You are on page 1of 16

BAB III

GETARAN SEDERHANA

3.1. Latar Belakang


Vibrasi atau getaran secara sederhana dapat diartikan sebagai osilasi mekanik yang
terjadi di sekitar titik keseimbangan (equilibrium point).Osilasi dapat terjadi secara
periodik, contohnya seperti pada pendulum, atau terjadi secara acak, seperti pada
gerakkan ban kendaraan pada jalan yang tidak rata/ kasar.
Vibrasi dapat menjadi maanfaat, misal vibrasi yang terjadi pada garpu tala,
instrumen musik, dan lain-lain.Namun, vibrasi juga bisa sangat merugikan, misalnya
seperti yang terjadi pada engine, motor listrik, dan alat-alat mekanik lain. Karena,
vibrasi tersebut dapat menyebabkan kerugian energi, suara berisik (sound noise),
ketidak seimbangan (bergeraknya elemen dari dudukan/ posisi yang semestinya,
disebut juga dengan simpangan.Berdasarkan keuntungan dan kerugian vibrasi tersebut,
tentunya sangat penting untuk mempelajari tentang vibrasi ini.

3.2. Tujuan Praktikum


1. Mendapatkan hubungan antara gaya yang diberikan ke pegas dengan pertambahan
pegas dan mencari konstanta pegas.
2. Mendapatkan hubungan antara massa dengan frekuensi alami sistem pegas tanpa
redaman.
3. Mendapatkan hubungan antara bukaan putaran katup (n) dengan rasio redaman dan
koefisien peredaman.

3.3. Landasan Teori


Suatu benda yang dikenai gaya akan mengalami perubahan bentuk(volume dan
ukuran). Misalnya suatu pegas akan bertambah panjang dariukuran semula, apabila
dikenai gaya sampai batas tertentu. Perhatikan gambar 3.1dibawah ini, Pemberiangaya
sebesar F akan mengakibatkan pegas bertambah panjangsebesar ∆x.

19
Gambar 3.1. Skema Pertambahan Panjang Pada Pegas

Besar gaya Fberbanding lurus dengan ∆x . Secara matematis


dirumuskandengan persamaan berikut.

F = k . ∆x (3.1)

Semua sistem yang memiliki massa dan elastisitas dapat mengalami


getaran bebas atau getaran yang terjadi tanpa rangsangan luar. Hal pertama yang
menarik untuk sistem semacam ini adalah frekuensi natural getarannya.Redaman
dalam jumlah yang sedang mempunyai pengaruh kecil pada frekuensi natural dan
dapat diabaikan perhitungnnya. Pengaruh redaman sangat jelas pada berkurangnya
amplitudo getaran terhadap waktu.
Pada panduan ini disajikan dua macam getaran yaitu getaran tanpa redaman
dan dengan radaman. Peredam yang digunakan adalah oli pelumas kendaraan
20W50.

1. Getaran tanpa redaman


Jika massa digantungkan pada pegas yang memiliki kekakuan atau konstanta k,
maka pegas akan memanjang atau meyimpang dari kedudukan kesetimbangannya, lihat
gambar (3.1). Gaya pegas –kx akan berusaha mengembalikannya ke kedudukan
kesetimbangan, oleh sebab itu sistem akan berosilasi dengan persamaan getaran:

dan dimana ; (3.2)

20
solusi dari persamaan getaran tersebut adalah dengan

adalalah frekuensi alami sistem dalam radian per detik. ini berkaitan dengan

frekuensi alami sistem, sistem dalam Hz yang dinyatakan dengan:

(3.3)

dengan s adalah kecepatan kertas dalam (m/s) L adalah panjang sejumlah


gelombang atau siklus (N) yang tercatat pada kertas. Jadi frekuensi alami sistem
dalam Hz, dapat dihitung dengan persamaan:

(3.4)

Contoh untuk mendapatkan N dan Ldapat dilihat pada gambar (3.2).

Gambar 3.2 Sistem getaran pegas tanpa redaman

Gambar 3.3 Contoh menentukan N dan L

Gambar 3.3 Contoh menentukan N dan L. L dibaca pada skala kertas yang
sudah ada hasil percobaannya atau diukur dengan penggaris dan N jumlah siklus di
sepanjang L. Pada gambar diatas N = 7.

