Professional Documents
Culture Documents
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
MIASTENIA GRAVIS
OLEH:
Saza Khoirunnisa, S.Ked
K1A1 12 040
Pembimbing:
dr. Happy Handaruwati, M.Kes., Sp.S
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN NEUROLOGI
RUMAH SAKIT UMUM BAHTERAMAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
MIASTENIA GRAVIS
Saza Khoirunnisa, Happy Handaruwati
I. PENDAHULUAN
yang diperkenalkan pada tahun 1985 oleh Fredierich Jolly yang merupakan
bahasa latin dimana Miastenia berarti kelemahan otot dan Gravis berarti
miastenia gravis.
pasien Miastenia Gravis yang dikenal dengan kontroversi ‘soups versus the
Walaupun kelumpuhan khas itu dapat timbul pada setiap otot, namun
terutama ptosis. Saraf otak kranial yang paling sering terkena juga ialah otot
II. ANATOMI
Otot rangka atau otot lurik dipersarafi oleh nervus besar bermielin
yang berasal dari sel kornu anterior medulla spinalis dan batang otak.
Nervus ini mengirim keluar aksonnya dalam nervus spinalis atau kranialis
tunggal.
Daerah khusus yang menghubungkan antara saraf motorik dengan
neurotransmukular adalah sinaps kimia antar saraf dan otot yang terdiri dari
tiga komponen dasar: elemen prasinaptik terdiri dari akson terminal yang
berisi vesikel sinaptik dengan lebar sekitar 200 A diantara dua elemen.
Elemen prasinaptik terdiri dari akson terminal yang berisi vesikel sinaptik
(membran pasca penghubung) atau ujung lempeng motorik dari serat otot.
lempeng potensial (end plate potential, EPP). Ketika EPP mencapai puncak
EPP akan menghasilkan potensial aksi dalam membran otot tidak bertaut
III. EPIDEMIOLOGI
100.000 populasi, dengan perbandingan 2:1 antara wanita dan pria. Secara
miastenia gravis pada kelompok dengan usia yang lebih tua sering terjadi
bahwa prevalensi paling banyak didapatkan pada wanita pada dekade 2 dan
dekade ke 3, sementara pada pasien pria lebih banyak pada dekade ke 6 dan
didapatkan pada tahun pertama penyakit dan terjadi pada 50% kasus.
Biasanya pada tahun pertama pasien memiliki gejala secara umum seperti
kelemahan atau kelelahan dan satu dari tiga pasien mengalami kelemahan
Miastenia krisis dapat terjadi pada 20% pasien dengan miastenia secara
IV. PATOFISIOLOGI
pada Miastenia Gravis dimulai dengan pengamatan oleh D.W. Smithers dan
kemudian, pada tahun 1960, John Simpson mengamati pada 404 pasien
dikatakan sebagai “penyakit terkait sel B”, dimana antibodi yang merupakan
produk dari sel B justru melawan reseptor asetilkolin. Peranan sel T pada
pada timus seperti hiperplasia timus atau thymoma, biasanya muncul lebih
B”, dimana antibodi yang merupakan produk dari sel B justru melawan
terkait dengan sel T. Abnormalitas pada timus seperti hiperplasia timus atau
thymoma, biasanya muncul lebih awal pada pasien dengan gejala miastenik.
melawan area imunogenik utama pada subunit alfa. Subunit alfa juga
V. KLASIFIKASI
berdasarkan subtipe dan gejala klinis yang timbul. Miastenia Gravis di bagi
2. Miastenia Gravis onset lambat : usia lebih dari 50 tahun, atrofi timus, dan
kebanyakan pria
4. Miastenia Gravis okular : dengan gejala yang hanya terbatas pada otao-
otot ekstraokular
Miastenia Gravis kedalam 5 kelas besar dan beberap subkelas. Hal tersebut
1. Kelas I diklasifikasikan:
2. Kelas II
3. Kelas II a:
keduanya
4. Kelas Iib:
keduanya
5. Kelas III
7. Kelas IIIb:
keduanya.
