Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Perdarahan postpartum adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama
setelah lahirnya bayi. (William, 1981, dalam Mitayani, 2009).
Perdarahan postpartum adalah kehilangan darah lebih 500 ml selama atau setelah
melahirkan. (Doengoes, 2001, dalam Mitayani, 2009).
Pendarahan postpartum adalah perdarahan pervaginam melebihi 500 ml yang terjadi segera
setelah bayi lahir sampai 24 jam setelah persalinan.
(Nugroho. T, 2011)
Sebagian besar penyebab kematian ibu di seluruh dunia muncul selama dan setelah
persalinan yaitu perdarahan (25%), infeksi (15%), eklampsia (12%), unsafe abortion
(13%), obstruksi (8%). Oleh karena itu mencegah kematian dan kesakitan maternal-
neonatal adalah prioritas utama dalam meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak
(WHO, 2006).
Berdasarkan data profil kesehatan Provinsi Lampung terlihat bahwa kasus kematian ibu
dapat terjadi pada saat hamil, melahirkan, dan nifas yaitu sebanyak 179 kasus. Kasus
kematian ibu terbesar (59,78%) terjadi pada saat persalinan (Profil Kesehatan Lampung,
2012).
Menurut Kementrian Kesehatan tahun 2010, tiga faktor utama penyebab kematian ibu
melahirkan adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%), dan infeksi (11%). Penyebab kasus
kematian ibu di provinsi Lampung tidak jauh berbeda yaitu perdarahan (40,23%),
eklampsia (59,33%), dan infeksi (4,2%) (Kementrian Kesehatan, 2010; Profil Kesehatan
Lampung, 2012).
1
Laserasi jalan lahir pada umumnya robekan jalan lahir pada persalinan dengan trauma.
Pertolongan persalinan yang semakin manipulatif dan traumatik akan memudahkan
robekan jalan biasanya akibat episiotomi, robekan spotan perineum, trauma forsep atau
vakum ekstraksi, atau karena versi ekstraksi (Prawirohardjo.S,2010).
Kepala janin besar dan janin besar dapat menyebabkan laserasi perineum. Mengendalikan
keluarnya kepala bayi secara bertahap dan hati-hati dapat mengurangi regangan berlebihan
(robekan) pada vagina dan perineum. Besarnya kepala rata- rata tergantung dari besarnya
(berat) janin. Oleh karena itu sebagian ukuran kepala janin dilihat dari Berat Badan (BB)
janin (mochtar,1998).
Semakin besar lingkar kepala janin maka semakin besar pula desakan kepala pada waktu
melewati perineum dan dapat menyebabkan laserasi pada perineum. Oleh karena ituperlu
di teliti tentang risiko laserasi perineum dengan lingkar kepala janin pada proses persalinan
primipara.
Retensio plasenta adalah plasenta belum lahir hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah
bayi lahir. Hal ini disebabkan karena plasenta belum lepas dari dindinguterus atau plasenta
sudah lepas tetapi belum dilahirkan. Retensio plasenta merupakan etiologi yang terjadi
setelah perdarahan postpartum (20%) – 30% kasus). Kejadian ini harus didiagnosis secara
dini karena retensio plasenta sering di kaitkan dengan atonia uteri untuk diagnosis utama
sehingga dapat membuat kesalahan diagnosis. Pada retensio plasenta, resiko untuk
mengalami PPP 6 kali lipat pada persalinan normal (ramadhani, 2011).
2
1.3.2. Tujuan khusus
1.3.2.1. Menjelaskan tentang perdarahan postpartum
1.3.2.2. Menjelaskan bagian-bagian perdarahan postpartum
1.3.2.3. Menjelaskan tentang Askep pada gangguan perdarahan postpartum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Definisi
3
Perdarahan postpartum adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama
setelah lahirnya bayi. (William, 1981, dalam Mitayani, 2009).
Perdarahan postpartum adalah kehilangan darah lebih 500 ml selama atau setelah
melahirkan. (Doengoes, 2001, dalam Mitayani, 2009).
Perdarahan postpartum adalah perdarahan pervaginam melebihi 500 ml yang terjadi segera
setelah bayi lahir sampai 24 jam setelah persalinan.
(Nugroho. T, 2011).
Perdarahan pospartum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat
kandungan yang lamanya 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai
kembali ke keadaan normal sebelum hamil. (Bobak 2010).
