Professional Documents
Culture Documents
DI SUSUN OLEH:
DI SUSUN OLEH:
i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan alihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta
Hari / Tanggal : Selasa / 24 Mei 2016
DEWAN PENGUJI
Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
STIKES Kusuma Husada Surakarta
Ns.Meri Oktariani,M.Kep
NIK : 200981037
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
dengan judul “Pemberian Latihan Batuk Efektif Dengan Intervensi Nebulizer
Terhadap Penurunan Frekuensi Batuk pada Asuhan Keperawatan An. A dengan
Asma Bronchiale Di Ruang Melati 2 Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta”
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat :
1. Ns. Meri Oktariani M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan,
pembimbing, penguji yang telah memberikan kesempatan untuk dapat
menimba ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta dan yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya
studi kasus ini.
3. Ns. Amalia Senja. M.Kep selaku dosen penguji yang telah membimbing
dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman
dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
5. Kedua orang tuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat
untuk menyelesaikan pendidikan.
iv
7. Teman-teman Mahasiswa Progam Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-
persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
1. Usulan Judul
2. Surat Pernyataan
3. Lembar Konsultasi
4. Loog Book
5. Lembar Pendelegasian
6. Jurnal
7. Asuhan Keperawatan
8. Lembar Observasi
viii
BAB I
PENDAHULUAN
kali menyerang otot bronchus sehingga saluran nafas menjadi spasme, lalu
asma bronchiale belum jelas namun diduga akibat dari hiperreaksi bronkus
dan rangsangan dari luar berupa allergen yang merupakan faktor dari
1
2
pada anak maupun dewasa di negara berkembang maupun negara maju. Sejak
(6% pada dewasa dan 10% pada anak). Prevalensi tersebut sangat bervariasi
pada tiap negara dan bahkan perbedaan juga didapat antar daerah di dalam
rumah sakit tahun 2005 sebanyak 6.315 penderita, tahun 2006 sebanyak 6.579
penderita, sedangkan pada tahun 2007 sampai pada bulan Maret sebanyak
2.958 dan pada tahun 2007 sebanyak 89 penderita asma bronchiael anak
(Dinkes Jateng, 2007). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah, prevalensi kasus asma bronchiale pada tahun 2012
(Dinkes Surakarta, 2012). Data di dapat dari studi terdahulu di RSUD Dr.
Moewardi tanggal 13 Januari 2016, pada tahun 2012 ada 136 asma
bronchiale, pada tahun 2013 ada 109 asma bronchiale, pada tahun 2014 ada
147 asma bronchiale dan pada tahun 2015 ada 105 asma bronchiale.
3
Penyakit asma sampai saat ini tergolong penyakit yang tidak dapat
adanya usaha yang baik dalam mengontrol dan menghindari alergen. Hal ini
sekresi mucus kental dan batuk tidak efektif; gangguan pertukaran gas yang
2014).
napas, karena dalam pernafasan ada suara nafas tambahan “wheezing” akibat
optimal.
baik agar pola pernafasan anak meningkat dan frekuensi batuk anak menurun.
dan mencari metode perawatan pada asma bronchiale yang sesuai dengan
perkembangan yang ada pada saat sekarang ini, tidak hanya dengan cara
cara non faramakologi itu juga yang sudah di rekomendasikan oleh pakar
Pada kasus asma bronchiale ini dapat diatasi dengan cara farmakologi
dengan terapi batuk efektif merupakan terapi yang sudah dikenal sejak dulu.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Bronchiale.
Asma Bronchiale.
C. Manfaat Penulisan
2. Institusi Pendidikan
3. Pasien
7
4. Penulis
Bronchiale.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
1. Asma Bronchiale
a. Pengertian Asma
obstruktif yang ditandai inflamasi saluran dan spasme akut otot polos
(Putri,dkk,2013).
b. Etiologi
8
9
1) Faktor predisposisi
2) Faktor presipitasi
a) Allergen
dan obat-obatan.
b) Perubahan cuaca
c) Stress
10
asma yang sudah ada. Jika stress masih belum bisa diatasi
(Muzayin, 2006).
11
c. Klasifikasi Asma
pencetus yang jelas. Faktor yang non spesifik seperti flu biasa,
d. Manifestasi klinis
jarang ada yang fatal, kadang terjadi reaksi kontinue yang lebih
e. Patofisiologi
f. Komplikasi
a) Pneumothoraks
b) Pneumomediastinum
pada 1819 oleh Rene Laennec, kondisi ini dapat disebabkan oleh
15
trauma fisik atau situasi lain yang mengarah ke udara keluar dari
c) Atelektasis
d) Aspergilosis
lesi pada berbagai organ lainnya, misalnya pada otak dan mata.