2. Getaran dengan redaman

21
Jika massa m, digantungkan pada pegas dengan konstanta, k, dan
dihubungkan dengan piston yang tercelup dalam oli yang memiliki koefisien
redaman, c, maka pegas akan menyimpang dari kondisi keseteimbangannya,
lihatgambar 3.3. Gaya pegas akan mengembalikan ke posisi kesetimbangan sebesar

–kx dan dilawan oleh gaya damper . jadi persamaan getarannya adalah:

atau + dimana . (3.5)

Dengan adalah rasio redaman yang merupakan perbandingan antara

koefisien redaman, cdengan koefisien redaman kritis, jadi:

, dimana (3.6)

Jika >1 maka sistem dikatakan overdamped dengan frekuensi redamannya:

(3.7)

dan solusi getarannya:

(3.8)

Jika =1 maka sistem dikatakan berada pada redaman kritis dengan solusi

getarannya adalah:

(3.9)

dan jika >1 maka sistem dikatakan dalam kondisi underdamped dengan

solusi getarannya:

. (3.10)

dengan frekuensi peredamnya sebesar:


22
dan (3.11)

Harga ratio redaman dapat dicari dari penurunan logarithmic amplitudo:

sehingga (3.12)

dengan x1 dan x2 adalah tinggi puncak gelombang pertama dan kedua arah
positif, lihat gambar 3.5, dan faktor redamannya dapat ditentukan sebagai :

(3.13)

Gambar 3.4 sistem getaran pegas dengan redaman

Gambar 3.5. x1 dan x2 pada getaran dengan redaman

23
3.4 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah :


1. Simple vibration apparatus
2. Pena.
3. Massa frame 1.7 kg.
4. Lempengan beban dengan massa 1 kg sebanyak 3 buah
5. Tiga buah pegas dengan konstanta pegas masing-masing k1 = 0,47 kN/m, k2 =
1,22 kN/m, dan k3 = 3,3 kN/m.
6. Motor untuk menggerakkan kertas.
Bahan yang digunakan adalah :
1. Kertas millimeter dengan kecepatan s = 0,075 m/s untuk 6V.
2. Oli pelumas kendaraan 20W50.

3.5. Prosedur praktikum


Supaya percobaan berjalan dengan baik, menghasilkan data yang akurat dan
mengutamakan keselamatan, maka ada bebrpap prosedur yang harus dilakukan antara
lain:
1. Mencari konstanta pegas
a. Mengukur panjang pegas sebelum diberi beban apapun sebanyak 3 kali
sehingga diperoleh L0 3 kali.
b. Memasang pegas pada apparatus.
c. Memasang frame pada apparatus.
d. Memasang beban tambahkan sehingga beban menjadi 2,7 kg dan mengukur
panjang pegas sebanyak 3 kali.
e. Menambahkan piringan beban berikutnya sehingga beban menjadi 3,7 kg dan
mengukur panjang pegas sebanyak 3 kali.
f. Menambahkan piringan selanjutnya sehingga beban menjadi 4,7 kg dan
mengukur panjang pegas sebanyak 3 kali.

2. Mencari frekuensi getaran tanpa redaman


a. Mengatur kertas pada roll sehingga siap digunakan.
b. Memasang pena pada penjepit pena.
c. Memasang pegas pada apparatus.
d. Memasang beban.
e. Menarik pegas sampai dasar dan pastikan motor dalam kondisi “on” dan
kemudian lepaskan pegas.
f. Mencatat hasil osilasi pada kertas, hitung jumlah gelombang atau siklus (N)
dan panjang (L).
g. Mengulangi prosedur 4 hingga 6 sebanyak 3 kali untuk beban yang sama.
h. Melakukan prosedur 4 sampai dengan 7 untuk 2 beban lain yang berbeda.

24
3. Mencari konstanta peredaman, c.
a. Memasang peralatan redaman (damper).
b. Mengatur kertas pada roll sehingga siap digunakan.
c. Memasang pena pada penjepit pena.
d. Memasang pegas pada apparatus.
e. Memasang beban.
f. Mengatur bukaan katup sesuai yang dikehendaki.
g. Menarik pegas sampai dasar dan pastikan motor pada kondisi “on” dan
kemudian lepaskan pegas.
h. Mencatat hasil osilasi pada kertas, ukur tinggi gelombang pertama dan kedua
arah positif.
i. Mengulangi prosedur 5 s/d 8 sebanyak 3 kali untuk beban yang sama.

