You are on page 1of 9

BAB II

DEFLEKSI PADA BATANG

2.1 Latar Belakang


Lendutan balok merupakan penyimpangan permukaan netral, atau kurva
elastic balok berbeban dari kedudukan awal balok yang tidak berbeban. Karena
balok biasanya horizontal, maka lendutan merupakan penyimpangan vertical, δ.
(Alfred Jensen & Harry H. Chenoweth; 1991)
Jika sebuah batang horizontal yang ditumpu pada kedua ujungnya dan
diberi gaya tunggal atau pun merata kebawah, maka batang tersebut akan
mengalami lendutan atau defleksi yang besarnya tergantung pada kondisi tumpuan,
beban/gaya, dimensi dan material. (Mirmanto; 2014)

2.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah:
1. Mengetahui hubungan antara beban, P dengan defleksi (  C ).
2. Mengetahui modulus elastisitas (E), dari material bahan uji dan bandingkan
dengan bahan modulus elastisitas bahan uji tersebut (spesifikasi bahan).

3. Mampu menggambarkan distribusi tegangan pada lokasi titik pembebanan (C).

2.3 Alat dan bahan


Alat dan bahan yang digunakan diantaranya adalah batang uji, dial
indicator, meteran, jangka sorong dan unit alat uji defleksi.

2.4 Prosedur
Guna memperoleh hasil yang benar dan akurat serta mengutamakan
keselamatan kerja (safety first) maka perakitan harus mengikuti prosedur sebagai
berikut:
1. Mengukur dimensi batang, lebar (b), tebal (h) dan panjang (L).
2. Letakkan batang pada tumpuannya.
3. Letakkan kait beban tepat ditengah-tengah batang.
4. Ukur jarak dari titik refrensi ke ujung kait, jarak ini disebut dengan  o .

10
5. Pasang beban P, pada kait beban dan ukur kembali jarak dari refrensi ke ujung
pengait, sebut saja δ, maka c     o dan  C pada P = 0 haruslah nol

c   o   o  0
6. Lepaskan beban P, dari kait beban dan ukur lagi  o nilai  o ini haruslah sama

dengan nilai  o pada prosedur 4.


7. Ulangi prosedur 4 sampai dengan 6 sebanyak tiga kali untuk satu beban.
8. Ulangi prosedur 4 sampai dengan 7 untuk 2 beban P yang berbeda. Jadi ada tiga
macam beban yang diujikan pada percobaan ini dan diperoleh 9 nilai  C

ditambah data untuk P = 0,  C  0 .

2.5 Landasan Teori


Bila sebuah batang horizontal yang ditumpu pada kedua ujungnya, A dan B,
diberi gaya ke bawah, maka batang tersebut akan mengalami lendutan atau defleksi
dan melengkung ke bawah, lihat gambar 2.1. Beban yang diberikan kepada batang
dapat berupa beban tunggal, merata ataupun kedua-duanya. Namun pada praktikum
ini, beban yang diberikan kepada batang adalah beban tunggal, sehingga teori yang
diberikan dalam panduan ini hanyalah teori defleksi pada batang untuk beban
tunggal.

Gambar 2.1 Konstruksi dan defleksi pada batang dengan beban tunggal.

Besarnya defleksi dapat dihitung dengan menggunakan metode integrasi


atau luasan momen. Sesuai dengan konstruksi batang ditunjukkan pada gambar 2.1,
maka metode luasan momen lebih mudah diterapkan. Perhatikan diagram momen
dari batang AB, lihat gambar 2.2

11
Gambar 2.2 Diagram momen dari konstruksi batang pada gambar 2.1

Defleksi CCꞌ =  C = t BC dapat dicari dengan menggunakan persamaan (2.1)

ABCC' X
t AB 
EI (2.1)

Dimana ABCC ' adalah luasan segitiga BCCꞌ, X adalah jarak horizontal

pusat luasan segitiga BCCꞌ ke titik B, E adalah modulus elastisitas bahan dan I
adalah momen inersia. Momen inersia dari batang tersebut adalah:
I  bh 3 / 12 (2.2)

