You are on page 1of 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena anugerah dan rahmat-Nya
jualah sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Dalam penyusunan makalah ini, penulis
telah berusaha semaksimal mungkin, yang mana telah memakan waktu dan pengorbanan
yang tak ternilai dari semua pihak yang memberikan bantuannya, yang secara langsung
merupakan suatu dorongan yang positif bagi penulis ketika menghadapi hambatan-hambatan
dalam menghimpun bahan materi untuk menyusun makalah ini.

Namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan,
baik dari segi penyajian materinya maupun dari segi bahasanya. Karena itu saran dan kritik
yang bersifat konstruktif senantiasa penulis harapkan demi untuk melengkapi dan
menyempurnakan makalah ini.

Magelang, 25 September 2017

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Solusio plasenta atau disebut abruption placenta / ablasia placenta adalah separasi
prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam masa
kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak
pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu kejanin, jika plasenta
ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan mengakibatkan
perdarahan yang hebat.

Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta previa
oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina hampir
tidak ada / tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal yang sangat banyak
pemandangan yang menipu inilah yang sebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih
berbahaya karena dalam keadaan demikian seringkali perkiraan jumlah, darah yang telah
keluar sukar diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan syok.

Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-kasus berat
didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskular menahun, 15,5% disertai pula oleh
pre eklampsia. Faktor lain diduga turut berperan sebagai penyebab terjadinya solusio plasenta
adalah tingginya tingkat paritas dan makin bertambahnya usia ibu.

Gejala dan tanda solusio plasenta sangat beragam, sehingga sulit menegakkan
diagnosisnya dengan cepat. Dari kasus solusio plasenta didiagnosis dengan persalinan
prematur idopatik, sampai kemudian terjadi gawat janin, perdrhan hebat, kontraksi uterus
yang hebat, hipertomi uterus yang menetap. Gejala-gejala ini dapat ditemukan sebagai gejala
tunggal tetapi lebih sering berupa gejala kombinasi.Solusio plasenta merupakan penyakit
kehamilan yang relatif umum dan dapat secara serius membahayakan keadaan ibu. Seorang
ibu yang pernah mengalami solusio plasenta, mempunyai resiko yang lebih tinggi mengalami
kekambuhan pada kehamilan berikutnya. Solusio plasenta juga cenderung menjadikan
morbiditas dan bahkan mortabilitas pada janin dan bayi baru lahir.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan solusio plasenta?


2. Apa yang menyebabkan solusio plasenta?
3. Apa prognosis dari solusio plasenta?
4. Bagaimana patofisiologi dari solusio plasenta?
5. Bagaimana pathway dari solusio plasenta?
6. Bagaimana manisfestasi klinis dari solusio plasenta?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostic untuk solusio plasenta?
8. Bagaimana penatalaksanaan untuk solusio plasenta?
9. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi?
10. Bagaimana anamnesa untuk solusio plasenta?
11. Apa saja pemeriksaan fisik solusio plasenta?
12. Apa saja pemeriksaan penunjang solusio plasenta?
13. Apa saja diagnose yang muncul pada solusio plasenta?
14. Bagaimana intervensi untuk diagnose yang muncul?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi solusio plasenta
2. Untuk mengetahui penyebab solusio plasenta
3. Untuk mengetahui prognosis solusio plasenta
4. Untuk mengetahui patofisiologi solusio plasenta
5. Untuk mengetahui pathway solusio plasenta
6. Untuk mengetahui manisfestasi klinis solusio plasenta
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic solusio plasenta
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan untuk solusio plasenta
9. Untuk mengetahui komplikasi solusio plasenta
10. Untuk mengetahui anamnesa solusio plasenta
11. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik solusio plasenta
12. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang solusio plasenta
13. Untuk mengetahui diagnose yang muncul dari solusio plasenta
14. Untuk mengetahui intervensi untuk diagnose yang muncul
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
a. Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari insersi sebelum waktunya. ( Kapita
selekta Kedokteran : hal. 279).
b. Solusio plasenta (abruption plasenta atau accidental haemorage)adalah terlepasnya
plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri setelah kehamilan 20 minggu atau
sebelum janin lahir
c. Klasifikasi
Menurut derajat lepasnya plasenta, solusio plasenta diklasifikasikan menjadi:
1. Solusio plasenta partsialis
Bila hanya sebagaian plasenta terlepas dari tepat pelekatnya.
2. Solusio plasenta totalis
Bila seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat pelekatnya.
3. Prolapsus plasenta
Bila plasenta turun kebawah dan dapat teraba pada pemeriksaan dalam.
Menurut derajatnya, solusio plasenta dibagi menjadi :
a. Solusio plasenta ringan
Ruptur sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak
berdarah banyak akan menyebabkan perdarahan pervaginan berwarna kehitaman
dan sedikit. Perut terasa agak sakit atau terus menerus agak tegang. Bagian janin
masih mudah diraba.
b. Solusio plasenta sedang
Plasenta telah terlepas lebih dari seperempat tanda dan gejala dapat timbul perlahan
atau mendadak dengan gejala sakit terus menerus lalu perdarahan pervaginan.
Dinding uterus teraba tegang terus menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-
bagian janin susah diraba serta bunyi jantung janin susah didengar. Walaupun
perdarahan pervaginam dapat sedikit, tetapi perdarahan sebenarnya mungkin telah
mencapai 1000 ml. Ibu mungkin telah jatuh ke dalam syok, demikian pula janinnya
yang jika masih hidup mungkin telah berada dalam keadaan gawat
c. Solusio plasenta berat
Plasenta telah lepas dari dua pertiga permukaan disertai penderitashock. Terjadi
sangat tiba-tiba. Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan shockdan janinnya telah
meninggal. Uterus teraba sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri.

