You are on page 1of 34

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

JAGUNG MANIS (Zea may sacchatara STRURT)


DI DESA COT PEUTEK KECAMATAN KOTA JUANG
KABUPATEN BIREUEN

SKRIPSI

NURRAJIATI
Nim. 070103004

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ALMUSLIM
MATANG GEULUMPANG DUA, BIREUEN
2013
1

BAB. I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jagung manis mula-mula dikenal di Indonesia dalam kemasan

kaleng dari impor, sekitar tahun 1980-an barulah tanaman ini ditanam secara

komersial meskipun masih dalam skala usaha kecil. Setelah berkembangnya

toko-toko swalayan yang banyak menampung hasilnya, barulah Jagung

manis diusahakan secara meluas (Anonymous, 2002).

Menurut Koswara (1986), sifat manis pada Jagung manis ini

disebabkan oleh adanya gen su-1 (sugari), bt-2 (britle) ataupun sh-2

(shrunken). Gen ini dapat mencegah pengubah gula menjadi zat pati pada

endosperm, sehingga jumlah gula yang ada kira-kira dua kali lebih banyak

di bandingkan Jagung manis biasa. Jagung manis berumur lebih genjah dan

memiliki 2 atau 3 pasang daun yang tumbuh di sisi kiri dan kanan.

Sebenarnya, daun ini merupakan perpanjangan kelobot (kulit buah).Tongkol

umumnya sudah siap di panen ketika tanaman berumur antara 60-70

hari.Varietas unggul mempunyai sifat: berproduksi tinggi, umur pendek,

tahan serangan penyakit utama dan sifat-sifat lain yang menguntungkan.

Varietas unggul ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:Jagung manis

hibrida dan varietas Jagung manis bersari bebas.Nama beberapa varietas

Jagung manis yang dikenal antara lain: Abimanyu, Arjuna, Bromo, Bastar

Kuning, Bima, Genjah Kertas, Harapan, Harapan Baru, Hibrida C 1

1
2

(Hibrida Cargil 1), Hibrida IPB 4, Kalingga, Kania Putih, Malin, Metro,

Nakula, Pandu, Permadi, Sadewa, Wiyasa, Bogor Composite-2.

Pendapatan adalah seluruh penerimaan baik berupa uang atau barang

dari hasil usaha atau produksi.Sementara pendapatan rumah tangga dapat

diartikan sebagai jumlah keseluruhan dari pendapatan formal, informal dan

subsistem.Pendapatan formal adalah penghasilan yang diperoleh melalui

pekerjaan pokok dan pendapatan subsistem adalah penghasilan yang

diperoleh dari faktor produksi yang dinilai dengan uang.

Pendapatan petani Jagung manis dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain pupuk, produksi, harga dan luas lahan. Pupuk yang sesuai dosis,

harga yang tidak stabil, dapat mempengaruhi pendapatan petani Jagung

manis.

Sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan pasar yang

meningkat, maka timbul berbagai permasalahan dalam pengembangan

Jagung manis. Berkurangnya lahan karena digunakan untuk kepentingan

lain bila kurangnya biaya untuk perkembangan usaha Jagung manis yang

lebih meluas. Untuk mengatasi permasalahan diatas dibutuhkan teknologi.

Teknologi tersebut haruslah mempunyai kemampuan dalam meningkatkan

produktifitas (minimal produksinya sama dengan teknologi sekarang).

Hemat tenaga kerja, hemat waktu, dan hemat biaya penanaman Jagung

manis. Dengan demikian peneliti ingin melihat bagaimana “Teknik

budidaya dan analisis pendapatan petani Jagung manis di Desa Cot Peutek

Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen”.


3

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pendapatan yang diperoleh

petani pada usaha tani Jagung manis di Desa Cot Peutek Kecamatan Kota

Juang Kabupaten Bireuen.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisispendapatan dan

biaya pada usahatani Jagung manis di Desa Cot Peutek Kecamatan Kota

Juang Kabupaten Bireuen.


4

BAB. II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teoritis

2.1.1. Konsep Pendapatan

Tujuan akhir dari suatu usaha adalah untuk memperoleh

pendapatan.Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan yang

diperoleh dalam suatu kegiatan produksi dengan biaya yang dikeluarkan

untuk kegiatan tersebut.Pendapatan menunjukkan seluruh uang yang

diterima dan dimaksudkan untuk konsumsi dalam memenuhi biaya hidup

(Sukirno, 2005).

Pendapatan adalah jumlah semua penghasilan yang diperoleh

seseorang dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan.

Sedangkan ahli lain menyatakan bahwa pendapatan dapat diartikan sebagai

seluruh penerimaan baik yang berupa uang maupun berupa barang, baik

dari pihak lain maupun hasil kerja sendiri dengan menilai jumlah uang

yang didasarkan pada harga yang berlaku (Baridwan, 2003).

Pendapatan bersih atau keuntungan usaha yaitu pendapatan yang

diterima oleh petani sesudah dikurangi dengan biaya produksi atau hasil

kali produksi dengan harga jual dikurangi dengan total biaya. Harga yang

lebih rendah menghasilkan pendapatan yang lebih kecil untuk setiap unit

yang terjual, tetapi biasanya mengakibatkan kuantitas penjualan

meningkat, pengaruh sebaliknya akan terjadi apabila harga naik. Jadi dapat

4
5

diartikan bahwa semakin tinggi harga jual maka semakin tinggi pula nilai

hasil produksi yang berpengaruh pada peningkatan pendapatan bersih

(keuntungan) yang diterima oleh pengusaha.

Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis

(efisiensi teknis) kalau faktor produksi yang dipakai menghasilkan

produksi yang maksimum. Dikatakan efisiensi harga atau efisiensi alokatif

kalau nilai dari produk marginal sama dengan harga faktor produksi yang

bersangkutan dan dikatakan efisiensi teknis dan sekaligus juga mencapai

efisiensi harga (Soekartawi, 2005).

Pendapatan adalah jumlah seluruh uang yang diterima oleh

seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu.Pendapatan

terdiri dari upah/ penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan

seperti sewa, bunga serta pembayaran transfer/ penerimaan dari

pemerintah seperti tunjangan sosial/ asuransi (Samuelson, 2002).

Hakikatnya tujuan dari usahatani adalah berusaha mencapai

produksi yang tinggi dan pendapatan yang lebih baik.Secara umum

pendapatan merupakan balas jasa yang diterima oleh pemilik faktor-faktor

produksi (Partadiredja, 1999).

Menurut Daniel (2002), sistem usahatani mengandung pengertian

pola pelaksanaan usahatani masyarakat yang berkaitan dengan tujuannya.

Secara umum, tujuan utama pertanian atau usahatani yang diterapkan

sebagian besar petani kita adalah untuk memenuhi kebutuhan keluarga

(pola subsistem).Hal ini berarti belum sepenuhnya bertujuan untuk dijual


6

ke pasar (Market Oriented) seperti halnya dinegara-negara yang telah

maju.

Tohir (2002), menyatakan arti dari ilmu pengelolaan usahatani :

1. Ilmu pengelolaan usahatani mempelajari aspek-aspek sosila ekonomi

dari usahatani dan sudut pribadi dapat merupakan landasan kuat di

penyusunan ilmu ekonomi pertanian yang umum sifatnya. Tanpa

memperhatikan dalil-dalil yang berlaku bagi usahatani, ilmu ekonomi

pertanian sedikit banyak kurang lengkap.

2. Ilmu pengelolaan usahatani merupakan salah satu landasan yang kuat

dan riil bagi penetuan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang

pertanian, diantaranya penentuan harga produk pertanian, sewa tanah,

perpajakan, perencanaan perairan, transmigrasi, pengerahan tenaga

kerja untuk kepentingan dan sebagainya.

3. Pegangan atau petunjuk bagi mereka yang merasa terpanggil atau

berkewajiban membimbing perkembangan usahatani, sebabnya tidak

lain, karena perbaikan teknis saja tidak akan mendatangkan kemajuan

usahatani secara tepat dan cepat.

4. Pegangan bagi petani sendiri yang lazimnya kurang paham tentang

pengelolaan usahatani secara tepat.

Dalam kegiatan usahatani, analisis usaha diperlukan untuk

kepentingan pengelolaan yang menyangkut dana dan hasil yang diperoleh.

Dengan analisis usaha dapat dilihat kelayakan usaha baik dari besarnya
7

biaya yang sudah dikeluarkan serta prakiraan Pendapatan yang akan

didapat dari investasi yang sudah dijalankan. Analisis usaha juga berguna

sebagai pertimbangan apakah pelaksanaan usahatani dalam hal ini usaha

perkebunan sudah dijalankan dengan baik dan benar (Nazaruddin dan

Paimin, 2002).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan yaitu:

1. Sarana Produksi.

Sarana produksi pertanian sebagaimana dimaksud dalam teknik

budidaya pertanian paling sedikit terdiri dari benih/bibit, pupuk dan

pestisida (insektisda, fungisida dan herbisida) serta zat pengatur tumbuh

(ZPT) yang sesuai dengan standard dan mutu ditambah dengan

penggunaan alat dan mesin pertanian sesuai dengan kondisi spesifik

lokasi.

Penggunaan sarana produksi yang efesien sesuai dengan

kebutuhan tanaman secara tepat waktu, tepat dosis, dan tepat cara dalam

pemanfaatan sarana produksi memungkinkan terjadinya peningkatan

produksi yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan atau

Pendapatan bagi pelaku usahatani.

2. Produksi

Kata produksi bila diterjemahkan dalam bahasa Inggris adalah

produce yang berarti menghasilkan. Produksi dapat diartikan sebagai

suatu kegiatan untuk menghasilkan sesuatu.Sesuatu disini bisa berupa


8

barang atau jasa.Selain itu produksi juga bisa diartikan dengan kegiatan

untuk menghasilkan sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada

(Anonymous, 2008).

3. Harga

Harga adalah suatu nilai tukar dari produk barang maupun jasa

yang dinyatakan dalam satuan moneter.Harga merupakan salah satu

penentu keberhasilan suatu perusahaan karena harga mentukan seberapa

besar Pendapatan yang diperoleh perusahaan dari penjualan produknya

baik berupa barang maupun jasa. Menetapkan harga terlalu tinggi akan

menyebabkan penjualan akan menurun, namun jika harga terlalu rendah

akan mengurangi pendapatan yang dapat diperoleh organisasi

perusahaan (Anonymous, 2008).

