Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Typoid Abdominalis dari dahulu hingga sekarang selalu terjadi
setiap tahunnya,tidak tergantung pada musim. Penyakit typhoid abdominalis
disebabkan oleh kuman salmonella typhosa. Sumber penularan utama adalah
penderita demam enterik dan carrier itu sendiri melalui tinja dan makanan
yang tercemar oleh kuman salmonella thyposa.Di Indonesia diperkirakan
insiden demam enterik adalah 300 – 810 kasus per 100.000 penduduk
pertahun, penyakit ini dapat dicegah dengan cara menerapkan dasar-dasar
hygiene dan kesehatan masyarakat. Untuk menelaah hal – hal yang mungkin
terjadi pada klien tersebut, kami ingin mempelajarinya melalui pembuatan
askep.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari askep ini, yaitu :
1) Apakah definisi Typoid Abdominalis?
2) Apa etiologi Typoid Abdominalis ?
3) Bagaimana tanda dan gejala Typoid Abdominalis?
4) Bagaimana patofisiologi Typoid Abdominalis?
5) Bagaimana penatalaksanaan medis dan komplikasi Typoid
Abdominalis?
6) Bagaimana diagnosa keperawatan Typoid Abdominalis?
7) Bagaimana hasil NOC dan NIC dari Typoid Abdominalis?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan askep ini yaitu :
1) Agar mahasiswa mampu menjelaskan Typoid Abdominalis
2) Agar mahasiswa mampu menjelaskan etiologi Typoid Abdominalis
3) Agar mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala Typoid
Abdominalis
4) Agar mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi Typoid
Abdominalis
5) Agar mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan medis dan
komplikasi Typoid Abdominalis
6) Agar mahasiswa mampu menjelaskan diagnosa keperawatan Typoid
Abdominalis
7) Agar mahasiswa mampu menjelaskan hasil NOC dan NIC dari
D. Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan ini yaitu :
1) Mahasiswa mampu menjelaskan definisi Typoid Abdominalis
2) Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi Typoid Abdominalis
3) Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala Typoid Abdominalis
4) Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi Typoid Abdominalis
5) Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan medis dan komplikasi
Typoid Abdominalis
6) Mahasiswa mampu menjelaskan diagnosa keperawatan Typoid
Abdominalis
7) Mahasiswa mampu menjelaskan hasil NOC dan NIC dari Typoid
Abdominalis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP MEDIK
1. Definisi
Typoid fever (typhus abdomenalis) merupakan demam infeksius yang
ditularkan melalui kontaminasi makanan, susu atau suplai air oleh Salmonella
typhi(Sue Hinclhliff, 1999)
Typoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada
saluran cerna dengan gejala demam lebih dari satu minggu atau tanpa
gangguan kesadaran (Hardhi Kusuma, 2012).
Typoid fever atautyphoid abdomenalis merupakan infeksi akut usus
halus oleh Bakteri Salmonella typhi (Arif Manjoer, 2001)
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella thypi dan salmonella parathypi A,B,C. sinonim dari
penyakit ini adalah Typhoid danparatyphoid abdominalis (Syaifullah Noer,
1998).
Typus abdomenalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1
minggu, gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran (FKUI, 1999)
Tifoid merupakan bentuk samonellosis yang paling umum dan biasanya
berlangsung 1-4 minggu. Mortalitasnya sekitar 3% jika ditangani dan 10%
jika tidak ditanggani,biasanya diakibatkan perforasi intestinal atau
hemoragi,trombosis,serebral,toksemia,pneumonia atau gagal sirkulator akut.
Serangan tifoid memberi imunitas seumur hidup,walaupun pasien bisa
menjadi pembawa (carrier). Karier demam tifoid yang asimtomatik membawa
kuman tersebut di dalam kandung empedunya dan ekskresi kuman tifoid ke
dalam tinja merupakan sumber utama wabah demam tifoid pada sejumlah
negara.
2. Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah salmonella typhosa,basil gram negatif yang
bergerak dengan bulu getar, tidak berspora. Mempunyai sekurang-kurangnya
tiga macam antigen yaitu antigen O,antigen H,dan antigen Vi. Dalam serum
pasien terdapat zat antik (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut.
