You are on page 1of 11

34

Pengolahan Limbah Cair Sasirangan Menggunakan Filter Arang Aktif Cangkang Kelapa
Sawit Berlapiskan Kitosan Setelah Koagulasi dengan FeSO4

FILTRATION OF SASIRANGAN WASTEWATER TREATMENT USING OIL PALM SHELL


ACTIVE CHARCOAL COATED WITH CHITOSAN AFTER COAGULATION WITH FeSO4

Utami Irawati*, Umi Baroroh Lili Utami, Hanifa Muslima

Prog. Studi Kimia Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat


Jl. A. Yani Km 36 Banjarbaru, Kalimantan selatan
utami_irawati@yahoo.co.uk

ABSTRACT

Filtration of sasirangan wastewater using oil palm shell active charcoal coated
with chitosan after coagulation with FeSO 4 had been done. One of the aims of
this research is to compare the value of pH, COD, Turbidity, TSS, total
chromium and total lead in sasirangan wastewater after the treatment standards
for waste quality set by Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 036
Tahun 2008, and to determine adsorption ability of filter based on the volume of
Pb(II) solution being flown to 50 grams of adsorben. The wastewater of
sasirangan was processed by using FeSO4 as coagulant under the optimum
conditions at pH 8-10 and concentration 750 mg/l followed by filtration.
Parameters of effluent being measured were pH, COD, Turbidity, TSS, total
chromium and total lead. Determination of adsorption capacity of the filter was
done by flowing 35 liters of Pb(II) solution into the filter. The results showed that
FeSO4 as coagulant has reduced pH value from 8,73-7,95 while the percentage
of decrease for COD, TSS, turbidity and total lead were 93,33%, 56,95%,
65,10% and 10% respectively. After sasirangan wastewater was filtered, TSS,
turbidity and total lead decreased as much as 77,25%, 87,63% and 77,78%. As
much as 50 grams oil palm shell active charcoal coated with chitosan reach its
saturation after being passed by 30 liters of Pb(II) solution.

Keywords: Sasirangan wastewater, coagulant FeSO 4, active charcoal, chitosan

PENDAHULUAN Kalimantan Selatan Nomor 036 Tahun


Limbah cair sasirangan sebagai salah 2008 (Rubiyah, 2000).
satu bentuk industri tekstil yang memiliki Salah satu teknik pengolahan limbah
daya cemar yang tinggi sehingga belum cair sasirangan ini adalah dengan cara
memenuhi syarat untuk dibuang ke koagulasi dengan menggunakan koagulan
lingkungan sebelum diolah. Parameter seperti aluminium sulfat (tawas), FeSO 4,
pencemaran limbah cair sasirangan Poly aluminium chlorida dan polielektrolit
melebihi baku mutu limbah cair industri organik. Menurut Migo et al (1993),
tekstil berdasarkan Peraturan Gubernur koagulasi yang efektif terjadi pada selang

Sains dan Terapan Kimia, Vol.5, No. 1 (Januari 2011), 34 - 44


35

pH tertentu. Hasil penelitian Normilawati menit dengan kapasitas adsorpsi sebesar