4. Luas Lahan

Lahan merupakan sebidang tanah dimana didalamnya dilakukan

bercocok tanam, memelihara ternak, dengan tujuan untuk mendapatkan

hasil produksi dari kegiatan tersebut. Jadi, jelas bahwa semakin luas

lahan yang dimiliki, akan semakin besar usahatani tersebut dalam

pengelolaan lahan yang dimiliki, dan begitu juga sebaliknya dengan

usaha tani yang sempit akan membatasi pada rencana yang lebih

matang (Hernanto, 1993).

2.1.2. Konsep Usahatani

Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani

mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal,


9

teknologi, pupuk, benih, dan pestisida) dengan efektif, efisien dan kontinu

untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan

usahataninya meningkat (Hastuti et al, 2007).

Mubyarto (1989) menyebutkan bahwa usahatani identik dengan

pertanian rakyat.Pertanian dalam arti sempit dirumuskan sebagai suatu

usaha pertanian yang dikelola oleh keluarga petani untuk memproduksi

bahan makanan utama seperti beras, palawija, dan hortikultura yang

ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sendiri.

Suatu usahatani dikatakan berhasil jika secara minimal dapat

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (Hadisapoetra, 1987) :

1. Usahatani harus dapat menghasilkan pendapatan untuk membayar

semua alat yang diperlukan.

2. Usahatani harus dapat menghasilkan pendapatan yang dapat

dipergunakan baik modal sendiri maupun modal yang dipinjam dari

pihak lain.

3. Usahatani harus membayar upah tenaga petani dan keluarga secara

layak.

4. Usahatani tersebut paling sedikit berada pada pihak semula.

5. Usahatani harus dapat membayar upah tenaga kerja petani sebagai

sumber manajer yang mengambil keputusan mengenai apa saja yang

akan dijalankan.
10

2.1.3. Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan nilai dari semua korbanan ekonomi

yang diperlukan dan dapat diukur ataupun diperkirakan untuk

menghasilkan suatu produk.Keberhasilan suatu usahatani dilihat dari

kemampuan member pendapatan yang tinggi.Pendapatan yang diterima

mampu untuk mencukupi keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam

usahatani minimal berada dalam keadaan yang lebih baik dari semula.

Menurut Herjanto (2001) biaya produksi adalah biaya yang

dikeluarkan petani dalam proses produksi. Suproyo (2002) menambahkan

biaya yang dikeluarkan dalam berusahatani meliputi :

1. Pengeluaran untuk input (bibit, pupuk, dan obat-obatan).

2. Pengeluaran untuk tenaga kerja luar keluarga.

3. Pengeluaran untuk pajak, sewa tanah dan bunga modal.

4. Penyusutan alat-alat.

Biaya produksi terdiri dari (Herjanto, 2002) :

1. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh besar

kecilnya produksi, misalnya biaya penyusutan alat, biaya sewa atas

pabrik dan peralatan yang disewa, pajak bumi dan bangunan, sewa

atas modal pinjaman dan lain-lain.

2. Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya dipengaruhi oleh besar

kecilnya produksi, misalnya biaya untuk pembelian bibit, upah tenaga

kerja baik tenaga kerja luar maupun tenaga dalam keluarga dan

sebagainya.
11

3. Biaya total adalah keseluruhan dari biaya-biaya yaitu biaya tetap dan

biaya variabel.

2.3.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis

yaitu usahatani Jagung manis di Desa Cot Peutek Kecamatan Kota Juang

Kabupaten Bireuen mampu memberikan pendapatan.


12

BAB. III
METODE PENELITIAN

3.1. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah petani jagung manis yang berada

di Gampong Cot PeutekKecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen.

Sedangkan ruang lingkup dalam penelitian ini terbatas pada tingkat analisis

pendapatan yang diperoleh petani jagung manisdi Gampong Cot Peutek

Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen.

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi adalah kumpulan dari seluruh elemen yang menjadi objek

penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang

membudidayakan jagung manis di Gampong Cot Peutek sebanyak 11 orang

yang sekaligus merupakan sampel untuk penelitian ini. Penelitian ini

merupakan penelitian sensus karena semua populasi dijadikan

sampel.Penentuan sampel dilakukan secara sengaja (purposive sampling),

jika dalam suatu penelitian mempunyai lebih dari seratus objek penelitian

maka mereka dapat diambil 20-30 % dari objek tersebut dijadikan sampel

sedangkan jika kurang dari 100 maka populasi seluruhnya menjadi sampel

penelitian tersebut(Arikunto 2003).

12
13

3.3. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis memilih beberapa teknik

pengumpulan data, adapaun teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Penelitian lapangan (Field Reasearch)

Field Research yaitu pengumpulan data melalui penelitian dan

pengamatan langsung ke lokasi objek penelitian. Dalam hal ini

pengumpulan data dilakukan dengan cara:

a. Mengadakan wawancara, yaitu suatu teknik pengumpulan data

dengan cara tanya jawab.

b. Mengadakan observasi, yaitu suatu teknik pengumpulan data

yang merupakan pengamatan langsung dalam kaitannya dengan

analisis pendapatan usahatani Jagung manis di Gampong Cot

PeutekKecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data-data yang

bersumber dari buku-buku atau tulisan, seperti : website, majalah,

brosur, dan artikel yang berhubungan dengan penulisan ini, serta

sumber yang ada relevansinya dengan analisis pendapatan usahatani

jagung manis di Gampong Cot Peutek Kecamatan Kota Juang

Kabupaten Bireuen.
14

3.4. Analisis Data

Data yang dikumpulkan dianalisis secara kuantitatif dengan metode

tabulasi data untuk pendugaan model fungsi pendapatan.