B. Etiologi
Belum diketahui secara pasti. Faktor predisposisi yang mungkin ialah hipertensi kronik,
trauma eksternal, tali pusat pendek, dekompresi uterus mendadak, anomali atau tumor
uterus, defisiensi gizi, merokok, konsumsi alkohol, penyalahan kokain, serta obstruksi
vena kava inferior dan vena ovarika. ( Kapita selekta Kedokteran : hal. 279).

C. Prognosis
Prognosis ibu tergantung dari luasnya placenta yang terlepas dari dinding uterus,
banyaknya perdarahan, derajat kelainan pembekuan darah, ada tidaknya hipertensi
menahun atau pre eklampsia, tersembunyi tidaknya perdarahannya dan jarak waktu antara
terjadinya solusio placenta sampai pengosongan uterus. Diperkirakan resiko kematian ibu
0,5 -5% dan kematian janin 50-80%.( Kapita selekta Kedokteran : hal. 279).

D. Patofisiologi
Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan kedalam desidua basalis, yang
kemudian terbelah dan meninggalkan lapisan tipis yang melekat pada miometrium
sehingga terbentuk hematoma desidual yang menyebabkan pelepasan, kompresi, dan
akhirnya, penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut.

Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retroplasenta yang akan
memutuskan lebih banyak pembuluh darah, hingga pelepasan plasenta makin luas, dan
mencapai tepi plasenta. Karena uterus tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak
mampu berkontraksi optimal untuk menekan permbuluh darah tersebut. Selanjutnya darah
yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban
E. Pathway
Hipertensi perdarahan pada pembuluh darah plasenta
Merokok
Konsumsi alkohol hematoma di desidua
Trauma eksternal
Plasenta terdesak

Plasenta terlepas

Otot uterus meregang

Otot tidak mampu berkontraksi

RISIKO SYOK perdarahan

hematoma retrolasenter bertambah besar

plasenta terlepas ¼ sampai ½ bagian plasenta terlepas lebih dari ½ bagian

darah masuk ke darah menembus darah terekstravasasi


selaput ketuban selaput ketuban diantara serabut uterus

keluar melalui masuk kedalam


vagina kantong ketuban

perasaan khawatir ekstravasasi hebat

ANSIETAS NYERI AKUT


F. Manifestasi Klinis
a. Perdarahan biasanya pada trimester ketiga, perdarahan pervaginan berwarna kehitam-
hitaman yang sedikit sekali dan tanpa rasa nyeri sampai dengan yang disertai nyeri
perut, uterus tegang, perdarahan pervaginan yang banyak, syok dan kematian janin intra
uterin.
b. Tanda vital dapat normal sampai menunjukkan tanda syok.
c. Nyeri tekan uterus dan tegang, bagian-bagian janin yang sukar dinilai, denyut jantung
janin sulit dinilai / tidak ada, air ketuban berwarna kemerahan karena tercampur darah.
( Kapita selekta Kedokteran : hal. 279).

G. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium darah : hemoglobin, hematokrit, trombosit, waktu
protombin, waktu pembekuan, waktu tromboplastin parsial, kadar fibrinogen, dan
elektrolit plasma
b. KTG untuk menilai kesejahteraan janin
c. USG untuk menilai letak plasenta, usia gestasi, dan keadaan janin.

H. Penatalaksanaan
1. Konservatif.
Menunda pelahiran mungkin bermanfaat pada janin masih imatur serta bila solusio
plasenta hanya berderajat ringan. Tidak adanya deselerasi tidak menjamin lingkungan
intra uterine aman. Harus segera dilakukan langkahlangkah untuk memperbaiki
hipovolemia, anemia dan hipoksia ibu sehingga fungsi plasenta yang masih
berimplantasi dapat dipulihkan. Tokolisis harus di anggap kontra indikasi pada solusio
plasenta yang nyata secara klinis.
2. Aktif.
Pelahiran janin secara cepat yang hidup hampir selalu berarti seksio caesaria. Seksio
sesaria kadang membahayakan ibu karena ia mengalami hipovolemia berat dan
koagulopati konsumtif. Apabila terlepasnya plasenta sedemikian parahnya sehingga
menyebabkan janin meninggal lebih dianjurkan persalinan pervaginam kecuali apabila
perdarahannya sedemikian deras sehingga tidak dapat di atasi bahkan dengan
penggantian darah secara agresif atau terdapat penyulit obstetric yang menghalangi
persalinan pervagina.
I. Komplikasi
a. Syok perdarahan
Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak dapat
dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila persalinan telah
diselesaikan, penderita belum bebas dari perdarahan postpartum karena kontraksi uterus
yang tidak kuat untuk menghentikan perdarahan pada kala III . Pada solusio plasenta
berat keadaan syok sering tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang terlihat
b. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio plasenta,
pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan yang
terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang umumnya masih
dapat ditolong dengan penanganan yang baik.
c. Kelainan pembekuan darah
Kelainan pembekuan darah biasanya disebabkan oleh hipofibrinogenemia.
d. Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan di bawah
perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum. Perdarahan ini
menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi
biru atau ungu yang biasa disebut Uterus couvelaire.
e. Komplikasi pada janin yang dapat diselamatkan, dapat terjadi komplikasi asfiksia, berat
badan lahir rendah, dan sindrom gagal napas.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. ANAMNESA

