You are on page 1of 42

Sirkulasi

25 Juli 2015
Tanda-tanda sirkulasi normal :

Perfusi perifer : teraba hangat, kering


Warna akral : pink/merah muda
Capillary refill time : < 2 detik
Denyut nadi < 100
Tekanan darah sistole >90-100
Produksi urine 1 ml/kgBB/jam
Tanda klinis syok :

Kulit telapak tangan dingin, pucat, basah


Capillary refill time > 2 detik
Nafas cepat
Nadi cepat > 100
Tekanan darah sistole < 90-100
Kesadaran : gelisah s/d koma
Pulse pressure menyempit
JVP rendah
Produksi urin < 0,5 ml/kgBB/jam
Bandingkan dengan tangan pemeriksa !
Lokasi dan Estimasi perdarahan:

- Fraktur femur tertutup : 1,5-2 liter


- Fraktur tibia tertutup : 0,5 liter
- Fraktur pelvis : 3 liter
- Hemothorak : 2 liter
- Fraktur iga (tiap satu) : 150 cc
- Luka sekepal tangan : 500 cc
- Bekuan darah sekepal : 500 cc
Menurut Advanced Trauma Life Support

Klasifikasi / Penemuan Klinis / Pengelolaan

Kelas I : kehilangan volume darah < 15 % EBV

Hanya takikardi minimal, nadi < 100 kali/menit

Tidak perlu penggantian volume cairan secara IVFD

Kelas II : kehilangan volume darah 15 – 30 % EBV

Takikardi (>120 kali/menit), takipnea (30-40 kali/menit), penurunan pulse pressure, penurunan produksi urin (20-30
cc/jam)

Pergantian volume darah yang hilang dengan cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau RL) sejumlah 3 kali volume darah yang
hilang

Kelas III : kehilangan volume darah 30 - 40 % EBV

Takikardi (>120 kali/menit), takipnea (30-40 kali/menit), perubahan status mental (confused), penurunan produksi urin
(5-15 cc/jam)

Pergantian volume darah yang hilang dengan cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau RL) dan darah

Kelas IV : kehilangan volume darah > 40 % EBV

Takikardi (>140 kali/menit), takipnea (35 kali/menit), perubahan status mental (confused dan lethargic),

Bila kehilangan volume darah > 50 % : pasien tidak sadar, tekanan sistolik sama dengan diastolik, produksi urin minimal
atau tidak keluar

Pergantian volume darah yang hilang dengan cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau RL) dan darah
Kristaloid :

Kelompok cairan non ionik yang kebanyakan bersifat iso-osmola


Tidak mengandung partikel onkotik sehingga tidak menetap di in
Cairan ini baik untuk tujuan mengganti kehilangan volume teruta
Harganya murah, tidak menyebabkan reaksi anafilaksis
Pemberian berlebih akan menyebabkan edema paru dan edema
Untuk resusitasi digunakan Ringer Laktat (RL), Ringer Asetat (R
Koloid :

Cairan yang mengandung partikel onkotik yang dapat menyebab


Sebagian besar menetap di intravaskuler
Koloid yang bersifat plasma ekspander akan menarik cairan eks
Dapat menyebabkan reaksi anafilaksis
Harganya mahal
Pemberian berlebih dapat menyebabkan edema paru tetapi tidak
Untuk resusitasi digunakan Dekstran, HES, gelatin
RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI

1. Rumus : Hb normal – Hb pasien = hasil


2. hasil x BB x jenis darah

Keterangan :
Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal
Hb pasien : Hb pasien saat ini
Hasil : hasil pengurangan Hb normal dan Hb pasien
Jenis darah : darah yang dibutuhkan
= PRC dikalikan 3
= WB dikalikan 6
Nadi carotis dapat diraba dengan menggunakan 2 atau 3 jari menempel pada
PROTAP PENATALAKSANAAN SYOK ANAFILAKTIK
1. T U J U A N :
Sebagai Pedoman kerja bagi petugas medis / paramedis dalam melakukan pelayanan
penanganan Syok Anafilaktik.
2.SASARAN:
Tenaga Medis / Paramedis dalam melakukan pelayanan / Penatalaksanaan Syok Anafilaktik
di Ruang Pelayanan.
3.URAIAN UMUM:
Penatalaksanaan Syok Anafilaktik:Penyuntikan Adrenalin 0,3 – 0,5 ml IM bila pasien
mengalami reaksi /syok setelah penyuntikan ( dengan tanda-tanda : sesak, pingsan,
kelainankulit ).
4.LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN:
A.Penanganan Utama dan segera :
1.Hentikan pemberian obat / antigen penyebab.
2 . B a r i n g k a n p e n d e r i t a d e n g a n p o s i s i t u n g k a il e b i h t i n g g i d a
ri kepala.
3 . B e r i k a nAdrenalin1 : 1000 ( 1 mg/ml )Segera secara IM pada otot deltoideus, dengan
dosis 0,3 – 0,5 ml(anak : 0,01 ml/kgbb), dapat diulang tiap lima menit, pada tempat suntikan
atau sengatan dapat diberikan 0,1 – 0,3 ml
Pemberian adrenalin IV apabila terjadi tidak ada respon pa
d a pemberian secara IM, atau terjadi kegagalan sirkulasi dan syok, d e n g a n d o s i s (
d e w a s a ) : 0 , 5m l a d r e n a l i n 1 : 1 0 0 0 ( 1 m g / m l ) diencerkan
dalam 10 ml larutan garam faali dan diberikan selama 10menit.
Referensi :
Departemen Kesehatan RI. 2002. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas. Direktorat
Jenderal Keparmasian dan Alat Kesehata
A. Penanganan Utama dan segera :

1. Hentikan pemberian obat / antigen penyebab.


2. Baringkan penderita dengan posisi tungkai lebih tinggi dari kepala.
3. Berikan Adrenalin 1 : 1000 ( 1 mg/ml )
- Segera secara IM pada otot deltoideus, dengan dosis 0,3 – 0,5 ml (anak : 0
- Sekitar tempat suntikan atau sengatan dapat diberikan 0,1 – 0,3 ml
- Pemberian adrenalin IV apabila terjadi tidak ada respon pada pemberian s
4. Bebaskan jalan napas dan awasi vital sign ( Tensi, Nadi, Respirasi ) sam
5. Pasang infus dengan larutan Glukosa faali bila tekanan darah systole k
6. Pemberian oksigen 5-10 L/menit
7. Bila diperlukan rujuk pasien ke RSU terdekat dengan pengawasan tena
B. Penanganan Tambahan :

1. Pemberian Antihistamin :
Difenhidramin injeksi 50 mg, dapat diberikan bila timbul urtikaria
2. Pemberian Kortikosteroid :
Hydrokortison inj 7 – 10 mg / kg BB, dilanjutkan 5 mg / kg BB se
Antihistamin dan Kortikosteroid tidak untuk mengatasi syok anaf
3. Pemberian Aminofilin IV, 4-7 mg/kgbb selama 10-20 menit
C. Penanganan penunjang :

1. Tenangkan penderita, istirahat dan hindarkan pemanasa


2. Pantau tanda-tanda vital secara ketat sedikitnya pada ja
The JVP should be measured at the end of exhalation.

A normal JVP is a vertical distance less than 3cm (measured fro

Anything higher than 3cm is described as an elevated JVP.

The JVP assesses the pressure in the right side of the heart.

The absence of a JVP is not necessarily a problem.


■ In Position A, the head of the bed is raised to the usual level, about 30°, but the JVP canno

■ In Position B, the head of the bed is raised to 60°. The "top" of the internal jugular vein is no

■ In Position C, the patient is upright and the veins are barely discernible above the clavicle,
Note that the height of the venous pressure as measured from th

Jugular venous pressure measured at more than 4 cm above the


Terima Kasih
Jugular Venous Pulsations.

The oscillations that you see in the internal jugular veins (and often in the externals as well) reflect chang

Careful observation reveals that the undulating pulsations of the internal jugular veins (and sometimes the

The first elevation, the a wave, reflects the slight rise in atrial pressure that accompanies atrial contraction
Waveform
The waveform of the JVP results from changes in pressure in the Righ
It can be remembered with the mnemonic ASK ME.

- Atrial contraction: The 'a wave' is due to atrial contraction. JVP is high
- Systole: The 'c wave' is due to the beginning of systole. This may be
- Klosed Tricuspid. The 'x descent' occurs when the atrium is relaxed a
- Maximal Atrial Filling: The 'v wave' occurs at the end of systole when
- Emptying of Atrium: The 'y descent' occurs at the beginning of diasys
Jugular Vein Carotid Artery
No pulsations palpable. Palpable pulsations.
by pressure above the clavicle.Pulsations not obliterated by pres
spiration; increased on expiration. No effe
y two pulsations per systole (x and y descents).One pulsation per
Prominent descents. Descents not prominent.
more prominent with abdominal pressure.No effect of abdominal

You might also like