Aspergillus sp.
e) Gagal napas
sel tubuh.
f) Bronkhitis
g. Penatalaksanaan
1) Pengobatan Farmakologi
kolinergik.
klien pada semua tingkat usia dan tingkatan fokus. Proses keperawatan
(Muttaqin,2014)
18
a. Pengkajian
untuk bernapas.
6) Pengkajian Psiko-sosio-kultural
19
pada diri klien. Cara memandang diri yang salah juga akan
stressor.
konstruktif.
21
a) Inspeksi
pernapasan.
b) Palpasi
fremitus normal.
c) Perkusi
d) Auskultasi
ekspirasi.
14) Blood
CRT.
22
15) Brain
koma.
16) Bladder
17) Bowel
18) Bone
berapa lama klien tidur dan istirahat, serta berapa besar akibat
dalam tubuh.
b) Sputum.
asma yang berat, karena hanya reaksi yang hebat saja yang
c) Sel eosinofil.
tepat.
b. Diagnosa Keperawatan
adanya serta sekresi mucus kental dan batul yang tidak efektif.
26
perfusi.
c. Perencanaan
adanya serta sekresi mucus kental dan batuk yang tidak efektif.
3) Batuk efektif.
27
4) Mengeluarkan sekret.
Intervensi:
Nebulizer.
perfusi.
2) Pernapasan normal.
Intervensi:
c) Kaji atau awasi secar rutin kulit dan warna membran mukosa.
f) Palpasi Fremirus.
3) Batuk berkurang
Intervensi
Intervensi:
Intervensi
3. Konsep Batuk
Pranowo (2009) :
1) Batuk Berdahak
2) Batuk Kering
pernapasan.
a. Nebulizer
31
humidifikasi (Muttaqin,2014).
b. Batuk efektif
(Putri,dkk.2013).
32
efektif (Trabani,2010).
d. Prosedur Tindakan
berikut (Anas,2008):
membungkuk.
kuat.
sputum.
perlukan.
34
e) Alat Ukur
Tabel 2.1
Kuisioner Frekuensi Batuk
2013)
Keterangan :
Ringan :0-5
Sedang : 5 - 15
Berat : 15 – 20
35
B. Kerangka Teori
Asma Bronchiale
Gangguan Resiko
Ketidakefektifan Hipertermia Ketidakefektifan
Pertukaran Tinggi
bersihan jalan pola napas
Gas terhadap
napas
Infeksi
Subjek dari aplikasi riset ini adalah pada pasien An. A dengan Asma
Surakarta.
larutan.
2. Bengkok.
3. Tisu.
Berat : 15 - 20
36
37
D. Prosedur Tindakan
Tabel 3.1
No Tindakan
FASE ORIENTASI
1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan langkah prosedur
5. Menanyakan kesiapan pasien
FASE KERJA
6. Sebelum memulai tindakan mencuci tangan terlebih dahulu
7. Dekatkan alat-alat dengan klien
8. Mendengar suara nafas menggunakan stotoskop
9. Ambil tempat obat kemudian memasukkan obat ke dalam tempat obat pada
nebulizer
10. Memasang tutup adaptor, kemudian menyalakan dengan menekan tombol ON
11. Memasang masker nebulizer pada hidung pasien
12. Menganjurkan klien untuk menghirup uap keluar dari nebulizer melalui hidung
keluar lewat mulut selama 10 menit
13. Mematikan nebulizer
14. Melepaskan masker
15. Membersihkan area sekitar mulut pasien dengan tissue
16. Membereskan alat-alat
17. Tarik nafas pelan, ambil nafas secara perlahan, akhiri dengan mengeluarkan nafas
secara perlahan selama 3-4 detik
18. Tarik nafas secara diafragma,lakukan secara pelan dan nyaman, jangan sampai
overventilasi paru-paru
19. Setelah tarik nafas tahan selama 3 detik untuk mengontrol nafas dan
mempersiapkan melakukan batuk huff secara efektif
20. Angkat dagu ke atas dengan otot perut untuk mengeluarkan nafas cepat sebanyak
3 kali dengan saluran nafas mulut terbuka keluarkan dengan bunyi ha,ha,ha atau
huff,huff,huff, tibdakan ini membatu epligotis terbuka dan mempermudah
pengeluaran mucus
21. Kontrol nafas, kemudian ambil nafas pelan 2 kali. Ulangi tehnik batuk diatas
sampai mucus ke belakang tenggorokan, stelah itu batukkan dan keluarkan
mucus/dahak.
