You are on page 1of 13

Batuan merupakan kumpulan atau agregat mineral sejenis atau tak sejenis

yang terikat secara gembur maupun padat.

Berdasarkan proses pembentukannya, terdapat tiga macam batuan, yaitu batuan


beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf.

1. Batuan Beku (Igneous Rock)


Batuan beku terbentuk sebagai akibat dari pendinginan dan pembekuan
magma. Pendinginan magma yang berupa lelehan silikat, akan diikuti oleh
proses penghabluran yang dapat berlangsung di bawah atau di atas permukaan
bumi melalui erupsi gunung berapi. Kelompok batuan beku tersebut, jika
kemudian tersingkap di permukaan, maka ia akan bersentuhan dengan atmosfir
dan hidrosfir, yang menyebabkan berlangsungnya proses pelapukan. Umumnya,
proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan
temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe
batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah
permukaan kerak bumi. (Djauhari, Noor. Pengantar Geologi. Edisi Pertama,
2009). Secara umum ciri-ciri batuan beku adalah homogen dan kompak, tidak
ada pelapisan, dan tidak mengandung fosil.
1.1. Struktur Batuan Beku
Berdasarkan tempat pembekuannya, batuan beku dibedakan menjadi
batuan beku extrusive dan intrusive.
1) Struktur Batuan Beku Extrusive
Batuan beku extrusive atau batuan vulkanik merupakan batuan beku
yang proses pembekuannya berlangsung di permukaan bumi. Batuan
beku extrusive ini yaitu lava yang memiliki berbagai struktur yang
memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuan
lava tersebut. Struktur ini diantaranya:
a. Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu massa batuan yang
terlihat seragam.
b. Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai
lapisan.
c. Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan
terpisah polygonal seperti batang pensil.
d. Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-
gumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada
lingkungan air.
e. Vesicular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada
batuan beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat
pembekuan.
f. Amygdaloidal, yaitu struktur vesicular yang kemudian terisi oleh
mineral lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolit.
g. Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya
kesejajaran mineral pada arah tertentu akibat aliran.
2) Struktur Batuan Beku Intrusive
Batuan beku intrusive atau batuan plutonik adalah batuan beku yang
proses pembekuannya berlangsung di bawah permukaan bumi.
Berdasarkan kedudukannya, terhadap perlapisan batuan yang
diterobosnya struktur tubuh batuan beku intrusive terbagi menjadi dua,
yaitu konkordan dan diskordan.
 Konkordan
Tubuh batuan beku intrusive yang sejajar dengan perlapisan di
sekitarnya, jenis-jenis dari tubuh batuan ini yaitu:
a. Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan
perlapisan batuan di sekitarnya.
b. Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome),
dimana perlapisan batuan yang asalnya datar menjadi
melengkung akibat penerobosan tubuh batuan ini, sedangkan
bagian dasarnya tetap datar. Diameter laccolith berkisar dari 2-4
mil dengan kedalaman ribuan meter.
c. Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari
laccolith, yaitu bentuk tubuh batuan yang cembung ke bawah.
Lopolith memiliki diameter yang lebih besar dari laccolith, yaitu
puluhan sampai ratusan kilometer dengan kedalaman ribuan
meter.
d. Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau
antiklin yang telah terbentuk sebelumnya. Ketebalan paccolith
berkisar antara ratusan sampai ribuan kilometer.

 Diskordan
Tubuh batuan beku instrusif yang memotong perlapisan batuan di
sekitarnya. Jenis-jenis tubuh batuan ini, yaitu:
a. Dike, tubuh batuan yang memotong perlapisan di sekitarnya dan
memiliki bentuk tabular atau memanjang. Ketebalannya dari
beberapa sentimeter sampai puluhan kilometer dengan panjang
ratusan meter.
b. Batolith, tubuh batuan yang memiliki ukuuran yang sangat besar
yaitu lebih dari 100 km2.
c. Stock, tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi
ukurannya lebih kecil.

Bentuk Tubuh Intrusi. Sumber: Modul I Geologi Dasar.