(2006) menunjukkan bahwa pH 8-10 dan 10,11 mg/g. Hasil penelitian Norlina (2009)
konsentrasi FeSO4 sebesar 750 mg/l yang menunjukkan bahwa adsorpsi Cr(III) oleh
ditambahkan pada 500 ml limbah cair kitosan yang dilapiskan pada arang aktif
sasirangan merupakan kondisi optimum cangkang kelapa sawit berlangsung
penggunaan koagulan FeSO4. optimum pada pH 5 dan mencapai waktu
Pengolahan limbah cair sasirangan juga kontak optimum adsorpsi setelah 60 menit.
dapat dilakukan dengan memanfaatkan Hasil penelitian Anggono (2009)
biomaterial seperti kitosan dan arang aktif. menunjukkan nilai kapasitas adsorpsi
Penggunaan kitosan dan arang aktif Cr(III) oleh arang aktif cangkang kelapa
sebagai biosorben meskipun telah banyak sawit berlapiskan kitosan adalah sebesar
digunakan masih mempunyai beberapa 5,208 mg/g. Berdasarkan uraian di atas,
kelemahan. Onar & Sarisik (2003) kiranya adalah hal yang menarik untuk
menyatakan bahwa kitosan mudah larut mengaplikasikan arang aktif cangkang
dalam larutan asam di bawah pH 6, kelapa sawit yang berlapiskan kitosan
sehingga tidak dapat digunakan sebagai pada kondisi yang optimum sebagai filter
adsorben pada pH rendah. Oleh karena pada pengolahan limbah cair sasirangan
itu, agar dapat digunakan pada pH rendah, setelah dilakukan koagulasi dengan
maka kitosan dapat dilapiskan pada suatu menggunakan FeSO4.
substrat seperti arang aktif dari cangkang Penelitian ini bertujuan untuk
kelapa sawit. Kombinasi dari kedua membandingkan nilai pH, COD,
biomaterial tersebut dapat diolah menjadi kekeruhan, kadar TSS, Cr total dan Pb
suatu adsorben dengan kemampuan total pada limbah cair sasirangan setelah
adsorpsi yang lebih baik. diolah secara koagulasi menggunakan
Hasil penelitian Kusmawardhany (2009) FeSO4 yang dilanjutkan dengan filtrasi
menunjukkan bahwa kitosan 1% yang menggunakan arang aktif cangkang
dilapiskan pada arang aktif cangkang kelapa sawit berlapiskan kitosan pada
kelapa sawit menunjukkan kelarutan yang kondisi yang optimum dengan baku mutu
paling rendah. Hasil penelitian Hartanto limbah cair untuk industri tekstil. Serta
(2009) menunjukkan bahwa kitosan yang mengetahui volume efluen Pb(II) yang
dilapiskan pada arang aktif cangkang digunakan sehingga 50 gram arang aktif
kelapa sawit mencapai waktu cangkang kelapa sawit berlapiskan kitosan
kesetimbangan adsorpsi Pb(II) setelah 45 harus diregenerasi.

Pengolahan Limbah Cair Sasirangan... (Utami Irawati dkk)


36

METODE PENELITIAN Arang aktif cangkang kelapa sawit


Penelitian ini dilaksanakan selama 3 berlapiskan kitosan dimasukkan ke dalam
bulan di Laboratorium Dasar Fakultas pipa paralon (panjang 60 cm). Bagian
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam bawah diberi kerikil sebagai penahan dan
(FMIPA) Universitas Lambung Mangkurat spon/busa dan dibagian atas pipa diberi
Banjarbaru. Contoh limbah diambil dari spon/busa untuk menahan air limbah yang
industri rumah tangga sasirangan. masuk untuk menahan arang terlapiskan
Alat-alat yang digunakan pada kitosan. Bagian bawah juga diberi kran
penelitian ini antara lain : alat-alat gelas untuk mengalirkan air limbah. Filter ini
standar merk Pyrex, Hot plate merk dioperasikan pada pH, dan waktu kontak
Cimarec, pH meter Jenway 3040 ion optimum.
Analyzer, neraca analitik OHAUS model 2. Pembuatan desain pengolahan
Galaxy TM 160, termometer Philip Harris limbah cair sasirangan
Limited, stirrer magnetik, botol semprot, Perlakuan awal dilakukan melalui
tabung reaksi beserta raknya, shaker GFL pengenceran limbah cair sasirangan untuk
3005, buret merk E-mil, oven merk meminimalisir pemakaian koagulan
Memmert dan spektrofotometer serapan FeSO4. Dalam unit ini juga dilakukan
atom merk Varian tipe Spectra AA-30. penyaringan kasar terhadap limbah untuk
Bahan-bahan yang digunakan dalam menghilangkan kotoran-kotoran seperti
penelitian ini antara lain: kulit udang benang yang tertinggal dari kain
sebagai bahan dasar kitosan, cangkang sasirangan. Koagulasi dilakukan dengan
kelapa sawit sebagai bahan dasar arang, mengalirkan 3 liter koagulan FeSO4 750
indikator universal, kertas pH, HCl pekat mg/L ke dalam 150 liter limbah cair
(p.a Merck), akuades, NaOH (p.a Merck), sasirangan.
asam oksalat (p.a Merck), asam nitrat (p.a Susunan pengolahan limbah cair
Merck), asam sulfat (p.a Merck), KMnO 4 sasirangan secara koagulasi
(p.a Merck), Pb(NO3)2 (p.a Merck) dan menggunakan FeSO4 dan filtasi
FeSO4.7H2O (p.a Merck). menggunakan arang aktif cangkang
kelapa sawit berlapiskan kitosan
ditunjukkan pada Gambar 1.
PROSEDUR PENELITIAN
1. Pembuatan filter arang aktif
cangkang kelapa sawit berlapiskan
kitosan