1. Pendapatan

µ = TR – TC

Biaya Total (Total Cost)/TC

TC = FC + VC

Total Penerimaan

TR= P x Q

Dalam menghitung besarnya pendapatan menurut Soekirno

dapat ditulis sebagai berikut:

Π = TR – TC …………………………………………(Soekirno, 1997)

Keterangan :

Π = Pendapatan

TR = Total Penerimaan (total revenue)

TC = Total biaya yang dikeluarkan (total cost)

Pendapatan yang diterima oleh petani dalam usahatani Jagung

manis dipengaruhi oleh besar kecilnya biaya yang dikeuarkan. Biaya


15

produksi ini meliputi biaya bibit, biaya penyusutan alat serta biaya-

biaya lainnya.

2. Break Event Point (Titik Balik Modal)

BEP adalah suatu kondisi yang menggambarkan bahwa hasil

usaha yang diperoleh sama dengan modal yang dikeluarkan.

a. BEP Volume Produksi

BEP volume produksi menggambarkan produksi minimal

yang harus dihasilkan agar usahatani tidak mengalami kerugian.

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 (𝑅𝑝)


𝐵𝐸𝑃 = 𝑅𝑝
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑃𝑒𝑡𝑎𝑛𝑖 (𝐾𝑔)

b. BEP Harga Produksi

Total Biaya Produksi (Rp)


BEP = Total Produksi (Rp)

c. Benefit Cost Ratio (Rasio Biaya dan Pendapatan)

B/C digunakan untuk mengukur analisis kelayakan

usahatani, yakni perbandingan antara permintaan kotor dengan total

biaya yang dikeluarkan.

Total Pendapatan (Rp)


B/C =
Total Biaya Produksi (Rp)
16

3.5. Batasan Variabel

Batasan variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Petani Jagung manis adalah petani yang membudidayakan tanaman

Jagung manis yang ada di Gampong Cot Peutek Kecamatan Kota

Juang.

2. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan total dan biaya-biaya yang

dikeluarkan selama proses produksi yang dihitung dari pengolahan

sampai dengan proses akhir, yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

3. Penerimaan adalah jumlah produksi yang dihasilkan dari usahatani

Jagung manis dikalikan dengan harga perkilo Jagung manis pada saat

dijual (Rp/Proses Produksi).

4. Biaya produksi adalah total biaya yang dikeluarkan petani Jagung

manis untuk menghasilkan Jagung manis (Rp).

5. Harga produksi adalah jumlah harga jual Jagung manis perkilogram

pada saat penelitian dilaksanakan (Rp).

6. Upah tenaga kerja adalah sejumlah uang yang dibayarkan kepada

tenaga kerja dalam proses produksi usahatani Jagung manis yang

dibayar sesuai dengan sistem upah yang berlaku ditempat penelitian

(Rp/TK).
17

BAB. IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum dan Karakteristik Petani Gampong Cot Peutek

Gampong Cot Peutek merupakan Gampong yang termasuk dalam

wilayah kecamatan Kota Juang, gampong ini terletak di daerah pinggir

perbukitan dengan jarak ke ibukota Kecamatan 8 Km sekaligus dengan

ibukota Kabupaten sejauh 8 Km dengan luas wilayah 208 Ha. Adapun

batas-batas Gampong Cot Peutek adalah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Gampong Cot Jeurat Kota Juang.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Gampong Gunci Kecamatan Juli.

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Gampong Uteun Bunta Peusangan.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Gampong Blang Tingkeum Kota

Juang.

Jumlah Dusun yang ada di Gampong Cot Peutek Kecamatan Kota Juang

sebanyak3 (tiga) Dusun, yaitu:

1. Dusun Kaye Puteh

2. Dusun Teungoh

3. Dusun Paloh Dama.

Secara umum kondisi fisik dasar dari Gampong Cot Peutek dapat

dilihat dari segi pemanfaatan lahan Gampong Cot Peutek dengan luas

17
18

lahannya 208 Ha. Dalam segi pemanfaatan lahan dikelompokkan kedalam

7 (tujuh) bagian yaitu:

1. Perumahan/Pemukiman Gampong : 12 Ha

2. Lahan Sawah : 4 Ha

3. Tanah Perkuburan : 1 Ha

4. Sarana Pendidikan : 3 Ha

5. Lahan Kosong : 15. Ha

6. Lahan Perkebunan : 173 Ha

Selanjutnya dilihat dari populasi penduduk Gampong Cot Peutek

pada akhir tahun 2012 mencapai 379 jiwa, dengan komposisi penduduk

laki-laki sejumlah 185 jiwa dan perempuan sejumlah 194 jiwa yang secara

keseluruhan mencakup dalam 99 Kepala Keluarga (KK) yang tersebar

dalam 3 (tiga) dusun.

