You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LatarBelakang
Tikus biasanya lebih dikenal sebagai hama tanaman pertanian, perusak benda-benda
digudang dan hewan penganggu yang menjijikan diperumahan. Pada dasarnya hewan ini
membawa, menyebarkan dan menularkan berbagai penyakit kepada manusia, ternak dan
hewan peliharaan. Penyakit yang ditularkan dapat disebabkan oleh infeksi berbagai agen
penyakit dari kelompok virus, bakteri, protozoa dan cacing. Penyakit tersebut dapat
ditularkan kepada manusia secara langsung oleh ludah, urin dan fesesnya atau melalui gigitan
ektoparasitnya (kutu, pinjal, caplak dan tungau).
Perkembanganbiakan tikus sangat cepat, umur 1, –5 bulan sudah dapat
berkembangbiak, setelah hamil 21 hari setiap ekor dapat melahirkan 6-8 ekor anak, 21 hari
kemudian pisah dari induknya dan setiap tahun seekor tikus dapat melahirkan 4 kali.Di
Indonesia tercatat tidak kurang dari 150 jenis tikus, kira-kira 50 jenis masuk dalam genus
Bandicota, Rattes dan Mus.
Tikus dapat masuk di sudut rumah. Mereka dapat menghasilkan sampah juga
membuang kotoran di rumah rumah yang menjadi sarang tikus.Tikus juga dapat masuk ke
dapur dan buang air kecil di sekitar peralatan masak dan bahan makanan.Akibatnya jika
peralatan tidak dicuci dengan baik dan juga jika makanan yang tercemar oleh tikus dapat
menyebabkan penyakit berbahaya.keberadaan tikus di rumah – rumah harus di kontrol secara
rutin agar tidak terjadi penyakit yang tidak di inginkan.Tikus dapat menyebabkan banyak
kerusakan di dalam rumah. Tikus juga dapat menghancurkan peralatan listrik dan elektronik.
Fakta tentang Tikus sebagai vektor penyakit berbahaya seperti leptospirosis,
sampar (pes) , thypus, cacing, merusak bahan makanan dan perlatan menjijikan dan membuat
tidak nyaman

I.2 Rumusan masalah


1. Apakah Taksonomi dari tikus?
2. Bagaimanakah morfologi tikus?
3. Bagaimana perilaku tikus dalam kehidupannya?
4. Penyakit yang di tularkan dan bagaimana penularan penyakit akibat tikus?
5. Bagaimana Pengaruh factor lingkungan pada tikus
6. Bagaimana Penyebaran penyakit akibat tikus
7. Bagaimana Pencegahan penyakit akibat tikus
8. Bagaimana pengendalian dari tikus
I.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari tikus
2. Mahasiswa dapat mengetahui morfologi tikus
3. Mahasiswa dapat mengetahui perilaku tikus dalam kehidupannya
4. Mahasiswa dapat mengetahui Penyakit yang di tularkan dan bagaimana penularan
penyakit akibat tikus
5. Mahasiswa dapat mengetahui Pengaruh factor lingkungan pada tikus
6. Mahasiswa dapat mengetahui Penyebaran penyakit akibat tikus
7. Mahasiswa dapat mengetahui Pencegahan penyakit akibat tikus
8. Mahasiswa dapat mengetahui Pengendalian dari tikus
BAB II
PEMBAHASAN
I.1 Taksonomi Tikus
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Subklas : Theria
Ordo : Rodentia
SubOrdo : Myomorpha
Family : Muridae
SubFmaily : Murinae
Genus : Bandicota, Rattus, Mus
: Rattus tanezumi
: Rattus norvegicus
: Rattus exulans
: Rattus tiomanicus
: Rattus argentiventer
: Rattus niniventer
: Bandicota
: Mus musculus
I.2 Morfologi Tikus
Secara umum morfologi tubuh tikus dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu kepala dan
badan beserta bagian-bagiannya.
1. Kepala
Bentuk kepala tikus adalah kerucut atau kerucut terpton, dengan misai (kumis) pada
ujung moncongnya yang berfungsi sebagai alat peraba. Mata terletak di bagian tepi dari
kepala dan letaknya agak menonjol keluar, sehingga mempunyai sudut pandang yang
lebar. Gigi tikus terdirr dari gigi seri dan geraham, tidak mempunyai gigi taring sehingga
terdapat celah di antara gigi seri dan geraham yang berfungsi untuk mengeluarkan
kotoran yang terbawa bersama makanannya, atau untuk mengeluarkan makan yang tidak
disukainya. Gigi seri tikus selalu mengalami perpanjangan, sehingga perlu dikurangi
dengan jalan mengeratkan gig serinya pada benda-benda yang keras. Tidak heran bila ada
benda-benda yang tidak biasa dimakan tetapi digigit oleh tikus, hal itu untuk mengurani
pertumbuhan gigi serinya. Gigi seri berfungsi untuk memotong makanan, sedangkan
geraham untuk mengunyah makanan.