Sains dan Terapan Kimia, Vol.5, No. 1 (Januari 2011), 34 - 44


37

A ran g aktif can gkan g k elapa


F eS O 4 saw it berlapiskan kitosan

B ak B ak
L im bah influen E flu en
pengenceran koagulasi F iltrasi

Gambar 1 Skema alir pengolahan limbah cair sasirangan


Efluen Pb(II) diukur dengan variasi
3. Pengolahan limbah cair
volume 5, 10, 15, 20, 25, 30 dan 35 liter.
sasirangan secara koagulasi dengan
Laju alir ditentukan dengan kecepatan 18
FeSO4
ml/menit. Kemudian efluen dianalisa
Pengolahan limbah cair sasirangan
dengan menggunakan Spektrofotometer
secara koagulasi dengan menggunakan
Serapan Atom.
FeSO4 dilakukan pada pH optimum 8-10
6. Analisis Data
dengan konsentrasi efektif adalah 750 mg/l
Data yang diperoleh dibuat tabel dan
(Normilawati, 2006). Beberapa parameter
grafik untuk melihat profil dan kinerja filter.
pada limbah cair sasirangan seperti pH,
Kemudian data yang didapatkan akan
COD, kekeruhan, TSS dan kadar Pb total
dibandingkan dengan baku mutu limbah
dan Cr total diuji sebelum dan setelah
tekstil berdasarkan Peraturan Gubernur
pengolahan.
Kalimantan Selatan Nomor 036 Tahun
4. Pengolahan limbah cair
2008.
sasirangan secara filtrasi setelah
HASIL DAN PEMBAHASAN
koagulasi dengan FeSO4
Limbah cair sasirangan yang digunakan
Limbah cair sasirangan diuji
pada penelitian ini berasal dari industri
dengan beberapa parameter pH, COD,
tekstil rumah tangga sasirangan. Hasil
kekeruhan, TSS dan kadar Pb total dan Cr
analisis menunjukkan bahwa limbah cair
total. Dilakukan pengujian setelah
sasirangan mengandung konsentrasi
melewati filter arang aktif cangkang kelapa
COD, padatan tersuspensi dan kekeruhan
sawit berlapiskan kitosan.
yang sangat tinggi dan melebihi ambang
5. Penentuan kemampuan adsorpsi
batas baku mutu limbah tekstil
filter

Pengolahan Limbah Cair Sasirangan... (Utami Irawati dkk)


38

berdasarkan Peraturan Gubernur diketahui bahwa setelah ditambahkan


Kalimantan Selatan Nomor 036 Tahun koagulan FeSO4, pH limbah cair
2008. sasirangan yang sebelumnya 8,73
1. Pengolahan Limbah Cair Sasirangan menurun menjadi pH 7,95. Hal ini
Pengolahan limbah cair industri tekstil menandakan bahwa FeSO4 bekerja efektif
dapat dilakukan secara kimia, fisika untuk meningkatkan kualitas limbah cair
ataupun gabungan dari keduanya. sasirangan. Suatu larutan dikatakan asam
Pengolahan secara kimia dilakukan jika [H+] > [OH-] dan sebaliknya, suatu
dengan cara koagulasi, flokulasi, dan larutan dikatakan basa jika [OH-] > [H+]
netralisasi. Pengolahan limbah cair secara (Svehla, 1999). Koagulan FeSO 4 bekerja
fisika dapat dilakukan dengan cara dengan cara mengikat OH- yang terdapat
adsorpsi, filtrasi, dan sedimentasi pada limbah membentuk Fe(OH)3 yang
(Agustina & Badewasta, 2009). akhirnya akan mengendap dalam larutan.
Pengolahan limbah cair sasirangan Nilai pH setelah koagulasi dengan FeSO 4
dengan metode alir dalam penelitian ini ini telah memenuhi standar baku mutu
dilakukan dengan menggabungkan limbah cair untuk industri tekstil.
pengolahan secara kimia dan fisika. Setelah limbah diberikan perlakuan
Pengolahan secara kimia dilakukan dengan koagulan FeSO4, kemudian limbah
dengan menambahkan koagulan FeSO 4 langsung dialirkan menuju ke filter. Nilai
dan dilanjutkan pengolahan secara fisika pH yang sebelumnya 7,95 menurun lagi
dengan menggunakan filter arang aktif menjadi pH 7,01. Perbedaan nilai pH pada
cangkang kelapa sawit berlapiskan kedua perlakuan tersebut tidak jauh
kitosan. berbeda. Hal ini sesuai dengan pernyataan
a. Pengukuran pH Carera (2009) dalam penelitiannya bahwa
arang aktif memiliki sifat netral sehingga
Hasil pengukuran pH limbah cair
tidak dapat menaikkan atau menurunkan
sasirangan setelah penambahan koagulan
pH.
FeSO4 dan dilanjutkan dengan filtrasi
b. Pengukuran COD
dapat dilihat pada Gambar 2.
Menurut Manahan (1994), pada Hasil pengukuran COD limbah cair
umumnya penggunaan koagulan untuk sasirangan setelah penambahan koagulan
proses pengendapan akan menurunkan FeSO4 dan dilanjutkan dengan filtrasi
pH. Berdasarkan data di atas, dapat dapat dilihat pada Gambar 3.