Adapun Orbitrasi (Jarak Gampong dengan Pusat Kecamatan) adalah:

1. Jarak dari pusat Pemerintah Kecamatan : 8 Km

2. Lama tempuh Kecamatan : 20 Menit

3. Jarak dari ibukota Kabupaten Bireuen : 8 Km

4. Lama tempuh ke ibukota Kabupaten : 20 Menit

Sedangkan perkembangan penduduk pertahun adalah:

1. Tahun 2008 : 306 Jiwa

2. Tahun 2009 : 321 Jiwa

3. Tahun 2010 : 347 Jiwa

4. Tahun 2011 : 368 Jiwa


19

Gampong Cot Peutek merupakan Gampong yang berada di

perbukitan dan pegunungan dengan penduduknya mayoritas

berpenghasilan utama dari sektor pertanian dan perkebunan sehingga mata

pencaharian utama masyarakat Gampong Cot Peutek adalah petani,

pekebun dan sebagian kecil sekaligus sebagai peternak juga ada ada

beberapa masyarakat yang bekerja sebagai PNS, Swasta, Berdagang, dan

lain-lain. Budaya masyarakat dalam bergotong royong juga masih sangat

kental dibandingakn dengan gampong-gampong di ibu kota kabupaten

lainya.

Karakteristik petani adalah gambaran umum petani yang ada di

daerah penelitian dilakukan. Karakteristik meliputi umur, pendidikan,

jumlah tanggungan dan pengalaman dalam mengelola usahatani Jagung

manis khususnya. Karakteristik ini merupakan gambaran umum sampel

yang diambil oleh peneliti di Kecamatan Kota Juang khususnya Gampong

Cot Peutek.Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sukirno (2005),

umur merupakan hal yang paling erat kaitannya dengan kemampuan kerja

seseorang. Umur yang produktif akan lebih bersemangat dalam mengelola

usahataninya, dimana umur golongan produktif adalah penduduk yang

berusia 15 - 55 tahun.

Faktor pendidikan merupakan faktor penunjang keberhasilan petani

dalam mengelola usahataninya. Tingkat pendidikan yang tinggi dan searah

dengan usaha yang digeluti akan memudahkan bagi seseorang untuk

menerima penerapan pengetahuan teknologi yang menunjang usaha


20

pertanian. Pengetahuan juga akan membantu pelaku usahatani dalam

mengembangkan inovasi-inovasi baru dalam sektor pertanian.

Jumlah tanggungan keluarga berkaitan dengan biaya hidup dan

jumlah tenaga kerja, semakin banyak jumlah tanggungan maka akan

semakin tinggi biaya yang dikeluarkan untuk keperluan konsumtif. Akan

tetapi hal ini akan berimbang dengan ketersediaan tenaga kerja dalam

keluarga sehingga biaya atau upah yang dibayar untuk tenaga kerja lain

dapat diperkecil. Begitu juga halnya dalam pengalaman juga memberi

sumbangan penting terhadap keberhasilan usahatani.Dimana pengalaman

memiliki peran yang sangat kuat dalam hasil produksi, semakin lama

pengalamannya tentu petani tersebut telah banyak mengetahui cara-cara

berusahatani yang lebih baik.Adapun keadaan karakteristik petani sampel

di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 2. Karakteristik Pelaku Usahatani Jagung manis di Gampong Cot


PeutekKecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen
No. Uraian Satuan Rata-rata
1 Umur Tahun 45
2 Tingkat Pendidikan Tahun 9
3 Jumlah Tanggungan Orang 5
4 Pengalaman Tahun 4
Sumber: Data Primer (Diolah) 2013

Berdasarkan Tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata umur

petani Jagung manis adalah 35 tahun. Hal ini berarti petani Jagung manis

yang terdapat di daerah penelitian masih tergolong produktif. Menurut

Sukirno (2005), umur produktif di Negara berkembang berkisar antara 15-

59 tahun, berarti kemampuan kerja pada usia ini lebih baik dibandingkan
21

pada usia lanjut dan anak-anak, karena pada umumnya petani yang berusia

muda sehingga mempunyai kemampuan fisik yang kuat dan lebih cepat

mendapatkan pengalaman baru yang berharga bagi perkembangan hidup

dimasa yang akan datang.

Dilihat dari segi pendidikan, petani Jagung manis di daerah

penelitian masih tergolong rendah yaitu rata-rata tingkat SD. Dengan

tingkat pendidikan yang telah ditempuh petani Jagung manis masih

dikategorikan kurang wawasan tentang kemajuan teknologi pertanian yang

semakin maju. Disamping tingkat pendidikan, pengalaman kerja para

pelaku usahatani juga berperan penting. Pada Tabel 2, terlihat pengalaman

kerja para pelaku usahatani Jagung manis rata-rata 4 tahun. Hal ini

menunjukkan bahwa petani Jagung manis di Gampong Cot Putek sudah

cukup berpengalaman dalam mengelola usahataninya.

Bila dilihat dari jumlah tanggungan, rata-rata jumlah tanggungan

petani Jagung manis yang menjadi sampel di daerah penelitian sebanyak 5

orang per Kepala keluarga (KK). Hal ini menjadi beban bila dilihat dari

segi konsumsi, namun dilihat dari segi tenaga kerja jumlah tanggungan

merupakan aset dalam membantu usahatani yang digeluti oleh kepala

kelurga.

4.1.2. Luas Lahan Garapan

Luaslahangarapanyang dimaksud dalam penelitian ini adalah lahan

yang diusahakan oleh petani sebagai tempat menanam Jagung manis. Luas
22

lahan garapan merupakan faktor produksi penting dalam meningkatkan

produksi yang dapat mempengaruhi pendapatan dan pendapatan yang

diterima oleh petani dan status lahan yang digarap oleh pelaku usahatani

Jagung manis adalah lahan milik sendiri.

