Professional Documents
Culture Documents
Diskordan
Tubuh batuan beku instrusif yang memotong perlapisan batuan di
sekitarnya. Jenis-jenis tubuh batuan ini, yaitu:
a. Dike, tubuh batuan yang memotong perlapisan di sekitarnya dan
memiliki bentuk tabular atau memanjang. Ketebalannya dari
beberapa sentimeter sampai puluhan kilometer dengan panjang
ratusan meter.
b. Batolith, tubuh batuan yang memiliki ukuuran yang sangat besar
yaitu lebih dari 100 km2.
c. Stock, tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi
ukurannya lebih kecil.
Gambar Tekstur Batuan. Sumber: Djauhari, Noor. Pengantar Geologi. Edisi Pertama (2009).
Tabel batuan beku berdasarkan kandungan mineral utama dan minor mineral.
Sumber: Djauhari, Noor. Pengantar Geologi. Edisi Pertama (2009).
2. Batuan Sedimen
Sedimen merupakan bahan atau partikel yang terdapat di permukaan bumi
(di daratan ataupun lautan), yang telah mengalami proses pengangkutan
(transportasi) dari satu tempat ke tempat lainnya. Air dan angin merupakan agen
pengangkut yang utama. Sedimen ini apabila mengeras (membatu) akan
menjadi batuan sedimen.
Faktor-faktor yang mengontrol terbentuknya sedimen adalah iklim,
topografi, vegetasi dan juga susunan yang ada dari batuan. Sedangkan faktor
yang mengontrol pengangkutan sedimen adalah air, angin, salju/gletser, dan
juga gaya gravitasi. Sedimen dapat diangkut dengan tiga cara, yaitu:
a) Suspension, umumnya terjadi pada sedimen-sedimen yang sangat kecil
ukurannya (seperti lempung) sehingga mampu diangkut oleh aliran air atau
angina yang ada.
b) Bed load, terjadi pada sedimen yang relatif lebih besar (seperti pasir, kerikil,
kerakal, bongkah) sehingga gaya yang ada pada aliran yang bergerak dapat
berfungsi memindahkan partikel-partikel yang besar di dasar. Gerakan-
gerakan sedimen tersebut bisa menggelundung, menggeser, atau bahkan bisa
mendorong sedimen yang satu dengan lainnya.
c) Saltation, (Bahasa Latin artinya meloncat), umumnya terjadi pada sedimen
berukuran pasir dimana aliran fluida yang ada mampu menghisap dan
mengangkut sedimen pasir.
Pada saat kekuatan untuk mengangkut sedimen tidak cukup besar dalam
membawa sedimen-sedimen yang ada maka sedimen tersebut akan jatuh atau
mungkin tertahan akibat gaya gravitasi yang ada. Setelah itu proses sedimentasi
dapat berlangsung sehingga mampu mengubah sedimen-sedimen itu menjadi
suatu batuan sedimen. Material yang menyusun batuan sedimen adalah lumpur,
pasir, kerikil, kerakal, dan sebagainya. Sedimen ini akan menjadi batuan
sedimen jika mengalami proses pengerasan atau pembatuan (litifikasi) yang
melibatkan proses pemadatan (compaction), sementasi (cementation), dan
diagenesa dan litifikasi. Adapun secara umum, ciri-ciri batuan sedimen adalah
berlapis (stratification), umumnya mengandung fosil, memiliki struktur
sedimen, dan tersusun dari fragmen butiran hasil transportasi.
Berdasarkan cara dan proses pembentukannya, batuan sedimen dapat
dikelompokkan pada beberapa jenis, yaitu:
1. Terrigenous (detrital atau klastik). Batuan sedimen klastik merupakan
batuan yang berasal dari suatu tempat yang kemudian tertransportasi dan
diendapkan pada suatu cekungan. Contoh: konglomerat atau breksi,
batupasir, batulanau, lempung.