2. Badan
Bentuk badan tikus adalah silindris memanjang kebelakang. Batas antara kepala dan
badan tidak begitu jelas sehingga dalam identifikasi jenis-jenis tikus, kepala dan badan
digabung dan dipisahkan dengan ekor. Badan (dan juga kepala) ditutupi oleh rambut yang
warnanya berbeda-beda tergantung jenisnya. Pada bagian bawah badan tikus betina yang
sudah dewasa terdapat puting susu yang jumlahnya bervariasi antara 2-6 pasang,
tergantung dari jenisnya. Pada bagian ujung belakang badan bagian bawah terdapat alat
kelamin dan anus. Pada tikus jantan dewasa terdapat organ kelamin berupa kantung yang
merukapan tempat dihasiilkannya sperma. Pada saat tikus belum dewasa kantung tersebut
berada di dalam tubuh, kemudian berangsur-angsur keluar sesuai dengan umur tikus.
Pada badan tikus terdapat anggota badan berupa 2 pasang kaki (tungkai) dan ekor.
Pada telapak kaki terdapat tonjolan-tonjolan yang berfungsi untuk membantu tikus dalam
memanjat. Ekor tikus gundul (tidak berambut), merupakan ciri yang membedakannya
dengan bajing (ekor berambut tebal) dan landak (ekor berduri).
Jenis-jenis Tikus
a. Tikus Rumah (Rattus tanezumi)
Tikus ini mempunyai panjang ujung kepala sampai ujung ekor 220-370 mm, ekor
101-180 mm, kaki belakang 20-39 mm, ukuran telinga 13-23 mm, sedangkan rumus
mamae 2+3=10. Warna rambut badan atas coklat tua dan rambut badan bawah (perut)
coklat tua kelabu. Yang terrnasuk dalam jenis tikus rumah (rattus rattus) yaitu tikus atap
(roof rat), tikus kapal (ship rat), dan black rat. Jika dilihat dari jarak kedekatan
hubungan antara aktifitas tikus dengan manusia, tikus rumah merupakan jenis domestik,
yaitu aktifitas dilakukan di dalam rumah manusia atau disebut juga tikus komensal
(comensal rodent) atau synanthropic. Tikus rurnah merupakan binatang arboreal dan
pemanjat ulung .
Kemampuan memanjat tembok kasar dan turun dengan kepala dibawab sangat
lihai, dan hila jatuh dari ketinggian 5,5 meter tidak akan menirnbulkan luka yang berarti
bagi tikus. Makanan yang dibutuhkan seekor tikus dalam sehari sebanyak 10- 15% dari
berat badannya. Perilaku makan tikus dengan memegang makanan dengan kedua kaki
depan, dan kebiasaan mencicipi makanan untuk menunggu reaksi makanan tersebut
dalam perutnya. Hal ini perlu diperhatikan apabila kita memberantas tikus dengan
racun. Tikus mempunyai kebiasaan mencari makan dua kali sehari yaitu pada 1-2 jam
setelah matahari tenggelam dan pada l-2 jam sebelum fajar.
Umur tikus rumah rata-rata satu tahun dan mencapai dewasa siap kawin pada umur 2-
3 bulan baik pada tikus jantan maupun betina. Masa bunting selama 21-23 hari dan seek
or tikus betina dapat melahirkan 6-12 (rata-rata 8) ekor anak tikus. Setelah 24-48 jam
melahirkan, tikus betina siap kawin lagi atau disebutpost partum oestrus.
Dalam tubuh tikus, terdapat beberapa hewan lain (parasit) yang ada di dalam tubuh
(endoparasit) dan diluar/menempel di tubuh (ektoparasit) yang merupakan penular atau
penyebab banyak sekali jenis penyakit. Endoparasit tikus antara lain cacing, virus,
jamur, protozoa, bakteri, dan rickettsia yang mempunyai tempat hidup di bati dan ginjal
tikus. Sedangkan ektoparasit tikus meliputi: pinjal (fleas) : Xenopsylla cheopsis,
Stivalus cognatus; kutu (lice) : Polyp/ax spinulosa, Hoplopleura pasifica; larva tungau
(chigger) ; tungau (mite);dan caplak(ticks).
b. Tikus Got (Rattus norvegicus)
Tikus got ini mempunyai panjang ujung kepala sampai ekor 300-400 mm,
panjang ekornya 170-230 mm, kaki belakang 42-47 mm, telinga 18-22 mm dan
mempunyai rumus mamae 3+3=12. Warna rambut bagian atas coklat kelabu, rambut
bagian perut kelabu. Tikus ini banyak dijumpai diseluruh air/roil/got di daerah kota
dan pasar.
c. Tikus Ladang (Rattus exulans)
Tikus ladang mempunyai panjang ujung kepala sampai ekor 139-365 mm,
panjang ekor 108-147 mm, kaki belakang 24-35 mm dan ukuran telinga 11-28 mm
dan mempunyai rumus mamae 2+2=8. Warna rambut badan atas coklat kelabu rambut
bagian perut putih kelabu. Jenis tikus ini banyak terdapat di semak-semak dan
kebun/ladang sayur-sayuran dan pinggiran hutan dan kadang-kadang masuk ke
rumah.
d. Tikus Sawah (Rattus Argentiveter)
Tikus sawah (Rattus rattus argentiventer) merupakan hama yang dapat
menimbulkan kerugian bagi tanaman pertanian, yang dapat menyerang tanaman padi,
jagung, kedelai, kacang tanah dan ubi-ubian. Panjang tikus sawah dari ujung kepala
sampai ujung ekor 270-370 mm, panjang ekor 130-192 mm, dan panjang kaki
belakang 32-39 mm, telinga 18-21 mm sedangkan rumus mamae 3+3=12. Warna
rambut badan atas coklat muda berbintik-bintik putih, rambut bagian perut putih atau
coklat pucat. Tikus jenis ini banyak ditemukan di sawah dan padang alang-alang. R.
rattus argentiventer (tikus sawah) adalah merupakan binatang pengerat.
Tanda karakteristik binatang pengerat ditentukan dari giginya. Gigi seri
berkembang sepasang dan membengkok, permukaan gigi seperti pahat. Selain itu
terdapat diastema (bagian lebar tidak bergigi yang memisahkan gigi seri dengan
geraham), serta tidak mempunyai taring. Gigi lainnya berada di bagian pipi terdiri dari
1 geraham awal (premolar) dan 3 geraham atau hanya 3 geraham (Anonim, 1989).
e. (Bandicota indica)
f. Panjang dari tikus wirok ini dari ujung kepala sampai ekor 400-580 mm, panjang
ekornya 160-315 mm, kaki belakang 47-53 mm, telinga 29-32 mm seangkan rumus
mamae 3+3=12. Warna rambut badan atas dan rambut bagian perut coklat hitam,
rambutnya agak jarang dan rambut di pangkal ekor kaku seperti ijuk, jenis tikus ini
banyak dijumpai di daerah berawa, padang alang-alang dan kadang-kadang di kebun
sekitar rumah.
g. Mencit (Mus musculus)
Mencit adalah binatang asli Asia, India, dan Eropa Barat.Mencit (Mus
musculus) adalah anggota Muridae (tikus-tikusan) yang berukuran kecil. Mencit
mudah dijumpai di rumah-rumah dan dikenal sebagai hewan pengganggu karena
kebiasaannya menggigiti mebel dan barang-barang kecil lainnya, serta bersarang di
sudut-sudut lemari. Mencit percobaan (laboratorium) dikembangkan dari mencit,
melalui prosesseleksi. Sekarang mencit juga dikembangkan sebagai hewan peliharaan.
Tikus ini mempunyai panjang ujung kepala sampai ekor kurang dari 175 mm, ekor
kaki belakang 12-18 mm, sedangkan telinga 8-12 mm, sedangkan rumus mamae
3+2=10. Warna rambut badan atas dan bawah coklat kelabu
I.3 Perilaku Tikus dalam Kehidupannya
Terdapat dua jenis yang termasuk dalam kategori “mouse” yaitu tikus (rat) dan mencit
(mice). Menurut kuliah dari Bapak Bahang Luhulima, terdapat tiga jenis tikus yang sangat
penting untuk diketahui yaitu Tikus got (Rattus Norvegicus), tikus atap (Rattus rattus/Rattus
tanezumi), dan mencit (Mus domesticus). Secara umum, beberapa perilaku tikus adalah aktif
dan bergerak cepat serta memiliki area jelajahnya sendiri. Sensor penciuman tikus adalah
kumisnya dan tikus memiliki penciuman yang tajam karenanya ia dengan mudah dapat
menemukan sisa makanan ataupun makanan yang memiliki bau menyengat. Selain
penciuman, tikus juga memiliki indra pendengaran yang baik, hewan ini sangat sensitif akan
suara. Tikus menggunakan ekornya sebagai pengatur suhu tubuh dan alat keseimbangan.
Selain itu tikus tidak memiliki teritorial tempat tinggalnya masing – masing, namun mereka
hidup dalam koloni dengan hirarki yang ditetapkan berdasarkan besar tubuh serta umur.
Koloni tikus terbentuk atas keluarga – keluarga kecil. Tikus menggali liang mereka sendiri,
dibuat dengan jalan masuk – keluar yang berbeda untuk menghindari serangan predator
mereka. (The Mammal Society)
Tikus (dalam pembahasan ini adalah Rattus norvegicus dan Rattus rattus) adalah
omnivora sejati dan dapat mengkonsumsi apa saja, mereka dapat makan makanan burung
yang jatuh dari sangkar, cereal, dedaunan, molusca, dll. Rattus norvegicus betia dapat
melahirkan setiap 3 – 4 bulan sekali, dan apabila makanan terus tersedia, mereka dapat
melahirkan dalam jumlah siklus yang tidak terbatas. Tikus yang baru lahir tidak memiliki
rambut dan buta, namun akan dapat melihat pada hari ke-enam (The Mammal Society).
Rattus rattus disebut sebagai tikus pohon karena tikus ini memiliki kemampuan untuk
memanjat yang baik. Biasanya tikus ini tinggal di lingkungan yang memiliki atap atau di
sekitar pepohonan.Tikus ini memiliki kebiasaan untuk merusak, seperti menggerogoti kayu
serta merusak atap rumah karena tikus merupakan hewan pengerat, yaitu hewan yang
memiliki gigi seri yang terus tumbuh. R.rattus adalah hewan nocturnal, dan terkadang karena
kemampuannya untuk memanjat, mereka terkadang bisa membuat sarang di atap dan bukan
di tanah seperti tikus yang lainnya (Gillespie, 2004)
Tanda – tanda keberadaan tikus adalah adanya kotoran atau tinja tikus, urine serta
jejak kaki. Tikus adalah hewan yang suka dengan pojokan (thigmotactic) sehingga tikus
biasanya memiliki jalur berlari di pojok – pojok dinding, dan menandai jalurnya dengan cara
memproduksi lemak tubuh. Selain itu, tikus adalah hewan yang vocal, mereka berkomunikasi
dengan sesamanya dengan cara mencicit, sehingga suara tikus dapat dijadikan indikator
keberadaan tikus (Gillespie, 2004)
Khusus untuk mencit (Mus domesticus), mereka lebih suka hidup di dalam bangunan
atau sarang mereka sendiri, keluarga kecil terdiri atas 4 – 9 tikus, dan mereka adalah hewan
yang cerdik karena akan melakukan invetigasi terlebih dahulu ketika terdapat situasi / objek
baru yang berada di hadapannya. Mereka juga merupakan hewan nocturnal, pemanjat yang
baik namun lebih banyak hidup di lantai (pestcontrol.basf.co.uk)
I.4 Pengendalian penyebaran penyakit karena Tikus
Diseluruh dunia, tikus hitam dan mencit dapat menyebarkan sekitar 35 macam penyakit.
Penyakit ini dapat menyebar langsung ke manusia, melalui hewan pengerat, kontak dengan
kotoran hewa pengerat, urin atau air liur serta gigitan tikus. Penyakit yang dibawa oleh hewan
pengerat juga dapat menyebar secara tidak langsung melalui kutu, tungau yang telah terpajan
infeksi ini.
Oleh karena itu untuk mencegah terpajan penyakit hewan pengerat adalah dengan mengontrol
peresebaran hewan tersebut di rumah-rumah. berikut salah satu pencegahannya
Menutup/Menambal lubang, celah didalam dan di luar rumah untuk mencegah masuknya
tikus
Celah atau lubang didalam rumah
 Di dalam, di bawah, dan di belakang lemari dapur, lemari es dan kompor.
 Lemari dalam dekat sudut-sudut lantai.
 Sekitar perapian.
 Sekitar pintu.
 Di sekitar pipa bawah wastafel dan mesin cuci.
 Di sekitar pipa pemanas air dan tungku.
 Sekitar ventilasi lantai dan pengering ventilasi.
 Di dalam loteng.
 Di ruang bawah tanah atau merangkak ruang.
 Di ruang bawah tanah dan laundry lantai saluran air.
 Antara lantai dan dinding titik Celah atau lubang di luar rumah Anda
 Di atap antara genteng dan plafon.
 Sekitar jendela.
 Sekitar pintu.
 Sekitar Pondasi
 Ventilasi loteng.
 Di bawah pintu.
 Area sekitar lubang untuk jalur listrik, pipa, kabel, dan gas.