1.2. Tekstur Batuan Beku


Magma merupakan larutan yang kompleks karena terjadi penurunan
temperatur, perubahan takanan dan perubahan dalam komposisi, larutan
magma ini mengalami kristalisasi. Perbedaan kombinasi hal-hal tersebut
pada saat pembekuan magma mengakibatkan terbentuknya batuan yang
memiliki tekstur yang berbeda.
Ketika batuan beku membeku pada keadaan temperatur dan tekanan
yang tinggi di bawah permukaan dengan waktu pembekuan cukup lama
maka mineral-mineral penyusunnya memiliki waktu untuk membentuk
sistem kristal tertentu dengan ukuran mineral yang relatif besar. Sedangkan
pada kondisi pembekuan dengan temperatur dan tekanan permukaan yang
rendah, mineral-mineral penyusun batuan beku tidak sempat membentuk
sistem kristal tertentu, sehingga terbentuklah gelas (obsidian) yang tidak
memiliki sistem kristal, dan mineral yang terbentuk biasanya berukuran
relatif kecil. Berdasarkan hal tersebut tekstur batuan beku dapat dibedakan
menjadi:
1) Tingkat kristalisasi
a) Holokristalin, batuan beku yang hampir seluruhnya disusun oleh
kristal.
b) Hipokristalin, batuan beku yang tersusun oleh kristal dan gelas.
c) Holohyalin, batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh
gelas.
2) Ukuran butir
a) Phaneritic, batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh
mineral-mineral yang berukuran kasar.
b) Aphanitic, batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh
mineral berukuran halus.
3) Bentuk kristal
Ketika pembekuan magma, mineral-mineral yang terbentuk pertama
kali biasanya berbentuk sempurna sedangkan yang terbentuk terakhir
biasanya mengisi ruang yang ada sehingga bentuknya tidak sempurna.
Bentuk mineral yang terlihat melalui pengamatan mikroskop yaitu:
a) Euhedral, yaitu bentuk kristal yang sempurna.
b) Subhedral, yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna.
c) Anhedral, yaitu bentuk kristal yang tidak sempurna.
4) Berdasarkan kombinasi bentuk kristalnya
a) Unidiomorf (Automorf), yaitu sebagian besar kristalnya dibatasi
oleh bidang kristal atau bentuk kristal euhedral (sempurna).
b) Hypidiomorf (Hypautomorf), yaitu sebagian besar kristalnya
berbentuk euhedran dan subhedral.
c) Allotriomorf (Xenomorf), yaitu sebagian besar penyusunnya
merupakan kristal yang berbentuk anhedral.
5) Berdasarkan keseragaman antar butirnya
a) Equigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya hampir sama.
b) Inequigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya tidak sama.

1.3. Klasifikasi Batuan Beku

Tabel Klasifikasi Batuan Beku. Sumber: Modul I Geologi Dasar.

1.4. Penamaan Batuan Beku


Penamaan batuan beku didasarkan atas tekstur batuan dan komposisi
mineral. Tekstur batuan beku adalah hubungan antar mineral dan derajat
kristalisasinya. Tekstur batuan beku terdiri dari 3 jenis, yaitu Aphanitics
(bertekstur halus), Porphyritics (bertekstur halus dan kasar), dan
Phanerics (bertekstur kasar).
Derajat kristalisasi batuan pada batuan beku, yaitu Holochyaline
(seluruhnya terdiri dari mineral amorf/gelas), Holocrystaline (seluruhnya
terdiri dari kristal), dan Hypocrystalline (sebagian terdiri dari amorf dan
sebagian kristal). Sedangkan bentuk mineral/butir dalam batuan beku
dikenal dengan bentuk mineral anhedral, euhedral, dan glass/amorf.

Gambar Tekstur Batuan. Sumber: Djauhari, Noor. Pengantar Geologi. Edisi Pertama (2009).

Tabel batuan beku berdasarkan kandungan mineral utama dan minor mineral.
Sumber: Djauhari, Noor. Pengantar Geologi. Edisi Pertama (2009).

Dalam tabel tersebut diperlihatkan jenis batuan beku intrusive dan


batuan beku ekstrusif serta batuan ultramafic dengan komposisi mineral
utama dan mineral sedikit (minor mineral) yang menyusun pada setiap jenis
batuannya.

