You are on page 1of 2

Uji Fungsi Hati

Uji fungsi hati mencakup enam pemeriksaan dasar:

1. Bilirubin
2. Aminotransferase aspartat (AST)
3. Aminotransferase alanin (ALT)
4. Fosfatase alkali (ALP)
5. Transpeptidase Gamma-glutamil (GGT)
6. Albumin

Waktu protrombin (PT) yang merupakan bagian dari pemeriksaan profil koagulasi merupakan
tambahan esensial bagi uji fungsi hati. AST dan ALT sebenarnya tidak spesifik bagi liver. AST juga
akan dilepaskan jika jaringan otot (termasuk otot jantung) mengalami kerusakan. ALP akan
meningkat pada beberapa patologi tulang, oleh karenanya ALP juga merupakan bagian dari
pemeriksaan profil tulang (bone profile).

Bila terdapat abnormalitas pada pemeriksaan uji fungsi hati dasar ini, maka akan diperlukan uji yang
lebih spesifik untuk mengetahui etiologi dasar suatu penyakit hati.

Secara garis besar, gangguan fungsi dapat digolongkan dalam 3 pola berbeda:

1. Pola hepatitik (parenkimal)


2. Pola kolestatik
3. Pola gabungan

Pola-pola gangguan fungsi hati ini akan membantu mempersempit diagnosis diferensial gangguan
fungsi hati. Pemahaman akan etiologi berbeda dalam gangguan fungsi hati akan memudahkan
penentuan urutan investigasi selanjutnya.

Bila terjadi kerusakan hepatoseluler, hepatosit akan melepaskan transaminase (AST dan ALT).
Peningkatan AST dan ALT dapat diistilahkan dengan “transaminitis”.

Apabila terdapat obstruksi pada aliran cairan empedu dari liver, pola kolestatik akan terlthat
(peningkatan ALP dan GGT). Kadar bilirubin juga akan turut mengalami peningkatan.

Bilirubin akan dikonjugasi di hati dengan penambahan gugus glukoronida. Pengukuran bilirubin
melibatkan kadar bilirubin terkonjugasi (bilirubin direk) dan bilirubin yang belum terkonjugasi
(bilirubin indirek). Bilirubin total merupakan total jumlah bilirubin direk dan indirek.

Kesulitan interpretasi akan muncul jika pada kondisi penyakit liver kolestatik, kadar AST dan ALT
turut meningkat. Turut meningkatnya kadar AST dan ALT ini dapat dijelaskan dengan peningkatan
tekanan balik (back pressure) pada hati. Pada kondisi ini, peningkatan ALP dan GGT akan memiliki
proporsi jauh di atas peningkatan AST dan ALT.

Pada kondisi jaundice kolestatik, peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi (bilirubin direk) dapat
dideteksi dalam urin melalui urinalisis.
Salah satu fungsi hati adalah sintesis protein. Pada gagal hati, fungsi sintesisnya juga akan
dipengaruhi. Hal ini akan termanifestasi sebagai rendahnya kadar albumin dan peningkatan waktu
protrombin (hati berperan dalam menghasilkan faktor-faktor pembekuan).

Penyebab Kelainan hasil kimia darah akibat kerusakan parenkim


 Hepatitis Virus
 Hepatitis autoimun
 Obat-obatan atau toksin
 Alkohol
 Gangguan metabolic ( Wilson’s disease)
 Fatty Liver
 Malignancy (Primer maupun metastasis)
 Gagal Jantung Kongestif

Penyebab kelainan hasil kimia darah pada pola kolestasis


Obstruksi lumen dalam kandung empedu
 Batu Kandung Empedu
Kelainan dinding kandung empedu
 Striktur kandung empedu
 Kolangiokarsinoma
Penekanan kandung empedu akibat lesi ekstrinsik
 Karsinoma Pankreas
 Nodul pada hepatis porta
 Ampullary Carsinoma

Kaitan Pemeriksaan Kimia Darah dalam penegakan Diagnosis

Jenis Pemeriksaan Penyakit Hasil Yang Akan Ditemui


Skrening Auto Antibodi Hepatitis autoimun Anti-nuclear
Anti-smooth muscle
Anti-Liver/Kidney microsomal-i
Primary biliary cirrhosis Anti-mitochondrial
Coeliac disease Anti-transglutaminase
Iron Profile Haemochromatosis Kadar iron, ferritin, dan saturasi
transferrin yang tinggi
TIBC rendah
Copper studies Willson’s Disease Seruloplasmin rendah
Konsentrasi Copper meningkat
pada urin 24 jam
Skreening virus hepatitis Hepatitis Test Viral positif
α1-antitrypsin α 1-antitrypsin deficiency Kadar α 1-antitrypsin rendah
α -Fetoprotein Hepatocelular Carsinoma α –Fetoprotein Tinggi
Immunoglobulin Beberapa penyakit Hepar Pola peningkatan
immonuglobulin spesifik dapat
menjadi panduan untuk
menegakan diagnosis namun
bukan sebagai gold standar

You might also like