You are on page 1of 9

MAKALAH KEPERAWATAN DEWASA VIII

ASUHAN KEPERAWATAN PEMASANGAN DRAINAGE SUPRAPUBIK

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Muhtar Lutfi (13620864)
Ndaru Eka Dini Hariyani Rahayu (12620802)
Susi Susanti (13620885)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2016
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

1. 1 Definisi
Suprapubik kateter adalah pemasangan kateter pada area suprapubik
melalui prosedur pembedahan. Prosedur ini lebih nyaman dibanding
indwelling catheter, pasien juga dapat merasakan proses berkemih secara alami
dengan cara melakukan klem pada kateter dan melepaskan klem ketika blader
terasapenuh(Potter & Pery,2006). Tanggung jawab perawat terhadap perawata
kateter adalah mempetahankan kepatenan aliran urin, perawatan kateter dan
kulit sekitar kateter.
1. 2 Tujuan Pemasangan
1. Membantu memenuhi kebutuhan pasien untuk mengosongkan kandung
kemih, terutama pada pasien yang mengalami penyakit akut, akan operasi,
sakit hebat, terbatas pergerakannya atau pasien dengan penurunan
kesadaran.
2. Menjaga agar kandung kemih tetap kosong, penyembuhan luka, pengobatan
beberapa infeksi dan operasi suatu organ dari sistem urin dimana kandung
kemih tidak boleh tegang sehingga menekan unsur lain.
3. Menjaga agar pasien dengan keluhan inkontinensia urin ( urin terkumpul di
kandung kemih karena tidak dapat dikeluarkan) tetap kering bagian
perineumnya , sehingga kulit tetap utuh dan tidak terinfeksi.
4. Mengukur jumlah produksi urin oleh ginjal secara akurat.
5. Membantu melatih kembali atau memulihkan pengendalian kandung kemih
secara normal.

1. 3 Indikasi pemasangan
Selain indikasi dari kateterisasi uretra, untuk indikasi pemasangan kateterisasi
suprapubik ditambah dengan indikasi berikut :
1. Retensi urin akut dan kronis yang tidak mampu secara memadai
dikeringkan dengan kateter uretra.
2. Disukai oleh pasien karena kebutuhan pasien, misalnya pengguna kursi roda
atau masalah seksual.
3. Prostatitis akut.
4. Adanya Obstruksi atau striktur ataupun anatomi yang abnormal dari uretra.
5. Trauma panggul.
6. Komplikasi jangka panjang dari kateterisasi uretra.
7. Ketika kateterisasi jangka panjang digunakan untuk mengelola pasien
dengan inkontinensia.
8. Kompleks uretra atau operasi perut.
9. Pasien dengan faecal inkotinensia yang selalu mengotori kateter uretra.

1. 4 Kontraindikasi pemasangan
1. Adanya atau diduga menderita karsinoma kandung kemih.
2. Kontraindikasi mutlak dari kateterisasi suprapubik yaitu pada pasien dengan
kandung kemih yang tidak mudah teraba atau dengan menggunakan
ultrasonografi tidak ditemui adanya distensi kandung kemih.
3. Riwayat operasi perut bagian bawah sebelumnya.
4. Koagulopati (sampai kelainan tersebut diperbaiki).
5. Perangkat prostetik di perut bagian bawah misalnya hernia Mesh.

1. 5 Keuntungan pemasangan
Para ahli percaya bahwa ada beberapa keuntungan dari pemasangan
kateterisasi suprapubik jika dibandingkan dengan kateterisasi uretra :
1. Mengurangi resiko trauma uretra, nekrosis, atau kateter-induced uretritis.
2. Mengurangi risiko kontaminasi kateter oleh mikro-organisme usus.
3. Lebih nyaman, terutama bagi pasien yang harus menggunakan kursi roda.
4. Mudah dalam pembersihan dan penggantian kateter.
5. Dapat diblok dan dapat menilai kemampuan pasien untuk mengeluarkan
urin melalui uretra secara normal sebelum pencabutan kateter suprapubik.
1. 5 Keterbatasan pemasangan
1. Pemasangan kateter merupakan prosedur invasif dengan risiko perdarahan
dan cedera visceral.
2. Urin pasien masih mungkin keluar melalui uretra.
3. Pelatihan khusus diperlukan bagi tenaga kesehatan.
4. Pasien dengan katup jantung buatan memerlukan terapi antibiotik sebelum
prosedur pemasangan atau pada saat penggantian kateter rutin.
5. Pasien dengan terapi antikoagulan akan membutuhkan pemeriksaan tingkat
koagulasi sebelum pemasangan kateter suprapubik.

1. 6 Penatalaksanaan
Keperawatan
1. Kaji adanya nyeri pada daerah abdomen.
2. Perkusi pada area supra pubik, apakah menghasilkan bunyi pekak yang
menunjukkan distensi kandung kemih.
3. Kaji Intake dan output cairan.
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN PEMASANGAN

