi menemui kegagalan maka kepala ruangan dapat
berkonsultasi kepada Keperawatan maupun secara struktural kepada
Bidang Perawatan.

3). Pendelegasian
Proses pendelegasian tugas di ruang MPKP merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari pengelolaan ruangan. Pendelegasian tugas di
ruang MPKP di golongkan menjadi dua jenis, yaitu pendelegasian
terencana dan pendelegasian insidentil.
Pendelegasian terencana adalah pendelegasian yang memang otomatis
terjadi sebagai konsekuensi sistem penugasan yang diterapkan di
ruangan MPKP. Bentuknya dapat berupa :
a) Pendelegasian Tugas Kepala Ruangan kepada Kepala Tim yang
kompeten untuk menggantikan sementara tugas Kepala Ruangan
karena alasan tertentu.
b) Pendelegasian tugas Kepala Ruangan kepada penanggung jawab
shif.
c) Pendelegasian Perawat Primer kepada Perawat Asosiet dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah direncanakan oleh
Perawat Primer.
a) Pendelegasian insidentil terjadi bila salah satu personil ruangan
MPKP berhalangan hadir maka pendelegasian tugas harus dilakukan.
Dalam hal ini yang mengatur pendelegasian adalah Kepala Seksi
Perawatan, Kepala Ruangan, atau Penanggung jawab shift
tergantung pada personil yang berhalangan.
Prinsip-prinsip pendelegasian tugas :
a) Pendelegasian tugas terencana harus dengan menggunakan format
pendelegasian tugas.
b) Personil yang diberi delegasi tugas adalah personil yang kompeten
dan serta dengan kemampuan yang digantikan.
c) Uraian tugas yang didelegasikan harus dikomunikasikan secara
verbal dengan jelas dan terinci, baik lisan maupun tertulis.
d) Pejabat yang mengatur pendelegasian tugas wajib memonitor
pelaksanaan tugas dan menjadi rujukan bila ada kesulitan yang
dihadapi.
e) Setelah selesai pendelegasian dilakukan serah terima tugas yang
sudah dilaksanakan dan hasilnya.

Konas III.arief nugroho.mpkp.rsjd dr.agh smg. 5


4). Komunikasi
Proses komunikasi yang diselenggarakan di Ruang MPKP adalah bentuk
komunikasi efektif dimana prinsip komunikasi adalah isi pesan yang
diterima penerima pesan sama dengan pesan yang dikirim oleh pengirim
pesan.
Komunikasi diselenggarakan baik lisan maupun tertulis. Komunikasi
lisan diselenggarakan melalui proses :
a) Operan melalui ronde keperawatan di setiap penganti shift.
b) Konferens setelah selesai operan.
c) Konsultasi kepada konsultan baik langsung maupun via telepon.
d) Komunikasi informasi antar staf.
Komunikasi tertulis diselenggarakan melalui media :
a) Papan tulis untuk pengumuman yang perlu diketahui oleh semua
staf.
b) Buku laporan Tim
c) Buku Laporan Ruangan
d) Pesan-pesan khusus tertulis
Agar komunikasi berjalan lancar maka secara periodik efektivitas
komunikasi dievaluasi. Untuk pesan-pesan yang menyangkut kondisi
klien berupa pesan dari dokter atau konsultan keperawatan penerimaan
pesan disertai saksi menuliskan pesan tersebut disertai identitas pengirim
pesan, waktu pesan disampaikan pada tempat yang telah ditentukan.
5). Kolaborasi
Kolaborasi dengan Tim keswa lainnya dilakukan dengan semangat
kemitraan. Kolaborasi itu dilakukan antara lain dengan melakukan
konsultasi terkait dengan program pengobatan dan terapi medis dengan
dokter, evaluasi psikologi dengan Psikolog, dan okupasi terapi dengan
pekerja sosial medis. Untuk itu peran perawat dalam hal ini adalah
sebagai koordinator pelayanan.
Kolaborasi perawat dengan Tim Keswa lain dilakukan oleh Ketua Tim
(perawat Primer) atau perawat yang ditunjuk menggantikan Perawat
Primer.
d. Pengawasan Dan Pengendalian
Dalam rangka mempertahankan kualitas asuhan dan pelayanan keperawatan
maka pengawasan dan pengendalian akan diterapkan secara disiplin di
Ruang MPKP. Dengan upaya ini diharapkan kualitas asuhan meningkat
sampai dengan bisa memenuhi tuntutan standar yang ada.
1) Pengawasan
Pengawasan dilakukan dengan metode langsung maupun tidak langsung
agar kegiatan pelayanan dilakukan sesuai dengan yang seharusnya.
a) Pengawasan Langsung
Pengawasan langsung dilakukan oleh Kepala Ruang dilakukan
langsung kepada Ketua Tim/Perawat Primer dan Perawat Asosiet
dengan langsung mengobservasi kegiatan asuhan keperawatan
yang dilakukan oleh Perawat Primer dan Perawat asosiet tersebut.

