Professional Documents
Culture Documents
KONJUNGTIVITIS
Disusun oleh :
Ezra Senna P
2012031 0193
Diajukan Kepada :
dr. M. Faisal Lutfi, Sp.M
i
LEMBAR PENGESAHAN
Konjungtivitis
Telah dipresentasikan:
Disetujui oleh,
Dosen Pembimbing Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Mata
RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB II ...................................................................................................... 7
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 7
Konjungtivitis ............................................................................................................. 7
A. Anatomi Dan Fisiologi Mata ............................................................................... 7
B. Definisi ................................................................................................................ 9
C. Klasifikasi .......................................................................................................... 9
D. Manifestasi Klinis ............................................................................................. 10
iv
BAB I
STATUS PASIEN
A. Identitas Pasien
Nama : Sdri. W
Usia : 16 tahun
Alamat : Batursari Kledung
Pekerjaan : Pelajar
Tanggal Masuk Poli : 15 Januari 2018
B. Anamnesis
Keluhan Utama :
Bengkak di kelopak bawah pada mata kanan dan kiri.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poli mata RSUD KRT SETJONEGORO dengan keluhan bengkak
pada kelopak bawah mata kanan dan kiri. Keluhan sudah dirasakan sejak kurang lebih
3 bulan terakhir. Pasien juga mengeluh mata berair, sering muncul kotoran, pegal,
pusing, serta gatal pada kedua mata. Pasien sudah pernah berobat ke puskesmas, tetapi
keluhan belum membaik.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien belum pernah memiliki keluhan serupa sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota yang memiliki keluhan serupa.
Resume Anamnesis :
Seorang perempuan berusia 16 tahun datang ke poli mata dengan keluhan bengkak
pada kelopak bawah mata kanan dan kiri. Keluhan dirasakan kurang lebih sejak 3
bulan yang lalu. Pasien sudah pernah berobat ke puskesmas, tetapi keluhan belum
membaik.
5
C. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos Mentis.
Pemeriksaan Subyektif :
Pemeriksaan OD OS
Visus 5/5 5/5
Pemeriksaan Obyektif :
Pemeriksaan OD OS
Sekitar Mata
Simetris,distribusi merata Simetris,distribusi merata
Supercilia dan cilia
Palpebra Normal Normal
Gerakan Edema (+) Edema (+)
Margo sup dan inf Nyeri (-) Nyeri (-)
Gerakan Bola Mata N N
Konjungtiva
K palpebra sup et inf Hiperemi (+) Hiperemi (+)
K bulbi Hiperemi (+) Hiperemi (+)
Sklera
Warna Putih Putih
Kornea
Kejernihan Jernih Jernih
D. Diagnosis Kerja
ODS : Konjungtivitis
OD : Konjungtivitis
E. Penatalaksanaan
Tab Cefadroxil 3 x 500mg
Tab Metilprednisolon 3 x 8mg
Tobramycin 0,3% setiap 4 jam
Dexametason 0,1% setiap 4 jam
Naphazoline 0,1% setiap 4 jam
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Konjungtivitis
A. Anatomi Dan Fisiologi Mata
Konjungtiva merupakan lapisan terluar dari mata yang terdiri dari membran
mukosa tipis yang melapisi kelopak mata, kemudian melengkung melapisi
permukaan bola mata dan berakhir pada daerah transparan pada mata yaitu kornea.
Secara anatomi, konjungtiva dibagi atas 2 bagian yaitu konjungtiva palpebra
dan konjungtiva bulbaris. Namun, secara letak areanya, konjungtiva ibagi menjadi 6
area yaitu area marginal, tarsal, orbital, forniks, bulbar dan limbal. Konjungtiva
bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan
dengan epitel kornea pada limbus.Pada konjungtiva palpebra, terdapat dua lapisan
epithelium dan menebal secara bertahap dari forniks ke limbus dengan membentuk
epithelium berlapis tanpa keratinisasi pada daerah marginal kornea. Konjungtiva
palpebralis terdiri dari epitel berlapis tanpa keratinisasi yang lebih tipis. Dibawah
epitel tersebut terdapat lapisan adenoid yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang
terdiri dari leukosit. Konjungtiva palpebralis melekat kuat pada tarsus, sedangkan
bagian bulbar bergerak secara bebas pada sklera kecuali yang dekat pada daerah
kornea.3
Berikut adalah gambaran anatomi dari konjungtiva 5,6
.
