Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang
beratmemperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan
dengan cederaoleh sebab lain .Biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk
penanganannnya. Penyebab luka bakar selain karena api (secara langsung ataupun tidak
langsung), juga karena pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia.
Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api (misalnya tersiram panas)
banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.(Sjamsuhidajat, 2005
menurut (sumber) kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika
Serikat setiap tahunnya. Dari kelompok ini 200 ribu pasien memerlukan penanganan
rawat jalan dan 100 ribu pasien dirawat di rumah sakit. Setiap tahunnya Sekitar 12 ribu
orang meninggal akibat luka bakar dan cedera inhalasi.
Di indonesia .......(sumber)
Luka bakar adalah.....
perawat dapat memainkan peranan yang aktif dalam penanganan untuk mencegah
kematian pasien dengan luka bakar. Penangannan yang cepat dan tepat serta asuhan
keperawatan yang profesional akan mendukung keselamatan pasien dengan luka bakar.
Asuhan keperawatan komprehensif harus di terapkan ........
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas dapat di tarik sebuah permasalahan “bagaimana
penerapan asuhan keperawatan kegawat daruratan pada pasien dengan combustio (luka
bakar)? ”
C. TUJUAN PENULISAN
1) Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien dengan
diagnosa combustio atau luka bakar
BAB II
LANDASAN TEORI
10 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai
muka, tangan, kaki, dan perineum.
b) Luka bakar sedang (moderate burn)
Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka
bakar derajat III kurang dari 10 %
Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau
dewasa > 40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa
yang tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.
c) Luka bakar berat (major burn)
Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di
atas usia 50 tahun
Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada
butir pertama
Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum
Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa
memperhitungkan luas luka bakar
Luka bakar listrik tegangan tinggi
Disertai trauma lainnya
Pasien-pasien dengan resiko tinggi.
11 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami memiliki
kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung meleleh
atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan berupa cedera kontak.
b) Benda panas (kontak)
Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas. Luka bakar yang
dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak. Contohnya
antara lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti solder besi
atau peralatan masak.
3. Uap panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator
mobil. Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi
dari uap serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap
panas dapat menyebabkan cedera hingga ke saluran napas distal di paru.
4. Gas panas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan
oklusi jalan nafas akibat edema.
5. Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh.
Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang menyebabkan
percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar tambahan.
12 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
6. Zat kimia (asam atau basa)
7. Radiasi
8. Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.
13 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat.
Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap
pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran
darah sehingga terjadi iskemia. Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen.
Volume darah yang beredar akan menurun secara dramatis pada saat terjadi syok
luka bakar. Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24 jam sebelum luka bakar
ditutup. Selama syok luka bakar, respon luka bakar respon kadar natrium serum terhadap
resusitasi cairan bervariasi. Biasanya hipnatremia terjadi segera setelah terjadinya luka
bakar, hiperkalemia akan dijumpai sebagai akibat destruksi sel massif. Hipokalemia dapat
terhadi kemudian dengan berpeindahnya cairan dan tidak memadainya asupan cairan.
Selain itu juga terjadi anemia akibat kerusakan sel darah merah mengakibatkan nilai
hematokrit meninggi karena kehilangan plasma. Abnormalitas koagulasi yang mencakup
trombositopenia dan masa pembekuan serta waktu protrombin memanjang juga ditemui
pada kasus luka bakar.
Kasus luka bakar dapat dijumpai hipoksia. Pada luka bakar berat, konsumsi oksigen
oleh jaringan meningkat 2 kali lipat sebagai akibat hipermetabolisme dan respon lokal.
Fungsi renal dapat berubah sebagai akibat dari berkurangnya volume darah. Destruksi
sel-sel darah merah pada lokasi cidera akan menghasilkan hemoglobin bebas dalam urin.
Bila aliran darah lewat tubulus renal tidak memadai, hemoglobin dan mioglobin
menyumbat tubulus renal sehingga timbul nekrosis akut tubuler dan gagal ginjal.
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor inflamasi
yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen serum, gangguan fungsi
neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien luka bakar bereisiko tinggi untuk
mengalmai sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan ketidakmampuan pengaturan suhunya.