Penyebaran terjadi melalui yaitu :
a) Meminum air yang terkontaminasi ekskresi pembawa (bentuk tifoid)
b) Penyebaran fekal-oral (terutama pada anak-anak yang berusia kurang
5 tahun
c) Tercernanya makanan terkontaminasi atau makanan yang kurang
matang atau kurang diproses,terutama telur,ayam kalkung,dan bebek.
3. Patofisiologi
Mulut
Saluran pencernaan
Typhus Abdominalis
Lemah
Bedrest Kuman masuk aliran
Merangsang nosiseptor
limfe mesentrial
Medulla spinalis
Menuju hati,&limfa
Jaringan tubuh
Peradangan Nyeri
(limfa) Hipertrofi
(hepato splenomegali)
Pusat termogulasi tubuh Pelepasan zat pyrogen
Penekanan pada saraf di hati
Demam Bedrest
Nyeri tekan ulu hati
5. Komplikasi
a. Komplikasi intestinal
1) Perdarahan usus
2) Perporasi usus (terbentuknya suatu lubang)
3) peritornitis
b. Komplikasi extra intestinal
1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),
miokarditis, thrombosis.
2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma
uremia hemolitik.
3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, danpleuritis.
4) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.
5) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritisdanperinepritis.
6) Komplikasi pada tulang :osteomyolitis, osteoporosis, spondilitisdan
arthritis.
7) Komplikasineuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis,
polineuritisperifer, sindromaGuillain bare dansidromakatatonia
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium
- Pemeriksaaan darah tepi : dapat ditemukan leucopenia, limfositosos,
relative, aneosinofilia, trombositopenia, dan anemia
- Biakan empedu : basil sallmonela typhii ditemukan dalam darah penderita
biasanya dalam minggu pertama sakit
- Pemeriksaan WIDAL : bila terjadi aglutinasi.
Diperlukan titer antibody terhadap antigen yang bernilai 1/200 atau
peningkatan 4kali antara masa akut dan konvalesene mengarah kepada
demam typhoid
7. Penatalaksanaan
1. Non farmakologi
a. Perawatan
1) penderita perlu dirawat di RS untuk diisolasi, observasi, dan
pengobatan
2) Harus istirahat 5-7 hari bebas panas
3) Mobilisasi sewajarnya, sesuai kondisi
4) Bila kesadaran menurun harus diobservasi agar tidak terjadi
aspirasi dan komplikasi yang lain
b. Diet
1) makanan mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein
(TKTP)
2) Bahan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang,
dan menimbulkan gas
3) Susu 2 kali sehari perlu diberikan
4) Bila anak sadar dan nafsu makan baik, dapat diberikan makanan
lunak
2. Farmakologi
a. Obat-obatan
Terapi anti mikrobial untuk tifoid meliputi amoxicillin(amoxil),
chloramphenicol(chloromycetin), dan jika pasien mengalami toksemia
parah, co-trimoxazole (bactrim), ciprofloxacin (cipro), atau ceftriaxone
(rocephin).
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a). Identitas
Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pendidikan, no. Registerasi, status perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi
badan, berat badan, tanggal MR.
b). Keluhan Utama
Pada pasien Thypoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan
kembung, nafsu makan menurun, panas dan demam.
c). Riwayat Penyakit
1) Dahulu
Apakahsebelumnya pasien pernah mengalami sakit Thypoid, apakah
tidak pernah, apakah menderita penyakit lainnya.
2) Sekarang
Pada umumnya penyakit pada pasien Thypoid adalah demam,
anorexia, mual, muntah, diare, perasaan tidak enak di perut, pucat
(anemi), nyeri kepala pusing, nyeri otot, lidah tifoid (kotor),
gangguan kesadaran berupa somnolen sampai koma.
3) Keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita
Thypoid atau sakit yang lainnya.
4) Psikososial
Psikososial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien,
dengan timbul gejala-gejala yang dalami, apakah pasien dapat
menerima pada apa yang dideritanya.
d). Pola-Pola Fungsi Kesehatan
2) Pola pesepsi dan tatalaksana kesehatan
Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan
masalah dalam kesehatannya
3) Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit,
lidah kotor, dan rasa pahit waktu makan sehingga dapat
mempengaruhi status nutrisi berubah.
