You are on page 1of 13

DEFENISI

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) disebut juga Dengue Hemorrhagic (DHF),
disebabkan oleh virus dengue yang di tularkan melalui gigitan nyamik aedes aegypti, yang
menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada pembentukan system
pembekuan darah, sehingga menyebabkan perdarahan – perdarahan (Anomin, 1997)

Demama berdarah dengue(DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy,1995 ).

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa
ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Seoparman , 1990).

Demam berdarah dengue (DBD) adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes
aegypty dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan
cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick manson,2001).

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh
virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Seoparman, 1996 bahwa).

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan Dmam Berdarah Dengue
(DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong
arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang
terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai ruam atau tanpa ruam

Etiologi

a. Virus dengue sejenis arbovirus.

b. Virus dengue tergolong dalam family Flavividae dan dikenal ada 4 serotif, Dengue 1
dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke II, sedangkan dengue 3 dan
4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk batang,
bersifat termoragil, sensitif terhadap in aktivitas oleh diatiter dan natrium diaksikolat, stabil
pada suhu 70 oC.

Keempat serotif tersebut telah di temukan pula di Indonesia dengan serotif ke 3


merupakan serotif yang paling banyak

Pencegahan penyakit DBD

Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya,yaitu nyamuk


Aedes Aegeypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa metode yaitu :
1. linkungan
metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain penyuluhan
dan penggerakan masyarakat dalam PNS DBD ( Gerakan 3M)
2. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ian
adu,/ikan cupang) dan bakteri.
3.kimiawi
cara pengendalian ini antara lain dengan:
a. pengasapan pogging, dengan menggunakan insektisida golongan malathion dan
penithion, yang berguna untuk memberantas nyamuk dewasa yang suka hinggap
pada benda-benda tergantung seperti pakaian ,klambu dan lain sebagainya.
b. Memberikan bubuk abate ( temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti
gentong air,vas bunga, kolam dan lain-lain

PATOFISIOLOGI

Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan
kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Dalam
sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a
dan C5a,dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat
sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan
plasma melalui endotel dinding itu. Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit
dan menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab
terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal.

Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding


pembuluh darah , menurunnya volume plasma , terjadinya hipotensi , trombositopenia dan
diathesis hemorrhagic , renjatan terjadi secara akut. Nilai hematokrit meningkat bersamaan
dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya
plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoxia jaringan,
acidosis metabolic dan kematian

DIAGNOSIS
Diagnosis demam berdarah dengue dan kriteri beratnya penyakit didasarkan pada
patokan WHO (1975)
 Mendadak panas tinggi selama 2-7, tampak lemah lesu, suhu badan antara 38 C
sampai 40 C atau lebih
 Tampak bintik –bintik merah pada kulit dan jika kulit direnggangkan bintik merah itu
tidak hilang.
 Kadang – kadang terjadi pendarahan di hidung ( mimisan )
 Mungkin terjadi muntah darah atau berak darah
 Tidak ada nafsu makan (Anoreksia), diare, konstipasi.
 Tes tourniquet positif
 Sakit kepala

 Pembengkakan sekitar mata


 Pembesaran limpa, hati, dan kelenjar getah bening
 Tanda – tanda renjatan ( sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun,
gelisah, capillary lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah )
 Adanya perdarahan yang peteki, akimosis, atau purpura
 Kadang – kadang nyeri ulu hati karena terjadi perdarahan di lambung
 Bila sudah parah, penderita gelisah, ujung tangan dan kaki dingin berkeringat.
Perdarahan selaput lender mukosa, alat cerna gastro intestinal, tempat suntikan atau di
tempat yang lain
 Hematenesis atau melena, epistaksis, hematuria.
 Trombositopenia ( 100.000 per mm)
 Pembesaran plasma yang erat hubungannya dengan kenaikan permiabilitas dinding
pembuluh darah, yang di tandai dengan munculnya satu atau lebih dari
a. Kenaikan nilai 20 % hematokrit atau lebih tergantung umur dan jenis kelamin
b. Menurunnya nilai hematokrit dan nilai dasar 20 % atau lebih sesudah
pengobatan
c. Tanda – tanda pembesaran limpa, efusi pleura, asites, hipoprotemia.

Klasifikasi

a. Derajat I

Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi,
trombositopeni dan hemokonsentrasi.

b. Derajat II :

Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan di bawah


kulit seperti peteki, hematoma dan perdarahan dari lain tempat.

c. Derajat III :

Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi kegagalan


system sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan kulit yang lembab,
dingin dan penderita gelisah.

d. Derajat IV :

Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan manifestasi
renjatan yang berat dengan ditandai tensi tak terukur dan nadi tak teraba.

komplikasi

Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :


a. Perdarahan luas.

b. Shock atau renjatan.

c. Effuse pleura

d. Penurunan kesadaran

Pemeriksaan penunjang

a. Darah

1) Trombosit menurun.

