You are on page 1of 5

KONSEP MEDIS

OSTEOSARKOMA

A. Definisi Osteosarkoma

(Osteosarkoma) merupakan tumor tulang maligna primer yang paling sering


dan yang fatal,tumor ini ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru.
Tumor ini menyebab kan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar
ke paru ketika pertama kali klien berobat ( Muttaqin, 2008).Osteosarkoma
merupakan kanker tulang primer yang paling sering terjadi pada individu muda
sampai usia 30 tahun dan sedikit lebih sering terjadi pada anak laki-laki dan pria
dari pada anak perempuan dan wanita, dengan rasio 1,5 : 1 ( Menurut Suhamo &
Tobias, 1986 Dalam Kneale, 2011 hal:317 ). Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik )
adalah tumor tulang ganas yang biasanya berhubungan dengan periode kecepatan
pertumbuhan pada masa remaja. Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang
sering di temukan pada anak-anak, rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15
tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki dan anak perempuan adalah sama, tetapi
pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki (
Wijaya, 2013 ).

B. Etiologi

Meskipun tidak ada penyebab keganasan tulang yang pasti, ada beberapa
faktor yang berhubungan yang kemungkinan menjadi faktor penyebab terjadinya
keganasan tulang. Faktor tersebut menurut Muttaqin(2008) adalah :

a. Genetik. Beberapa kelainan genetik dikaitkan dengan terjadinya keganasan


tulang, misalnya sarkoma jaringan lunak atau soft tissue sarcoma (STT).

b. Radiasi. Keganasan jaringan lunak dapat terjadi pada daerah tubuh yang
terpapar radiasi seperti pada klien karsinoma mamma dan limfoma maligna
yang mendapat radioterapi.

c. Bahan kimia. Bahan kimia seperti Dioxsin dan Phenoxyherbicide diduga


dapat menimbulkan sarkoma, tetapi belum dapat dibuktikan

d. Trauma. Sekitar 30% kasus keganasan pada jaringan lunak mempunyai


riwayat trauma. Walaupun sarkoma timbul pada jaringan sikatrik lama, luka
bakar, dan riwayat trauma, semua ini tidak pernah dapat dibuktikan.
e. Limfedema kronis. Limfedema kronis akibat oprasi atau radiasi dapat
menimbulkan limfangiosarkoma dan kasus limfangiosarkoma pada
ekstremitas superior ditemukan pada klien karsinoma mamma yang dapat
radioterapi pasca-mastektomi.

f. Infeksi. Keganasan pada jaringan lunak dan tulang juga dapat di sebabkan
oleh tulang infeksi parasit, yaitu filariasis. ( Menurut O’sullivan & Sakton,
1997 Dalam Kneale, 2011 hal : 317)Terdapat 5 jenis Osteosarkoma yang
utama meliputi :

1) Osteobalastik
2) Kondroblastik
3) Fibroblastik
4) Campuran
5) Telangiektatik

C. Patofisiologi

Menurut Nadianus, (2012) Sarkoma osteogenik (osteosarkoma) merupakan


neoplasma tulang primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis
tulang tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang
panjang terutama lutut. Penyebab osteosarkoma belum jelas diketahui, adanya
hubungan kekeluargaan menjadi satu predisposisi. Dikatakan beberapa virus
onkogenik dapat menimbulkan osteosarkoma pada hewan percobaan. Radiasi ion
dikatakan menjadi 3% penyebab langsung osteosarkoma. Akhir-akhir ini dikatakan
ada 2 tumor supresor gene yang berperan secara signifikan terhadap tumor ginesis
pada osteosarkoma. Lokasi tumor dan usia penderita pada pertumbuhan pesat dari
tulang memunculkan perkiraan ada pengaruh dalam patogenesis osteosarkoma.
Mulai tumbuh bisa di dalam tulang atau pada permukaan tulang dan berlanjut
sampai pada jaringan lunak sekitar Tulang epifisis dan tulang rawan sendi
bertindak sebagai barrier pertumbuhan tumor kedalam sendi.
Osteosarkoma mengadakan metastase.secara hematogen paling sering ke
paru atau pada tulang lainnya dandidapatkan sekitar 15%-20% telah mengalami
metatase pada saatdiagnosis ditegakkan. Adanya tumor ditulang menyebabkan
reaksi tulangnormal dengan respon osteolitik (destruksi tulang) atau respon
osteblastik(permukaan tulang). Beberapa tumor tulang sering terjadi dan lainnya
jarang terjadi, beberapa tidak menimbulkan masalah. Sementara lainnya
ada yang sangat bermasalah dan sementara lainnya ada yang sangat berbahaya dan
mengancam jiwa. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang panjang dan biasa
ditemukan pada ujung bawah femur, ujung atas humerus, dan ujung atas fibia.
Timbul dari reaksi tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi
atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang.
Terjadi destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik karena adanya sel tumor
maka terjadi penimbunan periosterum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi
sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.