2. Batuan Sedimen
Sedimen merupakan bahan atau partikel yang terdapat di permukaan bumi
(di daratan ataupun lautan), yang telah mengalami proses pengangkutan
(transportasi) dari satu tempat ke tempat lainnya. Air dan angin merupakan agen
pengangkut yang utama. Sedimen ini apabila mengeras (membatu) akan
menjadi batuan sedimen.
Faktor-faktor yang mengontrol terbentuknya sedimen adalah iklim,
topografi, vegetasi dan juga susunan yang ada dari batuan. Sedangkan faktor
yang mengontrol pengangkutan sedimen adalah air, angin, salju/gletser, dan
juga gaya gravitasi. Sedimen dapat diangkut dengan tiga cara, yaitu:
a) Suspension, umumnya terjadi pada sedimen-sedimen yang sangat kecil
ukurannya (seperti lempung) sehingga mampu diangkut oleh aliran air atau
angina yang ada.
b) Bed load, terjadi pada sedimen yang relatif lebih besar (seperti pasir, kerikil,
kerakal, bongkah) sehingga gaya yang ada pada aliran yang bergerak dapat
berfungsi memindahkan partikel-partikel yang besar di dasar. Gerakan-
gerakan sedimen tersebut bisa menggelundung, menggeser, atau bahkan bisa
mendorong sedimen yang satu dengan lainnya.
c) Saltation, (Bahasa Latin artinya meloncat), umumnya terjadi pada sedimen
berukuran pasir dimana aliran fluida yang ada mampu menghisap dan
mengangkut sedimen pasir.
Pada saat kekuatan untuk mengangkut sedimen tidak cukup besar dalam
membawa sedimen-sedimen yang ada maka sedimen tersebut akan jatuh atau
mungkin tertahan akibat gaya gravitasi yang ada. Setelah itu proses sedimentasi
dapat berlangsung sehingga mampu mengubah sedimen-sedimen itu menjadi
suatu batuan sedimen. Material yang menyusun batuan sedimen adalah lumpur,
pasir, kerikil, kerakal, dan sebagainya. Sedimen ini akan menjadi batuan
sedimen jika mengalami proses pengerasan atau pembatuan (litifikasi) yang
melibatkan proses pemadatan (compaction), sementasi (cementation), dan
diagenesa dan litifikasi. Adapun secara umum, ciri-ciri batuan sedimen adalah
berlapis (stratification), umumnya mengandung fosil, memiliki struktur
sedimen, dan tersusun dari fragmen butiran hasil transportasi.
Berdasarkan cara dan proses pembentukannya, batuan sedimen dapat
dikelompokkan pada beberapa jenis, yaitu:
1. Terrigenous (detrital atau klastik). Batuan sedimen klastik merupakan
batuan yang berasal dari suatu tempat yang kemudian tertransportasi dan
diendapkan pada suatu cekungan. Contoh: konglomerat atau breksi,
batupasir, batulanau, lempung.
2. Sedimen kimiawi/biokimia (chemical/biochemical), merupakan batuan
hasil pengendapan dari proses kimiawi suatu larutan, atau organisme
bercangkang atau yang mengandung mineral silika atau fosfat. Contoh:
evaporit, batuan sedimen karbonat (batugamping dan dolomit), batuan
sedimen bersilika (rijang), endapan organik (batubara).
3. Batuan volkanoklastik, berasal dari aktivitas gunungapi. Debu dari aktivitas
gunungapi ini akan terendapkan seperti sedimen yang lain. Contoh:
batupasir tufa dan aglomerat.
Secara garis besar, genesa batuan sedimen dapat dibagi menjadi dua, yaitu
Batuan Sedimen Klastik dan Batuan Sedimen Non-klastik. Batuan sedimen
klastik adalah batuan yang terbentuk dari hasil rombakan batuan yang sudah
ada (batuan beku, metamorf, atau sedimen) yang kemudian diangkut oleh media
(air, angin, gletser) dan diendapkan di suatu cekungan. Adapun kelompok
sedimen non-klastik adalah kelompok batuan sedimen yang pembentukannya
berasal dari proses kimiawi, atau sedimen yang berasal dari sisa-sisa organisme
yang telah mati.