4) Pola aktifitas dan latihan
Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik
serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya
5) Pola tidur dan aktifitas
Kebiasaan tidur pasien akan terganggu dikarenakan suhu badan yang
meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada waktu tidur.
6) Pola eliminasi
Kebiasaan dalam buang BAK akan terjadi refensi bila dehidrasi
karena panas yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai
dengan kebutuhan.
7) Pola reproduksi dan sexual
Pada pola reproduksi dan sexual pada pasien yang telah atau sudah
menikah akan terjadi perubahan.
8) Pola persepsi dan pengetahuan
Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan mempengaruhi
pengetahuan dan kemampuan dalam merawat diri.
9) Pola persepsi dan konsep diri
Didalam perubahan apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi
masalah penyakitnya.
10) Pola penanggulangan stress
Stres timbul apabila seorang pasien tidak efektif dalam mengatasi
masalah penyakitnya.
11) Pola hubungan interpersonil
Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan
interpersonal dan peran serta mengalami tambahan dalam
menjalankan perannya selama sakit.
12) Pola tata nilai dan kepercayaan
Timbulnya distres dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan
menjadi cemas dan takut akan kematian, serta kebiasaan ibadahnya
akan terganggu.
e). Pemeriksaan Fisik
3. Keadaan umum
Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas, pucat,
mual, perut tidak enak, anorexia.
4. Kepala dan leher
Konjungtiva anemia, mata cowong, mukapucat/bibir kering, lidah
kotor, ditepi dan ditengah merah.
5. Dada dan abdomen
Di daerah abdomen ditemukan nyeri tekan.
6. Sistem kardiovaskuler
Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah
yang meningkat akan tetapi bisa didapatkan tachicardi saat pasien
mengalami peningkatan suhu tubuh.
7. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.
8. Sistem eliminasi
Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk
kemih pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari normal). N ½ -
1 cc/kg BB/jam.
2. Diagnosa Keperawatan
a). Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002),
Domain 2: Nutrisi, Kelas 1: Makan
b). Hipertemia (00007), Domain 11: Keamanan/Perlindungan, Kelas 6:
Termolegulasi
c). Resiko Kekurangan Volume Cairan
d). Inteloran Aktivitas (00092), Domain 4 : Aktivitas/Istirahat, Kelas 4 :
Respon Kardiovaskular / Pulmonal
e). Ansietas (00146), Domain 9 : Koping / Toleransi stress, Kelas 2 : Respon
Koping
f). nyeri akut (00132), domain 12 : kenyamanan, kelas 1 : kenyamanan fisik
g). Diare (00014), Domain 3 : eliminasi dan pertukaran,Kelas 1 : fungsi
perkemihan
HE
- Ajarkan klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
- Ajarkan pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
5 Ansietas (00146), NOC : NIC :
Domain 9 : Koping / Toleransi stress, - Tingkat ansietas Intervensi :
Kelas 2 : Respon Koping - Pengendalian diri terhadap Observasi :
ansietas - Kaji dan dokumentasikan tingkat
Definisi : perasaaan tidak nyaman atau - Konsentrasi kecemasan pasien termasuk reaksi
kekhawatiran yang samar yang di sertai - Koping fisik
respon autonom (sumber seringkali tidak - Kaji factor budaya (misalnya,
spesifik atau tidak diketahui oleh individu), Setelah dilakukan tindakan asuhan konflik nilai) yang menjadi
perasaan takut yang disebabkan oleh keperawatan 3x24 jam, Ansietas penyebab ansietas
antisipasi terhadap bahaya. Hal ini diharapkan teratasi dengan Mandiri
merupakan isyarat kewaspadaan yang Kriteria Hasil : - Beri dorongan kepada pasien untuk
memperingatkan individu akan adanya - Memiliki tanda tanda vital mengungkapkan secara verbal
bahaya dan memampukan individu unruk dalam batas normal pikiran dan perasaan untuk