Konas III.arief nugroho.mpkp.rsjd dr.agh smg. 6


Pengawasan terhadap Kepala Ruangan juga dilakukan oleh Kepala
Seksi dan Konsultan terhadap pengelolaan yang dilakukan oleh
Kepala Ruangan.
b) Pengawasan tidak Langsung
Pengawasan tidak langsung dilakukan dengan pemeriksaan
dokumentasi yang ada terkait dengan aktifitas dari staf
keperawatan yang ada. Bentuknya antara lain:
(1) Pemeriksaan daftar hadir
(2) Pemeriksaan Catatan dokumentasi
(3) Pemeriksaan laporan kondite staf

2) Pengendalian mutu
Pengendalian mutu yang diterapkan di Ruang MPKP dilakukan secara
rutin untuk mendapatkan gambaran perkembangan mutu asuhan dan
pelayanan keperawatan.
a) Indikator Mutu
Indikator mutu yang digunakan sebagai ukuran kualitas asuhan dan
pelayanan keperawatan meliputi :
(1) Indikator Proses Angka prosentasi Dokumentasi Proses
Keperawatan.
(2) Indikator Output :
(a). Tingkat kepuasan klien dan keluarga
(b).Tingkat kepuasan Perawat
(c). Tingkat kepuasan Tenaga Kesehatan lain.
(d).Lama Hari Rawat
(e). Angka pengekangan klien
b) Kegiatan Mutu
Kegiatan mutu yang dilaksanakan di Ruang MPKP meliputi :
(1) Audit dokumentasi Proses Keperawatan dilaksanakan 3 bulan
sekali.
(2) Survey kepuasan klien dan keluarga setiap klien pulang
(3) Survey kepuasan Perawat tiap 6 bulan.
(4) Survey kepuasan tenaga kesehatan lain (Tim Keswa)
(5) Penghitungan lama hari rawat klien (length of stay)
c) Tindak Lanjut
Setelah ada hasil didapatkan maka dilakukan langkah-langkah
perbaikan mutu dengan memperhitungkan standar yang ditetapkan.

C. Aplikasi MPKP di Rumah Sakit Jiwa


Pelaksanaaan Manajemen MPKP di Rumah sakit Jiwa yang sesuai dengan kaidah
ilmu yang kita pelajari, telah benar-benar dilaksanakan pada era tahun 2000an.
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang telah sepakat untuk menerapkan Model
Pelayanan keperawatan MPKP sejak tahun 2004. RSJ Magelang telah
melaksanakan MPKP sejak tahun 2002, dan RSJD Surakarta telah melaksanakan
MPKP sejak tahun 2004.

Konas III.arief nugroho.mpkp.rsjd dr.agh smg. 7


1. Jumlah Ruang MPKP
Pembentukan ruang MPKP di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang
diawali dengan membentuk 2 ruang MPKP, yaitu ruang rawat Inap Wanita kelas
I dan II (Ruang Madrim) dan Ruang Rawat Inap Laki-Laki kelas III (Ruang
Irawan). Merasakan adanya keberhasilan dari program MPKP ini RSJD Dr.
Amino Gondohutomo Semarang mengembangkan pelayanan MPKP ini menjadi
4 ruang rawat inap dan ruang UGD yang menggunakan model MPKP.

2. Jenis Pelayanan Ruang MPKP


a. Asuhan Keperawatan
b. Terapi Aktifitas Kelompok
c. Family Gathering
d. Terapi Kerja/Rehabilitasi
e. Konsultasi Gizi
f. Pelayanan Konsultasi Psikologi dan dokter ahli.
g. Layanan Spiritual.

3. Kendala yang muncul atas penerapan MPKP


Kendala atau masalah yang muncul dengan adanya pelayanan keparawatan
dengan model MPKP, anatar lain :
a. Sumber daya manusia yang terbatas
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang memang mempunyai masalah
yang klasik yaitu masih kurangnya tenaga perawat untuk, hal ini sangat
mempengaruhi dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien secara
komprehensif. Malah ada satu ruang MPKP yang menggunakan tenaga
pramuhusada lebih dari 2 orang dalam tim MPKP ini. Karena
b. Kebosanan dengan rutinitas kerja
Kebosanan staf mulai muncul manakala kegiatan yang dilakukan bersifat
monoton dan menganggap pekerjaan yang dilakukan merupakan rutinitas
biasa. Motivasi staf kadang muncul dalam pemberian asuhan keperawatan.
c. Belum dilaksanakan dengan rutin Konfren kecil untuk bahas masalah/ kasus
pasien dalam tim kerja.
d. Masih belum lancarnya kerjasama dengan Tim Kesehatan Jiwa lainnya
e. Kurang mengenal lebih dalam pasien yang bukan dalam tanggung jawab
timnya.