2.1. Tekstur Batuan Sedimen Klastik


a) Besar butir adalah ukuran butir dari material penyusun batuan sedimen
diukur berdasarkan klasifikasi Wentword. Bentuk butir pada sedimen
klastik dibagi menjadi: Rounded (membundar), Sub-rounded (membundar
tanggung), Sub-angular (menyudut tanggung), dan Angular (menyudut).
b) Kemas (fabric) adalah hubungan antara masa dasar dengan fragmen batuan
/ mineralnya. Kemas pada batuan sedimen ada dua, yaitu: Kemas Terbuka
(hubungan antara masa dasar dan fragmen butiran yang kontras sehingga
terlihat fragmen butiran mengambang di atas masa dasar batuan) dan
Kemas Tertutup (hubungan antar-fragmen butiran yang relatif seragam,
sehingga menyebabkan masa dasar tidak terlihat).
c) Pemilahan (sorting) adalah keseragaman ukuran butir dari fragmen
penyusun batuan.
d) Sementasi (cement) adalah bahan pengikat antar-butir dari fragmen
penyusun batuan. Macam dari bahan semen pada batuan sedimen klastik
adalah karbonat, silika, dan oksida besi.
e) Porositas (kesarangan) adalah ruang yang terdapat diantara fragmen
butiran yang ada pada batuan. Jenis porositas pada batuan sedimen adalah
porositas baik, porositas sedang, dan porositas buruk.
f) Permeabilitas (kelulusan) adalah sifat yang dimiliki batuan untuk dapat
meloloskan air. Jenis permeabilitas pada batuan sedimen adalah
permeabilitas baik, permeabilitas sedang, dan permeabilitas buruk.

Tabel (a) Skala Ukuran Butir (Wentword)

Tabel (b) Klasifikasi Batuan Sedimen Klastik

Tabel (c) Klasifikasi Batuan Sedimen Non-klastik


3. Batuan Metamorf atau Malihan
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk oleh proses metamorfisme
pada batuan yang telah ada sebelumnya (bisa berupa batuan beku, batuan
sedimen maupun batuan metamorf itu sendiri). Proses metamorfisme adalah
proses yang menyebabkan perubahan komposisi mineral, tekstur, dan struktur
pada batuan karena panas dan tekanan tinggi, serta larutan kimia aktif.
Proses-proses metamorfisme itu mengubah mineral-mineral suatu batuan
pada fase padat karena pengaruh atau respons terhadap kondisi fisika dan kimia
di dalam kerak bumi yang berbeda dengan kondisi sebelumnya. Proses-proses
tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesa. Proses metamorfisme ini
meliputi: Rekristalisasi, Reorientasi, dan pembentukan mineral baru (dari unsur
yang telah ada sebelumnya).
Berdasarkan tingkat malihannya, batuan metamorf dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Metamorfisme Tingkat Rendah (low-grade metamorphism)
2. Metamorfisme Tingkat Tinggi (high-grade metamorphism)
Pada batuan metamorf tingkat rendah jejak kenampakan batuan asal masih bisa
diamati dan penamaannya menggunakan awalan meta (-sedimen, -beku),
sedangkan pada batuan metamorf tingkat tinggi jejak batuan asalnya sudah tidak
nampak, malihan tertinggi membentuk migmatit (batuan yang sebagian bertekstur
malihan dan sebagian lagi bertekstur beku atau igneous).
Berdasarkan pengaruh pembentukannya batuan metamorf dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Metamorfisme kontak/thermal, batuan metamorf yang terbentuk karena
pengaruh suhu yang tinggi, misalnya metamorfisme kontak terjadi pada
zona kontak atau sentuhan langsung dengan tubuh magma (intrusi) dengan
lebar antara 2 – 3 km, contoh batuannya hornfels.
2. Metomorfisme dinamik, terjadi akibat adanya tekanan yang tinggi, misalnya
metamorfisme dinamik terjadi pada daerah sesar besar/utama, yaitu pada
lokasi dimana masa batuan tersebut mengalami penggerusan.
3. Metamorfisme regional, dimana batuan metamorf ini mendapat pengaruh
dari suhu dan tekanan yang tinggi, biasanya metamorf jenis ini terdapat pada
daerah dengan zona subduksi.
3.1. Struktur dan Tekstur Batuan Metamorf
Secara umum struktur yang dijumpai di dalam batuan metamorf dibagi menjadi
dua kelompok besar yaitu struktur foliasi dan struktur non foliasi. Struktur
foliasi ditunjukkan oleh adanya penjajaran mineral-mineral penyusun batuan
metamorf, sedang struktur non foliasi tidak memperlihatkan adanya penjajaran
mineral-mineral penyusun batuan metamorf.
a. Struktur Foliasi
 Struktur Skistose: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral
pipih (biotit, muskovit, felspar) lebih banyak dibanding mineral butiran.
 Struktur Gneisik: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral
granular, jumlah mineral granular relatif lebih banyak dibanding mineral
pipih.
 Struktur Slatycleavage: sama dengan struktur skistose, kesan kesejajaran
mineraloginya sangat halus (dalam mineral lempung).
 Struktur Phylitic: sama dengan struktur slatycleavage, hanya mineral dan
kesejajarannya sudah mulai agak kasar.