Perdarahan pospartum adalah masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, berlangsung selama
kira-kira 6 minggu. (Prawirohardjo, 2006 : 122).
2.1.2. Etiologi
Dalam mitayani.2009 Berbagai penyebab penting baik yang berdiri sendiri maupun
bersama-sama dapat menimbulkan perdarahan postpartum adalah sebagai berikut:
Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan trauma. Pertolongan
persalinan yang semakin manipulatif dan traumatik akan memudahkan robekan jalan lahir
dan arena itu dihindarkan memimpin persalinan pada saat pembukaan serviks belum
lengkap. Robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomi, robekan spontan perineum,
trauma forsep atau vakum ekstraksi, stau karena versi ekstraksi.
4
Robekan yang terjadi bisa ringan ( lecet,laserasi), luka episiotomy. Robekan perineum
spontan derajat ringan sampai ruptur perinea totalis ( sfingter ani terputus), robekan pada
dinding vagina, forniks uteri,serviks, daerah di sekitar klitoris dan uretra dan bahkan, yang
terberat ruptura uteri. Oleh karena itu ada pada setiap persalinan hendaklah dilakukan
inspeksi yang teliti untuk untyk mencari kemungkinan adanya robekan. Perdarahan yang
terjadi saat kontraksi uterus baik, biasanya, karena ada robekan atau sisa plasenta.
Pemeriksaan dapat di lakukan dengan cara melakukan inspeksi pada vulva,vagina, dan
serviks dengan memakai speculum untuk mencari sumber perdarahan dengan ciri warna
darah yang merah segar dan pulsatif sesai denyut nadi. Perdarahan karena ruptura uteri
dapat di duga pada persalian macet atau kasep, atau uterus dengan lokus minoris
resistensia dan adanya atonia uteri (Prawirohardjo.S,2008).
2 Retensio Plasenta
1.5. Definisi
Retensio plasenta adalah plasenta tertinggal dalam uterus setengah jam setelah anak lahir
(Prawirohardjo.S,2008).
1.6. Etiologi
Plasenta yang sukar dilepaskan dengan pertolongan aktif kala III bisa disebabkan oleh
adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus. Disebut sebagai plasenta akreta bila plasenta
sampai menembus desidua basalis, disebut plasenta inkreta bila plasenta menembus
miometrium dan disebut plasenta perkreta bila vili korialis sampai menembus perimetrium.
5
Faktor predisposisi terjadinya plasenta akreta adalah plasenta previa, bekas seksio sesarea,
pernah kuret berulang. Bila sebagian kecil plasenta masih tertinggal dalam uterus disebut
rest placenta dan dapat menimbulkan PPP primer atau (lebih sering) sekunder
(Prawirohardjo.S,2008).
2. Atonia uteri
3.1 definisi
Atonia uteri adalah ketidakmampuan uterus khususnya miometrium untuk berkontraksi
setelah plasenta lahir. Perdarahan postpartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi
sera-serat miometrium teruma yang berada di sekitar pembulu darah yang mensuplai darah
pada tempat perlengketan plasenta (winkjosastro,2006).
3.2 penatalaksanaan
Perdarahan oleh karena atonia uteri dapat dicegah dengan:
Melakukan secara rutin manajemen aktif kala III pada semua wanita yang bersalin
karena hal ini dapat menurunkan insidens perdarahan pascapersalinan akibat atonia
uteri.
Pemberian misoprostol peroral 2-3 tablet segera setelah bayi lahir.
Factor predisposisinya adalah sebagai berikut:
1. regangan rahim berlebihan karena kehamilan gemeli, polihidramnion, atau anak terlalu
besar.
2. kelelahan karena persalinan lama atau persalinan kasep.
3. kehamilan grande-multipara.
4. ibu dengan keadaan umum yang jelek,anemis,atau menderita penyakit menahun.
5. mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim.
6. infeksi intrauterine (korioamnionitis)
7. ada riwayat pernah atonia sebelumnya.
(Prawirohardjo.S,2008).
a. Kelahiran besar
b. Kelahiran forsep tengah.
c. Kelahiran sebelum pembukaan serviks lengkap.
d. Insisi serviks.
e. Kelahiran per vaginam.
f. Post-seksio caesarea.
g. Insisi uterus lain.
