You are on page 1of 43

Spirometry

Dr. Erniody, Sp.An.,KIC,M.Kes.


28 May 2015
12 September 2016
Kegunaan Uji Fungsi Paru
Manfaat dari adanya uji fungsi paru adalah untuk
mendiagnosis gangguan paru-paru dan seberapa parah
gangguan tersebut.
Spirometric values
FVC—Forced vital capacity; the total volume of air that
can be exhaled during a maximal forced expiration
effort.
FEV1—Forced expiratory volume in one second; the
volume of air exhaled in the first second under force
after a maximal inhalation.
FEV1/ FVC ratio—The percentage of the FVC expired
in one second.
FEV6 —Forced expiratory volume in six seconds.
FEF25–75%—Forced expiratory flow over the middle
one half of the FVC; the average flow from the point at
which 25 percent of the FVC has been exhaled to the
point at which 75 percent of the FVC has been exhaled.
Lung volumes
ERV—Expiratory reserve volume; the maximal volume
of air exhaled from end-expiration.
IRV—Inspiratory reserve volume; the maximal volume of
air inhaled from end-inspiration.
RV—Residual volume; the volume of air remaining in
the lungs after a maximal exhalation.
VT —Tidal volume; the volume of air inhaled or exhaled
during each respiratory cycle.
Lung capacities
FRC—Functional residual capacity; the volume of air in the
lungs at resting end-expiration.
IC—Inspiratory capacity; the maximal volume of air that can be
inhaled from the resting expiratory level.
TLC—Total lung capacity; the volume of air in the lungs at
maximal inflation.
VC—Vital capacity; the largest volume measured on complete
exhalation after full inspiration.
Volume Statis Paru-paru

1. Volume tidal (VT) = jumlah udara yang dihirup dan


dihembuskan setiap kali bernafas pada saat istirahat.
Volume tidal normal 350-400 ml.
2. Volume residu (RV) = jumlah gas yang tersisa di
paru-paru setelah menghembuskan nafas secara
maksimal atau ekspirasi paksa.
Nilai normalnya adalah 1200 ml
3. Kapasitas vital (VC) = jumlah gas yang dapat
diekspirasi setelah inspirasi secara maksimal.
VC = VT + IRV + ERV (seharusnya 80 % TLC)
Besarnya adalah 4800 ml.
4. Kapasitas total paru-paru (TLC) = yaitu jumlah total
udara yang dapat dimasukkan ke dlm paru-paru setelah
inspirasi maksimal.
TLC = VT + IRV + ERV + RV.
Besarnya adalah 6000 ml.
5. Kapasitas residu fungsional (FRC) = jumlah gas
yang
tertinggal di paru-paru setelah ekspirasi volume tidal
normal.
FRC = ERV + RV.
Besarnya berkisar 2400 ml.
6. Kapasitas inspirasi (IC) = jumlah udara maksimal
yang dapat diinspirasi setelah ekspirasi normal.
IC = VT + IRV.
Nilai normalnya sekitar 3600 ml.
7. Volume cadangan inspirasi (IRV) = jumlah udara
yang dapat diinspirasi secara paksa sesudah inspirasi
volume tidal normal.
8. Volume cadangan ekspirasi (ERV) = jumlah udara
yang dapat diekspirasi secara paksa sesudah ekspirasi
volume tidal normal.
Volume Dinamis Paru-paru

1. FVC (Forced Vital Capacity) yaitu volume udara


maksimum yang dapat dihembuskan secara paksa.
Umumnya dicpai dalam 3 detik dan nilai normalnya
adalah 4 liter.
2. FEV1 (Forced Expired Volume in one second) yaitu
volume udara yang dapat dihembuskan paksa pada
satu detik pertama.
Nilai normalnya adalah 3,2 liter.
Hasil spirometri berupa spirogram yaitu kurva volume paru
terhadap waktu akibat manuver yang dilakukan subjek.

Manuver KV, subjek menghirup udara sebanyak mungkin dan kemudian udara dikeluarkan
sebanyak mungkin tanpa manuver paksa.
Manuver KVP, subjek menghirup udara sebanyak mungkin dan kemudian udara dikeluarkan
dengan dihentakkan serta melanjutkannya sampai ekspirasi maksimal. Apabila subjek
merasa pusing maka manuver segera dihentikan karena dapat menyebabkan subjek
pingsan. Keadaan ini disebabkan oleh gangguan venous return ke rongga dada.
Manuver VEP1 (volume ekspirasi paksa detik pertama). Nilai VEP1 adalah volume udara
yang dikeluarkan selama 1 detik pertama pemeriksaan KVP. Manuver VEP1 seperti
manuver KVP.
Manuver APE (arus puncak ekspirasi). APE adalah kecepatan arus ekpirasi maksimal yang
dapat dicapai saat ekspirasi paksa. Tarik napas semaksimal mungkin, hembuskan dengan
kekuatan maksimal segera setelah kedua bibir dirapatkan pada mouthpiece.
Manuver MVV (maximum voluntary ventilation). MVV adalah volume udara maksimal yang
dapat dihirup subjek. Subjek bernapas melalui spirometri dengan sangat cepat, kuat dan
sedalam mungkin selama minimal 10-15 detik
The most important spirometric maneuver is the FVC.