22. Terapis mencuci tangan
FASE TERMINASI
23. Melakukan evaluasi
24. Menyampaikan rencana tindak lanjut
25. Berpamitan dengan pasien
26. Dokumentasi
(Putri,dkk 2013
38
E. Alat Ukur
Tabel 3.2
Kuisioner Frekuensi Batuk
Keterangan :
Ringan :0-5
Sedang : 5 – 15
Berat : 15 - 20
BAB IV
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
dilakukan pada An. A. Klien masuk Rumah Sakit pada hari Minggu
Senin tanggal 11 Januari 2016 jam 09.15 WIB di ruang Melati 2 RSUD.
perawat.
B. Pengkajian
hari sebelum masuk rumah sakit ibu pasien mengatakan anaknya sesak
napas di sertai dengan batuk dan lendir yang tidak dapat di keluarkan
kemudian ibu membawa anak ke bidan sembuh lalu kambuh lagi, dan ibu
39
40
akral teraba hangat. Anak dianjurkan untuk rawat inap dirawat diruang
periksakan ke dokter sembuh dan ibu mengatakan jika anakanya tidak ada
terlarang.
Gambar 4.1
Genogram
Keterangan :
: laki – laki
: perempuan
: pasien
: tinggal serumah
yang bersih jauh dari tempat pembuangan sampah dengan ventilasi rumah
yang memadai.
dirumah bersama nenek, ayah dan ibu. Lingkungan tempat tinggal yang
mereka tempati bersih, tidak ada tumpukan sampah dan tidak ada polusi
udara, dengan tetangga baik dan ramah. Pendidikan dan Pekerjaan ibu pasien
mengatakan ayah pasien bekerja di pabrik dan lulusan SMA, dan ibu pasien
42
menjadi ibu rumah tangga dengan lulusan SMA juga. Tradisi budaya dan
dengan bahasa jawa, semua anggota keluarga pasien beragama islam rajin
menjalankan sholat 5 waktu dan pengajian rutin. Fungsi Keluarga ibu pasien
An. A dan menerima penyakit yanmg diderita anaknya. Ibu pasien selalu
anaknya.
frekuensi makan anak 3x sehari, jenis makanan nasi, sayur, dan lauk pauk,
dengan porsi 1 pring habis, minum air putih dan susu, frekuensi minum 5-6
gelas dan tidak ada keluhan, selam sakit frekuensi makan 3x sehari, jenis
makan bubur tim 1 porsi habis, minum susu, frekuensi minum 2-3 gelas.
Pola eliminasi pasien, ibu pasien mengatakan sebelum sakit An.A pola
BAK frekuensi BAK 4 kali dalam sehari, jumlah urin 1500 cc/hari, pancaran
kuat berbau amoniak berwarna kuning cerah, perasaan setelah BAK puas tidak
ada keluhan. Ibu pasien mengatakan sebelum sakit BAB satu kali sehari
dan tidak ada keluhan. Ayah pasien mengatakan selama sakit An.A pola BAK
frekuensi BAK 4 kali dalam sehari, jumlah urin 1800cc/hari, pancaran kuat
berbau amoniak berwarna kuning cerah, perasaan setelah BAK puas tidak ada
keluhan. Ibu pasien mengatakan sebelum sakit BAB satu kali sehari dengan
nilai 0 adalah mandiri dan nilai 2 dibantu orang lain (Nurlaila, 2009), sehingga
Pola Istirahat Tidur, ibu pasien mengatakan sebelum sakit An.A tidur
nyenyak pada siang pada pukul 13.00 WIB dan pada malam hari pukul 20.00
bangun tidur badan terasa segar. Selama sakit An. A pada siang hari tidur
hanya ½ jam lalu terbangun menangis dan pada malam hari jam tidur pukul
22.00 WIB dan terbangun pada jam 24.00 WIB dan menangis.
pasien mengatakan sebelum sakit An.A merasa dirinya sehat dan berpikir
44
gambaran diri merasa sehat, identitas diri mengetahui sebagai seorang kakak,
peran berperan sebagai anak, ideal diri ingin menjadi kakak baik, harga diri
tidak rasa minder.Pola persepsi konsep diri menggambarkan sikap tentang diri
identitas diri mengetahui sebagai seorang kakak, berperan sebagai anak, ideal
diri ingin menjadi kakak baik, harga diri tidak rasa minder.
