Professional Documents
Culture Documents
Dokter Pembimbing:
Dr. dr. Agus Yunianto, Sp.BS
Disusun oleh:
Mohammad Fajar A
11 2016 038
KASUS PASIEN
KEPANITERAAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA “UNIVERSITAS
KRIDA WACANA”
ANAMNESIS
Autoanamnesis dan Alloanamnesis dengan keluarga pasien,
Keluhan Utama:
Pasien datang di bawa orang tua nya dengan keluhan tedapat benjolan di kepala yang
semakin lama bertambah-besar
2. Kelahiran
Tempat kelahiran :-
Keadaan bayi
o Langsung menangis : ya
o Pucat/Biru/Kuning/Kejang :-
o Nilai APGAR :-
o Kelainan bawaan :-
Riwayat Perkembangan
Pertumbuhan gigi pertama : 6 bulan
Psikomotor
- Tengkurap : 3 bulan
- Duduk :
- Berdiri :
- Berbicara :
- Membaca dan menulis :
Perkembangan pubertas
- Rambut pubis : tidak ada
- Perubahan suara : tidak ada
Gangguan perkembangan (jelaskan bila ada)
Mental/emosi : tidak ada
Riwayat Imunisasi
BCG 0
bln
DPT/DT 2 4 bln 6 bln
bln
POLIO 0 2 bln 4 bln 6 bln
bln
CAMPAK
PEMERIKSAAN FISIK
28 Agustus 2017, pukul 13.00
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik (Bergerak aktif menangis kuat)
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-Tanda Vital
Suhu : 36,5°C
Frrekuensi Nadi : 122x/mnt
Frekuensi Pernafasan : 30x/mnt
Data Antropometri
Berat Badan : 10,2 kg
Tinggi Badan : 70cm
IMT : 20,4 kg/m2 Normal/ideal
Status Gizi :(SD)
PEMERIKSAAN SISTEMATIS
PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal pemeriksaan : 28 Agustus 2017
Keadaan Umum
Kesadaran : Kompos mentis
Nadi : 129 x/menit
Pernapasan : 34 x/menit
Suhu : 36,8°c
Berat Badan : 10,2 kg
Tinggi Badan : 70 cm
Lingkar Kepala :
Keadaan Spesifik
Kepala
Bentuk : Normosefali, simetris, Terdapat benjolan sebesar bola tennes dengan
ukuran diameter 7 cm
Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut.
Mata : Cekung (- ), Pupil bulat isokor ø 3mm, reflek cahaya +/+,
konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-).
Hidung : Sekret (-), napas cuping hidung (-).
Telinga : Sekret (-).
Mulut : Mukosa mulut dan bibir kering (-), sianosis (-).
Tenggorokan : Faring hiperemis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), JVP tidak meningkat.
Thorak
Paru-paru
Inspeksi : Statis, dinamis simetris, retraksi -/-
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler (+) normal, ronki (-), wheezing (-).
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Thrill tidak teraba
Auskultasi : HR: 129 x/menit, irama reguler, BJ I-II normal, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Lemas, hepar dan lien tidak teraba, turgor baik
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat
Lipat paha dan genitalia : Pembesaran KGB (-)
Anggota Gerak
Ekstremitas Atas Ekstremitas Bawah
Pergerakan bebas +/+ +/+
Akral hangat +/+ +/+
Edema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Clubbing Finger -/- -/-
Atrofi otot -/- -/-
Tonus otot Baik/baik Baik/baik
Pemeriksaan Neurologis
Kesadaran : GCS 15
Motoric : Ekstremitas atas dan bawah aktif, kuat. Kanan dan kiri
simetris
Sensibilitas : Responsif terhadap stimuli. Kanan dan kiri simetris
Refleks
Moro : Positif
Root : Positif
Suck : Positif
Plantar grasp : Kanan dan kiri positif
Palmer grasp : Kanan dan kiri positif
Inspeksi : Terdapat benjolan sebesar bola teenes di regio parietal, berisi cairan
transluminasi test positif
Ct scan kepala
RESUME
Seorang anak perempuan berusia 7 bulan datang di antar orang tuanya ke poli
bedah saraf RSPAD GATOT SOEBROTO dengan keluhan terdapat benjolan berisi
cairan di kepala regio parietal sebesar bola tennes dengan ukuran diameter 7 cm,
konsistensi kenyal dengan perabaan immobile, ketika di sinari tembus cahaya, benjolan
di temukan saat berusia kurang lebih 1-2 bulan sebesar kelereng dan di rasa semakin
lama semakin membesar. Riwayat kehamilan, pasien rutin memeriksakan kandungan
nya ke bidan riwayat mengkonsumsi vitaminDari pemeriksaan fisik di dapatkan.