1. Biodata
Terdiri dari identitas klien dan identitas penanggung jawab yang meliputi
nama,umur,agama,suku bangsa,pendidikan,pekerjaan dan alamat.
2. Alasan masuk rumah sakit
Pada pasien solusio plasenta umunya alasan masuk rumah sakit adalah terjadi
perdarahan melalui vagina disertai rasa nyeri pada bagian perut
3. Keluhan utama
1. Pasien mengatakan nyeri yang disertai perdarahan
2. Rahim keras seperti papan dan nyeri tekan karena isi rahim bertambah dengan
dorongan yang berkumpul dibelakang plasenta, sehingga rahim tegang.
3. Perdarahan yang berulang-ulang
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan ibu
Kaji status kesehatn ibu terkait dengan solusio plasenta seperti penyakit hipertensi
atau pernah mengalami trauma fisik
b. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji kemungkinan klien memiliki penyakit menurun dari keluarga seperti hipertensi
5. Riwayat Obstetri
a. Riwayat haid
Kaji tentang kapan awal menarche,siklus haid teratur atau tidak, lama menstruasi,
serta adakah kelainan pada saat menstruasi
b. Riwayat kehamilan persalinan nifas yang lalu
Untuk mengetahui masalah atau gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan
melahirkan yang ditanyakan berapa kali itu hamil atau sekarang ini anak yang
keberapa.
c. Riwayat kehamilan sekarang
Untuk mengetahui adakah kelainan atau kejadian seperti trauma pada saat kehamilan
d. Riwayat KB
Untuk mengetahui alat kontrasepsi yang sudah pernah digunakan.
6. Pola Hidup Keseharian
a. Pemenuhan Nutrisi
Penderita solusio plasenta biasanya mengalami anoreksia karena perasaan cemas
yang dialami terkait dengan penyakit yang dialami sekarang
b. Eliminasi
Pada umunya klien dengan solusio plasenta tidak mempunyai keluhan pada pola
eliminasi baik BAB ataupun BAK
c. Personal Hygiene
Pengkajian terhadap kebersihan dari ibu hamil meliputi berapa kali mandi,mengganti
celana dalam,kebersihan rambut (keramas) dan mengganti pakaian dari sebelum
hamil dan pada saat hamil.
d. Hubungan seksual
Pengkajian terhadap frekuensi hubungan seksualitas dari sebelum ibu hamil dan
pada saat ibu hamil
e. Istirahat/tidur
Pada kasus ini,umunya klien mengalami gangguan tidur akibat rasa nyeri dan juga
perasaan cemas yang berlebihan
f. Aktivitas fisik dan olahraga
Pada kasus solusio plasenta aktivitanya terganggu karena biasanya badanya terasa
lemah.
g. Kebiasaan yang merugikan kesehatan :
a. Merokok
b. Minuman beralkohol
c. Obat-obatan
d. Jamu
7. Data psikososial-spiritual
a. Riwayat Perkawinan
Kaji tentang status perkawinan klien serta kaji tentang dukungan suami terhadap
kehamilan yang dialami
b. Pengkajian terhadap kehamilan ibu
yang diharapkan atau tidak meliputi respon dan dukungan dari keluarga
c. Tingkat pengetahuan ibu
meliputi hal-hal yang sudah diketahui ibu dan hal-hal yang ingin diketahui ibu
B. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum
a. Kesadaran : composmetis s/d coma
b. Postur tubuh : biasanya gemuk
c. Cara berjalan : biasanya lambat dan tergesa-gesa
d. Raut wajah : biasanya pucat
2. Tanda-tanda vital
a. Tensi : normal sampai turun (syok)
b. Nadi : normal sampai meningkat (> 90x/menit)
c. Suhu : normal / meningkat (> 37o c)
d. RR : normal / meningkat (> 24x/menit)
3. Pemeriksaan head to toe
a. Kepala : kulit kepala biasanya normal, rambut rontok / tidak.
b. Muka : biasanya pucat, tidak oedema
c. Hidung : biasanya ada pernafasan cuping hidung
d. Mata : conjunctiva anemis karena anemia
e. Leher : biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid
f. Dada :
1. Paru-paru
a. Inspeksi : Frekuensi pernafasan cepat
b. Palpasi : premitusnya simestris kiri dan kanan
c. Perkusi : sonor
d. Auskultrasi : vesikuler
2. Jantung :
a. Inspeksi : terlihat ictus cordis
b. Palpasi : terabanya ictus cordis
c. Perkusi : pekak
d. Auskultrasi : suara jantung teratur
g. Abdomen
1. Inspeksi : perut besar (buncit), terlihat etrio pada area perut
2. Auskultasi : tidak terdengar DJJ, tidak terdengar gerakan janin.
3. Palpasi : rahim keras, fundus uteri naik
4. Perkusi :tymphani
h. Genetalia
Hiperpregmentasi pada vagina, vagina berdarah / keluar darah yang merah
kehitaman, terdapat farises pada kedua paha / femur.
i. Ekstremitas
Akral dingin, tonus otot menurun.

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Darah : Hb, hemotokrit, trombosit, fibrinogen, elektrolit.


2. USG untuk mengetahui letak plasenta,usia gestasi, keadaan janin.

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN.

a) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik (trauma) ditandai dengan ekspresi
wajah nyeri
b) Ansietas berhubungan dengan ancaman status terkini ditandai dengan gelisah
c) Risiko syok berhubungan dengan faktor resiko hipovolemia
E. INTERVENSI

a) Dx 1 (Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik (trauma) ditandai dengan
ekspresi wajah nyeri)
 Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC)
Kontrol Nyeri (1605)
1. (160502) Mengenali kapan nyeri terjadi dipertahankan pada skala 1 (tidak
pernah menujukkan ditingkatkan ke skala 5 (secara konsisten menujukkan)
2. (160501) Menggambarkan faktor penyebab dipertahankan pada skala 1 (tidak
pernah menujukkan ditingkatkan ke skala 5 (secara konsisten menujukkan)
3. (160505) Menggunakan analgesic yang direkomendasikan dipertahankan pada
skala 1 (tidak pernah menujukkan ditingkatkan ke skala 5 (secara konsisten
menujukkan)
 Intervensi (NIC)

Menejemen Nyeri (1400)

1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik,


kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus
2. Gali bersama pasien faktor yang dapat menurunkan atau memperberat nyeri
3. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan (suhu, suara bising, dll)
4. Berikan informasi yang akurat untuk meningkatkan pengetahuan dan respon
keluarga terhadap pengalaman nyeri
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesic yang sesuai

b) Dx 2 (Ansietas berhubungan dengan ancaman status terkini ditandai dengan gelisah)


 Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC)
Tingkat Kecemasan (1211)
1. (121101) Tidak dapat beristirahat dipertahankan pada skala 1 (berat)
ditingkatkan ke skala 5 (tidak ada)
2. (121105) Perasaan gelisah dipertahankan pada skala 1 (berat) ditingkatkan ke
skala 5 (tidak ada)
3. (121107) Wajah tegang dipertahankan pada skala 1 (berat) ditingkatkan ke
skala 5 (tidak ada)
 Intervensi (NIC)
Pengurangan Kecemasan (5820)
1. Kaji untuk tanda verbal dan non verbal kecemasan
2. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
3. Ciptakan atmosfer rasa aman untuk meningkatkan kepercayaan
4. Berikan aktivitas pengganti yang bertujuan untuk mengurangi tekanan
5. Berada disisi klien untuk meningkatkan rasa aman dan mengurangi ketakutan
6. Instruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasiatur penggunaan obat
obatan untuk mengurangi kecemasan secar tepat
c) Dx 3 (Risiko syok berhubungan dengan faktor resiko hipovolemia)
 Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC)
Keparahan Syok: Hipovolemik (0419)
1. (041901) Penurunan tekanan nadi perifer dipertahankan pada skala 1 (berat)
ditingkatkan ke skala 5 (tidak ada)
2. (041903) Penurunan tekanan darah sistolik dipertahankan pada skala 1 (berat)
ditingkatkan ke skala 5 (tidak ada)
3. (041904) Penurunan tekanan darah diastolic dipertahankan pada skala 1
(berat) ditingkatkan ke skala 5 (tidak ada)
 Intervensi (NIC)
Pengurangan Perdarahan: uterus antepartum (4021)
1. Tinjau faktor resiko yang berhubungan dengan perdarahan pada kehamilan
(misalnya, abursio plasenta, merokok, penggunaan kokain dll)
2. Monitor ttv ibu, sesuai dengan kebutuhan, berdasarkan jumlah kehilangan
darah
3. Timbang tampon untuk memperkirakan kehilangan darah secara akurat
4. Kolaborasi untuk melakukan USG guna mengetahu lokasi plasenta
5. Kolaborasi untuk memulai prosedur darurat perdarahan dengan cara tepat
(misalnya, terapi oksigen, tranfusi darah, terapi IV, dll)
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan :
1) Pada solusio plasenta,darah dari tempat pelepasan akan mencari jalan keluar
antara selaput janin dan dinding rahim hingga akhirnya keluar dari serviks hingga
terjadilah perdarahan keluar atau perdarahan terbuka.Terkadang darah tidak
keluar,tetapi berkumpul di belakang plasenta membentuk hematom retroplasenta.
Perdarahan semacam ini disebut perdarahan ke dalam atau perdarahan
tersembunyi.
2) Indikasi section saesaria dapat dilihat dari sisi ibu dan /atau anak. Tindakan
section caesaria dipilih bila persalinan diperkirakan tidak akan berakhir dalam
waktu singkat (dengan dilatasi 3-4 cm kejadian solusio plasenta pada nulipara).
ASUHAN KEPERAWATAN

SOLUSIO PLASENTA

Disusun oleh :

1. Agam Sayogo (P1337420516065)


2. Dwi Saptono (P1337420516066)

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN MAGELANG

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2016/2017
DAFTAR PUSTAKA

Herdman T.Heather,.Diagnosa Keperawatan Edisi 10 Definisi dan Klasifikasi 2015-


2017. Jakarta: Buku Kedokteran,EGC

Bulecheck,Gloria M.,Butcher,Howard K.,Dochterman,J.,Wagner,Cherly M. Nursing


Interventions Classification (NIC). Six Edition.Elsevier

Moorhead,Sue.,Johnson ,Marion.,Maas,Meridean L., Suanson,Elizabeth. Nursing


Outcomes Classification (NOC).Fifth Edition.Elsevier

Fadlun,Feryanto,Achmad.2012.Asuhan Kebidanan Patologis.Jakarta:Salemba Medika

Maryunani,Anik.2012. Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan.Jakarta :TIM

Yeyeh,Ai Rukiyah.2010.Asuhan Kebidanan Patologi.Jakarta:Trans Info Media obstetric


William jakarta

You might also like