Pola hubungan peran pasien Ibu pasien mengatakan sebelum sakit An.A
dekat dengan keluarga, selama sakit An.A dekat dengan ibu, dan hubungan
testis. Pada An.A.Pola mekanisme koping pasien, An.A ibu pasien mengatakan
sebelum sakit perasaan merasa senang dan akrab dengan teman. Selama sakit
dan keyakinan, An.A mengatakan sebelum sakit berdoa setiap saat, dan selama
dengan irama tidak teratur teraba kuat dan suhu 39 0C. Pemeriksaan head toe to
pendek. Bentuk mata jarak interkantus simetris kanan dan kiri,sclera tidak
reflek terhadap cahaya mengecil (+/+) dan bersih. Bentuk telinga kanan dan
kiri simetris, bersih dan tidak ada serumen. Lubanghidung simetris, ada
pernafasan cuping hidung, tidak ada sekret, tidak ada polip, septum terletak di
tengah.Mulut simetris, mukosa kering dan tidak ada stomatitis.Leher tidak ada
jejas, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada distensi vena leher.
terlihat bentuk dada kanan dan kiri sama dan tidak ada jejas, ictuscordis tidak
tampak, palpasi ictuscordis teraba pada ICS ke-V, perkusi suara pekak batas
kanan atas SIC 2 linea paru dextra, batas kanan bawah SIC 4 linea paru
hasil pemeriksaan inspeksi bentuk dada simetris, ada retraksi dinding dada,
tidak ada jejas, auskultasi : suara peristaltik usus 18x/menit, perkusi : suara
pekak pada quadran I (hati), suara typani pada quadran II (lambung), suara
46
tympani pada quadran III (usus besar), suara tympani pada quadra IV (usus
buntu), palpasi tidak ada nyeri tekan. Genetalia dan rectum bersih, tidak ada
kelainan, ekstermitas atas dan bawah kekuatan otot kanan dan kiri 5 yaitu
kekuatan otot penuh terpasang infuse di kaki kiri D5 1/4, capillary refillkurang
dari 2 detik perabaan akral dingin. Pada integumen kering pada ekstremitas,
ribu/ul (nilai normal 150-450), eritrosit 4,33 juta/ul (nilai normal 3,70-5,70),
mmol/L (nilai normal -2-+3), PCO2 34,0 mmHg (nilai normal 27,0-41,0), PO2
50), HCO3 22,0 mmol/L (nilai normal 21,0-28,0), Total CO2 21,4 mmol/L
kental.
pengkajian pada hari senin tanggal 11 Januari 2016 jam 09.15 WIB,
berhubungan dengan sekresi mucus yang kental dan batuk yang tidak
paru.
napas, pernapasan cupping hidung dan dangkal, pasien pucat dan sianosis,
RR 34x/m.
TTV: suhu 39°c, pasien pucat, akral teraba hangat, warna kulit kemerahan.
E. Intervensi Keperawatan
dengan sekresi mucus yang kental dan batuk yang tidak efektif, Tujuan
napas.
menurunkan panas.
50
F. Implementasi Keperawatan
nebulizer ventolin dan batuk efektif respon obyektif anak rewel, takut. Jam
frekuensi batukdari berat (20) menjadi sedang (14), dahak keluar sedikit.
setelah di terapi respon obyektif frekuensi batuk dari sedang (8) menjadi
napas, RR 34x/m.
umum pasien respon obyektif KU lemah, pasien pucat, suhu 38,5°c, akral
umum respon obyektif pasien segar, suhu 36,5°c, akral dingin, warna kulit
kembali normal.
53
G. Evaluasi Keperawatan
dengan sekret mucus yang kental dan batuk yang tidak efektif adalah
sebagai berikut :
keadaan umum pasien, berikan terapi nebulizer ventolin dan batuk efektif.
Frekuensi batuk dari sedang (14) menjadi sedang (8). Analisis masalah
ibu mengatakan anaknya batuk jarang lendir sudah tidak ada. Obyektifanak
54
segar, frekuensi batuk dari sedang (8) menjadi ringam (3). suara napas
1 bulan sekali.
dengan metode SOAP, jam 13.15 untuk diagnosa kedua subyektif ibu
intervensi.