Gambar 2.5. Anatomi Konjungtiva
7
Aliran darah konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri
palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan – bersama dengan banyak
vena konjungtiva yang umumnya mengikut i pola arterinya – membentuk
jaringjaring vaskuler konjungtiva yang banyak sekali. Pembuluh limfe konjungtiva
tersusun dalam lapisan superfisial dan lapisan profundus dan bersambung dengan
pembuluh limfe palpebra hingga membentuk pleksus limfatikus yang banyak. 1
Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan pertama (oftalmik) nervus
trigeminus. Saraf ini hanya relatif sedikit mempunyai serat nyeri. 1,3
Fungsi dari konjungtiva adalah memproduksi air mata, menyediakan
kebutuhan oksigen ke kornea ketika mata sedang terbuka dan melindungi mata,
dengan mekanisme pertahanan nonspesifik yang berupa barier epitel, akt ivitas
lakrimasi, dan menyuplai darah. Selain itu, terdapat pertahanan spesifik berupa
ekanisme imunologis seperti sel mast, leukosit, adanya jaringan limfoid pada
mukosa tersebut dan antibodi dalam bentuk IgA 1,2
Pada konjungtiva terdapat beberapa jenis kelenjar yang dibagi menjadi dua
grup besar yaitu 3,4
1. Penghasil musin
a. Sel goblet; terletak dibawah epitel dan paling banyak ditemukan pada
daerah inferonasal.
b. Crypts of Henle; terletak sepanjang sepertiga atas dari konjungtiva tarsalis
superior dan sepanjang sepertiga bawah dari konjungtiva tarsalis inferior.
c. Kelenjar Manz; mengelilingi daerah limbus.
8
B. Definisi
C. Klasifikasi 1,2
1. Konjungtivitis Bakteri
Terutama disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae, dan Moraxella catarrhalis. Konjungtivitis bakteri sangat
menular, menyebar melalui kontak langsung dengan pasien dan sekresinya atau
dengan objek yang terkontaminasi.
2. Konjungtivitis Viral
Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus ( yang
paling sering adalah keratokonjungtivitis epidermika ) atau dari penyakit virus
sistemik seperti mumps dan mononukleosis. Biasanya disertai dengan
pembentukan folikel sehingga disebut juga konjungtivitis folikularis. Mata yang
lain biasanya tertular dalam 24-48 jam.
9
3. Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis alergi biasanya timbul pada musim semi dan panas, dan
disebabkan oleh pajanan dengan alergen misalnya polen (serbuk sari). Pasien akan
mengeluh rasa tidak enak dan iritasi yang berlebihan. Terbentuk papilla yang dapat
dikonjungtiva, dan kornea bias terlibat. Konjungtivitis alergi dapat terjadi bersama
dengan reaksi alergi yang lain. Misalnya astma dan “hay fever”.
4. Konjungtivitis Gonore
Konjungtivitis hiper akut dengan sekret purulen yang disebabkan oleh
Neisseria gonorrhea. Sedangkan infeksi gonokokus pada mata pada neonatus (bayi
baru lahir) disebabkan oleh infeksi tidak langsung selama keluar melewati jalan
lahir pada ibu yang menderita gonore, konjungtivitis yang berat disebut oftalmia
neonatorum.
5. Trachoma
Trachoma merupakan konjungtivitis folikular kronik yang disebabkan
Chlamydia trachomatis. Masa inkubasi dari trachoma adalah 7 hari ( 5 – 14 hari ).