3.6. Hasil dan Pembahasan


1. Hasil Praktikum
Dari praktikum yang telah dilakukan, diperoleh data-data sebagai berikut :

a. Data hasil praktikum mencari konstanta pegas

Tabel 3.1. Data hasil praktikum mencari konstanta pegas

m1 = m2 = 3,7 m3 = 4,7
m = 0 kg
Pengukuran 2,7 kg kg kg
ke - L0 L1 L2 L3
(m) (m) (m) (m)

1 0,149 0,2066 0,2306 0,2526

2 0,148 0,1723 0,1823 0,1916

3 0,152 0,1596 0,1626 0,1643

b. Data hasil praktikum mencari frekuensi getaran tanpa redaman

Tabel 3.2. Data hasil praktikum mencari frekuensi getaran tanpa redaman

Massa (kg) S = 0,075 m/s untuk 6 V


N L (m)
10 0,231
11 0,274

25
2,7 11 0,272
9 0,263
9 0,258
3,7
9 0,257
7 0,224
8 0,252
4,7
9 0,285
c. Data hasil praktikum mencari frekuensi dan koefisien peredaman

Tabel 3.3. Data hasil praktikum mencari frekuensi dan koefisien peredaman

Bukaan katup m = 0,075 m/s untuk 6 V


(n) putaran x1 (m) x2 (m)
0,016 0,004
0,015 0,003
5
0,016 0,003
0,013 0,002
0,016 0,003
11
0,015 0,003
0,013 0,002
0,015 0,003
17
0,014 0,003

Dengan menggunakan data hasil praktikum pada tabel 3.1, 3.2 dan 3.3. no
1, data spesimen dan konstanta gravitasi sebagai berikut :
Massa frame : 1,7 kg
Massa 1 (m1) : 2,7 kg
Massa 2 (m2) : 3,7 kg
Massa 3 (m3) : 4,7 kg
Konstanta pegas (k1) : 0,47 kN/m
Konstanta pegas (k2) : 1,22 kN/m
Konstanta pegas (k3) : 3,3 kN/m
Gerakan motor (s) : 0,075 m/s
Percepatan gravitasi (g) : 9,81 m/s2
Maka dari data tersebut dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut :
a. mencari konstanta pegas
1) Mencari defleksi statis pega, y1 (m)
y1 = L1 – L0
= 0.2066 m – 0.149 m

26
= 0,0576 m
2) Mencari gaya yang bekerja pada pegas, F (N)
F1 = m1 x g
= 2,7 kg x 9,81 m/s,
= 26.487 N
3) Mencari konstanta pegas, k (kN/m)

Analog : Dengan cara yang sama, dengan menggunakan data dari tabel 3.1.
data spesimen, dan konstanta gravitasi untuk pegas ke 1, 2 dan 3 masing-masing
dengan massa 2,7 kg, 3,7 kg dan 4,7 kg didapat hasil perhitungannya pada tabel
3.4. berikut ini :

Tabel 3.4. Hasil Perhitungan mencari konstanta pegas

m1 = 2,7 kg m2 = 3,7 kg m3 = 4,7 kg


m0 = 0
kg F1 = 26,487 N F2 = 36,297 N F3 = 46,107 N
Pegas
ke - y1=L1- K y2=L2- K K
L0 L1 L2 L3 y3=L3-
L0 (kN/m) L0 (kN/m) (kN/m)
(m) (m) (m) (m) L0 (m)
(m) (m)
0,44634
1 0,1493 0,2066 0,0573 0,46225 0,2306 0,0813 0,44646 0,2526 0,1033

1,07226
2 0,1486 0,1723 0,0237 1,11759 0,1823 0,0337 1,07706 0,191 0,043

3 0,152 0,1596 0,0076 3,48513 0,1626 0,0106 3,42425 0,1643 0,0123 3,74854

Berdasarkan Tabel 3.4. dapat dibuat grafik hubungan antara defleksi pegas,
y (m) dengan gaya yang bekerja pada pegas, F (N) seperti pada gambar 3.6. berikut
ini :