Dengan b dan h adalah lebar dan tebal batang uji. Luasan segitiga BCCꞌ
dinyatakan dengan:
1  L  PL  PL
ABCC '     (2.3)
2  2  4  16

2L L
Dan X    (2.4)
3 2 3
Sehingga persamaan (2.1) dapat ditulis kembali sebagai:
PL  L 
 
16  3  PL3
t BC   (2.5)
EI 48EI
Dimana L adalah panjang batang dan defleksi dihitung ditengah-tengah
batang sesuai dengan letak beban yang diberikan pada gambar 2.1. Defleksi,
 C  t BC diukur langsung dari percobaan dengan menggunakan dial indikator. Oleh

12
sebab itu, modulus elastisitas bahan dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan (2.6):
PL3
E
48 C I (2.6)
Dimana:
ABCC’ = Luasan segitiga (mm2)
 = Jarak horizontal pusat luasan segitiga BCC’ ke titik B (mm)
L = Panjang batang (mm)
I = Momen inersia (mm4)
b = Lebar batang uji (mm)
h = Tinggi batang uji (mm)
δc = Defleksi (mm)
E = Modulus elastisitas batang (N/mm2)

Catatan: mahasiswa diwajibkan memperluas pengetahuan teori defleksi


batang dengan membaca buku teks atau catatan kuliah.

2.6 Analisa dan pembahasan


2.6.1 Analisa
Hasil Pengukuran Pengujian Defleksi Pada Batang.
Lebar (b) : 2.51 cm = 25.1 mm
Tebal (h) : 0.315 cm = 3.15 mm
Panjang Spesimen (L) : 62.5 cm = 625mm
Grafitasi (g) : 9,81 m/𝑠 2
Defleksi (𝛿o) : 34.4 mm
Defleksi (𝛿1) : 37.75 mm
Defleksi (𝛿2) : 38.6 mm
Defleksi (𝛿3) : 38.95 mm

13
Tabel 1.1 Hasil uji pengamatan defleksi pada batang
No Masa, m (kg) Beban, P = mg (N) Defleksi,  C     o
(mm)
3.35
1 1 kg 9,81 4.2
4.55
6.6
2 2 kg 19,62 6.75
6.6
9
3 3 kg 29,43 9.3
9.15

 Menentukan defleksi ( 𝜎𝑐 )
C    o
𝛿c = 37.75 - 34.4 = 3.35 mm

 Menentukan Momen Inersia untuk batang pejal uji defleksi (I)


b × h3 25.1 × 3.153
I= = = 65.376 mm4
12 12

 Menentukan gaya eksternal (beban) pada uji defleksi (P).


P1 = m × g
m
P1 = 1 kg × 9,81
s2
P1 = 9,81 N
 Menentukan modulus elastisitas untuk batang pejal pada uji defleksi (E)
P. L3
E=
48. δc. I
9.81 N × 6253 mm3
E=
48 × 3.35 mm × 65.376 mm4
E = 227826.73 N/mm2

 Tegangan tekan pada penampang batang pada uji defleksi (σmax ).

14
Pada perhitungan diatas diperoleh :
b×h³ 25,1 × 3,153
I= = = 65.376 mm4
12 12
b
C=2
25,1
= 2

= 12,55 mm

Pada P1 = 9,81 N diperoleh :


P×L
M1 = 4
9,81N x 625 mm
= = 1532,813 N.mm
4
M×C
𝜎1 = I
1532,813 N.mm×12,55 mm
𝜎1 = 65.376 mm4

𝜎1 = 294.248 N/mm²

Analog: Dengan cara yang sama, maka didapat data hasil untuk percobaan
2 sampai dengan percobaan 3 yang dapat dilihat pada table di bawah ini

Tabel 2.2 Data hasil perhitungan pengujian defleksi.