Trachoma dapat mengenai segala umur terutama dewasa muda dan anak-anak,
yang akut atau sub akut. Cara penularannya melalui kontak langsung dengan sekret
atau alat-alat pribadi.
D. Manifestasi Klinis
10
E. Manifestasi Klinis
mata berair
mata terasa nyeri
mata terasa gatal
pandangan kabur
peka terhadap cahaya
terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari.
F. Patofisiologi
Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan alergen, iritasi menyebabkan
kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup dan membuka
sempurna, karena mata menjadi kering sehingga terjadi iritasi menyebabkan
konjungtivitis. Pelebaran pembuluh darah disebabkan karena adanya peradangan
ditandai dengan konjungtiva dan sclera yang merah, edema, rasa nyeri, dan adanya
secret mukopurulent.Akibat jangka panjang dari konjungtivitis yang dapat bersifat
kronis yaitu mikroorganisme, bahan allergen, dan iritatif menginfeksi kelenjar air
mata sehingga fungsi sekresi juga terganggu menyebabkan hipersekresi. Pada
konjungtivitis ditemukan lakrimasi, apabila pengeluaran cairan berlebihan akan
meningkatkan tekanan intra okuler yang lama kelamaan menyebabkan saluran air
mata atau kanal schlemm tersumbat. Aliran air mata yang terganggu akan
menyebabkan iskemia syaraf optik dan terjadi ulkus kornea yang dapat menyebabkan
kebutaan. Kelainan lapang pandang yang disebabkan kurangnya aliran air mata
sehingga pandangan menjadi kabur dan rasa pusing.1,2,3
11
G. Pathway
Mikroorganisme(bakteri,
virus,jamur)
Konjungtivitis Mikroorganisme,
allergen, iritatif
peradangan
lakrimas
i
Keljr air mata terinfeksi
Dilatasi pembuluh
darah Pengeluaran
cairan meningkat
Fungsi sekresi terganggu
nyeri Sclera merah edem
a
hipersekresi
12
H. Penatalaksanaan
Pada kasus yang lebih berat dibutuhkan steroid topikal atau kombinasi
antibiotik-steroid. Sikloplegik hanya dibutuhkan apabila dicurigai adanya iritis. Pada
banyak kasus Prednisolon asetat (Pred forte), satu tetes, QID cukup efektif, tanpa
adanya kontraindikasi.2
13
BAB III
PEMBAHASAN
1. Anamnesis didapatkan :
a. Keluhan bengkak pada kelopak bawah mata kanan dan kiri.
b. Disertai keluhan mata berair, sering muncul kotoran, pegal, pusing, serta gatal
pada kedua mata.
2. Pemeriksaan Fisik didapatkan :
a. Visus yaitu VOD : 5/5, VOS 5/5
b. Hiperemis pada konjungtiva serta edema pada palpebra.
14
BAB IV
KESIMPULAN
Dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa pasien ini didiagnosis konjungtivitis,
yang penegakkan diagnosisnya dari anamnesis didapatkan bahwa pasien
mengeluhkan bengkak mata kelopak mata kanan dan kiri, disertai rasa gatal, pegal,
pusing, mata berair, dan mengeluarkan kotoran. Dari pemeriksaaan fisik didapatkan
visus 5/5, hiperemis pada konjungtiva dan edema pada palpebra. Kemudian pasien
diberikan obat cefafroxil dan methylprednisolone serta obat tetes mata tobramycin
0,3%, dexamethasone 0,1%, dan naphazoline 0,1% yang diteteskan setiap 4 jam.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas DSM, Sidarta,. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta. 1998
2. Ilyas, H. Sidarta Prof. dr. SpM. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI; 2003, hal 2, 134.
3. James, Brus, dkk. Lecture Notes Oftalmologi. Erlangga. Jakarta. 2005
4. PERDAMI,. Ilmu Penyakit Mata Untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran.
Jakarta. 2002
16