Tabel 3. Rata-rata Luas Lahan Petani Jagung manis di Gampong Cot


PeutekKecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen
No. Nama Pemilik Lahan Tempat Tinggal Luas Lahan (M2)
1 M. Yusuf Ahmat Cot Peutek 6.600
2 Zulkifli Badai Cot Peutek 5.600
3 M. Ahmad Ibrahim Cot Peutek 7.800
4 M. Yassar Umar Cot Peutek 5.100
5 Marzuki Ishak Cot Peutek 5.200
6 Sulaiman Ismail Cot Peutek 2.900
7 Jailani Nurdin Cot Peutek 5.000
8 Syamsuddin Harun Cot Peutek 4.800
9 Mustafa Ismail Cot Peutek 7.000
10 Ibrahim Hamzah Cot Peutek 2.800
11 Mustafa Yusuf Cot Peutek 2.900
Jumlah 55.700
Rata-rata 5.000
Sumber: Data Primer (Diolah), 2013

Berdasarkan Tabel 3 diatas, menunjukkan bahwa petani yang

melakukan usahatani Jagung manis rata-rata luas lahan garapan yang

dimiliki di daerah penelitian adalah 0,5 Ha. Hal demikian berarti lahan

yang dimiliki petani Jagung manis di Gampong Cot Peutek Kecamatan

Kota Juang Kabupaten Bireuen masih tergolong kategori sedang, seperti

yang dikemukakan oleh Hernanto (1999), luas lahan garapan lebih dari 2

Ha tergolong dalam bentuk luas, 0.5 - 2 Ha termasuk golongan sedang,

sedangkan kurang dari 0,5 Ha tergolong sempit atau tidak luas.


23

4.2. Analisis Biaya

Biaya produksi mempunyai peranan penting dalam pengambilan

keputusan berproduksi, dimana biaya produksi merupakan modal yang

harus dimiliki petani dalam melaksanakan produksinya.Biaya produksi

adalah semua pengeluaran yang dinyatakan dalam nilai uang yang

diperlukan untuk menghasilkan suatu jumlah usahatani tertentu. Nilai uang

tersebut dihitung dari mulai proses produksi berjalan sampai sejumlah panen

tersebut dihasilkan. Biaya produksi dalam penelitian ini terdiri dari biaya

tetap (fixedcost) dan biaya tidak tetap (variabelcost).

4.2.1. BiayaTetap (FC)

Biaya tetap adalah seluruh biaya yang tidak habis dipakai dalam

satu kali proses produksi. Biaya tetap meliputi biaya untuk membeli

peralatan pertanian. Adapun rincian biaya tetap yang dikeluarkan oleh

petani Jagung manis di Gampong Cot PeutekKecamatan Kota Juang

Kabupaten Bireuen dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.


24

Tabel 4. Rata-rata Biaya Tetap untuk 0,5 Ha Lahan Jagung manis di


Gampong Cot PeutekKecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen
Usia
Harga Total Total Biaya
Jumlah Eko-
No. Nama Alat Beli Harga Penyusutan
(Unit) nomis
(Rp/Unit) Beli(Rp) (Rp/MT)
(Tahun)
A. BIAYA TETAP
1. Cangkul 1,82 60.000 109.091 2 13.636,36
2. Parang 1,18 50.000 59.091 2 7.386,36
3. Hand Sprayer 1,00 400.000 400.000 2 50.000,00
4. Kereta Dorong 1,00 500.000 500.000 2 62.500,00
5. Garu 1,00 40.000 40.000 1 10.000,00
6. Timba 1,09 20.000 21.818 1 5.454,55
7. Gembor 1,27 60.000 76.364 1 19.090,91
8. Karung 11,45 5.000 57.273 1 14.318,18
Jumlah 1.135.000 1.263.636 182.386
Sumber: Data Primer (Diolah), 2013

Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah biaya

yang paling banyak dikeluarkan untuk penggunaan peralatan yaitu untuk

pembelian kereta sorong sebesar Rp. 500.000,-sedangkan biaya yang

paling sedikit dikeluarkan yaitu untuk pembelian timba sebesar Rp.

21.818,-. Nilai penyusutan pada penggunaan peralatan terbesar yaitu

pembelian Kereta sorong sebesar Rp. 62.500,00,- permusim tanam.

Sedangkan nilai penyusutan terendah terjadi pada penggunaan peralatan

timba yaitu sebesar Rp 5.454,55,- permusim tanam. Secara keseluruhan

rata-rata jumlah biaya yang dikelurkan untuk penggunaan peralatan yaitu

sebesar Rp 1.263.636, sedangkan untuk nilai penyusutan secara

keseluruhan yaitu sebesar Rp. 182.386., per musim tanam, sedangkan

Sewa lahan rata-rata sebesar Rp.250.454,55,-.

4.2.2. Biaya Tidak Tetap (VC)


25

Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh

jumlah produksi dan sifatnya dipakai dalam satu kali proses produksi.