D. Klasifikasi

Klasifikasi menurut WHO ditetapkan berdasarkan kriteria hitologis, jenis


diferensiasi sel-sel tumor yang diperlihatkan, dan jenis interseluler matriks yang
diproduksi. Dalam hal ini, dipertimbangkan sifat-sifat tumor, asal usur sel, serta
pemeriksaan histologis yang menetapkan jenis tumor bersifat jinak atau ganas.
Beberapa hal yang penting sehubungan dengan penetapan klasifikasi,Menurut
muttaqin, ( 2008 ) hal : 117

a. Jaringan yang mudah menyebar tidak selalu harus merupakan


jaringan asal.
b. Tidak ada hubungan patologis atau klinis dalam kategori khusus.
c. Sering tidak ada hubungan antara kelainan jinak dan ganas dengan unsur-unsur
jaringannya, misalnya osteoma dan osteosarkoma. Beberapa tumor hanya
disebut dalam satu kelompok yang sederhana, misalnya osteosarkoma.

E. Manifestasi Klinis

Pasien dengan tulang tumur datang dengan masalah yang berhubungan


dengan tumor tulang yang sangat berfariasi. Dapat tanpa gejala atau dapat juga
nyeri (ringan dan kadang-kadang sampai konstan dan berat), kecacatan yang
bervariasi, dan pada suatu saat adanya pertumbuhan tulang yang jelas. Kehilangan
berat badan, malaise, dan demam dapat terjadi. Tumor kadang baru terdiagnosis
saat terjadinya patah tulang patologik. Bila terjadi kompresi korda spinalis, dapat
berkembang lambat atau cepat. Defisit neurologi (misalnya nyeri, progresif,
kelemahan, parestesia, parepeglia, retensi urin) harus diidentifikasi awal dan
ditangani dengan raninektomi dekompresi untuk mencegah cedera korda spinalis
permanen (Smeltzer & Bare, 2012).

F. Penatalaksanaan
Penanganan osteosarkoma yang optimum adalah kombinasi kemoterapi dan
pembedahan radikal, baik mempertahan kan ekstremitas maupun amputasi.
Pendekatan ini telah meningat penatalaksanaan osteosarkoma selama 30 terakhir
ini, dengan angka individu dengan sintas sekitar 55% untuk tumor tanpa metatasis
pada saat muncul. Respon yang baik pada kemoterapi merupakan faktor prognosis
yang penting; jika 90% nekrosis tumor tercapai pada saat reseksi,sintas pasien
meningkat secara signifiakan ( O’sullivan & Saxon, 1997 ). Protokol
kemotrapi percobaan dengan menggunakan kombinasi obat terus ditinjau, baik
secara nasional maupun internasional, untuk mencari penanganan yang optimum
(Dalam kneale, 2011 hal : 318)

G. Komplikasi

Menurut Nadianus, (2012) beberapa komplikasi Osteosarkoma terdiri dari :


a. Akibat langsung mengakibatkan Patah Tulang.
b. Akibat tidak langsung mengakibatkan Penurunan berat badan,
anemia, penurunan kekebalan tubuh.
c. Akibat pengobatan mengakibatkan gangguan saraf tepi,
penurunan kadar sel darah, kebotakan pada kemotrapi.

H. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan yang biasa dilakukan Menurut Nadianus, (2012) pada klien


Osteosarkoma adalah :
a. Pemeriksaan radiologis menyatakan adanya segitiga kodman dan
dekstrusi tulang.
b. CT scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru
c. Biopsi terbuka menentukan jenis malignasi tumor tulang, meliputi
tindakan insisi, eksisi, biopsi jarum, dan lesi-lesi yang dicuirigai
d. Skening tulang untuk melihat penyebaran tumor.
e. Pemeriksaan darah biasanya menunjukan adanya peningkatan
alkalin fostafase.
f. MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang
dan pernyebaran pada jaringan lunak sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kanker Tulang. Diakses 26 juni 2016. Tersedia di: hhtp://gooogleweb


light.com/?litle_url=http2010/kanker_tulang_27.htm/com Baredeo, M
(2008).

2. Seri Asuhan Keperawatan Kanker. Jakarta : EGC Fransisca, B (2008).


Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta :
Selemba Medica Hadis Rasullulah (RR.Ibnu Majah dan AL-Hakim). Kneale,
Julia D (2011).

3. Keperawatan ortopedik & trauma. Edisi 2. Jakarta : EGC Muttaqin, A


(2008).

4. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Edisi 1. Jakarta : EGC Smeltzer &
Bare (2012). Buku Ajaran Keperawatan Medical Bedah. Brunner & suddarth
Vol 2. Edisi8. Jakarta : EGC

5. Viraguna, (2013). Osteosarkoma. Diakses 27 juni 2016 tersedia di :


Hhtp://viraguna.blogspot.com./2013/06osteosarkoma.html?m%3D1&el=2
NtpVEJi&I c=id-ID&5=1&m=658&host=www.google.co.id
Wijaya, AS (2013).

6. Keperawatan Medical Bedah 2 (Keperawatan Dewasa).


Diakses 25 juni 2016 tersedia :

You might also like