Sains dan Terapan Kimia, Vol.5, No. 1 (Januari 2011), 34 - 44


39

Gambar 2. pH limbah cair sasirangan dalam berbagai tahap pengolahan

Gambar 3 COD limbah cair sasirangan dalam berbagai tahap pengolahan

pemisahan senyawa-senyawa organik dan


Berdasarkan data pada Gambar 3,
anorganik ini, kurang lebih sama dengan
koagulan FeSO4 mampu menurunkan
pemisahan koloid, yaitu berupa proses
kadar COD yang sebelumnya 207 mg/l
pendestabilan koloid yang diikuti dengan
menjadi 13,8 mg/l. Hal ini terjadi karena
pembentukan flok dan pengendapan.
koagulan FeSO4 mampu mengendapkan
Setelah limbah dialirkan menuju filter,
senyawa aromatik dan senyawa organik
kadar COD tidak mengalami perubahan.
yang terdapat pada limbah yang
Hal tersebut menandakan filter tidak
menandakan bahwa FeSO4 efektif
mampu mengadsorpsi kontaminan organik
digunakan untuk pengolahan limbah cair
yang terkandung dalam limbah. Hal ini
sasirangan. Menurut Karamah & Kostiano
berbeda dengan pernyataan Agustina &
(2008) proses yang terjadi dalam

Pengolahan Limbah Cair Sasirangan... (Utami Irawati dkk)


40

Badewasta (2009) dalam penelitiannya, (2006), bahwa koagulan FeSO4 mampu


bahwa proses adsorpsi oleh arang aktif menurunkan nilai TSS hingga 98,11%.
mampu menyisihkan senyawa aromatik Hal tersebut disebabkan karena
(misalnya fenol) dan senyawa organik beberapa faktor, antara lain waktu tinggal
terlarut lainnya dengan cara mengadsorpsi yang kurang optimum dan metode
molekul adsorbat dalam rongga arang pengolahan limbah cair yang digunakan.
aktif. Menurut Karamah & Kostiano (2008)
Hal tersebut kemungkinan disebabkan waktu tinggal yang optimum untuk
oleh beberapa faktor, salah satunya koagulan FeSO4 adalah 1 jam. Ada pun
adalah penyerapan yang tidak maksimal metode yang digunakan pada penelitian ini
oleh filter dan waktu kontak antara limbah adalah metode alir. Berbeda halnya
cair dengan filter yang terlalu singkat. dengan Normilawati (2006) dalam
Menurut Reynolds (1982), waktu kontak penelitiannya menggunakan metode
merupakan suatu hal yang sangat batch, dimana metode ini lebih
menentukan dalam proses adsorpsi. memungkinkan untuk menggunakan waktu
Konsentrasi zat-zat organik akan turun tinggal yang optimum selama 1 jam.
apabila waktu kontaknya cukup dan waktu Disamping itu, limbah cair sasirangan yang
kontak berkisar 10 – 15 menit. digunakan pun berbeda, sehingga
c. Pengukuran TSS kualitasnya pun berbeda.
Berdasarkan hasil penelitian di atas,
Hasil pengukuran TSS limbah cair
TSS limbah cair sasirangan setelah
sasirangan setelah penambahan koagulan
koagulasi menggunakan koagulan FeSO 4
FeSO4 dan dilanjutkan dengan filtrasi
masih di atas standar baku mutu.
dapat dilihat pada Gambar 4.
Sehingga perlakuan lebih lanjut sangat
Total Suspended Solid (TSS) atau total
dianjurkan, yaitu dengan menggunakan
padatan tersuspensi adalah padatan yang
filter arang aktif cangkang kelapa sawit
tersuspensi di dalam air berupa bahan-
berlapiskan kitosan. Setelah limbah cair
bahan organik dan anorganik.
sasirangan dialirkan pada filter, nilai TSS
Berdasarkan data di atas, koagulan FeSO 4
menurun dari 189 mg/l menjadi 43 mg/l
mampu menurunkan kadar TSS dari 439
dengan persentase penurunan sebesar
mg/l menjadi 189 mg/l dengan persentasi
77,24%. Dengan demikian, nilai ini sudah
penurunan 56,95%. Hal ini berbeda
memenuhi standar baku mutu limbah cair
dengan hasil penelitian Normilawati
untuk industri tekstil.