Biaya variabel meliputi biaya untuk membeli pupuk, tenaga kerja, dan

bibit. Dimana pada penelitian ini rata-rata biaya tenaga kerja yang

dikeluarkan selama melakukan proses produksi yaitu sebesar Rp

1.945.454,55, selanjutnya biaya sarana produksi sebesar Rp 2.605.772,73,

Adapun rincian rata-rata biaya yang dikeluarkan petani Jagung

manis di Gampong Cot PeutekKecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen

dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5.Rata-Rata Biaya Tidak Tetap Untuk 5.000 m2 Lahan Jagung


manis di Gampong Cot PeutekKecamatan Kota Juang
Kabupaten Bireuen
No. Uraian Jumlah Satuan Jumlah Harga
A. Tenaga Kerja 38,91 HKP 1.945.454,55
B. Sarana Produksi
a. Benih 4,01 Kg 801,545,55
b. Insektisida 2,82 Liter 493.181,82
c. Fungisida 2,82 Kg 472.727,27
d. Pupuk Urea 125,00 Kg 312.500,00
e. Pupuk NPK 164,55 Kg 575.909,09
Jumlah 2.605.772,73
Jumlah A+B 4.551.227,27
Sumber: Data Primer (Diolah),2013

4.2.3. Biaya Total

Biaya total merupakan semua biaya yang dikeluarkan untuk

produksi Jagung manis. Jadi total biaya produksi adalah penjumlahan dari

total biaya tetap dan biaya tidak tetap. Total biaya produksi Jagung manis

di Gampong Cot PeutekKecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen dengan

luas tanam 5.000 m2 yaitu sebesar Rp 432.840,91, sedangkan biaya tidak


26

tetap sebesar Rp. 4.551.227,27dilain pihak bunga modal senilai Rp.

149.522,73. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6 total biaya produksi yang

diamati selama 3 bulan, untuk sekali panen.

Tabel 6. Rata-Rata Total Biaya Produksi Untuk 5.000 m2 Lahan Jagung


Manis di Gampong Cot PeutekKecamatan Kota Juang
Kabupaten Bireuen
No. Rata-rata Biaya Produksi Nilai (Rp)
1. Biaya Tetap 432.840,91
2. Biaya Tidak Tetap 4.551.227,27
3. Bunga Modal (12%/ Tahun) 149.522,05
Total Biaya 5.133.590,23
Sumber: Data Primer (Diolah), 2013

4.3. Produksi Usahatani Jagung manis

Produksi Jagung manis setiap periode panen bisa berubah-ubah, hal ini

tergantung pada tingkat kesuburan tanah dan curah hujan pada musim

tanam serta ada tidaknya serangan hama dan penyakit. Pada umumnya

produksi Jagung manis di desa Cot Peutek rata-rata mencapai9.045

Tongkol per 5.000 Meter hal ini juga dipengaruhi oleh jenis benih yang

digunakan serta jumlah pupuk yang diberikan selama penanaman Jagung

manis. Perkembangan terakhir akibat banyaknya kebutuhan Jagung manis

di pasar lokal dan luar kabupaten maka tingkat harga jual Jagung manis

cukup meningkat sehingga sangat memberi motivasi petani untk serius

menanam Jagung maniskarena menguntungkan petani.

4.4. Pendapatan Usahatani Jagung manis


27

Penerimaan merupakan satu komponen yang menetukan tingkat

pendapatan. Penerimaan pada usahatani Jagung manis yang dimaksudkan

adalah jumlah produksi Jagung manis rata-rata 9.045 tongkol/5.000m2

atau 18.090 tongkol/hektar dikalikan dengan harga jual Jagung manis

sebesar Rp 1.200/tongkol. Adapun rata-rata pendapatan yang diperoleh

petani Jagung manis di Gampong Cot Peutek satu kali panen selama 3

bulan dapat dilihat pada Tabel 7 berikut.

Tabel 7. Rata-Rata Pendapatan Usahatani Jagung manis Untuk 5.000 m2


Luas Tanam Di Gampong Cot PeutekKecamatan Kota Juang
Kabupaten Bireuen
No. Uraian Jumlah/ Satuan
1. Total Produksi (5.000 m2) 9.045 tongkol
2. Harga Jual Rp. 1.200
Total Pendapatan 10.854.545,44
Sumber: Data Primer (Diolah), 2013

4.5. Analisis Pendapatan Usahatani Jagung Manis

Keberhasilan dari suatu usahatani dapat dilihat dari pendapatan

yang diterima oleh petani.Pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan

yang diperoleh dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya

produksi. pada penelitian ini pendapatan yang diteliti adalah rata-rata

pendapatan yang diterima petani dalam usahatani Jagung manis selama

satu kali panen dengan luas tanam 5.000 m2 di Gampong Cot

PeutekKecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen.

Tabel 8. Rata-Rata Pendapatan Usahatani Jagung manis Untuk 5.000 m2


Luas Tanam di Gampong Cot PeutekKecamatan Kota Juang
Kabupaten Bireuen
28

No. Uraian Nilai


1. Rata-Rata Total Produksi = 9.045 tongkol
2. Penerimaan Rp. 10.854.545,44
3. Rata-Rata Biaya Produksi RP. 5.133.590,23
4. Rata-Rata Pendapatan Rp. 5.720.955,21
Sumber: Data Primer (Diolah), 2013

Berdasarkan Tabel 8, memperlihatkan bahwa rata-rata pendapatan

yang diperoleh petani dalam usahatani Jagung manis selama 3 bulan untuk

5.000 m2 luas tanam yaitu sebesar Rp 5.720.955,21. Hal ini dikarenakan

lebih besarnya penerimaan daripada biaya yang dikeluarkan dalam

usahatani Jagung manis, sehingga pada akhirnya mempengaruhi besar

kecilnya pendapatanatau pendapatan yang diperoleh petani dalam sekali

panen. Adapun rata rata rincian pengeluaran biaya produksi dan

pendapatan usaha tani Jagung manis di Cot Peutek Kecamatan Kota Juang

Kabupaten Bireuen adalah sebagai berikut :

2. Biaya Total (Total Cost)/TC

TC = FC + VC

= Rp.432.840,91 + (Rp 4.551.227,27 + Rp. 149.522,05)

=Rp. 5.133.590,23

3. Total Penerimaan

TR= P x Q

= Rp. 1.200x 9.045 tongkol

= Rp. 10.854.545,44

4. Pendapatan
29

µ = TR – TC

= Rp. 10.854.545,44 – RP. 5.133.590,23

= Rp. 5.720.955,21

1. Break Event Point (Titik Balik Modal)

a. BEP Volume Produksi

BEP volume produksi menggambarkan produksi

minimal yang harus dihasilkan agar usahatani tidak mengalami

kerugian.