27
Gambar 3.6. Grafik hubungan antara defleksi pegas, y (m) dengan gaya yang bekerja pada
pegas, F (N)

b. Mencari frekuensi getaran tanpa redaman


Berdasarkan Tabel 3.2. dengan menggunakan konstanta pegas 2 (k2) = 1220
N/m dan massa 1 (m1) = 2,7 kg
1) Mencari frekuensi getaran, f (Hz) dengan persamaan (3.2)

2) Mencari frekuensi getaran f (Hz) dengan persamaan (3.4)

Analog: dengan cara yang sama, dengan menggunakan data dari tabel 3.2.
data spesimen, dan konstanta gravitasi untuk getaran tanpa redaman pegas 1, 2
dan 3 masing-masing dengan massa, (m) = 2,7 kg, 3,7 kg dan 4,7 kg, didapat hasil
perhitungannya pada tabel 3.5 berikut ini :

Tabel 3.5. Hasil perhitungnan frekuensi getaran tanpa redaman

S = 0,075 m/s untuk 6 V

28
Massa Jumlah Panjang Frekuensi, Frekuensi,
(kg) gelombang N gelombang, L f (Hz) pers f (Hz) pers
(m) (3.2) (3.4)

10 0,231 3,247
2,7 3,384
11 0,274 3,011

11 0,272 2,757

Rata-rata 3,005

9 0,263 2,567
3,7 2,891
9 0,258 2,616

9 0,257 2,626

Rata-rata 2,603

7 0,224 2,344
4,7 2,565
8 0,252 2,381

9 0,285 2,377

Rata-rata 2,367

Berdasarkan tabel 3.5. dapat dibuat grafik hubungan antara massa, m (kg)
dengan frekuensi, f (Hz) seperti gambar berikut ini :

Gambar 3.7. Grafik hubungan antara massa, m (kg) dengan frekuensi, f (Hz).

c. Mencari frekuensi dan koefisien peredaman


Berdasarkan Tabel 3.3 dengan menggunakan konstanta pegas 2 (k2), bukaan
katup (n) putaran 5 dan massa = 4,7 kg
1) Menghitung logaritmik amplitudo getaran (δ)

29
2) Menghitung rasio redaman (ς)

0.215

3) Menghitung koefisien redaman (c) dengan k percobaan = 1072,26 N/m

= 30,52 Ns/m

Analog: dengan cara yang sama, dengan menggunakan data dari tabel 3.3.
data spesimen, dan konstanta gravitasi, untuk getaran dengan redaman pada pegas
1, 2 dan 3 dengan massa 4,7 kg, didapat hasil perhitungannya pada Tabel 3.6.
berikut ini :
Tabel 3.6. Hasil perhitungan rasio (ς) dan koefisien peredaman, c (Ns/m)

Bukaan k2 = 1072,26 N/m


katup
m1 = 4.7 kg m2 = 4.7 kg m3 = 4.7 kg
(n)
putaran δ1 ς1 c1(Ns/m) δ2 ς2 c2(Ns/m) δ3 ς3 c3(Ns/m)

5 1,386 0,215 30,52 1,609 0.248 35,21 1,673 0,257 36,48

11 1,871 0,285 40,46 1,673 0,257 36,48 1,609 0,248 35,21

17 1,871 0,285 40,46 1,609 0,248 35,21 1,540 0,238 33,79

30
Berdasarkan Tabel 3.6. dapat dibuat grafik hubungan antara bukaan katup, n
(putaran) dengan rasio peredaman (ς) dan grafik hubungan antara bukaan katup n
(putaran) dengan koefisien peredaman, c (Ns/m) seperti pada gambar berikut ini :

Gambar 3.8 Grafik hubungan rasio peredaman (ς) dengan bukaan katup (n) putaran

Gambar 3.9. Grafik hubungan antara bukaan katup, n (putaran) dengan koefisien
redaman, c (Ns/m)

2. Pembahasan
Pada pengujian getaran sederhana ini, dilakukan 3 jenis pengujian untuk 3
beban yang berbeda dan 3 pegas yang berbeda pula, yaitu pengujian untuk mencari
konstanta pegas, pengujian untuk mencari frekuensi getaran tanpa redaman dan
pengujian untuk mencari rasio dan koefisien peredaman. Beban yang digunakan
adalah 2,7 kg, 3,7 kg dan 4,7 kg, sedangkan pegas yang digunakan masing-masing
memiliki konstanta pegas K1 = 0,47 kN/m, K2 = 1,22 kN/m dan K3 = 3,3 kN/m.

