You are on page 1of 4

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

UDT

1.1 Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Tanda dan gejala: Atropi otot, gangguan dalam berjalan, riwayat
pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk dalam waktu lama.
b. Eliminasi
Gejala: Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi adanya
inkontinensia atau retensi urin.
c. Integritas ego
Tanda dan gejala: Cemas, depresi, menghindar ketakutan akan timbulnya
paralisis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga.
d. Neuro sensori
Tanda dan gejala: Penurunan reflek tendon dalam kelemahan otot
hipotonia, nyeri tekan, kesemutan, ketakutan kelemahan dari tangan dan
kaki.
e. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala: Sikap, perubahan cara berjalan, nyeri seperti tertusuk benda tajam,
semakin memburuk dengan batuk, bersin membengkokkan badan.
f. Keamanan
Gejala: adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi.

1.2 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dan intervensi yang dapat
dilakukan adalah:
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan kompresi syaraf,
spasme otot
Kriteria hasil:
a. Melaporkan nyeri hilang dan terkontrol.
b. Mengungkapkan metode yang memberi penghilangan.
c. Mendemonstrasikan penggunaan intervensi terapeutik.
Intervensi:
1) Kaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi lamanya serangan, faktor
pencetus atau yang memperberat
Rasional: Membantu menentukan pilihan intervensi dan memberikan
dasar untuk perbandingan dan evaluasi terhadap terapi
2) Pertahankan tirah baring selama fase akut letakkan pasien pada posisi
semi fowler dengan tulang spinal, pinggang dan lutut dalam keadaan
fleksi, posisi terlentang dengan atau tanpa meninggikan kepala 10-30
derajat pada posisi lateral
Rasional: Tirah baring dalam posisi yang nyaman memungkinkan
pasien untuk menurunkan spasme otot menurunkan penekanan pada
bagian tubuh tertentu dan memfasilitasi terjadinya reduksi dari tonjolan
discus.
3) Batasi aktivitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan
Rasional: Menurunkan gaya gravitasi dan gerak yang dapat
menghilangkan spasme otot dan menurunkan edema dan tekanan pada
struktur sekitar discus intervertebralis.
4) Instruksikan pada pasien untuk melakukan teknik relaksasi atau
visualisasi
Rasional: Memfokuskan perhatian klien membantu menurunkan
tegangan otot dan meningkatkan proses penyembuhan.
5) Kolaborasi dalam pemberian terapi
Rasional: Intervensi cepat dan mempercepat proses penyembuhan.
2. Ansietas sehubungan dengan krisis situasional, perubahan status kesehatan
Kriteria hasil:
a. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang.
b. Mengkaji situasi terbaru dengan akurat mendemonstrasikan
ketrampilan pemecahan masalah.
Intervensi:
1) Kaji tingkat ansietas klien, tentukan bagaimana pasien menangani
masalahnya sebelumnya dan sekarang
Rasional: Mengidentifikasi keterampilan untuk mengatasi keadaannya
sekarang.
2) Berikan informasi yang akurat
Rasional: Memungkinkan pasien untuk membuat keputusan yang
didasarkan pada pengetahuannya.
3) Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan masalah yang
dihadapinya
Rasional: Kebanyakan pasien mengalami permasalahan yang perlu
diungkapkan dan diberi respon.
4) Catat perilaku dari orang terdekat atau keluarga yang meningkatkan
peran sakit pasien
Rasional: Orang terdekat mungkin secara tidak sadar memungkinkan
pasien untuk mempertahankan ketergantungannya.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
Kriteria hasil :
a. perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
b. pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas
tanpa dibantu.
c. Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.

Intervensi

1) Rencanakan periode istirahat yang cukup.


Rasional : mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan,dan energi
terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secar optimal
2) Berikan latihan aktivitas secara bertahap.
Rasional : tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas
secara perlahan dengan menghemattenaga namun tujuan yang tepat,
mobilisasi dini.
3) Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.
Rasional : mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih
kembali.
4) Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien
Rasional : menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh
sebagai akibat dari latihan.
4. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.
Kriteria hasil :
a. tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
b. luka bersih tidak lembab dan kotor.
c. Tanda-tanda vital normal

Intervensi

1) Pantau tanda-tanda vital.


Rasional : Jika ada peningkatan tanda-tanda vital besarkemungkinan
adanya gejala infeksi karena tubuhberusaha intuk melawan
mikroorganisme asing yang masuk maka terjadi peningkatan tanda
vital.
2) Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
Rasional : perawatan luka dengan teknik aseptic mencegah risiko
infeksi.
3) Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter,
drainase luka, dll
Rasional : untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial
4) Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah,
seperti Hb danleukosit.
Rasional : penurunan Hb dan peningkatan jumlahleukosit dari normal
membuktikan adanya tanda-tanda infeksi.
5) Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
Rasional : antibiotic mencegah perkembangan mikroorganisme
patogen.

You might also like