55
PEMBAHASAN
Rumah Sakit Dr.Moewardi Surakarta. Pada bab pembahasan ini penulis juga
A. Pengkajian
datang dengan keluhan utama : sesak napas. Menurut Muttaqin (2014), klien
sesak napas yang hebat dan mendadak, kemudian diikuti dengan gejalagejala
pengkajian pada An.A dengan kasus Asma Bronchiale telah sesuai dengan teori
yang ditemukan oleh penulis berupa sesak napas, sehingga tidak ada
hari sebelum masuk rumah sakit ibu pasien mengatakan anaknya sesak napas
kemudian ibu membawa anak ke bidan sembuh lalu kambuh lagi, dan ibu
56
57
(2011) tanda dan gejala pada Asma Bronchialeadalah sesak napas, batuk,
pernapasan ataspasien terdiagnosa pertama pada satu tahun yang lalu dengan
keluhan utama sesak napas dan adanya suara napas tambahan “whezzing”.
Pada bulan desember di dengan keluhan yang sama yaitu sesak napas namun
yang pernah diderita pada masa dahulu seperti adanya infeksi saluran
meringkan gejala asma. Berdasarkan data yang di peroleh penulis tidak ada
Pasien tidak mempunyai riwayat alergi obat dan makanan tertentu, dalam
keluarga tidak ada yang memiliki penyakit keturunan atau menular lainnya,
dikemukakan oleh Muttaqin (2014) bahwa bahan kimia dan obat tertentu
ada kesenjangan antara teori dan kenyataan kemungkinan besar penyebab dari
wawancara yang diperoleh dari ibu An. A antara lain pertumbuhan meliputi
berat badan saat lajhir 2800gr. Berat badan saat ini 15kg. Ibu pasien
bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh
luar rahim dan hampir sedikit aspek pertumbuhan fisik dalam perubahan.
ukuran fisik, berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar dada, dan lain-
lain. Dengan adanya teori diatas, dapat disimpulkan pertumbuhan yang dialami
dirinnya senang berinteraksi dengan teman yang lain saat diruang bermain.
Adaptif motorik halus, pasien saat usia 3 tahun senang berinteraksi dan belajar
didampingi oleh ibu. Bahasa yang digunakan bahasa jawa. Motorik kasar
pasien senang bermain game di handphone dan senang bermain lego yang
dibawa dari rumah. Kebiasaan yang dinilai dari pola tingkah laku, An.A tidak
ada tingkah laku yang abnormal. Sesuai dengan tahap usia belajar dan rasa
59
ingin tahu yang tinggi. Kelas sekolah sekarang, kemajuan pelajaran yang
membaca, dan lain-lain. Berdasarkan teori diatas, kriteria yang ada pada An.A
sudah sesuai dengan teori, sehingga tidak ada kesenjangan pola persepsi dan
Berdasarkan teori tersebut persepsi yang ada pada An.A tidak ada kesenjangan
dengan teori.
frekuensi makan anak 3x sehari, jenis makanan nasi, sayur, dan lauk pauk,
dengan porsi 1 pring habis, minum air putih dan susu, frekuensi minum 5-6
gelas dan tidak ada keluhan, selam sakit frekuensi makan 3x sehari, jenis
makan bubur tim 1 porsi habis, minum susu, frekuensi minum 2-3 gelas.
Menurut Wong (2005) pada pasien Asma Bronchiale tidak terdapat penurunan
selera makan. Berdasarkan teori tersebut pada pasien An.A tidak terdapat
Pola eliminasi pasien, ibu pasien mengatakan sebelum sakit An.A pola
BAK frekuensi BAK 4 kali dalam sehari, jumlah urin 1500 cc/hari, pancaran
60
kuat berbau amoniak berwarna kuning cerah, perasaan setelah BAK puas tidak
ada keluhan. Ayah pasien mengatakan sebelum sakit BAB satu kali sehari
dan tidak ada keluhan. Ibu pasien mengatakan selama sakit An.A pola BAK
frekuensi BAK 4 kali dalam sehari, jumlah urin 1800cc/hari, pancaran kuat
berbau amoniak berwarna kuning cerah, perasaan setelah BAK puas tidak ada
keluhan. Ibu pasien mengatakan sebelum sakit BAB satu kali sehari dengan
dua bagian utama pula, yaitu eliminasi fekal (buang air besar) dan eliminasi
fekal dan urine An.A tidak ada masalah keperawatan yang muncul. Karena
bila bentuknya cairatau keras. Warna abnormal sangat pucat (penyakit pada
organ empedu), merah (perdarahan pada rektum dan anus). Ciri urine normal
baik, kejernihan normal jernih bila dibiarkan lama akan menjadi keruh. Warna
kuning, bau seperti amonia (Asmadi, 2008). Berdasarkan teori diatas tidak ada
nilai 0 adalah mandiri dan nilai 2 dibantu orang lain (Nurlaila, 2009), sehingga
Pola Istirahat Tidur, ibu pasien mengatakan sebelum sakit An.A tidur
nyenyak pada siang pada pukul 13.00 WIB dan pada malam hari pukul 20.00
bangun tidur badan terasa segar. Selama sakit An. A pada siang hari tidur
hanya ½ jam lalu terbangun menangis dan pada malam hari jam tidur pukul
22.00 WIB dan terbangun pada jam 24.00 WIB dan menangis. Orang dalam
keadaan sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari normal. Namun
demikian keadaan sakit dapat menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapat
tidak terdapat kesenjangan antara teori dan fakta yang mengalami gangguan
pola tidur.