Observasi TTV
Rencana persiapan operasi
INSTRUKSI POST OP
-
PROGNOSIS
- Ad vitam : bonam
- Ad fungsionam : bonam
- Ad sanactionam : bonam
Tinjauan Pustaka
Meningokel
I. Definisi
Istilah cephalocele mengacu kepada sebuah defek atau kelainan pada kranium dan
dura dimana struktur intrakranial keluar dari kranium melalui defek tersebut.
Cephalocele dapat dibagi dalam empat tipe: meningoencephalocele, meningocele,
atretic encephalocele and gliocele1. Meningoencephalocele terdiri atas cairan
serebrospinal, jaringan otak, serta meningens yang mengalami herniasi keluar dari
defek kranium dan membentuk suatu bangunan yang menyerupai sebuah kantong,
atau sac2. Jika isi di dalam sac ini terdapat jaringan meningen, maka kelainannya
disebut meningocele. Sedangkan, jika di dalam kantong defek ini terdapat jaringan
meningen beserta jaringan parenkim otak, maka dikenali sebagai
meningoencephalocele atau encephalocele saja. Meningoensefalokel ini merupakan
sebuah anomali kongenital yang berasal dari peristiwa postneuralation, yaitu proses
perkembangan sistem syaraf yang mengakibatkan jaringan neural yang normal
berherniasi melalui defek mesenkim, atau dikenal sebagai bony defect3. Kelainan
kongenital ini disebut sebagai sebuah neural tube defect yang di akibatkan oleh
perkembangan yang abnormal pada sistem tabung syaraf pada masa janin. Kelainan
ini dibagi sesuai dengan letaknya di kranium dan biasanya terjadi pada bagian
skuamosa pada tulang kranium yang mengalami defek4.
Ensefalokel diklasifikasikan berdasarkan isi dari sac dan juga lintasan dimana sac
tersebut berherniasi keluar kranium3. Defek pada kranium yang lebih sering
ditemukan adalah pada regio tulang oksipital, frontal, atau nasofrontal4. Hal ini dapat
membagi encephalocele menjadi occipital encephaloceles, anterior atau sincipital
encephaloceles, temporal encephaloceles, dan seterusnya sesuai letak defeknya3, 4.
Pada Ensefalokel oksipital, terdapat massa yang globular dengan peduncle yang
keluar dari garis tengah regio parietooccipital. Ensefalokel yang anterior dapat dibagi
lagi dalam subdivisi nasofrontal, nasoethmoidal, nasoorbital, and basal
encephaloceles3.
Etiologi
terjadi pada bayinya wanita yang sama sekali tidak memiliki faktor resiko yang telah
dibahas di atas8.
Proses Neuralasi
Proses neuralation, atau proses pembentukan tabung saraf, berjalan pada hari
ke-18 hingga ke-27 setelah konsepsi8. Semakin dini terjadi proses neuralasi pada
masa janin, kehamilan pada saat ini biasanya belum diketahui. Secara umum, proses
ini terjadi pada minggu kehamilan ke-3, dimana notochord mulai berkembang dan
menyebabkan ektoderm dibawahnya berdiferensiasi menjadi neural plate, atau
lempeng saraf. Pada proses neuralasi, lempeng saraf akan mulai melipat ke atas
sehingga kedua ujung akan bertemu dan membentuk tabung saraf. Setelah peristiwa
ini, ectoderm yang mengelilingi tabung saraf akan berdiferensiasi menjadi kulit. Saat
ini juga, sel-sel mesoderm akan bermigrasi ke darah sekitar tabung saraf dan
berdiferensiasi menjadi sel otot, tulang, dan saraf dalam spinal column8. Proses ini
akan berakhir pada hari ke-27 atau minggu ke-empat kehamilan.
Ensefalokel disebabkan oleh gangguan pada penutupan tabung saraf pada
masa janin. Maka, kelainan ini menerlibatkan jaringan otak2. Kelainan ini timbul
setelah tabung saraf gagal mengalami midline fusion dengan normal, sehingga
bermanifestasi sebagai bony defect dimana meningen beserta otak akan berherniasi
melewati defek tersebut9. Jika defek ini cukup kecil, hanya meningens yang akan
menonjol keluar defek pada tulang. Hal ini disebabkan oleh karena dura sangat
adheren dengan ketat pada kranium. Dengan adanya defek pada tulang kranium, dura
akan melemah pada bagian tersebut dan akan terjadi dehisens dural, yaitu penonjolan
pada dura keluar defek tanpa mengalami robekan6. Jika defeknya besar, korteks
cerebri akan ikut berpenetrasi melalui defek ke dalam kantung meningens tersebut9.