6
Disamping hal diatas , kekeliruan pada pengolahan kala III adalah dengan mempercepat
kelahiran plasenta seperti pengeluaran plasenta manual, dengan terus-menerus meremas
uterus yang tekah berkontraksi baik, sehingga dapat menghambat mekanisme fisiologi
pelepasan plasenta. Akibat pelepasan plasenta yang tidak lengkap skan terjadi peningkatan
jumlah perdarahan (Mitayani. 2009).
7
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan ( luka episitomi ) , involusi uteri,
pembengkakan payudara ditandai dengan klien mengatkannyeri pada daerah
genetalia, nyeri pada payudara, payudara bengkak, ekspresi wajah meringis.
2. Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan pengeluaran yang berkelebihan,
perdarahan, diuresis, keringat berlebihan.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jalan lahir.
4. Gangguan eliminasi BAK ( disuria ) berhubungan dengan trauma perinium dan
saluran kemih.
5. Konstippasi berhubungan dengan kurangnya mobilisasi , diet yang tidak seimbang,
trauma persalinan.
6. Risiko gangguan proses parenting berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang cara merawat bayi.
7. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan, kelelahan postpartum.
(Aspiani. 2017).
1. Pembengkakan payudara
2. Mastitis ( peradangan pada payudara ).
3. Endometritis ( peradangan pada endometrium ).
4. Postpartum blues.
5. Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri, kemerahan, pola
jaringan terinfeksi atau keluar cairan berbau dari jalan lahir selama persalinan atau
sesudah persalinan.
(Aspiani. 2017).
Dengan adanya perdarahan yang keluar pada kala III, bila tidak berkontraksi dengan kuat,
uterus harus diurut :
1. Dorongan pada plasenta diupayakan dengan tekanan manual pada fundus uteri. Bila
perdarahan berlanjut pengeluaran plasenta secara manual harus dilakukan.
2. Pemberian 20 unit oksitodin dalam 1000 ml larutan RL atau saline normal, terbukti
efektif bila diberikan infus intra vena + 10 ml/mnt bersama dengan mengurut uterus
secara efektif
8
3. Bila cara diatas tidak efektif, ergonovine 0,2 mg yang diberikan secara IV, dapat
merangsang uterus untuk berkontraksi dan berelaksasi dengan baik, untuk
mengatasi perdarahan dari tempat implantasi plasenta.
Bila penatalaksanaan perdarahan yg telah disebutkan tafi masuh belum berhasil , maka
segera lakukan tindakan berikut:
1. Lakukan kompresi uterus bimanual ( tindakan ini akan mengatasi sabagian besar
perdarahan).
2. Transfusi darah. golongan darah setiap ibu harus sudah diketahui sebelum
persalinan.
3. Lakukan oksplorasi kavum uterus secara manual untuk mencari sisa plasenta yang
tertinggal.
4. Lakukan pemeriksaan inspekulum pada serviks dan vagina.
5. Pasang tambahan infus IV kedua dengan menggunakan kateter IV yang besar,
sehingga aksitosin dapat diteruskan sambil membersihkan darah.
Kecukupan output jantung pengisian arterial dapat dipantau melalui produksi
kemih. (Mitayani. 2009)
9
ekspresi wajah mengenali tanda- teknik farmakologi
( misalnya :relaksasi ).
meringis. tanda nyeri.
Evaluasi keefektifan dari
Klien melaporkan
tindakan mengontrol
nyerinya berkurang
nyeri yang telah
dengan
digunakan.
menggunakan
Kontrol faktor-faktor
manajemen nyeri.
yang dapat
2. menunjukan tingkat mempengaruhi respon
nyeri klien terhadap
ketidaknyamanan
Klien mampu
( misalnya : temperatur
mengenali skala
ruangan ).
nyeri, frekuensi Monitor kenyamanan
dan lamanya klien terhadap
episode nyeri. manajemen nyeri.
Klien mengatakan Libatkan keluarga untuk
rasa nyama setelah mengurangi nyeri.
nyeri berkurang. Pemberian analgetik
Ekspresi wajah Tentukan lokasi nyeri,
tenag. karateristik, kualitas
keparahan sebelum
pengobatan.
Cek riwayat elergi obat.
Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
analgetik pertama kali.
Berikan analgetik tepat
waktu.