31
Untuk pengujian mencari konstanta pegas, dilakukan 9 kali pengujian untuk beban
dan pegas yang berbeda-beda. Berdasarkan perhitungan data diatas diperoleh harga
konstanta pegas (k) pada masa 2,7 kg, 3,7 kg dan 4,7 kg berturut-turut adalah :
untuk k1 = 0,46225 kN/m, 0,44646 kN/m, 0,44634 kN/m, untuk k2 = 1,11759
kN/m, 1,07706, kN/m, 1,07226 kN/m, dan untuk k3 = 3,48513 kN/m, 3,42425
kN/m, 3,74854 kN/m. Untuk pengujian mencari frekuensi getaran tanpa redaman,
diperoleh frekuensi, f berdasarkan persamaan (3.2) adalah f1 = 3,384 Hz, f2 = 2,891
Hz dan f3 = 2,565 Hz. Sedangkan frekuensi, f berdasarkan persamaan (3.4),
diperoleh f1 = 3,005 Hz, f2 = 2,603 Hz dan f3 = 367 Hz. Terakhir, pengujian mencari
rasio dan koefisien peredaman untuk m = 4,7 kg diperoleh nilai rasio (ζ) terbesar
adalah 0,285 dan yang terkecil adalah 0,215. Untuk nilai koefisien peredaman
terbesar adalah 40,46 Ns/m dan yang terkecil adalah 30,52 Ns/m.

Pada grafik hubungan gaya (F) dengan pertambahan panjang pegas (y) di
atas, terlihat semakin besar gaya yang diberikan pada pegas maka pertambahan
panjang pegas (y) akan semakin besar dan sebaliknya semakin kecil gaya yang
diberikan pada pegas maka pertambahan panjang pegas (y) akan semakin kecil.
Pada praktikum ini pertambahan panjang pegas (y) terbesar terjadi pada pegas 1
dengan gaya (F) yang diberikan sebesar 46,107 N. Hal ini terjadi karena pegas 1
memiliki konstanta pegas (k) paling kecil, (lihat persamaan (3.1)). Pada persamaan
tersebut terlihat bahwa nilai konstanta pegas (k) akan berbanding terbalik dengan
pertambahan panjang pegas (y). Untuk pertambahan panjang pegas (y) terkecil
terjadi pada pegas 3 dengan gaya (F) yang diberikan sebesar 26.487 N.
Padapraktikum ini hubungan antara pertambahan panjang pegas (y) dengan gaya
(F) adalah berbanding lurus.
Pada grafik hubungan massa beban (m) dengan frekuensi (f) dengan
menggunakan persamaan (3.2) diatas, terlihat berbanding terbalik hubungan antara
massa (m) dengan frekuensi (f), baik pada pegas 1, pegas 2, maupun pegas 3. Pada
praktikum ini semakin besar massa beban (m) yang diberikan pada pegas, frekuensi
(f) yang terjadi akan semakin kecil dan sebaliknya. Dalam praktikum ini
berdasarkan persamaan (3.4) frekuensi pegas yang terbesar adalah 3,005 Hz dengan
massa 2,7 kg dan frekuensi yang terkecil adalah 2,367 Hz dengan massa 4,7 kg.
Sedangkan berdasarkan persamaan (3.2) frekuensi pegas yang terbesar adalah