Jika kelainan pada saat lahir ditutupi oleh kulit, maka hal ini menunjukkan
bahwa tabung saraf telah menutup secara normal saat proses neuralasi. Pada kasus-
kasus seperti ini, penyebabnya adalah kegagalan pada pemisahan primer pada
neuroektoderm dan ektoderm permukaan, dimana step akhir ini pada proses neuralasi
terjadi pada minggu kehamilan ke-empat2.
Manifestasi klinis pada ensefalokel sangat bergantung pada lokasinya.
Ensefalokel frontoetmoidalis dapat terlihat sebagai suatu massa di muka. Ensefalokel
nasofrontalis dapat muncul sebagai massa pada hidung di atas tulang nasalis.
Ensefalokel nasoetmoidalis berupa suatu massa inferior dari tulang nasalis, sedangkan
ensefalokel basalis tidak dapat terlihat secara langsung. Ensefalokel naso-orbitalis
dapat disertai proptosis dan displacement pada bola mata10. Ensefalokel oksipitalis
sering disertai gangguan penglihatan dan kejang4. Ensefalokel secara umum
seringkali disertai anomali pada otak lainnya seperti agenesis of corpus callosum,
hydrocephalus, dan cortical atrophy. Abnormalitas lainnya dapat berupa kelainan
kongenital seperti foot deformities (club foot)9, cardiac defects, chest deformity,
polycystic kidneys, atau cleft palate10.
Diskusi
Patofisiologi
Meningoensefalokel adalah suatu kelainan tabung saraf yang ditandai dengan
adanya penonjolan meningens (selaput otak) dan otak yang berbentuk seperti kantung
melalui suatu lubang pada tulang tengkorak. Meningoensefalokel disebabkan oleh
kegagalan penutupan tabung saraf selama perkembangan janin.
Ada dua bentuk disrafisme utama yang mempengaruhi tulang kranial, dan
menghasilkan protrusi jaringan melalui defek linea mediana tulang yang disebut
cranium bifidum. Mielomeningokel cranium terdiri dari kantong meninges yang terisi
hanya cairan serebrospinal dan meningoensefalokel mengandung kantung dan korteks
serebri, serebelum, atau bagian batang otak. Defek kranium paling lazim pada daerah
oksipital pada atau di bawah sambungan, dan sebagian terjadi frontal atau nasofrontal.
Kelainan ini adalah sepersepuluh dari defek penutupan tuba neuralis yang melibatkan
spina. Etiologi ini dianggap sama dengan etiologi anensefali dan mielomeningokel.
Komplikasi
Meningoensefalokel sering disertai dengan kelainan kranium fasial atau kelainan
otak lainnya, seperti hidrochephalus atau kelainan kongenital lainnya (Syndrome
Meckel, syndrome dandy-walker). Kelainan kepala lainnya yang dapat dideteksi
dengan USG adalah kista otak, miensefalus (fusi tulang occiput vertebrata sehingga
janin dalam sikap hiperekstensi), huloprokensefalus (hanya berbentuk sebuah rongga
ventrikel yang berdilatasi), hindranensefalus (destruksi total jaringan otak sehingga
kepala hanya berisi cairan), kelainan bentuk kepala (dulikochephaluskh, branchi
chpalusk) dan sebagainya.12 Berikut adalah beberapa komplikasi dari
meningoensefalokel, yaitu:
a. Kelumpuhan keempat anggota gerak (kuadri plegia spastik)
b. Gangguan perkembangan
c. Mikrosefalus
d. Hidrosefalus
e. Gangguan penglihatan
f. Keterbelakangan mental dan pertumbuhan
g. Ataksia
h. Kejang.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan meningoensefalokel tergantung dari isi dan luas dari anomali.
