You are on page 1of 3

Abu Aswad Ad Duali

Dikenal sebagai pengikut setia Syi'ah Ali. Ia menjadi murid Ali bin
Abi Thalib karramallahu wajhah yang dikenal sebagai pintu ilmunya
Nabi Muhammad saw dan khazanah sains-nya Islam, dan nahwu ia
pelajari sendiri darinya (dari Ali Ibn Abi Thalib as), di mana Imam Ali
merupakan pakar atau mahaguru ilmu nahwu itu sendiri.

Dia termasuk orang yang pertama mengumpulkan mushaf dan


mengarang ilmu nahwu dan peletak dasar kaidah-kaidah nahwu,
atas rekomendasi dari Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah.

Ia juga mendapat intruksi dari Imam Ali Bin Abi Thalib as, ketika
menjadi khalifah, untuk merumuskan tanda-tanda baca pada tulisan.
Sasaran pertamanya adalah mushaf-mushaf al Qur'an, karena di
sinilah letak kekhawatiran salah baca seperti yang kerap terjadi
waktu itu.

Disamping nahwu, Abul Aswad juga berjasa dalam membuat harakat


al Qur'an. Ia berhasil mewariskan sistem penempatan “ titik-titik ”
tinta berwarna merah yang berfungsi sebagai syakal-syakal yang
menunjukkan unsur-unsur kata Arab yang tidak terwakili oleh huruf-
huruf.

Penempatan titik-titik tersebut, adalah:

Ø Tanda fathah dengan satu titik diatas huruf (a).


Ø Tanda kashrah dengan satu titik dibawah huruf (i)
Ø Tanda Dhamah dengan satu titik disebelah kiri huruf (u)
Ø Tanda tanwin dengan dua titik (an-in-un).

Untuk membedakan titik-titik tadi dari tulisan pokoknya (biasanya


berwarna hitam), maka titik-titik itu diberi warna (biasanya merah).
Tetapi sistem ini tidak dapat begitu saja menyelesaikan masalah,
sebab ada huruf-huruf yang sama bentuknya namun harus dibaca
berlainan tanpa dibubuhi tanda-tanda pembeda, huruf-huruf itu
menyukarkan banyak pembaca.

Usaha Abul Aswad tersebut kemudian disempurnakan oleh murid-


muridnya, Nasr Ibn 'Ashim (wafat tahun 707 Masehi) dan Yahya Ibn
Ya'mur (wafat tahun 708 Masehi) yang terjadi pada masa
pemerintahan Abdul Malik Ibn Marwan dari Dinasti Umayah, dinasti
yang terkenal permusuhannya kepada keturunan Fatimah az Zahra
dan Imam Ali as.

Nama lengkap sahabat dan ulama awal ini adalah Dzalam bin Amru
bin Sufyan bin Jandal bin Yu'mar bin Du'ali, panggilannya Abul
Aswad. Nama Du'ali dinisbatkan kepada kabilah Du'al dari Bani
Kinanah. Ia masuk Islam ketika Nabi saw masih hidup, tetapi ia
tidak melihatnya.

Ia tinggal di Bashrah pada masa pemerintahan Umar bin Khathab.


Nama aslinya yang paling terkenal adalah Zhalim bin Amr, beliau
sering dikenal atau dipanggil dengan Abu Al Aswad Ad Du'ali
rahimahullah, ada pula yang mengatakan Ad Dili, Al Allamah, Al
Fadhil, Qadhi Bashrah. Beliau rahimahullah dilahirkan pada masa
kenabian.

Ia pernah menjadi hakim di Bashrah, kemudian khalifah Ali bin Abi


Thalib karramallahu wajhah mengangkatnya menjadi gubernur di
sana. Ia ikut bersama Khalifah Ali bin Abi Thalib karramallahu
wajhah menghadapi pemberontakan Muawiyah dan Aisyah dalam
perang Jamal dan Siffin, dan termasuk juru runding dalam perang
Jamal. Dan pernah diutus oleh Abdullah bin Abbas memerangi kaum
Khawarij, kaum yang dikenal sebagai orang-orang yang bodoh
namun suka memaksakan kehendak.

Ucapan Para Ulama tentang Beliau

Ahmad Al Ijli berkata, “Dia tsiqah (sangat terpercaya) dan orang


yang pertama kali berbicara tentang ilmu nahwu”. Al Waqidi berkata,
“Dia masuk Islam pada masa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
masih hidup.” Orang lain berkata, “Abu Al Aswad Ad Du'ali ikut
perang Jamal bersama Ali bin Abu Thalib karramallahu wajhah, dan
dia termasuk pembesar kelompok Syi'ah Ali as dan orang yang
paling sempurna akal serta pendapatnya di antara mereka. Imam Ali
al Murtadha telah menyuruhnya meletakkan dasar-dasar ilmu nahwu
ketika beliau mendengar kecerdasannya.”

Al Waqidi berkata, “Lalu Abu Al Aswad menunjukkan kepadanya apa


yang telah ditulisnya,” Ali bin Abi Thalib al Murtadha berkata,
“Alangkah baiknya nahwu yang kamu tulis ini.”. Dan diriwayatkan
pula bahwa dari situlah ilmu nahwu disebut 'nahwu'. Muhammad bin
Salam Al Jumahi berkata, “Abu Al Aswad Ad Du'ali adalah orang yang
pertama kali meletakkan bab Fa'il, Maf'ul, Mudhaf, Huruf Rafa',
Nashab, Jar, dan Jazm. Yahya bin Ya'mar lalu belajar tentangnya.”
Al Mubarrad berkata, Al Mazini menceritakan kepadaku, dia berkata,
“Sebab yang melatarbelakangi diletakkannya ilmu nahwu adalah
karena Bintu Abu Al Aswad (anak perempuan Abu Al Aswad) berkata
kepadanya, 'Maa asyaddu Al Harri (alangkah panasnya) Abu Al
Aswad lalu berkata, Al Hasyba Ar Ramadha' (awan hitam yang
sangat panas)' anak perempuan Abu Al Aswad berkata, 'aku takjub
karena terlalu panasnya'.

Abu Al Aswad berkata, 'Ataukah orang-orang telah biasa


mengucapkannya?' lalu Abu Al Aswad mengabarkan hal itu kepada
Ali bin Abu Thalib karramallahu wajhah, lalu beliau memberikan
dasar-dasar nahwu kepadanya dan dia meneruskannya.

Dialah pula orang yang pertama kali meletakkan titik pada huruf.” Al
Jahizh berkata, “Abu Al Aswad adalah pemuka dalam tingkat sosial
manusia. Dia termasuk kalangan ahli fiqih, penyair, ahli hadits, orang
mulia, kesatria berkuda, pemimpin, orang cerdas, ahli nahwu,
seorang Syi'ah,. Dia botak bagian depan kepalanya.”

naskah dari: sulaimandjaya.blogspot.co.id

You might also like