Beberapa jam pertama pasca luka bakar menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada
jam-jam berikutnya menyebabkan hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme
Pathway
14 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
F. MANIFESTASI KLINIS LUKA BAKAR
15 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
Bakar
Derajat Satu Epidermis Kesemutan, Memerah, Kesembuhan
(Superfisial): hiperestesia menjadi putih lengkap dalam
tersengat matahari, (supersensivitas), rasa ketika ditekan waktu satu minggu,
terkena api dengan nyeri mereda jika minimal atau terjadi pengelupasan
intensitas rendah didinginkan tanpa edema kulit
Derajat Dua Epidermis dan Nyeri, hiperestesia, Melepuh, dasar Kesembuhan dalam
(Partial- bagian dermis sensitif terhadap udara luka berbintik- waktu 2-3 minggu,
Thickness): tersiram yang dingin bintik merah, pembentukan parut
air mendidih, epidermis retak, dan depigmentasi,
terbakar oleh nyala permukaan luka infeksi dapat
api basah, terdapat mengubahnya
edema menjadi derajat-tiga
Derajat Tiga (Full- Epidermis, Tidak terasa nyeri, Kering, luka Pembentukan eskar,
Thickness): terbakar keseluruhan syok, hematuria bakar berwarna diperlukan
nyala api, terkena dermis dan (adanya darah dalam putih seperti pencangkokan,
cairan mendidih kadang-kadang urin) dan bahan kulit atau pembentukan parut
dalam waktu yang jaringan kemungkinan pula gosong, kulit dan hilangnya
lama, tersengat arus subkutan hemolisis (destruksi retak dengan kontur serta fungsi
listrik sel darah merah), bagian lemak kulit, hilangnya jari
kemungkinan terdapat yang tampak, tangan atau
luka masuk dan keluar terdapat edema ekstrenitas dapat
(pada luka bakar terjadi
listrik)
2. Fase proliferasi
Fase proliferasi disebut fase fibroplasia karena yang terjadi proses
proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung sampai minggu ketiga. Pada fase
proliferasi luka dipenuhi sel radang, fibroplasia dan kolagen, membentuk jaringan
16 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
berwarna kemerahan dengan permukaan berbenjol halus yang disebut granulasi.
Epitel tepi luka yang terdiri dari sel basal terlepas dari dasar dan mengisi
permukaan luka, tempatnya diisi sel baru dari proses mitosis, proses migrasi
terjadi ke arah yang lebih rendah atau datar. Proses fibroplasia akan berhenti dan
mulailah proses pematangan.
3. Fase maturasi
Terjadi proses pematangan kolagen. Pada fase ini terjadi pula penurunan
aktivitas seluler dan vaskuler, berlangsung hingga 8 bulan sampai lebih dari 1
tahun dan berakhir jika sudah tidak ada tanda-tanda radang. Bentuk akhir dari fase
ini berupa jaringan parut yang berwarna pucat, tipis, lemas tanpa rasa nyeri atau
gatal.
17 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
2. Rumus 9 atau rule of nine untuk orang dewasa. Pada dewasa digunakan ‘rumus
9’, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, pinggang dan bokong,
ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan
kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%. Sisanya 1% adalah
daerah genitalia. Rumus ini membantu menaksir luasnya permukaan tubuh yang
terbakar pada orang dewasa.
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan
nama rule of nine atua rule of wallace yaitu:
a) Kepala dan leher : 9%
b) Lengan masing-masing 9% : 18%
c) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
d) Tungkai maisng-masing 18% : 36%
e) Genetalia/perineum : 1%
f) Total : 100%
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala
anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena
perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10
untuk bayi, dan rumus 10-15-20 untuk anak.
18 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
3. Metode Lund dan Browder
Metode yang diperkenalkan untuk kompensasi besarnya porsi massa tubuh
di kepala pada anak. Metode ini digunakan untuk estimasi besarnya luas
permukaan pada anak. Apabila tidak tersedia tabel tersebut, perkiraan luas
permukaan tubuh pada anak dapat menggunakan ‘Rumus 9’ dan disesuaikan
dengan usia:
Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap tungkai 14%. Torso
dan lengan persentasenya sama dengan dewasa.
Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0.5% untuk tiap tungkai
dan turunkan persentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai nilai dewasa.
19 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan integritas
kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam
kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema akan
bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh
darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah
sehingga terjadi iskemia.
3. Adult Respiratory Distress Syndrome
Akibat kegagalan respirasi terjadi jika derajat gangguan ventilasi dan
pertukaran gas sudah mengancam jiwa pasien.
20 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan
oleh panas terhadap pembuluh darah.
2. Leukosit
Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau
inflamasi.
3. GDA (Gas Darah Arteri)
Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi. Penurunan tekanan
oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2) mungkin
terlihat pada retensi karbon monoksida.
4. Elektrolit Serum
Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera jaringan
dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena
kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi
dapat terjadi bila mulai diuresis.
5. Natrium Urin
Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan , kurang
dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.
6. Alkali Fosfat
Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan interstisial atau
gangguan pompa, natrium.