2. Sedimen kimiawi/biokimia (chemical/biochemical), merupakan batuan
hasil pengendapan dari proses kimiawi suatu larutan, atau organisme
bercangkang atau yang mengandung mineral silika atau fosfat. Contoh:
evaporit, batuan sedimen karbonat (batugamping dan dolomit), batuan
sedimen bersilika (rijang), endapan organik (batubara).
3. Batuan volkanoklastik, berasal dari aktivitas gunungapi. Debu dari aktivitas
gunungapi ini akan terendapkan seperti sedimen yang lain. Contoh:
batupasir tufa dan aglomerat.
Secara garis besar, genesa batuan sedimen dapat dibagi menjadi dua, yaitu
Batuan Sedimen Klastik dan Batuan Sedimen Non-klastik. Batuan sedimen
klastik adalah batuan yang terbentuk dari hasil rombakan batuan yang sudah
ada (batuan beku, metamorf, atau sedimen) yang kemudian diangkut oleh media
(air, angin, gletser) dan diendapkan di suatu cekungan. Adapun kelompok
sedimen non-klastik adalah kelompok batuan sedimen yang pembentukannya
berasal dari proses kimiawi, atau sedimen yang berasal dari sisa-sisa organisme
yang telah mati.
1. Kristoblastik, yaitu jika tekstur batuan asalnya tak terlihat lagi. Dalam
penamaannya digunakan akhiran blastik kemudian kita lihat kemasnya,
dan gunakan istilah:
- Homoblastik, jika terdiri dari satu jenis tekstur.
- Heteroblastik, jika terdiri lebih dari satu jenis tekstur.
Tekstur yang dimaksud disini adalah:
- Lepidoblastik: sebagian besar mineralnya berbentuk pipih
(mika/muskovit).
- Nematoblastik: sebagian besar mineralnya berbentuk kristalin
(plagioklas).
- Granoblastik: sebagian besar mineralnya granular/equidemensional
(kuarsa).
Sedangkan untuk bentuk kristalnya gunakan istilah:
- ldioblastik: sebagian besar mineralnya berbentuk euhedral.
- Hipidioblastik: sebagian besar mineralnya berbentuk subhedral.
- Ksenoblastik: sebagian besar mineralnya berbentuk anhedral.
2. Palimset, yaitu jika tekstur batuan asalnya masih terlihat atau tersisa.
Adapun jenis struktur pada batuan metamorf yang berfoliasi antara lain:
a. Slaty: menampakkan belahan-belahan yang sangat halus, umumnya
terdiri dari mineral yang pipih dan sangat halus.
b. Phylitic: Foliasi sudah mulai ada, oleh kepingan-kepingan halus mika,
terdiri atas bentuk kristal lepiplastik.
c. Schistose: Foliasi sudah mulai jelas oleh kepingan mika, dengan
belahan yang merata/menerus, terdiri dari selang-seling bentuk
kristal lapidoblastik dan granoblastik.
d. Gneissic: Foliasi diperlihatkan oleh penyusun mineral-mineral
granular dan pipih/mika, belahan tidak rata atau terputus-putus.
b. Struktur Nonfoliasi
Struktur Hornfelsik: struktur yang memperlihatkan butiran-butiran
mineral relatif seragam.
Struktur Kataklastik: struktur yang memperlihatkan adanya
penghancuran terhadap batuan asal.
Struktur Milonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi oleh adanya
orientasi mineral yang berbentuk lentikuler dan butiran mineralnya halus.
Struktur Pilonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi dari belahan
permukaan yang berbentuk paralel dan butiran mineralnya lebih kasar
dibanding struktur milonitik, malah mendekati tipe struktur filit.
Struktur Flaser: sama struktur kataklastik, namun struktur batuan asal
berbentuk lensa yang tertanam pada masa dasar milonit.
Struktur Augen: sama struktur flaser, hanya lensa-lensanya terdiri dari
butir-butir felspar dalam masa dasar yang lebih halus.
Struktur Granulose: sama dengan hornfelsik, hanya butirannya
mempunyai ukuran beragam.
Struktur Liniasi: struktur yang memperlihatkan adanya mineral yang
berbentuk jarus atau fibrous.