Dalam penambalan dapat memasukan lubang kecil dengan serat baja. kemudian didempul
menggunakan semen, kain keras, atau lembaran logam untuk memperbaiki lubang besar.
Membuat perangkap tikus
Pilih perangkap jerat yang tepat. gunakan bahan makanan seperti selai kacang pada jerat
perangkap atau diberi racun tikus. dan tempatkan perangkap pada ujung-ujung atau daerah
yang selalu dipakai tikus. Jika digudang atau basement tempatkan perangkap dimana saja,
pada umumnya tikus besar sangat hati -hati dengan dengan tempat baru, sehingga butuh
beberapa waktu untuk tikus tersebut mengambil makanan dari penjerat.
Bersihkan sumber makanan dan sarang tikus
 Menyimpan makanan dalam plastik atau logam tebal dengan wadahnya tertutup erat.
 Bersihkan segera makanan yang terjatuh/tumpah dan mencuci piring dan peralatan
masak segera setelah digunakan.
 Jaga kebersihan peralatan memasak di luar rumah
 Selalu menempatkan makanan hewan setelah digunakan dan tidak meninggalkan
makanan hewan peliharaan atau air mangkuk semalam.
 Jauhkan sampah kompos, jauh dari rumah
 Membuang sampah secara teratur, dan mengambil atau menghilangkan barang2 yang
membuat berantakan.
 Menghilangkan tempat tinggal tikus seperti, tumpukan jerami, kayu, tumpukan kaleng
dan ban bekas. Menjaga rumput dipotong pendek.
 selalu mengecek perelengkapan seberti kardus, tas kresek dan paket apapun sebelum
dimasukkan di rumah.
 Gunakan Racun Tikus seperti warfarin, Chlorpacinone dll.
Table 1. ACUTE TOXICITY CLASSIFICATION - RODENTICIDES