8. Kelas IV:
9. Kelas Iva:
otot-otot aksial.
tidak akan tampak pada waktu pagi hari. Di waktu sore hari atau
1. Okular
terjadi pada Miastenia Gravis. Berbeda dengan gejala yang lain, disartia
Pada awal gejala yang muncul akan tampak seperti silent period
dan nyeri yang tidak jelas pada leher dan belakang kepala menyebabkan
merasa kaku dan merasa gigi tidak terasa, parastesia. Ekspresi dari
wajah kadang tidak bisa terbaca, apakah sedang meringis atau tertawa.
menutup mata bahkan saat tidur, sehingga harus tidur dengan mata
pemeriksaan.
VII. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
kelemahan pada otot – otot rangka yang akan meningkat apabila sedang
beraktivitas. Penderita akan merasa ototnya sangat lemah pada siang hari
normal. Tetapi pada tahap lanjut kelumpuhan dapat terjadi pada otot
sukar untuk ditutup. Kelemahan otot bulbar juga dapat terjadi diikuti
dengan kelemahan pada fleksi dan ekstensi kepala. Selain itu dapat pula
timbul kesukaran menelan dan berbicara dari otot faring, lidah, pallatum
molle, dan laring sehingga timbul paresis dari pallatum molle yang akan
terkena pada kasus berat dapat terjadi kelemahan umum pada otot skeler.
Berdiri, berjalan atau bahkan menehan lengan diatas kepala misalnya saat
atas dan yang berkaitan dengan demam dan diare; saat sedang merasa
lain6,2
2. Pemeriksaan Fisis9,10,11
a. Inspeksi
(a) Ptosis pada mata yang asimetris, deviasi okular atau kepala
yang terkulai
(b) Kelemahan otot wajah yang dapat dilihat dengan hilangnya
(c) Kelemahan dari otot leher dan dagu untuk menopang dagu
meminimalisasi diplopia
b. Fungsi okular
Pada sisi yang lumpuh, celah mata lebih kecil, dan kadang-
(a) Uji aliran puncak ekspirasi atau kapasitas paru tanpa menjepit
menggigit spatula
(d) Menelan segelas air dan melihat apakah terjadi batuk atau
3. Pemeriksaan Penunjang
akan lenyap.
d. Uji Kinin: Diberikan 3 tablet kina masing-masing 200 mg. 3 jam
1. Guillaian-Barre Sindrom
Pada GBS, gejala sensorik cenderung ringan dan dapat terjdai rasa
nyeri, geli, mati rasa, serta kelainan sensasi rasa getar dan posis.
Kelemahan otot rangka seringkali akut sehingga tidak terjadi atrofi otot
namun tonus otot hilang dan mudah terdeteksi arefleksia. Lengan dapat
menjadi kurus atau atau otot lengan kurang lemah dibandingkan otot
kelemahan motorik,
2. Sindrom Pascapolio
tanpa atrofi, dan nyeri otot yang sering disertai dengan kejang otot.
bawah yang khas: nyeri otot, fasikulasi, dan kelemahan otot yang dapat
terlibat, serta kepala, dan otot leher, yang dipersarafi oleh nervus
kranialis IX, X, dan XI. Akibatnya dapat berupa gagal napas, apnea
IX. PENATALAKSANAAN 5
1. Inhibitor Cholinesterase
diawal penyakit dan lebih lama pasien memberikan toleransi yang dapat
2. Kortikosteroid
yang memburuk dapat diamati pada 7-14 hari pertama setelah memulai
dinaikkan secara bertahap akan sangat membantu. Lebih dari 90% pasien
kenaikan berat badan dan edema, yang membuat imunosupresan ini sulit
untuk digunakan.
a. Azathiopirine
b. Cydosporine
c. Tacrolimus (FK506)
fibrosis paru.
e. Siklofosfamid
Obat ini diberikan selama 4 sampai 5 hari dimulai dari dosis rendah
2-6 mg/kg dan dosis maksimal 1600 mg/m2 luas permukaan tubuh.
4. Plasmafaresis
efek pengobtan dapat dilihat setelah 28 hari. Komplikasi yang ada dapat
berupa sakit, kepala, meningitis aseptik, dan gejala flu like syndrom.
6. Thymectomy
thymoma. Jika terdapat timoma dan pada pasien muda dilakuakn pada
2. Mardjono M., dan Priguna Sidharta. 2010. Neurologi Klinis Dasar Cetakan ke
7. Trouth J.A., Dabi Alok., Solieman N., et. al. Myasthenia Gravis: A Review.
8. Rosyid Nor Fahrun. Mengenal Miasthenia Gravis. Health Science. 2005. Vol
5 No (1).
Press.