merasa dirinya sehat dan berpikir positif. Selama sakit terdapat masalah dalam
persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori meliputi pengkajian fungsi
tubuh (Muttaqin, 2008). Dari hasil pengkajian terhadap An.A tidak terdapat
gambaran diri merasa sehat, identitas diri mengetahui sebagai seorang kakak,
peran berperan sebagai anak, ideal diri ingin menjadi kakak baik, harga diri
tidak rasa minder. Pola persepsi konsep diri menggambarkan sikap tentang diri
sendiri dan persepsi terhadap kemampuan. Konsep diri antara lain gambaran
diri, harga diri, peran, identitas dan ide diri sendiri (Nurlaila, 2009). Selama
berperan sebagai anak, ideal diri ingin menjadi kakak baik, harga diri tidak rasa
minder. Menurut Tiurlan (2011), konsep diri anak dipengaruhi oleh berbagai
diri anak. Anak dengan kemampuan percaya diri yang tinggi dapat menerima
dengan tidak dibawah tekanan rasa malu atau depresi. Dari teori tersebut An.A
termasuk dalam kemapuan percaya diri yang tinggi, sehingga tidak ada
dengan keluarga, selama sakit An.A dekat dengan ibu, dan hubungan dengan
ayah melalui telephone. Anak sakit berat merupakan fungsi peran yang harus
disadari oleh anak, konsep diri positif yang diadopsi anak terhadap kondisi
menjalani terapi dan mencapai hasil yang maksimal. Anak perlu menyadari
63
teori pasien telah mengetahui hubungan dan peran anggota keluarga, sehingga
sakit perasaan merasa senang dan akrab dengan teman. Selama sakit An.A
koping adalah upaya yang dilakukan secara sadar untuk mengatur emosi,
(Tiurlan, 2011). Anak mengalami berbagai hal yang tidak menyenangkan dari
dari penyakitnya (Tiurlan, 2011). Dari teori tersebut mekanisme koping yang
ada di An.A mengalami kontrol seperti yang ada pada teori, sehingga tidak
64
An.A.
Pola nilai dan keyakinan, An.A mengatakan sebelum sakit berdoa setiap
saat, dan selama sakit berdoa setiap akan dilakukan tindakan. Menurut
Perilaku yang baik akan mendapatkan balasan atau reward baik dari Tuhan
maupun manusia demikian juga jika anak berbuat jahat. Didukung dari teori
tersebut, An.A lebih berserah diri kepada Tuhan dengan cara berdoa dan
dengan irama tidak teratur teraba kuat dan suhu 39 0C. Pemeriksaan head toe to
pendek. Bentuk mata jarak interkantus simetris kanan dan kiri,sclera tidak
reflek terhadap cahaya mengecil (+/+) dan bersih. Bentuk telinga kanan dan
kiri simetris, bersih dan tidak ada serumen. Lubanghidung simetris, ada
pernafasan cuping hidung, tidak ada sekret, tidak ada polip, septum terletak di
tengah.Mulut simetris, mukosa kering dan tidak ada stomatitis.Leher tidak ada
65
jejas, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada distensi vena leher
(Riyadi,2006).