- To measure FVC, the patient inhales maximally, then


exhales as rapidly and as completely as possible.
- Normal lungs generally can empty more than 80
percent of their volume in six seconds or less.
- The forced expiratory volume in one second (FEV1) is
the volume of air exhaled in the first second of the
FVC maneuver.
- The FEV1/FVC ratio is expressed as a percentage
(e.g., FEV1 of 0.5 L divided by FVC of 2.0 L gives an
FEV1/FVC ratio of 25 percent). The absolute ratio is
the value used in interpretation, not the percent
predicted.
To determine the validity of spirometric results, at least
three acceptable spirograms must be obtained:

- In each test, patients should exhale for at least six


seconds and stop when there is no volume change for
one second.
- The test session is finished when the difference
between the two largest FVC measurements and
between the two largest FEV1 measurements is within
0.2 L.
- If both criteria are not met after three maneuvers, the
test should not be interpreted.
- Repeat testing should continue until the criteria are
met or until eight tests have been performed.
If the test is valid, the second step is to determine
whether an obstructive or restrictive ventilatory pattern
is present.

- When the FVC and FEV1 are decreased, the


distinction between an obstructive and restrictive
ventilatory pattern depends on the absolute FEV1/FVC
ratio. If the absolute FEV1/FVC ratio is normal or
increased, a restrictive ventilatory impairment may be
present.

- If the TLC is less than 80 percent, the pattern is


restrictive, and diseases such as pleural effusion,
pneumonia, pulmonary fibrosis, and congestive heart
failure should be considered.
A reduced FEV1 and absolute FEV1/FVC ratio indicates
an obstructive ventilatory pattern, and bronchodilator
challenge testing is recommended to detect patients
with reversible airway obstruction (e.g., asthma).
- A bronchodilator is given, and spirometry is repeated
after several minutes.
- The test is positive if the FEV1 increases by at least
12 percent and the FVC increases by at least 200 mL.
- The patient should not use any bronchodilator for at
least 48 hours before the test.
- A negative bronchodilator response does not
completely exclude the diagnosis of asthma.
Basic of Pulmonary Function Test
- Obstructive Lung Disease = tidak dapat
menghembuskan udara (unable to get air out).
FEV1/FVC < 75%. Semakin rendah rasionya, semakin
parah obstruksinya.
- Restrictive Lung Disease = tidak dapat menarik napas
(unable to get air in). FVC rendah; FEV1/FVC normal
atau meningkat
Spirometri dapat digunakan untuk menilai
gangguan faal paru yang dibagi menjadi dua
kelompok utama yaitu gangguan restriksi dan
gangguan obstruksi.
Restriksi
- gangguan pengembangan paru oleh sebab apapun.
- Paru menjadi kaku, daya tarik ke dalam lebih kuat sehingga
dinding dada mengecil, iga menyempit dan volume paru
mengecil.
- Volume statis paru mengecil yaitu KV (kapasitas vital), KPT
(kapasitas paru total), VR (volume residu), VCE (volume
cadangan ekspirasi) dan KRF (kapasitas residu fungsional).
Sebagai parameter pada spirometri diukur KV yang nilainya
<80% nilai prediksi (Normal 80-120% sedangkan bila nilainya >
120% disebut over/hiperinflasi).
VEP1/KVP nilainya masih di atas
75%
Kelainan restriksi paru dapat dijumpai pasda keadaan sebagai
berikut:
1. Kelainan parenkim paru: tumor paru, pneumonia, abses
paru, edema paru, atelektasis, kelainan fibrosis (misalnya TB
paru, pneumoconiosis, penyakit kolagen dan penyakit interstisial
paru)
2. Kelainan pleura: efusi pleura, pneumotoraks, pleuritis
sicca/schwarte dan tumor pleura
3. Kelainan dinding dada: fraktur iga, obesitas, pektus
ekskavatus, skoliosis, kifosis, gibus.
4. Kelainan neuromuscular: myasthenia gravis
5. Kelainan mediastinum: kardiomegali, tumor mediastinum,
efusi pericardial
6. Kelainan diafragma: hernia diafragma, parese diafragma,
asites, kehamilan
Obstruksi
Adalah gangguan saluran napas baik stuktural (anatomis) maupun
funsional yang menyebabkan perlambatan aliran udara respirasi.
Kelainan ini dapat dideteksi dengan:
- Pemeriksaan fisik: auskultasi dijumpai ekspirasi yang memanjang
- Spirometri: VEP1 <75%
- Pemeriksaan PFR (dengan peak flow meter) rendah
- Gambaran flow volume curve landai dan memanjang
- Volume statik paru (VR, KPT dan KRF) meningkat.
Kelainan obstruksi dapat dijumpai pada kelainan:
- Kelainan intra luminer (lumen bronkus normal tetapi ada
massa dalam lumen tersebut misalnya tumor, benda asing,
secret dll)
- Lumen bronki yang menebal (asma, bronchitis kronis,
perokok)

Emfisema.
Sebenarnya tidak ada obstruksi, tetapi jaringan penyangga
berkurang maka saluran napas menjadi mudah kolaps.