Primary Eye Primary Skin


Oral Inhalation Dermal
Irritation Irritation
Moderate - Not Not
Warfarin3,6 No data No data
High toxicity significant significant
Chlorphacinone4 High toxicity High toxicity High toxicity Non-irritating Non-irritating
Moderate Slight
Diphacinone4 High toxicity High toxicity High toxicity
irritation irritation
Minimally
Bromadiolone4 High toxicity High toxicity High toxicity Low irritation
irritating
Difethialone3 High toxicity High toxicity High toxicity Mild irritant Non-irritating
Minor
Brodifacoum4 High toxicity High toxicity High toxicity Mild irritant
irritation
Bromethalin4 High toxicity High toxicity Moderate Slight Non-irritating
toxicity irritation
Very low
Cholecalciferol3 High toxicity Low toxicity No data No data
toxicity
Slight
Zinc phosphide5 High toxicity High toxicity Low toxicity Non-irritating
irritation
Highly
Strychnine7 High toxicity High toxicity Low toxicity Non-irritating
irritating

PENGENDALIAN TIKUS (Rodentstop Service)


a. Proofing Infestation
Memastikan bahwa seluruh konstruksi rumah tidak adanya celah yang memungkinkan
tikus masuk, baik dari bawah pintu, lubang pembuangan air, atau dari bawah saluran air.
Kami akan merekomendasikan kepada klien bila dijumpai adanya celah masuk tikus
untuk di-proofing/ditutup; biasanya dengan jaring kawat pada area pembuangan air.
b. Sanitation
Bila ditemukan tempat yang sanitasinya kurang baik dan bisa menjadi factor penarik
tikus atau bahkan sumber makanan tikus atau menjadi tempat sarang tikus, maka akan
merekomendasikan diadakan perbaikan oleh klien.
c. Treatment Tikus (Rodent Control)
Pengendalian tikus menggunakan Rat Baiting. Penggunaan trap untuk jangka panjang
menimbulkan tikus jera umpan dan neophobia terhadap trap. Penggunaan trap hanya
untuk tempat-tempat yang sangat khusus dengan populasi tikus yang rendah.
Penempatan Rodent Bait dilaksanakan pada area tertentu yang akan menarik tikus dari
dalam sarang ke luar, atau ketempat yang tidak sensitive, seperti area parkir/garden,
setelah itu baru difokuskan untuk tikus yang aktifitasnya dengan radius pendek yakni
tikus nyingnying (mice/Mus musculus), umpan ditempatkan di dalam.
Keraguan akan adanya resiko bau bangkai dapat diatasi dengan konfigurasi penempatan
umpan untuk setiap kategori jenis tikus, jadi dengan penempatan umpan pada suatu
lokasi dapat dideteksi sampai sejauh mana lokasi tempat tikus tersebut mati, ditambah
tenaga serviceman cukup berpengalaman mengatasi masalah tikus di puluhan Rumah
(housing), Mall, industri (pergudangan), Rumah Sakit, Hotel / Apartemen