terlihat bentuk dada kanan dan kiri sama dan tidak ada jejas, ictuscordis tidak
tampak, palpasi ictuscordis teraba pada ICS ke-V, perkusi suara pekak batas
kanan atas SIC 2 linea paru dextra, batas kanan bawah SIC 4 linea paru
hasil pemeriksaan inspeksi bentuk dada simetris, ada retraksi dinding dada,
didapatkan hasil pemeriksaan inspeksi, perut datar, umbilikus bersih, tidak ada
jejas, auskultasi : suara peristaltik usus 18x/menit, perkusi : suara pekak pada
quadran I (hati), suara typani pada quadran II (lambung), suara tympani pada
quadran III (usus besar), suara tympani pada quadra IV (usus buntu), palpasi
tidak ada nyeri tekan. Genetalia dan rectum bersih, tidak ada kelainan,
ekstermitas atas dan bawah kekuatan otot kanan dan kiri 5 yaitu kekuatan otot
penuh terpasang infuse di kaki kiri D5 1/4, capillary refillkurang dari 2 detik
perabaan akral dingin. Pada integumen kering pada ekstremitas, warna merah
muda, ada lanugo di ekstremitas, bahu dan bokong. Pada pasien asma
bronchiale pada dasarnya mengalami sesak npasa, ada suara napas tambahan
4,4 mmol/L, PCO2 34,0 mmHg, PO2 106,0 mmol/L, Hematokrit 33 %, HCO3
22,0 mmol/L, Total CO2 21,4 mmol/L, O2 saturasi 98,0 %. Sebagai data yang
(2014) pada penyakit Asma Bronchiale terdapat terapi cairan yaitu ventolin,
B. Diagnosa Keperawatan
keperawatan yang dapat muncul pada penyakit Asma Bronchiale ada lima
sekresi mucus kental dan batuk yang tidak efektif. Gangguan pertukaran gas
teori yang tidak muncul adalah gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
pada saat pengkajian di dapat, nafas bayi An. A tidak bradipnea, takipnea,
pertukaran gas adalah kelebihan dan kekurangan oksigen dan atau eliminasi
kekebalan tubuh tidak terjadi pada An. A karena pada pengkajian tidak
prosedur
dangkal, terdengar suara ronchi stridor pada seluruh lapang paru. Batasan
jumlah yang lebih, batuk tidak efektif. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
serta sekresi mucus kental dikarenakan tanda dan gejala yang ada pada pasien
edema mukosa dan dinding bronchus, serta sekresi mucus kental berdasarkan
“Hirarki maslow” kebutuhan manusia ada 5 tahap yaitu fisiologis, rasa aman
kebutuhan tingkat yang lebih tinggi. Dengan kata lain kebutuhan fisiologis
69
pada saat dilakukan pengkajian data yang diperoleh data subjektif pasien sesak
napas, pernapasan cupping hidung dan dangkal, pasien pucat dan sianosis, RR
34x/m. Batasan karakteristik pada diagnosa ini adalah warna kulit pucat, napas
kebutuhan tingkat yang lebih tinggi. Dengan kata lain kebutuhan fisiologis
pada saat dilakukan pengkajian data yang diperoleh data subjektif KU lemah,
TTV: suhu 39°c, pasien pucat, akral teraba hangat, warna kulit kemerahan.
suhu tubuh di atas kisaran normal, kulit terasa hangat.(Wilkinson & Ahern,
peningkatan laju metabolisme di karenakan tanda dan gejala yang ada pada
membran alveolar kapiler tidak terdapat pada An. A dikarenakan pada saat
tidak terjadi pada An. A karena pada pengkajian tidak menemui tanda-tanda
2012).