2) HB meningkat lebih 20 %

3) HT meningkat lebih 20 %

4) Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3

5) Protein darah rendah

6) Ureum PH bisa meningkat

7) NA dan CL rendah

b. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).

1) Rontgen thorax : Efusi pleura.

2) Uji test tourniket (+)

TUJUAN TERAPI

Adapun tujuan terapi terhadap penyakit demam berdarah dengue adalah :

 Gangguan terhadap volume cairan tubuh dapat diatasi


 Hipertermi dapat teratasi
 Gangguan pemenuhan nutrisi teratasi
 Pengetahuan keluarga tentang proses penyakit meningkat
 Pendarahan tidak terjadi
 Shock hipovolemik dapat teratasi

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yaitu :

a. Tirah baring

b. Pemberian makanan lunak .

c. Pemberian cairan melalui infus.Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat,
nacl) ringer lactate merupakan cairan intra vena yang paling sering digunakan ,
mengandung Na + 130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korekter basa 28 mEq/liter , Cl
109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.

d. Pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik,

e. Anti konvulsi jika terjadi kejang

f. Monitor tanda-tanda vital ( T,S,N,RR).

g. Monitor adanya tanda-tanda renjatan

h. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut

i. Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari

Pengelolaan penderita DBD tanpa syok


- penderita diberi minum banyak baik berupa air the, sirup,susu, atau larutan oralit.
Tidak di anjurkan pemberian cairan melalui pipa lambung ( nasogastric tube).
- infuse diberikan bila terus-menerus muntah sehingga asupan peroral tidak mungkin,
dan penderita terancam hipovolemia intravaskuler yang dapat ditentukan dengan
pemeriksaan hematokrit. Larutan yang digunakan ringer laktat dengan jumlah yang
sama dengan yang diberikan pada dehidrasi sedang akibat gastroenteritis.
- karena DBD sukar diduga perjalanan penyakitnya, maka penderita sebaiknya segera
dirujuk ke RS terdekat.

Pengelolaan penderita DBD dengan syok


- penderita perlu mendapat infuse Ringer laktat, atau campuran NaCl 0,9% :glukosa
10% (1:3)
- kecepatan infuse permulaan 20 ml/kgBB/jam. Bila syok mulai teratasi jumlah cairan
dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam.
- untuk pemantauan dan penangan lebih lanjut, sebaiknya penderita dirujuk ke RS
terdekat.

IM PLIKASI

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan perawat untuk mendapatkan


data yang dibutuhkan sebelum melakukan asuhan keperawatan . pengkajian pada
pasien dengan “DHF” dapat dilakukan dengan teknik wawancara, pengukuran, dan
pemeriksaan fisik. Adapun tahapan-tahapannya meliputi :

a. Mengkaji data dasar, kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual pasien dari berbagai


sumber (pasien, keluarga, rekam medik dan anggota tim kesehatan lainnya).

b. Mengidentifikasi sumber-sumber yang potensial dan tersedia untuk memenuhi


kebutuhan pasien.

c. Kaji riwayat keperawatan.

d. Kaji adanya peningkatan suhu tubuh ,tanda-tanda perdarahan, mual, muntah, tidak
nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi, tanda-tanda syok (denyut nadi
cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab terutama pada ekstrimitas,
sianosis, gelisah, penurunan kesadaran).
2. Diagnosa keperawatan .

Penyusunan diagnosa keperawatan dilakukan setelah data didapatkan,


kemudian dikelompokkan dan difokuskan sesuai dengan masalah yang timbul sebagai
contoh diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus DHF diantaranya :

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler,


perdarahan, muntah dan demam.

b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
tidak ada nafsu makan.

d. Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit berhubungan dengan


kurangnya informasi

e. Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.

f. Shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan

3. Intervensi

Perumusan rencana perawatan pada kasus DHF hendaknya mengacu pada


masalah diagnosa keperawatan yang dibuat. Perlu diketahui bahwa tindakan yang bisa
diberikan menurut tindakan yang bersifat mandiri dan kolaborasi. Untuk itu penulis
akan memaparkan prinsip rencana tindakan keperawatan yang sesuai dengan diagnosa
keperawatan :

a. Gangguan volume cairan tubuh kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan , muntah dan demam.