Evaluasi evektivitas
analgeti, tanda dan
genjala ( efek samping )
2 Resiko kurang Setelah dilakukan tindakan Monitor cairan:
volume keperawatan diharapkan
Monitor intake dan
cairannberhubungan kebutuhan cairan edekuat.
outout.monitor tekan
10
dengan pengeluaran Tekanan darah, darah, nadi, respirasi.
yang berkelebihan, nadi, suhu tumbuh Monitor membran
perdarahan, dibatas normal. mukosa dan turgor kulit.
diuresis, keringat Turgor kulit Pertahankan kecepatan
berlebihan. normal. pemberian cairan
Membran mukosa intravena.
lembab. Kelola pemberian obat-
Tidak ada rasa haus obatan yang
berlebihan meningkatkan urine
Klien dapat output sesuai kebutuhan.
mempertahankan
urine output sesuai
denagn usia dan
BB.
11
Anjurkan istirahat.
Anjurkan klien dengan
anggota keluarga
bangaimana mencegah
infeksi.
Berikan antibiotik kalau
perlu.
Proteksi infeksi:
Monitor tanda dan
genjala infaeksi
sistemik.
Monitor nilai sel darah
putih/leukosit.
Pertahankan teknik
antiseptik.
Dorong masuk nutri
yang cukup.
Dorong intake cairan
sesuai kebutuhan.
4 Gangguan eliminasi Setelah dilakuakn tindakan Manajemen eliminasi urine
BAK ( disuria ) keperawatan diharapka
Monitor eliminasi urine
berhubungan eliminasi urine kembali
termasuk frekuensi,
dengan trauma normal dengan kriteria :
konsistensi, bau,
perinium dan
Klien dapat BAK volume, dan warna
saluran kemih.
secara normal sesuai kebutuhan.
Klien tidak Anjarkan klien tanda
mengalami nyeri dan genjala infeksi
saat BAK. saluran kemih.
Urina output Anjurkan klien atau
normal. keluarga untuk
Klien tidak takut melaporkan urine output
untuk BAK sesuai kebutuhan
12
Anjurkan klien agar
banyak minum saat
makan, diantara waktu
makan dan waktu pagi
hari.
13
6 Risiko gangguan Setelah diakukan tindakan Observasi status
proses parenting keperawatan diharapkan psikososial keluarga
berhubungan tidak terjadi gangguan
Observasi pengaru
dengan kurangnya proses parenting dengan
kelahiran bayi dengan
pengetahuan kriteria :
struktur keluarga.
tentang Scara
Klien dapat
merawat bayi. Observasi hubungana
mengidentifikasika
antar anggota keluarga.
n strategi untuk
melindungi anak Observasi hubungan
dari kelelahan. pasangan satu denagn
Pengetahuan klien lainnya setekah
tentang merawat kelahiran.
bayi meninggkat. Indetifikasi makanisme
Klien mampu koping keluarga yang
merawat bayi. normal.
Berikan informasi
bagaimana mencegah
agar tidak ada
persaingan sibling.
14
Jadi pendengar yang
bayi untuk anggota
keluarga.
Entukan pemahaman
klien tentang penyebab
sakit.
Bantu klien untuk
memecahkan konflik.
Kolaborasi dengan
keluarga untuk
mengatasi masalah.
15
Klien bebas dari Libatkan keluarga dalam
bau badan dan perawatan diri klien.
dapat Tingkatkan partisipasi
mempertahankan sesuai dengan kemapuan
integritas kulit klien.
yang utuh. Jaga privasi.
Klien dapat
memenuhi
kebutuhan sehari-
hari dengan
bantuan minimal
tanpa kecemasan.
Klien dapat
menjelaskan dan
menggunakan
metode mandi yang
aman dengan
kesulitan yang
minimal.
16
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah
anak lahir. Perdarahan postpartum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu : Early postpartum
yang terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir. Tiga hal yang harus diperhatikan dalam
menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan postpartum adalah menghentikan
perdarahan, mencegah timbulnya syok dan mengganti darah yang hilang.
3.2. Saran
Mahasiswa dapat memahami dan mengerti mengenai konsep dasar perdarahan postpartum,
memahami tentang definisi , etiologi, faktor predisposisi, tanda klinis, pemeriksaan
diagnostik, diagnosa keperawatan, komplikasi, penatalaksanaan, dan memberikan asuhan
keperawatan yang tepat pada ibu perdarahan postpartum.
17
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, R.Y. (2017). Buku ajar asuhan keperawatan maternitas aplikasi nanda nic noc.
Jakarta: Cv. Trans info media
Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2005. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI;2008
Sukarni & Wahyu (2013). Buku keperawatan maternitas. Yogyakarta: Nuha medika
18