Sains dan Terapan Kimia, Vol.5, No. 1 (Januari 2011), 34 - 44


41

Gambar 4 TSS limbah cair sasirangan dalam berbagai tahap pengolahan

Gambar 5 Kekeruhan limbah cair sasirangan dalam berbagai tahap


pengolahan

d. Pengukuran kekeruhan koagulan FeSO4 menurun dari 53,3 NTU


menjadi 18,6 NTU dengan persen
Hasil pengukuran kekeruhan limbah
penurunan sebesar 65,1%. Meskipun
cair sasirangan setelah penambahan
penurunan ini tidak optimal dibandingkan
koagulan FeSO4 dan dilanjutkan dengan
dengan metode batch, akan tetapi
filtrasi dapat dilihat pada Gambar 5.
kekurangan ini dapat diselesaikan dengan
Berdasarkan Gambar 5, limbah cair
perlakuan selanjutnya yaitu pengolahan
sasirangan menurun seiring dengan
secara filtrasi. Dengan pengolahan secara
diberinya perlakuan. Kadar kekeruhan
filtrasi nilai kekeruhan limbah cair
limbah cair sasirangan setelah diberi
sasirangan dapat diturunkan dari 18,6

Pengolahan Limbah Cair Sasirangan... (Utami Irawati dkk)


42

NTU menjadi 2,3 NTU dengan persen yang diberi perlakuan dengan yang tidak
penurunan sebesar 87,63%. diberi perlakuan. Koagulan FeSO4 mampu
e. Pengukuran Cr total dan Pb total menurunkan kadar Pb total dari 0,1 mg/l
menjadi 0,09 mg/l. Setelah dilanjutkan
Hasil pengukuran kadar logam limbah
dengan filtrasi kadar Pb total menurun dari
cair sasirangan setelah penambahan
0,09 mg/l menjadi 0,02 mg/l. Penurunan
koagulan FeSO4 dan dilanjutkan dengan
kadar Pb total oleh filter lebih besar
filtrasi dapat dilihat pada Gambar 6.
dibandingkan persen penurunan oleh
Berdasarkan Gambar 6, terlihat bahwa
koagulan. Hal ini dikarenakan dalam
kadar Cr total dan Pb total pada limbah
pengolahan limbah cair sasirangan ini,
cair sasirangan sebelum pengenceran
yang berperan aktif dalam penurunan
maupun sesudah pengenceran tidak
kadar logam adalah filter arang aktif
mengalami perubahan yang signifikan.
berlapiskan kitosan tersebut. Penurunan
Karena kadarnya yang sangat rendah,
kadar Pb total setelah limbah dialirkan
meskipun belum diberi perlakuan limbah
pada filter menandakan bahwa logam
cair sasirangan ini sudah memenuhi baku
tersebut telah teradsorpsi oleh arang aktif
mutu.
berlapiskan kitosan. Berbeda halnya
Kadar Pb total, meskipun tidak ada
dengan Cr total, setelah diberikan
standar menurut baku mutu limbah cair
perlakuan dengan menambahkan
untuk industri tekstil, akan tetapi dapat
koagulan FeSO4 dan dilanjutkan dengan
terlihat perbedaan nilainya antara limbah
filtrasi kadar Cr total tidak terdeteksi lagi.