Pada meningokel oksipital, di mana kantung tidak mengandung jaringan saraf, hasil
dari pembedahan hampir selalu baik. Tetapi pada meningoensefalokel yang berisi
jaringan otak biasanya diakhiri dengan kematian dari anak. Hampir semua
meningoensefalokel memerlukan intervensi bedah saraf, kecuali massanya terlalu
besar dan dijumpai mikrosefali yang jelas. Bila mungkin, tindalan bedah sedini
mungkin untuk menghindari infeksi, apalagi bila ditemui kulit yang tidak utuh dan
perlukaan di kepala. Pada neonatus apabila dijumpai ulkus pada meningoensefalokel
atau tidak terjadi kebocoran cairan serebrospinal, operasi segera dilakukan. Pada
meningoensefalokel yang ditutupi kulit kepala yang baik, operasi dapat ditunda
sampai keadaan anak stabil. Tujuan operasi adalah menutup defek (watertight dural
closure), eksisi masa otak yang herniasi serta memelihara fungsi otak. Defek tulang
yang cukup besar dapat diperbaiki dengan wire mesh, plastik atau tulang, tetapi jarang
diperlukan. Hasil akhir operasi sukar dipastikan oleh karena bervariasinya kasus. Pada
tindakan bedah terhadap 40 penderita didapati 15 orang (38%) meninggal dan dari 25
orang yang hidup 14 orang (56%) intelegensianya normal meskipun sering dijumpai
gangguan motorik dan pada 11 orang (44%) dijumpai gangguan intelektual dan
motorik.
1. Penanganan Pra Bedah
Segera setelah lahir daerah yang terpakai harus dikenakan kasa steril
yang direndam salin yang ditutupi plastik, atau lesi yang terpapar harus
ditutupi kasa steril yang tidak melekat untuk mencegah jaringan saraf yang
terpaparmenjadi kering.
Perawatan pra bedah neonatus rutin dengan penekanan khusus pada
saat mempertahan suhu tubuh yang dapat menurun dengan cepat. Pada
beberapa pusat tubuh bayi ditempatkan dalam kantong plastik untuk
mencegah kehilangan panas yang dapat terjadi akibat permukaan lesi yang
basah. Lingkaran occipito frontalis kepala diukur dan dibuat grafiknya.
Diperlukan pemeriksaan X-Ray kepala AP/LAT dan diambil photografi dari
lesi.
Pencegahan
Bagi ibu yang berencana hamil, ada baiknya mempersiapkan jauh jauh hari.Misalnya,
mengonsumsi makanan bergizi serta menambah supfemen yang mengandung asam
folat.Hal itu dilakukan untuk mencegah terjadinya beberapa kelainan yang bisa
menyerang bayi. Resiko terjadinya spina bifidabisa dikurangi dengan mengkonsumsi
asam folat. Kekurangan asam folat pada seorang wanita harus dikoreksi sebelum
wanita tersebut hamil, karena kelainan ini terjadi sangat dini. Kepada wanita
yang berencana untuk hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi asam folat sebanyak 0,4
mg/hari. Kebutuhan asam folat pada wanita hamil adalah 1mg/hari8.
Salah satu cara menangani kasus, encephalocele atau ensefalokel. Biasanya dilakukan
pembedahan untuk mengembalikan jaringan otak yang menonjol ke dalam tulang
tengkorak, membuang kantung dan memperbaiki kelainan kraniofasial yang terjadi.
Untuk hidrosefalus mungkin perlu dibuat suatu shunt. pengobatan lainnya bersifat,
simtomatis dan suportif. Prognosisnya tergantung kepada jaringan otak yang terkena,
lokasi kantung dan kelainan otak yang menyertainya.
KESIMPULAN
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan bayi yang timbul sejak
kehidupan hasiI konsepsi. Defek tuba neuralis menyebabkan kebanyakan kongenital
anomali Sistem Saraf Sentral (SSS) akibat dari kegagalan tuba neuralis menutup
secara spontan antara minggu ke-3 dan ke-4 dalam perkembangan di uterus. Spina
bifida merupakan suatu anomali perkembangan yang ditandai dengan defek
penutupan selubung tulang pada medulla spinalis sehingga medulla spinalis dan
selaput meningen dapat menonjol keluar (spina bifida cystica), atau tidak menonjol
(spina bifida occulta). Resiko terjadinya spina bifida bisa dikurangi dengan
mengkonsumsi asam folat. Kekurangan asam folat pada seorang wanita harus
dikoreksi sebelum wanita tersebut hamil, karena kelainan ini terjadi sangat dini.
Manajemen pengawasan anak serta keluarga dengan spina bifida memerlukan
pendekatan multidisiplin (ahli bedah, dokter dan ahli terapi).
Daftar Pustaka
3. Blount J.P., Gordon A.S., Foreman P.M., and John h. GrAnt (2013)
Multidisciplinary staged surgical management of bifrontal meningocele
with long-term follow-up. Case report. J Neurosurg Pediatrics 11:478–
484.
6. Chen KP, Chen PR, and Yu-Fu Chou. (2006). Meningoencephalocele of the
Temporal Bone Repaired with a Free Temporalis Muscle Flap — Case
Report. Tzu Chi Med J 2006 / 18 / No. 2.