Tujuan :

Gangguan volume cairan tubuh dapat teratasi

Kriteria hasil :
Volume cairan tubuh kembali normal

Intervensi :

1) Kaji KU dan kondisi pasien

2) Observasi tanda-tanda vital ( S,N,RR )

3) Observasi tanda-tanda dehidrasi

4) Observasi tetesan infus dan lokasi penusukan jarum infus

5) Balance cairan (input dan out put cairan)

6) Beri pasien dan anjurkan keluarga pasien untuk memberi minum banyak

7) Anjurkan keluarga pasien untuk mengganti pakaian pasien yang basah oleh
keringat.

b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.

Tujuan

Hipertermi dapat teratasi

Kriteria hasil

Suhu tubuh kembali normal

Intervensi

1) Observasi tanda-tanda vital terutama suhu tubuh

2) Berikan kompres dingin (air biasa) pada daerah dahi dan ketiak

3) Ganti pakaian yang telah basah oleh keringat

4) Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat


seperti terbuat dari katun.
5) Anjurkan keluarga untuk memberikan minum banyak kurang lebih 1500 – 2000
cc per hari

6) kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Therapi, obat penurun panas.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
tidak ada nafsu makan.

Tujuan

Gangguan pemenuhan nutrisi teratasi

Kriteria hasil

Intake nutrisi klien meningkat

Intervensi

1) Kaji intake nutrisi klien dan perubahan yang terjadi

2) Timbang berat badan klien tiap hari

3) Berikan klien makan dalam keadaan hangat dan dengan porsi sedikit tapi sering

4) Beri minum air hangat bila klien mengeluh mual

5) Lakukan pemeriksaan fisik Abdomen (auskultasi, perkusi, dan palpasi).

6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Therapi anti emetik.

7) Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet.

d. Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit berhubungan dengan


kurangnya informasi

Tujuan

Pengetahuan keluarga tentang proses penyakit meningkat


Kriteria hasil

Klien mengerti tentang proses penyakit DHF

1) Kaji tingkat pendidikan klien.

2) Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit DHF

3) Jelaskan pada keluarga klien tentang proses penyakit DHF melalui Penkes.

4) beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya yang belum dimengerti atau
diketahuinya.

5) Libatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan pada klien

e. Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trobositopenia.

Tujuan

Perdarahan tidak terjadi

Kriteria hasil

Trombosit dalam batas normal

Intervensi

1) Kaji adanya perdarahan

2) Observasi tanda-tanda vital (S.N.RR)

3) Antisipasi terjadinya perlukaan / perdarahan.

4) Anjurkan keluarga klien untuk lebih banyak mengistirahatkan klien

5) Monitor hasil darah, Trombosit


6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi ,pemberian cairan intra
vena.

f. Shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan

Tujuan

Shock hipovolemik dapat teratasi

Kriteria hasil

Volume cairan tubuh kembali normal, kesadaran compos mentis.

Intervensi

1) Observasi tingkat kesadaran klien

2) Observasi tanda-tanda vital (S, N, RR).

3) Observasi out put dan input cairan (balance cairan)

4) Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi

5) kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi cairan.

4. Penyuluhan pada keluarga/pasien

Pada pasien tersangka DBD perlu mendapatkan penyuluhan / penjelasan yaitu:

1. Kontrol setiap hari ke rumah sakit / puskesmas selama masih demam


2. Berikan obat penurun demam bila diperlukan
3. Berikan minum 4-6 gelas per hari, disamping iar putih dapat diberika teh
manis, sirup, jus buah, atau oralit.

4. apabila sewaktu – waktu di jumpai tanda kegawatan, yaitu :


- Anak tampak lemas
- Badan dingin, terutama tangan dan kaki
- Muntah terus menerus
- Mimisan
- Perdarahan lain

Segera di bawah kembali ke rumah sakit / puskesmas

5. baca formulir pesanan yang di berikan oleh dokter.

5. Evaluasi.

Evaluasi adalah merupakan salah satu alat untuk mengukur suatu perlakuan atau
tindakan keperawatan terhadap pasien. Dimana evaluasi ini meliputi evaluasi formatif /
evaluasi proses yang dilihat dari setiap selesai melakukan implementasi yang dibuat setiap
hari sedangkan evaluasi sumatif / evaluasi hasil dibuat sesuai dengan tujuan yang dibuat
mengacu pada kriteria hasil yang diharapkan.

Evaluasi :

a. Suhu tubuh dalam batas normal.

b. Intake dan out put kembali normal / seimbang.

c. Pemenuhan nutrisi yang adekuat.

d. Perdarahan tidak terjadi / teratasi.

e. Pengetahuan keluarga bertambah.

f. Shock hopovolemik teratasi

You might also like