Gambar 6 Kadar logam dalam limbah cair sasirangan dalam berbagai


tahap pengolahan

Sains dan Terapan Kimia, Vol.5, No. 1 (Januari 2011), 34 - 44


43

Gambar 7 Konsentrasi Pb dalam limbah cair sasirangan

2. Penentuan Kemampuan Adsorpsi situs-situs aktif yang ada pada filter telah
Filter penuh mengikat adsorbat yang dalam hal
ini adalah Pb(II).
Penentuan kemampuan adsorpsi filter
Hal ini sesuai dengan pernyataan
arang aktif cangkang kelapa sawit
Rahayu (2004) dalam penelitiannya,
berlapiskan kitosan dilakukan dengan
dimana semakin lama adsorben digunakan
mengalirkan Pb(II) 5 mg/l. Filter dibuat
maka volume air yang telah melewati filter
dengan memasukkan 50 gram arang aktif
semakin banyak, sehingga dimungkinkan
cangkang kelapa sawit berlapiskan kitosan
banyaknya logam yang telah terikat oleh
dalam sebuah pipa berukuran 0,5 inci dan
arang tersebut juga sudah banyak, oleh
panjang 30 cm. Debit air diatur dengan
karena itu kemampuan absorpsi terhadap
kecepatan 18 ml/menit. Penentuan
logam menurun, sehingga filter sudah
kemampuan adsorpsi filter dilakukan
harus diregenerasi.
setiap penambahan 5 liter Pb(II). Adapun
hasil analisis konsentrasi Pb(II) dalam KESIMPULAN
efluen dapat dilihat pada Gambar 7. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa nilai pH, COD, TSS,
Kondisi di atas telah menunjukkan
kekeruhaan dan kadar Pb pada limbah cair
bahwa filter mengalami tingkat kejenuhan
sasirangan setelah dilakukan pengolahan
setelah dialirkan Pb(II) sebanyak 30 liter.
dengan koagulan FeSO4 dan dilanjutkan
Hal ini dimungkinkan karena filter tidak
dengan filtrasi telah memenuhi standar
mampu lagi mengadsorpsi logam karena
baku mutu limbah berdasakan Peraturan
sudah berada pada keadaan jenuh dimana
Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 036

Pengolahan Limbah Cair Sasirangan... (Utami Irawati dkk)


44

Tahun 2008. Persen penurunan nilai COD, Rubiyah. 2000. Teknologi Pengolahan
Limbah. NICOM. Banjarmasin.
TSS, kekeruhaan dan kadar Pb total
http://www.rubiyah.com/about/limbah.htm.
setelah koagulasi berturut-berturut sebesar Diakses tanggal 7 Oktober 2009.
93,33%, 56,95%, 65,10% dan 10%
dengan penurunan pH dari 8,73 menjadi
7,95. Persen penurunan TSS, kekeruhan
dan Pb total setelah filtrasi berturut-turut
sebesar 77,25%, 87,63% dan 77,78%.
Filter arang aktif cangkang kelapa sawit
berlapiskan kitosan sebanyak 50 gram
tidak mampu lagi mengadsorpsi logam
setelah dilewatkan 30 liter larutan Pb(II),
sehingga harus diregenerasi.

DAFTAR PUSTAKA
Agustina, T. E & Badewasta, H. 2009.
Pengolahan Limbah Cair Industri Batik
Cap Khas Palembang Dengan
Proses`Filtrasi Dan Adsorpsi. Seminar
Nasional Teknik Nasional Indonesia.
Carera, I. P. 2009. Penghilangan Bau
Amis dengan Metode Isoterm Adsorpsi
Freundlich dengan Adsorben Karbon Aktif.
Makalah. Program Studi Strata-1 Kimia
Fakultas MIPA, Universitas Negeri Malang,
Malang.

Karamah, E. F & Kostiano, F. G.


Perbandingan Perlakuan Koagulasi
dengan Menggunakan FeSO4.7H2O dan
Al2(SO4)3.18H2O terhadap Kinerja
Membran Mikrofiltrasi Polypropilene
Hollow Fiber. Program Studi Teknik Kimia,
Departemen Teknik Gas dan Petrokimia
Fakultas Teknik, Universitas Indonesia,
Depok.

Onar, N & M. Sarisik. 2003. Using and


Properties Biofibers based on Chitin an
Chitosan on Medical applications. Turkey.
Rahayu, T. 2004. Karakteristik Air Sumur
Dangkal Di Wilayah Kartasura Dan Upaya
Penjernihannya. MIPA. Vol. 14, No. 1

Sains dan Terapan Kimia, Vol.5, No. 1 (Januari 2011), 34 - 44

You might also like