I.5 PENYAKIT-PENYAKIT DARI VEKTOR TIKUS


Tikus adalah mamalia yang termasuk dalam sukuMuridae.Spesies tikus yang paling
dikenal adalah mencit (Mus spp.) serta tikus got (Rattus norvegicus) yang ditemukan
hampir di semua negara dan merupakan suatu organisme model yang penting
dalam biologi; juga merupakan hewan peliharaan yang populer. Tikus diketahui dapat
mengirimkan sejumlah penyakit langsung (melalui gigitan) atau tidak langsung
melalui gigitan parasit yang ditemukan pada tikus atau oleh kontaminasi makanan
dengan urin atau feses.
1. Leptospirosis
Leptospirosis sesungguhnya tergolong penyakit hewan yang bisa menjangkiti manusia
juga, atau disebut zoonosis.Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
bakteri Leptospira berbentuk spiral yang menyerang hewan dan manusia dan dapat hidup
di air tawar selama lebih kurang 1 bulan. Tetapi dalam air laut, selokan dan air kemih
yang tidak diencerkan akan cepat mati. Di dunia kedokteran veteriner, penyakit ini bukan
asing lagi, bahkan telah lama sekali dikenal.Vaksinasi hewanpeliharaan terhadap penyakit
leptospirosis pun telah rutin dilakukan.
Manusia terinfeksi leptospira melalui kontak dengan air, tanah atau tanaman yang
telah dikotori oleh air tikus yang menderita leptospirosis.Bakteri masuk ke dalam tubuh
manusia melalui selaput lendir (mukosa) mata, hidung, kulit yang lecet atau atau makanan
yang terkontaminasi oleh urine hewan terinfeksi leptospira.Masa inkubasi selama 4 - 19
hari.
Gejala Klinis
Stadium Pertama Stadium Kedua
· Demam menggigil · Terbentuk anti bodi di dalam
· Sakit kepala tubuh penderita
· Malaise · Gejala yang timbul lebih
· Muntah bervariasi dibandingkan dengan
· Konjungtivitis stadium pertama
· Rasa nyeri otot betis dan · Apabila demam dengan gejala-
punggung gejala lain timbul kemungkinan akan
· Gejala-gejala diatas akan terjadi meningitis.
tampak antara 4-9 hari Stadium ini terjadi biasanya antara
· Gejala yang Kharakteristik minggu kedua dan keempat.
· Konjungtivitis tanpa disertai
eksudat serous/porulen (kemerahan
pada mata)
· Rasa nyeri pada otot-otot

Komplikasi Leptospirosis
 Pada hati : kekuningan yang terjadi pada hari ke 4 dan ke 6
 Pada ginjal : gagal ginjal yang dapat menyebabkan kematian.
 Pada jantung : berdebar tidak teratur, jantung membengkak dan gagal jantung yang
dapat mengikabatkan kematian mendadak.
 Pada paru-paru : batuk darah, nyeri dada, sesak nafas.
 Perdarahan karena adanya kerusakan pembuluh darah dari saluran pernafasan, saluran
pencernaan, ginjal, saluran genitalia, dan mata (konjungtiva).
 Pada kehamilan : keguguran, prematur, bayi lahir cacat dan lahir mati.
Pencegahan
sanitasi sekitar rumah dan lingkungan, higiene perorangannya dilakukan dengan menjaga
tangan selalu bersih. Selain terkena air kotor, tangan dapat tercemar kuman dari binatang
piaraan yang sudah terjangkit penyakit dari tikus atau hewan liar.Hindari kontak dengan
kencing binatang piaraan.Biasakan memakai alat pelindung diri, seperti sarung tangan karet
sewaktu berkontak dengan air kotor, pakaian pelindung kulit, beralas kaki, memakai sepatu
bot, terutama jika kulit ada luka, borok, atau eksim.Selalulah membasuh tangan sehabis
menangani binatang, ternak, atau membersihkan gudang, dapur, dan tempat-tempat
kotor.Kebersihan lingkungan, khususnya rumah, harus dilakukan secara terus menerus.
Jangan memberi kesempatan tikus berkembang biak di dalam rumah. Bahkan tikus rumah
perlu dibasmi sampai ke sarang-sarangnya.
Membiasakan diri dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Menyimpan makanan
dan minuman dengan baik agar terhindar dari tikus.Mencucui tangan dengan sabun sebelum
makan.Mencucui tangan, kaki serta bagian tubuh lainnya dengan sabun setelah bekerja di
sawah/ kebun/sampah/tanah/selokan dan tempat-tempat yang tercemar lainnya.Menghindari
adanya tikus di dalam rumah/gedung.Menghindari pencemaran oleh tikus.Melakukan
desinfeksi terhadap tempat-tempat tertentu yang tercemar oleh tikus Meningkatkan
penangkapan tikus.
Pengobatan
Pengobatan dini sangat menolong karena bakteri Leptospira mudah mati dengan antibiotik
yang banyak di jumpai di pasar seperti Penicillin dan turunannya (Amoxylline)
Streptomycine, Tetracycline, Erithtromycine.Bila terjadi komplikasi angka lematian dapat
mencapai 20%, segera berobat ke dokter terdekat.

2. PLAGUE/PENYAKIT PES
Penyebaran penyakit plague/pes Plague, disebut juga penyakit pes, adalah infeksi yang
disebabkan bakteri Yersinia pestis (Y. pestis) dan ditularkan oleh kutu tikus (flea),
Xenopsylla cheopis. Pess terbagi menjadi 2 yaitu :
1. Pes Bubo
Pes Bubo merupakan penyakit yang mempunyai gejala demam tinggi, tubuh dingin,
menggigil, nyeri otot, sakit kepala hebat, dan ditandai dengan pembengkakan kelenjar
getah bening di pangkal paha, ketiak dan leher (bubo).Pada pemeriksaan cairan bubo
di laboratorium ditemukan kuman pes (Yersinis pestis).
2. Pes Pneumonik
Pes pneumonik adalah penyakit yang mempunyai gejala batuk secara tiba-tiba
dan keluar dahak, sakit dada, sesak nafas, demam, muntah darah.Pada pemeriksaan
sputum atau usap tenggorok ditemukan kuman pes (Yersinis pestis), dan apabila
diperlukan dilakukan pemeriksaan darah untuk menemukan zat antinya.
Penyakit ini menular lewat gigitan kutu tikus, gigitan/cakaran binatang yang terinfeksi
plague, dan kontak dengan tubuh binatang yang terinfeksi. Kutu yang terinfeksi dapat
membawa bakteri ini sampai berbulan2 lamanya. Selain itu pada kasus pneumonic
plague, penularan terjadi dari dari percikan air liur penderita yang terbawa oleh udara.
Jenis- jenis plague dan gejalanya pada manusia
Ada 3 jenis penyakit plague yaitu:
Bubonic plague Septicemic plague Pneumonic plague
· Masa inkubasi 2-7 · Gejala : demam, · Masa inkubasi 1-3
hari. menggigil, pusing, lemah, hari.
· Gejala : kelenjar sakit pada perut, shock, · Gejala : pneumonia
getah bening dekattempat · pendarahan di bawah (radang paru2), napas
gigitan binatang/kutu kulit atau organ2 tubuh pendek, sesak napas,
yang terinfeksi akan lainnya, batuk, sakit pada dada.
membengkak berisi · pembekuan darah · paling berbahaya
cairan (disebut Bubo). pada saluran darah, dibandingkan jenis
· Terasa sakit apabila · tekanan darahrendah, lainnya.
ditekan. · mual, · menular lewat
· Pembengkakan akan muntah danorgan tubuh udara,
terjadi. tidak bekerja dengan baik.
· Gejalanya mirip flu, · Tidak terdapat
demam,pusing,menggigil, benjolan pada penderita.
lemah, benjolan lunak · Jarang menular
berisi cairan di di · Dapatjugadisebabkan
tonsil/adenoid (amandel), Bubonic plague dan
limpa dan thymus. Pneumonic plague yang
Bubonic tidak diobati dengan benar.
· plague jarang
menular pada orang lain.