No Masa, m (kg) Beban, P = mg (N) Defleksi,  C     o
(mm)
3.35
1 1 kg 9,81 4.2
4.55
6.6
2 2 kg 19,62 6.75
6.6
9
3 3 kg 29,43 9.3
9.15

15
2.6.2 Pembahasan

Dari data diatas didapat grafik hubungan antara beban (P) dengan defleksi
(δc) sebagai berikut :

9
y = 2.5x + 1
8
7
6
defleksi (mm)

5
defleksi
4
Linear (defleksi)
3
2
1
0
1 2 3
Beban (N)

Gambar 2.3 Hubungan antara Beban (N) dengan Defleksi (mm)

Dari gambar di atas didapatkan nilai y = 2,5x + 1maka nilai m’ adalah 2,5
N/mm2

Dimana :

𝐿 3
𝐸=
𝑚′ 48 I
sehingga :

𝐿 3
𝐸=
mʹ 48 I
3
625
𝐸=
2,5 x 48 x65.376
𝐸 = 31120.06254𝑁/𝑚𝑚2

16
Gambar Distribusi Tegangan Penampang Batang
1. Distribusi tegangan untuk pembebanan 1,0 Kg dengan σmax = 294.24N/mm
C

2. Distribusi tegangan untuk pembebanan 2,0 Kg dengan σmax = 588.49N/mm2

3. Distribusi tegangan untuk pembebanan 3,0 Kg dengan σmax = 11.918N/mm2

Gambar 2.4 distribusi tegangan pada lokasi titik pembebanan C

Berdasarkan gambar 2.1 hubungan antara defleksi dengan beban dapat


dilihat bahwa semakin besar beban yang diberikan maka defleksinya akan semakin
besar pula. Hal ini disebabkan karena beban berbanding lurus dengan defleksi.
Defleksi tertinggi adalah 9.15 mm sedangkan yang terendah 3,35 mm.
Berdasarkan gambar 2.3 hubungan antara beban dengan defleksi diperoleh
persamaan y=2,5+ 1. Kemudian dari persamaan tersebut diturunkan dan diperoleh
nilai
E = 31120.06254 N/mm2

17
. Sedangkan modulus elstisitas baja ST 37 = 200000N/mm2 . Dalam hal ini, nilai
yang didapat dari praktikum dan nilai sebenarnya memiliki selilsih nilai sebesar
168879.9475
Berdasarkan gambar 2.4 distribusi tegangan pada lokasi titik pembebanan C
di ketahui bahwa semakin besar pembebanannya maka tegangan yang di hasilkan
akan semakin tinggi sehingga di dapatkan tegangan tekan paling tinggi adalah
294.248 N/mm2 sedangkan yang terendah 11.918 N/mm2.

2.7 Penutup

2.7.1 Kesimpulan
A. Hubungan antara beban P dengan defleksi δc adalah berbanding lurus, artinya
semakin besar beban P yang diberikan maka defleksi δc yang terjadi semakin
besar. pembebanan dilakukan mulai beban 9,81 N sampai 29,43 N memberikan
defleksi dengan nilai awal 3,35mm dan nilai akhir 9.15 mm.
B. Modulus elastisitas hasil praktikum hampir mendekati sama dengan nilai
sebenarnya, yaitu 31120.06254𝑁/𝑚𝑚2.
C. Gambar distribusi tegangan pada lokasi titik pembebanan, C dapat dilihat pada
gambar 2.4 diatas. Bahwa semakin besar pembebanannya maka tegangan yang
di hasilkan akan semakin tinggi sehingga di dapatkan tegangan tekan paling
tinggi adalah 588.497 N/mm2 sedangkan yang terendah 11.918 N/mm2

2.7.2 Saran

Sebaiknya Co-Ass lebih detail dalam menjelaskan terlebih dahulu,


sebelum kegiatan praktikum dilakukann dan untuk alat ukurnya seharusnya di
kalibrasi terlebih dahulu untuk janka sorong.

18

You might also like