Total Biaya Produksi (Rp.)


BEP =
Harga ditingkat Petani (Rp/tongkol)

5.133.590,23
BEP =
1.200

BEP = 4.278 Tongkol

Titik balik modal tercapai jika produksi jangung manis

mencapai 4.278 tongkol. Hasil ini menunjukkan bahwa pada

saat diperoleh produksi jagung manis sebanyak 4.278 tongkol,

usahatani ini tidak mengalami pendapatan dan kerugian.

d. BEP Harga Produksi

Total Biaya Produksi (Rp.)


BEP =
Total Produksi (Tongkol)

5.133.590,23
BEP =
9.045 tongkol
30

BEP = Rp. 567,56

Titik balik modal tercapai jika harga jual jagung manis

sebesar Rp. 567,56 per tongkol. Hasil ini menunjukkan bahwa

pada saat harga jangung ditingkat petani sebesar 567,56

usahatani ini tidak mengalami pendapatan dan kerugian.

e. Benefit Cost Ratio (Rasio Biaya dan Pendapatan)

B/C digunakan untuk mengukur analisis kelayakan

usahatani, yakni perbandingan antara permintaan kotor dengan

total biaya yang dikeluarkan.

Total Pendapatan (Rp.)


B/C =
Total Biaya Produksi (Rp.)

10.854.545,44
B/C =
5.133.590,23

B/C = 2,13

BAB. V
KESIMPULAN DAN SARAN
31

1.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil suatu

kesimpulan bahwa:

1. Rata-rata total biaya produksi jagung manis di Desa Cot Peutek

Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen adalah sebesar

Rp.5.133.590,23dan nilai produksi sebesar Rp.10.854.545,44, untuk

lahan seluas rata-rata 5.000 m2.

2. Rata-rata Jumlah pendapatan dari usahatani Jagung manis di Desa Cot

Peutek Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen sebesar

Rp.5.720.955,21, Dengan BEP Volume sekitar 4.278 tongkol, BEP

Harga pada Rp. 567,56/tongkol dan B/C Rasio 2,13 menunjukkan

usahatani Jagung manis tersebut telah sangat efisien dan layak di

budidayakan.

1.2. Saran

1. Disarankan kepada petani Jagung manis di Kecamatan Kota Juang

khususnya untuk tetap dipertahankan, hal ini dikarenakan pendapatan

yang diperoleh petani setiap kali panen masih bernilai positif.

2. Perlunya pembinaan kepada petani Jagung manis untuk dapat lebih

meningkatkan lagi produksinya dan meningkatkan harga sehingga dapat

meningkatkan pendapatan.
32

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2002. Sweet Corn. Eaby Corn. Penebar Swadaya. Jakarta.


__________. 2008. Definisi/Pengertian Harga, Tujuan dan Metode Pendekatan
Penetapan harga–Manajemen Pemasaran. 2008. http://organisasi.org/
definisi-pengertian-harga-tujuan-metode-pendekatan-penetapan-harga-
manajemen-pemasaran.13 Desember 2011.
Baridwan, Z. 1993 dalam Sumarni (2008).Sistem Akuntansi Penyusunan Prosedur
dan Metode, Edisi 3.Raja Grafindo Persada.Yogyakarta.
Hadisapoetra, 1987 dalam Utami F. 2004.Skripsi.Studi Ekonomi dan Sistem
Pemasaran Kentang di kecamatan Sembalun kabupaten Lombok Timur.
Fakultas Pertanian. Universitas Mataram.
Hastuti D.R. dan Rahim A. 2007 dalam Downey dan Erickson.1992. Manajemen
Agribisnis (edisi kedua). (terjemahan: Alfonsus Sirait). Erlanga. Jakarta.
Herjanto, E. 2001 dalam Puspitadewi W. 2008.Skripsi.Analisis Usahatani dan
Pemasaran Jamur Tiram di Pulau Lombok. Fakultas Pertanian.
Universitas Mataram.
Hernanto, E. 1993.Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kartasapoetra,G,dkk. 2006. Marketing ProdukPertanian Industri yang diterapkan
di Indonesia. PT.Bima Karta. Jakarta.
Mubyarto, 1989 dalam Puspita Dewi W. 2008.Skripsi.Analisis Ushatani dan
Pemasaran Jamur Tiram di Pulau Lombok. Fakultas Pertanian.
Universitas Mataram.
Samuelson. 2002. Mikro Ekonomi. Erlangga. Jakarta.
Soekartawi.2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi.Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Suproyono, 2002 dalam Puspita Dewi, W. 2008.Skripsi.Analisis Ushatani dan
Pemasaran Jamur Tiram di Pulau Lombok.Fakultas Pertanian. Universitas
Mataram.
33

You might also like