Pengobatan plague
Plague pada manusia dan kucing dapat diobati dengan Streptomycin, Tetracyclin,
Doxycyclin, Gentamycin. Streptomycyn dosis tinggi terbukti lebih efektif mengobati
plague.Penicilin tidak efektif untuk penyakit plague.Diazepam diberikan untuk mengurangi
rasa lelah.Heparin biasanya diberikan apabila terdapat gejala pembekuan darah.
Pencegahan plague
1. Orang atau binatang di sekitar penderita plague harus diobati dg antibiotic selambat2nya
7 hari setelah kontak dg penderita.
2. Memakai sarung tangan, baju panjang, masker, dan goggle (kacamata) pd waktu kontak
dg penderita plague
3. Tidak mengijinkan kucing makan tikus, kelinci atau binatang hidup berdarah panas
lainnya.
4. Tidak mengijinkan kucing bermain di luar rumah, terutama di daerah yg banyak terdapat
sarang tikus.
5. Mengontrol populasi tikus dan kutu di lingkungan anda.
6. Vaksinasi plague apabila akan bepergian ke daerah epidemi plague.

C. Sindrom hantavirus paru (PS)


Hantavirus sindrom paru (HPS) adalah penyakit mematikan yang ditularkan oleh tikus
yang terinfeksi melalui urine, kotoran, atau air liur. Manusia bisa terkena penyakit ini
ketika mereka menghirup virus aerosol.HPS pertama kali diakui pada tahun 1993 dan
sejak itu telah diidentifikasi di seluruh Amerika Serikat.Meskipun jarang, HPS berpotensi
mematikan. Rodent control di dalam dan sekitar rumah tetap menjadi strategi utama
untuk mencegah infeksi hantavirus. maka gejala yang dapat diamati : diare, muntah,
mual, dan kram perut.
D. Rat-gigitan demam (RBF)
Rat-gigitan demam (RBF) adalah penyakit sistemik yang disebabkan oleh bakteri
moniliformis Streptobacillus yang dapat diperoleh melalui gigitan atau goresan dari
binatang pengerat atau menelan makanan atau air yang terkontaminasi dengan kotoran
tikus. Salah satu penyakit berbahaya yang disebabkan oleh tikus adalah demam gigitan
tikus.Penyakit demam tidak disebabkan oleh gigitan tikus binatang pengerat tersebut
langsung tetapi langsung mempengaruhi manusia oleh mencemari atau buang air kecil
dalam makanan dan air yang dikonsumsi oleh manusia.Jika barang-barang makanan
yang terkontaminasi yang digunakan oleh manusia sengaja maka berbagai penyakit yang
dialami manusia.
Gejala-gejala yang disebabkan oleh penyakit :
1. Mual
2. Muntah
3. Sakit kepala
4. Nyeri di punggung dan sendiri

I.6 Pengaruh Faktor Lingkungan Pada Tikus


Rattus norvegicus

Tikus cokelat ini diperkirakan berasal dari Asia, secara perlahan menyebar ke wilayah
Barat melalui jalur sistem perdagangan dan transportasi manusia.

Tikus cokelat mulai muncul di wilayah Eropa pada awal abad ke-18. Di wilayah Eropa
Barat khususnya Copenhagen, kehadirannya muncul pada tahun 1716. Penyebarannya begitu
cepat, sampai di Inggeris pada tahun 1728, di Perancis tahun 1750, di Norway tahun 1762
dan di Swedia pada tahun 1790, hingga ke Amerika Utara pada tahun 1775 dan sekarang
hampir seluruh negara memilikinya. Walaupun lebih menyukai daerah tropis, namun tikus
cokelat mampu beradaptasi di kawasan pantai daratan.

Dengan kemunculannya di banyak negara, sehingga beragam pula yang


mengelompokkan tikus ini ke dalam subspecies. Padahal, hanya satu yaitu Rattus
norvegicus yang dikenal dengan nama tikus cokelat.

Rattus rattus

Sebenarnya asal dan penyebaran tikus hitam lebih dikenal dibanding tikus cokelat.
Tikus ini berasal dari Asia Tenggara dan beberapa negara kepulauan lainnya. Bentuk fisik
aslinya dapat ditemukan di negara Malaysia, negara-negara Indochina dan di sepanjang utara
sungai Yangtze di China, serta di area pegunungan Himalaya di India.

Dengan meningkatnya sistem jalur perdagangan, tikus ini menyebar ke wilayah Barat
melalui India ke daerah Timur Tengah. Mereka juga terbawa oleh kapal perdagangan dari
India menuju Laut Merah, Mediterania Timur dan Afrika Timur. Belum diketahui dengan
pasti sejak tahun kapan penyebaran tersebut terjadi, sebab pada jaman Romawi dan Yunani
kuno tikus hitam ini sudah tidak asing lagi bagi mereka. Tikus hitam ini juga ditemukan di
dalam gua Pleistocene (gua jaman es) di daerah Crete (Yunani) dan di suatu danau tempat
pembuangan sampah manusia purba di Jerman.