2.1 Pengkajian
1. Data Demografi
Identitas klien yang terdiri dari : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, status, agama, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor
register, dan diagnosa medik.
2. Riwayat Penyakit
Tanyakan pada pasien apakah ada riwayat penyakit sebelumnya, untuk
memberikan informasi-informasi tentang kesehatan atau penyakit masa lalu
yang pernah diderita pada masa lalu, biasanaya riwayat penyakit
sebelumnya berhubungan dengan penyakit perkemihan yang di derita pada
pasien saat ini.
3. Keluhan utama pasien terpasang drainage suprapubik
Data Subyektif :
1. Klien mengeluh tidak bisa tidur/istrahat dengan tenang jika rasa nyeri
timbul.
2. Klien mengeluh keragu-raguan pada awal berkemih melalui selang
drainage.
3. Klien mengeluh penurunan kemampuan dalam melakukan hubungan
seksual.
4. Klien mengeluh tentang penyakitnya
5. Klien mengeluh khawatir dengan penyakitnya.
Data Obyektif :
Gelisah
1. Ekspresi wajah nampak meringis bila nyeri timbul
2. Nampak memegang area yang sakit pasca pembedahan
3. Nyeri tekan daerah daerah suprapubik
4. Nampak ketakutan
5. Terpasang Drainage Suprapubik
4. Keadaan Umum pasien
Penampilan, kesadaran, gaya bicara. Sebelum pemasangan drainage
suprapubik pasien mengalami gangguan pola eliminasi BAK (Buang Air
Kecil) sehingga dilakukan pemasangan drainage suprapubik/kateter
suprapubik. Biasanya penampilan pasien kurang karena bedrest di tempat
tidur pada awal pemasangan drainage ini, akbiat dari nyeri yang di
timbulkan area suprapubik.
5. Kaji Tanda-tanda vital
1. Tekanan Darah
2. Heart Rate
3. Respitarori rate
4. Suhu
6. Pemeriksaan fisik
1. B4 : Bladder (Perkemihan – Eliminasi Uri/Genitourinaria)
Inspeksi : Area yang terpasang kateter suprapubik, warna urin yang
keluar intake dan output.
Palpasi : Ada distensi atau tidak.
Perkusi :-
Auskultasi : -

2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan ganggua kulit/jaringan incisi dan luka
akibat dari pemasangan drainage suprapubik.
2. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka incisi,
luapan urine, reaksi kulit terhadap urine.
3. Resiko infeksi b/d pertahanan tubuh yang tidak adekuat (kerusakan
kulit/incisi, refluk urine ke saluran urinaria.
2.3 Rencana Keperawatan
N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
o keperawatan Hasil
1 Resiko tinggi Tujuan : Setelah dilakukan 1. Inspeksi kondisi 1. Mengetahui keadaan
. kerusakan tindakan keperawatan luka operasi luka
integritas kulit selam 1x24 jam integritas 2. Observasi 2. Mengetahui
b/d masuknya jaringan: kulit dan mukosa ekstremitas untuk kelancaran sirkulasi
benda asing ke normal dengan indikator: warna, panas, 3. Mengetahui kondisi
kulit, adanya KH : keringat, nadi, kulit
luka, luapan  temperatur jaringan tekstur, edema, 4. Mengetahui faktor
urine, reaksi dalam rentang yang dan luka penyebab untuk
kulit terhadap 3. Inspeksi kulit dan mencegah tekanan
diharapkan
membran mukosa
urine.  elastisitas dalam 5. Mengetahui tanda
untuk kemerahan,
rentang yang tanda infeksi
panas, drainase
diharapkan 6. Mengetahui kondisi
4. Monitor
 hidrasidalam kulit
penyebab
rentang yang 7. Mempertahankan
tekanan
diharapkan kebersihan klien
5. Monitor adanya
 pigmentasi dalam
infeksi
rentang yang
6. Monitor kulit
diharapkan
adanya rashes dan
 warna dalam
abrasi
rentang yang
7. Pertahankan
diharapkan
hygiene pada
 tektur dalam
klien
rentang yang
diharapkan
2 Gangguan rasa Tujuan : Setelah dilakukan 1. Lakukan 1. Mengetahui tingkat atau
. nyaman nyeri tindakan 1x24 jam pasien pengkajian nyeri derajat nyeri klien.

berhubungan dapat mengontrol nyeri. secara 2. Mengetahui tanda


KH : komperhensif ketidaknyamanan klien.
dengan distensi
 Mengenali faktor termasuk lokasi 3. Untuk mengurangi nyeri
pada kandung
penyebab karakteristis, klien
kemih.
4. Mengurangi rasa nyeri
 Mengenali lama durasi, frekuensi, klien
sakitnya kualitas dan faktor
 Menggunakan presdiposisi
analgesik sesuai 2. Observasi reaksi
kebutuhan non verbal dari

 Mencari ketidaknyamanan.

bantuantenaga 3. Ajarkan tentang

kesehatan teknik non

 Mengenali gejala- farmakologi

gejala nyeri 4. Kolaborasi

 Melaporkan nyeri pemberian

sudah terkontrol analgesik

3 Gangguan body Setelah dilakukan 1. Kaji secara verbal dan 1. Mengetahui respon
. image b/d adanya tindakan keperawatan nonverbal respon klien klien pada tubuhnya
stoma, kehilangan selama 1X24 jam terhadap tubuhnya 2. Mengetahui sejauh
kemampuan gangguan 2. Monitor frekuensi mana klien dapat
mengontrol body image pasien mengkritik dirinya menerima keadaan
berkemih, teratasi dengan kriteria 3. Jelaskan tentang 3. Mencegah klien
terpasangnya alat. hasil: pengobatan,dan semakin cemas karena
 Body image positif perawatan, kemajuan kurang informasi
 Mampu dan prognosis 4. Membantu klien
mengidentifikasi penyakit mengurangi cemas
kekuatan persona 4. Dorong klien
 Mendiskripsikan mengungkapkan
secara factual perasaannya
perubahan fungsi
tubuh
 Mempertahankan
interaksi social

4. Gangguan body image b/d adanya stoma, kehilangan kemampuan


mengontrol berkemih, terpasangnya alat.

You might also like