C. Intervensi
Pada intervensi ini akan membahas pada tujuan untuk menghilangkan atau
mengurangi rasa sakit pada pasien. Pada prioritas diagnosa yang pertama yaitu
jalan napas terpenuhi dengan kriteria hasil : jalan napas bersih, sesak napas
tindakan keperawatan yang pertama kaji batuk klien, berikan posisi nyaman,
berikan terapi fibrasi dada, ajarkan postural drainase, ajarkan tehnik batuk
dari diberikan tindakan diatas untuk mengetahuai frekuensi batuk pada anak,
dokter dalam pemberian antibiotik dan antitusif. Menurut Wilkinson & Ahern
ketidakefektifan pola napas dapat di atasi dengan kriteria hasil : pola napas
efektif, bunyi napas normal, batuk berkurang. Berdasarkan tujuan dan kriteria
pertama kaji frekuensi napas, auskultasi bunyi napas, tinggikan kepala dan
Pada diagnosa ketiga, tujuan kriteria hasil yang ingin dicapai adalah
hipertermia dapat di atasi dengan kriteria hasil : suhu tubuh normal 36,5-
37,5°c, tidak ada perunahan warna kulit, akral teraba dingin. Berdasarkan
seminimal mungkin, kompres air hangat dan kolaborasi dengan dokter dalam
untuk mengetahui frekuensi naik turun suhu demam pada anak. Tujuan
D. Implementasi
dilakukan selama tiga hari dimulai tanggal 11-13 januari 2016. Penulis sudah
hari, terapi nebulizer, ajarkan tehnik batuk efektif, selain itu penulis juga
langkah prosedur terapi batuk efektif yang pertama, sebelum menyentuh anak
menggunakan cairan antiseptik dan air hangat, kemudian tarik nafas pelan,
perlahan selama 3-4 detik pada saat memulai terapi batuk efektif. Kedua
sampai over ventilasi paru-paru, yang ketiga Setelah tarik nafas tahan selama
73
secara efektif. Keempat angkat dagu ke atas dengan otot perut untuk
nafas, kemudian ambil nafas pelan 2 kali. Ulangi tehnik batuk diatas sampai
mucus/dahak dan terapi nebulizer yang cara kerjanya pasien menghirup uap
tehnik batuk efektif selama tiga hari dengan hasil pengeluaran dahak dan
Hal ini terjadi karena sesuai teori menurut Putri (2013) pemberian terapi
nebulizer dan batuk efektif tidak hanya memulihkan secara cepat tetapi juga
membantu dalam proses penyembuhan. Pada terapi nebulizer ini obat yang
kolaborasi dengan tehnik batuk efektif agar dahak dapat keluar dan tidak
selama tiga hari pada tanggal 11-13 Januari 2016,tindakan keperawatan yang
tinggikan kepala dan bentuk mengubah posisi karena pasien rewel dan
mengantuk.
sign, kompres air hangat, anjurkan keluarga untuk memberi air minum putih
dikenakan pada pasien adalah baju rumah sakit yang berbahan tipis.
Implementasi yang dilakukan pada diagnosa ketiga observasi vital sign. Hal
vital merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh
yang meliputi suhu tubuh, tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi
pernapasan.
E. Evaluasi
sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang di harapkan. Kriteria hasil yang
SOAP yaitu batuk efektif, pasien segar, tidak ada suara napas tambahan
diharapkan batuk efektif, tidak ada suara napas tambahan, sekret sudah
75
Bronchiale Anak 3-5 Tahun” sesuai dengan aplikasi penulis dalam pemberian
normal 16-30x/m. Hasil yang di dapatkan oleh penulis sudah sesuai dengan
kriteria hasil yang diharapkan klien tidak sudah tidak sesak napas, respirasi
keperawatan Hipertermia klien sudah tidak demam, suhu sudah normal yaitu
36,5-37,50C, warna kulitr normal, akral teraba dingin. Hasil yang di dapatkan
oleh penulis sudah sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan klien sudah
tidak demam, suhu sudah normal yaitu 36,5-37,50C, warna kulit normal, akral
(Wilkinson, 2012).
BAB VI
PENUTUP
A. SIMPULAN
34,0, PO2 106,0, hematokrit 33, HCO3 22,0, total CO2 21,4, O2
Dietary : bubur.
berhubungan dengan sekresi mucus yang kental dan batuk yang tidak
laju metabolisme.
76
77
tehnik batuk efektif, bersihkan sekret dari mulut dan trachea dengan
vital, beri kompreas air hangat pada bagian dahi, aksila dan
diterapkan oleh penulis kompres air hangat pada bagian dahi aksila
kriteria hasil frekuensi batuk pasien dari berat (20) menjadi ringan
78
kriteria hasil pasien tidak sesak napas, tidak ada pernafasan cuping
(36,537,5°c).
B. SARAN
1. Instansi
a. Pendidikan
belajar
b. Rumah sakit
2. Bagi Penulis
3. Bagi Pembaca
Apriyadi, 2013. Latihan Nafas Dalam dan Batuk Efektif.Penerbit EGC : Jakarta.
Dinkes Jateng, 2007. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2007. Jawa
Tengah: Bidang Kesehatan.
Muttaqin, Arif. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Salemba Medika: Jakarta.
NCHS, 2006. Prevelansi Angka Kejadian Asma di Dunia tahun 2006. WHO:
Kesehatan.
Smeltzer, 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Penerbit: EGC.
Jakarta.
Smeltzer dan Bare, 2008. Buku Ajar Keperawatan. Penerbit: EGC. Jakarta.
Wilkinson dan Ahern. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta. Buku
Kedokteran: EGC