Species tikus ini tidak sampai di wilayah Eropa Barat hingga abad pertengahan karena
berkecamuknya perang salib disana. Namun, sisa peninggalannya telah ditemukan di Romawi
pada abad ke-15 (penanggalan York). Hingga pada akhir abad pertengahan, species Rattus
rattusditetapkan sebagai penyebar penyakit plague. Sejak penetapan itu maka dimulailah
pengeksplorasian tikus ini, rekaman catatan pertama muncul pada tahun 1544 di Peru. Pada
tahun 1615, tikus ini ternyata sudah menyebar ke wilayah Bermuda dan pada awal abad ke-
17 masuk ke wilayah Virginia (Amerika Serikat). Pada waktu yang sama juga dilaporkan
bahwa tikus ini telah masuk dari Nova Scatia (Kanada). Mereka menyebar begitu cepat
hingga akhir abad ke-18 ditemukan di sepanjang timur pesisir pantai Amerika Serikat.

Dan sekarang, tikus ini telah ditemukan hampir di seluruh negara di dunia terlebih lagi
di kawasan zona beriklim sedang tikus ini populasinya begitu besar dan lebih agresif
dibanding dengan tikus cokelat. Keberadaanya lebih sering ditemukan di daerah pelabuhan
dan di dalam ruangan, rumah atau bangunan lainnya.

Rattus rattus memiliki banyak subspecies diantaranya R. r. argentiventer (tikus


sawah), R. r. diardii (tikus rumah) dan R. r. jalorensis (tikus pohon) yang semuanya dapat
ditemukan di negara-negara Asia Tenggara. Mereka dengan baik dapat mengatur dan
menyesuaikan warna bulu dan perilakunya sesuai kondisi tempat mereka berada. Namun, ada
juga yang tidak setuju jika tikus ini memiliki berbagai variasi warna bulu atau salah satu
species tikus. Sehingga, akhirnya muncullah argumen-argumen akademis tentang taksonomi
dan klasifikasi Rattus rattus di masing-masing daerah ataupun negara.

Mus musculus

Kemunculan Mus musculus (tikus rumah) pertama kali berasal dari wilayah stepa
(padang rumput) di perbatasan Iran dengan Rusia. Saat ini, tikus rumah liar (M. musculus
wagnerii) masih ada di daerah stepa tersebut. Penting untuk dicatat, bahwa ketika manusia
membudidayakan tanaman sereal, maka bisa dipastikan tikus ini akan muncul dan akan
bergerak mencari lumbung-lumbung penyimpanan hasil panen tanaman sereal tersebut.

Dari daerah stepa negara tersebut di atas, tikus rumah ini menyebar ke negara-negara
lainnya melalui sistem jalur perdagangan dan transportasi manusia. Beberapa diantaranya
menyebar ke selatan dan timur hingga ke wilayah barat daerah tersebut. Kemunculannya
diketahui dengan baik di wilayah Mesir dan sejak itulah kucing begitu diagungkan disana
karena kemampuannya dalam mengurangi serangan tikus pada lumbung-lumbung makanan
mereka.
Di Eropa sendiri ada dua subspecies tikus ini, yaitu M. m. domesticus (dari wilayah
Utara) danM. m. brevirostris (dari wilayah Selatan). M. m. domesticus ikut terbawa kapal
Inggeris, Belanda dan Perancis ke wilayah utara negara Amerika Serikat. Sedangkan M. m.
brevirostris terbawa oleh para penjelajah dari Spanyol dan Portugal ke Amerika Latin dan
California. Tikus rumah ini mulai diketahui muncul di United Kingdom pada abad ke-9,
namun belum diketahui secara jelas bagaimana dan kapan tikus ini tiba disana.
Subspecies lainnya yaitu M. m. spicilegus juga telah berkembang di wilayah selatan
Rusia. Tikus ini sekarang juga dapat ditemukan di Eropa Tengah, Scandinavia dan wilayah
utara Rusia. Sampai saat ini perdebatan argumen akademis tentang taksonomi dan
nomenklatur mengenai Mus musculus masih belum selesai. Namun, tetap saja tikus ini telah
menyebar dengan sangat cepat dibandingkan seluruh mamalia yang ada di semua zona
geografi dan iklim di dunia ini.

Rattus tiomanicus

Tikus yang dikenal dengan tikus pohon ini adalah suatu spesies tikus dari
familia Muridae. Tikus ini diperkirakan berasal dari Malaysia. Dan sekarang, tikus ini juga
dapat ditemukan di Semenanjung Malaysia, Thailand, Philipina dan Indonesia.
Rattus exulans

Tikus ini sering disebut dengan tikus ladang. Tikus ini berasal dari Perancis menyebar
ke Bangladesh, Myanmar, Thailand, Laos, Kamboja, Vietnam, China, Taiwan, Philipina,
Malaysia, Singapore, Indonesia, Papua Nugini bahkan sampai ke Australia.

tikus ladang tersebar luas mulai dari Taiwan, Filipina, Bangladesh, Myanmar, Kamboja,
Laos, Vietnam, China, Malaysia hingga ke Indonesia (Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan,
Sulawesi, Buru, Lombok, Sumbawa, Flores).

Bandicota indica

Bandicoot besar ini berasal dari India ini sekarang sudah menyebar ke hampir banyak
negara, diantaranya Sri Lanka, Bangladesh, Pakistan, Nepal, Burma, China, Taiwan,
Thailand, Laos, Kamboja, Vietnam dan Indonesia.

Bandicota bengalensis

Sama seperti Bandicota indica, Bandicoot kecil ini juga berasal dari India. Saat ini
penyebarannya ditemukan di Pakistan, Myanmar, Sri Lanka hingga ke Indonesia.