Berdasarkan kenampakan tekstur batuan asalnya (terlihat/tidak terlihat lagi),


batuan metamorf yang bertekstur foliasi ini dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Kristoblastik, yaitu jika tekstur batuan asalnya tak terlihat lagi. Dalam
penamaannya digunakan akhiran blastik kemudian kita lihat kemasnya,
dan gunakan istilah:
- Homoblastik, jika terdiri dari satu jenis tekstur.
- Heteroblastik, jika terdiri lebih dari satu jenis tekstur.
Tekstur yang dimaksud disini adalah:
- Lepidoblastik: sebagian besar mineralnya berbentuk pipih
(mika/muskovit).
- Nematoblastik: sebagian besar mineralnya berbentuk kristalin
(plagioklas).
- Granoblastik: sebagian besar mineralnya granular/equidemensional
(kuarsa).
Sedangkan untuk bentuk kristalnya gunakan istilah:
- ldioblastik: sebagian besar mineralnya berbentuk euhedral.
- Hipidioblastik: sebagian besar mineralnya berbentuk subhedral.
- Ksenoblastik: sebagian besar mineralnya berbentuk anhedral.

2. Palimset, yaitu jika tekstur batuan asalnya masih terlihat atau tersisa.
Adapun jenis struktur pada batuan metamorf yang berfoliasi antara lain:
a. Slaty: menampakkan belahan-belahan yang sangat halus, umumnya
terdiri dari mineral yang pipih dan sangat halus.
b. Phylitic: Foliasi sudah mulai ada, oleh kepingan-kepingan halus mika,
terdiri atas bentuk kristal lepiplastik.
c. Schistose: Foliasi sudah mulai jelas oleh kepingan mika, dengan
belahan yang merata/menerus, terdiri dari selang-seling bentuk
kristal lapidoblastik dan granoblastik.
d. Gneissic: Foliasi diperlihatkan oleh penyusun mineral-mineral
granular dan pipih/mika, belahan tidak rata atau terputus-putus.

b. Struktur Nonfoliasi
 Struktur Hornfelsik: struktur yang memperlihatkan butiran-butiran
mineral relatif seragam.
 Struktur Kataklastik: struktur yang memperlihatkan adanya
penghancuran terhadap batuan asal.
 Struktur Milonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi oleh adanya
orientasi mineral yang berbentuk lentikuler dan butiran mineralnya halus.
 Struktur Pilonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi dari belahan
permukaan yang berbentuk paralel dan butiran mineralnya lebih kasar
dibanding struktur milonitik, malah mendekati tipe struktur filit.
 Struktur Flaser: sama struktur kataklastik, namun struktur batuan asal
berbentuk lensa yang tertanam pada masa dasar milonit.
 Struktur Augen: sama struktur flaser, hanya lensa-lensanya terdiri dari
butir-butir felspar dalam masa dasar yang lebih halus.
 Struktur Granulose: sama dengan hornfelsik, hanya butirannya
mempunyai ukuran beragam.
 Struktur Liniasi: struktur yang memperlihatkan adanya mineral yang
berbentuk jarus atau fibrous.

You might also like