Pada emfisema, alveolus saling bergabung sehingga


terjadi obstruksi relative karena udara dalam alveoli yang
menjadi besar harus keluar saluran napas yang kalibernya
tetap (fenomena sedotan minum).
UJI BRONKODILATOR
- Pemeriksaan spirometri sering dilakukan sebelum dan sesudah
inhalasi bronkodilator untuk mengevaluasi fungsi faal paru.
- Bronkodilator yang digunakan golongan beta-2 agonis (albuterol,
metaproterenol, dll) dengan menggunakan MDI (metered dose
inhaler) dengan spaser atau menggunakan nebulizer.
- Pengobatan bronkodilator harus dihentikan sebelum pemeriksaan,
misalnya inhalasi beta-2 agonis minimal 6-8 jam sebelum
pemeriksaan, teofilin short acting 12 jam sebelumnya dan teofilin long
acting 24 jam sebelumnya.
- Respons positif terhadap inhalasi bronkodilator adalah terdapat
perubahan KVP dan/atau VEP1 minimal 12% atau 200 ml setelah
inhalasi bronkodilator. Respons positif dapat pula dinilai dengan
terdapatnya penurunan volume air trapping, KRF atau VR.
- Cara lain untuk mengevaluasi respons terhadap inhalasi
bronkodilator adalah dengan membandingkan flow-volume curve
sebelum dan sesudah inhalasi.

http://www.klikparu.com/2013/01/gangguan-faal-paru.html
Peak Flow Meter
- sering digunakan oleh pasien
asma untuk mengukur jumlah
udara yang dapat dihembuskan
dari paru-paru.
- Jika saluran nafas menyempit
atau tersumbat karena asma,
nilai peak flow akan menurun
karena pasien tidak dapat
menghembuskan udara dengan
sempurna.
- untuk memonitor pasien asma
sepanjang waktu dan dapat
untuk menentukan apakah
pengobatan asma berhasil atau
tidak.
Zona Hijau:
- 80-100% dari hasil pengukuran --> baik atau normal.
- asma anda sudah terkontrol dengan baik -->
meneruskan pengobatan yang sedang anda jalani.
Zona Kuning:
- 50-100% dari angka hasil pengukuran --> hati-hati.
- Saluran pernapasan anda mulai menyempit -->
segera mengunjungi dokter.
- Gejala asma bisa jadi membaik atau memburuk
berdasarkan apa yang anda lakukan, bagaimana dan
kapan anda mengkonsumsi obat.
Zona Merah:
- kurang dari 50% dari hasil angka pengukuran
menunjukkan symbol bahaya --> segera
menghubungi dokter karena penyempitan parah
terhadap saluran pernapasan dapat terjadi jika anda
tidak segera berkonsultasi dengan dokter.
Height (cm) = PEFR (L/min)

120 cm = 215 L/min


130 cm = 260 L/min
140 cm = 300 L/min
150 cm = 350 L/min
160 cm = 400 L/min
170 cm = 450 L/min
180 cm = 500 L/min
- Men can have peak flow values as low as 100
liters/minute less than the average value shown and
still fall within the normal range.
- Women can have peak flow values as low as 80
liters/minute less than the average value shown and
still fall within the normal range.
Manfaat APE dalam diagnosis asma:
- Reversibilitas: perbaikan nilai APE > 15% setelah
inhalasi bronkodilator (disebut uji bronkodilator), atau
bronkodilator oral 10-14 hari, atau respons terapi
kortikosteroid (inhalasi/oral selama 2 minggu).
- Variabilitas, menilai variasi diurnal APE yang dikenal
sebagai variabilitas APE harian selama 1-2 minggu.
- Variabilitas juga dapat digunakan untuk menilai
derajad berat penyakit
Contraindications to Use of Spirometry

• Acute disorders affecting test performance (e.g.,


vomiting, nausea, vertigo)
• Hemoptysis of unknown origin (FVC maneuver may
aggravate underlying condition.)
• Pneumothorax
• Recent abdominal or thoracic surgery
• Recent eye surgery (increases in intraocular pressure
during spirometry)
• Recent myocardial infarction or unstable angina
• Thoracic aneurysms (risk of rupture because of increased
thoracic pressure)
Terima Kasih

You might also like