I.7 Penyebaran penyakit akiba Tikus


1. Pes
Epidemik penyakit pes di dunia mulai terjadi pada abad ke-13 sekitar tahun 1347,
kasus ini terjadi di Negara Cina dan India. Sejak epidemic penyakit pes berlangsung
sudah tercatat kasus 13.000.000 orang meninggal. Pada abad yang sama, juga dilaporkan
terjadinya wabah pes di Negara Mesir dan Palestina. Kasus kematian yang terlaporkan
sebanyak 13.000 orang meninggal akibat penyakit pes. Pada tahun 1894 pandemik pes
mulai menyebar ke-empat benua, penyebarannya bermula dari daratan Cina (Depkes RI,
2008 dalam Anonim).
Kejadian penyakit pes pertama kali di Indonesia ditemukan di Surabaya pada tahun
1910, kemudian di tahun 1916 ditemukan di Pelabuhan Tanjung Mas Semarang.
Selanjutnya penyakit pes menyebar melalui pelabuhan-pelabuhan di Cirebon pada tahun
1923 dan pelabuhan di Tegal pada tahun 1927. Sejak tahun 1910 pes pertama kali masuk
ke Indonesia hingga tahun 1960 sudah tercatat korban meninggal akibat penyakit pes
sebanyak 245.375 orang. Distribusi penyebaran 245.375 orang kasus pes yang meninggal
di Jawa Barat 30,9%, di Jawa Tengah 51,5%, dan di JawaTimur 17,6% (Dinkes Boyolali,
2014 dalam anonim).
Indonesia khususnya di Pulau Jawa terdapat tiga daerah fokus pes yang masih aktif,
yaitu di Kecamatan Selodan Cepogo Kabupaten 2 Boyolali Jawa Tengah, di Kecamatan
Tosari dan Nongko jajar Kabupaten Pasuruan Jawa Timur, dan di Kecamatan
Cangkringan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta (Dinkes Boyolali, 2014
dalam Anonim).

2. Leptospirosis
Berdasarkan laporan The Leptospirosis Information Center, pada rentang tahun 1999
– 2000, telah terjadi kejadian luar biasa (KLB) leptospirosis di India, Thailand, Perancis,
Amerika, Brazil, Uruguay, Indonesia dan beberapa Negara lainnya. Pada tahun 2000 case
fatality rate (CFR) leptospirosis di Indonesia menempati urutan ketiga di dunia (16,7%)
setelah Uruguay (100%) dan India (21%) (ILS, 2001). Sementara menurut Depkes RI
(2009), leptospirosis di Indonesia pada rentang 2004–2010 cenderung mengalami
peningkatan, baik dari jumlah kasus maupun kematian dengan insiden tertinggi terjadi
pada tahun 2007.
Secara epidemiologi, wilayah penyebaran leptospirosis umumnya pada daerah tropis
dan subtropics. Sebagian besar negara di Asia Tenggara dinyatakan sebagai daerah
endemis leptospirosis. Penyakit yang disebutre¬emerging infectious disease ini dalam
perkembangannya dipengaruhi oleh kondisi iklim, terutama pada musim penghujan serta
kemungkinan adanya kontak dengan lingkungan yang terkontaminasi leptospira. Penyakit
ini secara tradisional dihubungkan dengan penularan melalui tikus yang disebabkan oleh
reservoir icterohemorrhagiae dan copenhageni. Pada saat ini semua infeksi Leptospira
lebih sering disebut sebagai leptospirosis dengan mengabaikan gejala dan tandak linik.
Menurut Widoyono (2005), sejarah perkembangan penyakit leptospirosis dimulai
ketika pada tahun 1914 Inada berhasil mengisolasi family spirochaeta dari spesies
Spirochaetaicter ohemorrhagiae. Pada tahun itu juga, Wolbach dan Binger mengisolasi
Spirochaetabiflexa. Pada tahun 1915 bakteri leptospira berhasil dideteksi oleh Inada dan
Ido dari darah orang Jepang yang bekerja sebagai penambang dan disertai penyakit
kuning, juga dideteksi di Jerman oleh Unlenhuth dan Fromme. Kemudian padatahun 1918
Noguchi mengisolasi family Spirochaeta dengan Genus Spirochaeta, Genus Cristispira,
Genus Treponema, Genus Borreliadan Genus Leptospira.
DAFTAR PUSTAKA

1. Gillespie, Heather. (2004). “Rattus rattus”. [Online] Tersedia:


http://animaldiversity.org/accounts/Rattus_rattus/
2. Kuliah Bapak Bahang Luhulima, 2015, mengenai tikus
3. The Mammal Society. “Species Fact Sheet: Brown Rat (Rattus Norvegicus)”.[Online]
Tersedia:http://www.mammal.org.uk/sites/default/files/factsheets/brown_rat_complete.pdf
4. Anonim. [online] Tersedia di: http://eprints.ums.ac.id/31199/2/BAB_I.pdf [Diaksespada 19
November 2015]
5. Kemenkes RI. 2014. Data danInformasi 2014 (ProfilKesehatan Indonesia) [online] Tersedia
di: http://www.pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/data-dan-informasi-2014.pdf [Diaksespada 19 November 2015]
6. Public Health. EpidemiologiLepstospirosis. 2015 [online] Tersedia di:
http://www.indonesian-publichealth.com/2015/03/epidemiologi-
leptospirosis.html[Diaksespada 19 November 2015]
7. ProfilKesehatan Indonesia. 2008. DepartemenKesehatan RI [online] Tersedia di:
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/profil-
kesehatan-indonesia-2008.pdf[Diaksespada 19 November 2015]
8. Agus Samsudrajad S ,Laporan Praktikum Pengendalian Vektor, Pemasangan Perangkap,
pemeriksaan, dan penyisiran Tikus, 2008
9. Politeknik Kesehatan KEMENKES Pontianak Jurusan Kesehatan Lingkungan,Makalah
Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu, 2011
10. CDC. 2010. Prevent Rodent Infestation. Journal
11. www.cdc.gov/rodents/prevent_infestations/index.html
12. WHO. Unknown. Report of the WHO Meeting on Rodent Ecology, Population dynamics
And Surveillance Technology in Mediterranean Countries. Journal
13. http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/66446/1/WHO_CDS_VPH_93.113.pdf
14. Sinia, Alice. 2013. Pest Prevention. Article
15. http://www.bakersjournal.com/health-safety/pest-prevention-5038
16. Henriksen, Missy. 2013. 10 Easy Tips to Prevent Mice and Rodents Inside the Home. Article
17. http://www.pestworld.org/news-and-views/pest-articles/articles/10-easy-tips-to-prevent-mice-
and-rodents-inside-the-home/
18. NPIC. Unknown. Rodenticides. Journal
19. http://npic.orst.edu/factsheets/rodenticides.html

You might also like