32
3,384 Hz dengan massa 2,7 kg dan frekuensi yang terkecil adalah 2,565 Hz dengan
massa 4,7 kg.
Pada grafik hubungan massa beban (m) dengan frekuensi (f) menggunakan
persamaan (3.4) diatas, terlihat frekuensi yang terjadi pada ketiga pegas relatif akan
mengalami penurunan jika massa beban (m) yang diberikan semakin besar.
Sehingga, hubungan antara massa beban (m) dengan frekuensi (f) adalah
berbanding terbalik. Hal ini terjadi karena perbandingan jumlah gelombang (N)
lebih besar dari panjang gelombang (L) yang diukur dari sejumlah N gelombang
pada setiap kenaikan massa beban yang diberikan pada masing-masing pegas.
Pada grafik hubungan bukaan katup (n) dengan rasio peredaman (ζ), terlihat
bahwa semakin banyak bukaan katup (n), maka rasio peredaman semakin kecil.
Sebaliknya, jika bukaan katup (n) semakin sedikit, rasio peredaman (ζ) semakin
besar. Sehingga, hubungan antara bukaan katup (n) dengan rasio peredaman (ζ)
adalah berbanding terbalik. Massa 4,7 kg memiliki nilai rasio peredaman
maksimum (ζ = 0,285) dan rasio peredaman minimum (ζ = 0,215).
Pada grafik hubungan bukaan katup (n) dengan koefisien peredam (c) di atas,
terlihat bahwa semakin banyak bukaan katup (n), maka koefisien peredaman (c)
semakin kecil. Sebaliknya jika bukaan katup (n) semakin sedikit, maka koefisien
peredaman semakin besar. Pada praktikum ini hubungan bukaan katup (n) dengan
koefisien peredaman (c) adalah berbanding terbalik. Massa 4,7 kg memiliki nilai
koefisien peredaman maksimum (c = 40,46 Ns/m ) pada bukaan katup (n = 5
putaran) dan koefisien peredaman minimum (c = 30,52 Ns/m ) pada bukaan katup
(n = 17 putaran).

3.7. Penutup

1. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :


a. Hubungan antara gaya yang diberikan ke pegas dengan pertambahan panjang
pegas adalah berbanding lurus. Pada praktikum ini semakin besar gaya yang
diberikan pada pegas maka pertambahan panjang pegas semakin besar dan
begitu juga sebaliknya, jika semakin kecil gaya yang diberikan pada pegas
maka pertambahan panjang pegas semakin kecil. Untuk massa 2,7 kg diperoleh
k terbesar = 3,48513 kN/m dengan y = 0,007 m, sedangkan k terkecil =
0,46225 kN/m pada y = 0,0573 m. Untuk massa 3,7 kg diperoleh k terbesar =

33
3,42425 kN/m pada y = 0,0106 m dan k terkecil = 0,44646 kN/m pada y =
0,0813 m. Sedangkan untuk massa 4,7 kg diperoleh k terbesar = 3,74854 kN/m
pada y = 0,0123 m dan k terkecil = 0,44634 kN/m pada y = 0,1033 m.
b. Hubungan antara massa dengan frekuensi alami sistem pegas tanpa redaman
adalah berbanding terbalik. Pada praktikum ini semakin besar massa yang
diberikan pada pegas, maka frekuensi getaran yang terjadi semakin kecil dan
begitu juga sebaliknya, jika semakin kecil massa yang diberikan pada pegas,
maka frekuensi getaran yang terjadi semakin besar. Frekuensi getaran terbesar
= 3,38 Hz pada massa = 2,7 kg dan frekuensi getaran terkecil = 2,565 Hz
terjadi pada massa = 4,7 kg.
c. Hubungan antara bukaan katup (n) dengan rasio redaman dan koefisien
peredaman adalah berbanding terbalik. Pada praktikum ini semakin banyak
bukaan katup (n) yang diberikan, maka rasio redaman dan koefisien peredaman
semakin kecil dan sebaliknya, jika semakin sedikit bukaan katup (n) yang
diberikan, maka rasio redaman dan koefisien peredaman semakin besar. Pada
praktikum ini, diperoleh rasio redaman terbesar = 0,257 dan koefisien terbesar
= 36,48 Ns/m terjadi pada bukaan katup = 5 putaran. Sedangkan rasio redaman
terkecil = 0,238 dan koefisien terkecil = 33,79 Ns/m terjadi pada bukaan katup
= 17 putaran.

2. Saran
a. Sebaiknya dalam menggunakan alat uji harus berhati-hati karena akan
mempengaruhi hasil pengukuran.
b. Untuk mendapatkan nilai frekuensi getaran yang presisi sebaiknya tepatkan
dulu pena di tengah-tengah kertas saat posisi diam.
c. Fasilitas yang ada dilaboratorium dapat ditingkatkan kembali, baik secara
kualitas maupun kuantitas untuk menunjang pelaksanaan praktikum
kedepannya.

34

You might also like