4. Solusi
Untuk menyiasati kendala-kendala yang muncul pada pelaksanaan MPKP di
RSJD Dr. Amino Gondohutomo, antara lain :
a. Memaksimalkan tenaga yang ada dengan menumbuhkan lagi komitmen
antar staf
b. Manajemen RS memberikan reward atas hasil kerja staf berupa hak
pemberian pelayanan asuhan keperawatan, misal : jasa tindakan TAK
c. Kepala Bidang Keperawatan memberikan reinforcement positif atas
keberhasilan ruangan MPKP dan pemberian reward, misal : mengikut serta
dalam pelatihan-pelatihan.

Konas III.arief nugroho.mpkp.rsjd dr.agh smg. 8


d. Kepala ruang memberikan reinforcemen dan reward dengan cara pemilihan
perawat terbaik sebulan terakhir.
e. Memberikan kesempatan staf untuk mengungkapkan perasaan secara
terbuka atas masalah yang dihadapi baik secara pribadi atau kelompok.
f. Diadakannya pertemuan rutin tiap bulan yang mengundang tim kesehatan
lainnya untuk mengevaluasi target yang dicapai.

5. Persepsi Tim Kesehatan Jiwa Lainnya


Dengan adanya MPKP di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang, muncul
persepsi positif dari tim kesehatan jiwa lainnya, mereka merasakan adanya
suasana lain dalam merawat pasien. Tim kesehatan jiwa ini merasakan puas dan
merasakan adanya profesionalisme dalam asuhan keperawatan.
Kepuasan tim keswa ini ditunjukkan dengan dilibatkannya kita (perawat) dalam
persiapan pulang pasien, yang dahulu ada anggapan bahwa yang berhak
memulangkan pasien hanya dokter yang mengobati.

D. Evaluasi MPKP di Rumah sakit jiwa


Untuk mengetahui seberapa berhasilnya ruang MPKP dalam mencapai target yang
ingin dicapai dan memanajemen ruangan dengan baik, disediakan suatu format
evaluasi berupa Self Assesment.
Dari Self Assesment yang disebarkan ke 13 RSJ di Indonesia yang telah
menggunakan MPKP dalam memberikan asuhan keperawatan hanya 5 RSJ yang
mengembalikan format tersebut, didapatkan beberapa hasil, antara lain :
1. Perencanaan
96 % ruang MPKP telah merencanakan ruangan dengan BENAR dan
LENGKAP
2. Pengorganisasian
a. 100 % ruang MPKP menyusun struktur organisasi dengan BENAR dan
LENGKAP
b. 100 % ruang MPKP telah melaksanan atau menyusun daftar dinas dengan
BENAR dan LENGKAP
c. 96 % ruang MPKP telah mencantumkan daftar pasien dengan BENAR dan
LENGKAP
3. Pengarahan
a. 100 % staf sering memberikan motivasi antar sesamanya di ruang MPKP
b. 90 % pendelegasian dilaksanakan dengan BENAR di ruang MPKP
c. 94 % supervisi dilaksanakan dengan BENAR di ruang MPKP
d. 100 % Komunikasi antar perawat selalu dilaksanakan dengan BENAR di
ruang MPKP
e. 97 % Penyelesaian konflik diselesaikan dengan BAIK

4. COMPENSATORY REWARD
a. Seleksi
1. 100 % Kepala ruang MPKP sesuai dengan kriteria
2. 90 % Ketua Tim ruang MPKP sesuai dengan kriteria
3. 97 % Perawat Assosiet ruang MPKP sesuai dengan kriteria

Konas III.arief nugroho.mpkp.rsjd dr.agh smg. 9


b. Orientasi
100 % orientasi perawat di ruang MPKP baik pada tugas karu, ketua tim
dan PA dilakukan
c. Penilaian Kinerja
83 % Penilaian kinerja karu, katim dan PA dilakukan di ruang MPKP
d. Pengembangan Staf
58 % ruang MPKP memprogram pengembangan stafnya
e. Profesional Relationship
85 % ruang MPKP melaksanakan kerjasama dengan Tim Keswa lain dengan
BAIK

5. Indikator Mutu Umum


Setelah dirata-rata dari 5 RSJ yang mengembalikan format Self Assesment,
ruang MPKP mempunyai :

Asal
Magelang Jogja Jakarta Solo Semarang Rerata
Indikator
BOR 73,75 59,6 75,75 93,44 72,92 74,55
ALOS 19 13 27 16 16 18
TOI 5,87 16,5 9 4,64 4,5 8,1
PASIEN LARI 1 43 4 1 1
FIKSASI 2 49 0 2 43

6. Masalah keperawatan
a. Isolasi sosial : menarik diri
b. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
c. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
d. Perilaku kekerasan
e. Defisit perawatan diri
f. Perubahan proses pikir : waham
g. Risiko Bunuh diri
h. Kerusakan komunikasi verbal

Konas III.arief nugroho.mpkp.rsjd dr.agh smg. 10

You might also like