bertindak menghadapi ancaman. - Menunjukan kemampuan mengeksternalisasikan ansietas
untuk berfokus pada - Bantu pasien untuk memfokuskan
Batasan Karakteristik: pengetahuan dan keterampilan pada situasi saat ini, sebagai cara
Perilaku : Mengomunikasikan kebutuhan untuk mengidentifikasi mekanisme
- Penurunan produktifitas dan perasaan negative secara koping yang dibutuhkan untuk
- Gerakan yang irelevan tepat
- Gelisah - Meneruskan aktivitas yang mengurangi ansietas
- Melihat sepintas dibutuhkan meskipun - Sediakan penglihatan melalui
- Insomnia mengalami kecemasan televisi, radio, permainan, serta
- Kontak mata yang buruk - Mengedentifikasi, terapi okupasi untuk menurunkan
- Mengekspresikan kekhawatiran mengungkapkan dan ansietas dan memperluas focus
karena perubahan dalam peristiwa menunjukan tehnik untuk - Berikan penguatan posotif ketika
hidup mengontrol cemas pasien mampu meneruskan
- Agitasi aktivitas sehari-hari dan aktivitas
- Mengintai lainnya meskipun mengalami
- Tampak waspada ansietas
- Dorong pasien untuk
Afektif : mengekspresikan kemarahan dan
- Gelisah iritasi serta ijinkan pasien untuk
- Kesedihan yang mendalam menangis
- Distres - Yakinkan kembali pasien melalui
- Ketakutan sentuhan, dan sikap empatik secara
- Perasaan tidak adekuat verbal dan nonverbal secara
- Berfokus pada diri sendiri bergantian
- Kurangi rangsangan yang
- Pemingkatan kewaspadaan berlebihan dengan menyediakan
- Iritabilitas lingkungan yang tenang, kontak
- Gugup yang terbatas dengan orang lain jika
- Senang berlebihan dibutuhkan, serta pembatasan
- Rasa nyeri yang meningkatkan penggunaan kafein dan stimulant
ketidak berdayaan lain
- Peningkatan rasa ketidakberdayaan - Sarankan terapi alternative untuk
yang persisten mengurangi ansietas yang dapat
- Bingung diterima oleh pasien
- Menyesal Kolaboratif
- Ragu/tidak percaya diri - Berikan obat untuk menurunkan
- Khawatir ansietas jika perlu
Fisiologis : HE :
- Wajah tegang - Buat rencana penyuluhan dengan
- Tremor tangan tujuan yang realities, termasuk
- Peningkatan keringat kebutuhan untuk pengulangan,
- Peningkatan ketegangan dukungan, dan pujian terhadap
- Gemetar tugas-tugas yang telah dipelajari
- Tremor - Informasikan tentang gejala
- Suara bergetar ansietas
- Ajarkan anggota keluarga
Simpatik : bagaimana membedakan antara
- Anoreksia serangan panic dan gejala penyakit
- Eksitansi kardiovaskuler fisik
- Diare
- Mulut kering
- Wajah merah
- Jantung berdebar-debar
- Peningkatan tekanan darah
- Peningkatan denyut nadi
- Peningkatan reflex
- Peningkatan frekuensi pernafasan
- Pupil melebar
- Kesulitan bernafas
- Vasokontriksi superficial
- Kedutan pada otot
- Lemah
Parasimpatik :
- Nyeri abdomen
- Penurunan tekanan darah
- Penurunan denyut nadi
- Diare
- Vertigo
- Letih
- Mual
- Gangguan tidur
- Kesemutan pada ekstremitas
- Sering berkemih
- Anyang-anyangan
- Dorongan segera berkemih
Kognitif :
- Menyadari gejala fisiologis
- Bloking pikiran
- Konfusi
- Penurunan lapang persepsi
- Kesulitan berkonsentrasi
- Penurunan kemampuan untuk
belajar
- Penurunan kemampuan untuk
mencegah masalah
- Ketakutan terhadap konsekuensi
yang tidak spesifik
- Lupa
- Gangguan perhatian
- Khawatir
- Melamun
- Cenderung menyalahkan orang lain
B. Saran
Diharapkan askep ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan
mahasiswa yang sedanga menempuh pendidikan dan bisa bermanfaat bagi
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Fever).http://www.jevuska.com/2008/05/10/demam-tifoid-typhoid-fever
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. FKUI: Media
Aesculapius.
patriani.blogspot.com/2008/07/typhoid-abdominalis.html
klaten.com/index.php?option=com_content&view=article&id=77:thypoid&catid=
38:ppni-ak-category&Itemid=66