7. Glukosa Serum
Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
8. Albumin Serum
Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan.
9. BUN atau Kreatinin
Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal, tetapi
kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
10. Loop aliran volume
Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau luasnya cedera.
11. EKG
21 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.
12. Fotografi luka bakar
Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.
22 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
Tindakan intubasi dikerjakan sebelum edema mukosa
menimbulkan manifestasi obstruksi. Tujuan intubasi
mempertahankan jalan nafas dan sebagai fasilitas pemelliharaan
jalan nafas.
Krikotiroidotomi
Bertujuan sama dengan intubasi hanya saja dianggap terlalu agresif
dan menimbulkan morbiditas lebih besar dibanding intubasi.
Krikotiroidotomi memperkecil dead space, memperbesar tidal
volume, lebih mudah mengerjakan bilasan bronkoalveolar dan
pasien dapat berbicara jika dibanding dengan intubasi.
23 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
b) Tatalaksana resusitasi cairan
Resusitasi cairan diberikan dengan tujuan preservasi perfusi yang
adekuat dan seimbang di seluruh pembuluh darah vaskular regional,
sehingga iskemia jaringan tidak terjadi pada setiap organ sistemik. Selain
itu cairan diberikan agar dapat meminimalisasi dan eliminasi cairan bebas
yang tidak diperlukan, optimalisasi status volume dan komposisi
intravaskular untuk menjamin survival/maksimal dari seluruh sel, serta
meminimalisasi respons inflamasi dan hipermetabolik dengan
menggunakan kelebihan dan keuntungan dari berbagai macam cairan
seperti kristaloid, hipertonik, koloid, dan sebagainya pada waktu yang
tepat. Dengan adanya resusitasi cairan yang tepat, kita dapat
mengupayakan stabilisasi pasien secepat mungkin kembali ke kondisi
fisiologik dalam persiapan menghadapi intervensi bedah seawal mungkin.
Resusitasi cairan dilakukan dengan memberikan cairan pengganti.
Ada beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini:
1) Cara Evans
a) Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24
jam
b) Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24
jam
c) 2.000 cc glukosa 5% per 24 jam
Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama.
Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari
kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada
hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
2) Cara Baxter
Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL
Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama.
Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua
24 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga
diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
c) Resusitasi nutrisi
Pada pasien luka bakar, pemberian nutrisi secara enteral sebaiknya
dilakukan sejak dini dan pasien tidak perlu dipuasakan. Bila pasien tidak
sadar, maka pemberian nutrisi dapat melalui naso-gastric tube (NGT).
Nutrisi yang diberikan sebaiknya mengandung 10-15% protein, 50-60%
karbohidrat dan 25-30% lemak. Pemberian nutrisi sejak awal ini dapat
meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan mencegah terjadinya atrofi vili
usus.
2. Perawatan luka bakar
Umumnya untuk menghilangkan rasa nyeri dari luka
bakar (Combustio) digunakan morfin dalam dosis kecil secara intravena (dosis
dewasa awal : 0,1-0,2 mg/kg dan „maintenance‟ 5-20 mg/70 kg setiap 4 jam,
sedangkan dosis anak-anak 0,05-0,2 mg/kg setiap 4 jam). Tetapi ada juga yang
menyatakan pemberian methadone (5-10 mg dosis dewasa) setiap 8 jam
merupakan terapi penghilang nyeri kronik yang bagus untuk semua pasien luka
bakar dewasa. Jika pasien masih merasakan nyeri walau dengan pemberian
morfin atau methadone, dapat juga diberikan benzodiazepine sebagai tambahan.
Terapi pembedahan pada luka bakar
a) Eksisi dini
Eksisi dini adalah tindakan pembuangan jaringan nekrosis dan
debris (debridement) yang dilakukan dalam waktu kurang dari 7 hari
(biasanya hari ke 5-7) pasca cedera termis. Dasar dari tindakan ini adalah:
1) Mengupayakan proses penyembuhan berlangsung lebih cepat.
Dengan dibuangnya jaringan nekrosis, debris dan eskar, proses
inflamasi tidak akan berlangsung lebih lama dan segera dilanjutkan
proses fibroplasia. Pada daerah sekitar luka bakar umumnya terjadi
edema, hal ini akan menghambat aliran darah dari arteri yang dapat
mengakibatkan terjadinya iskemi pada jaringan tersebut ataupun
25 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
menghambat proses penyembuhan dari luka tersebut. Dengan
semakin lama waktu terlepasnya eskar, semakin lama juga waktu
yang diperlukan untuk penyembuhan.
2) Memutus rantai proses inflamasi yang dapat berlanjut menjadi
komplikasi – komplikasi luka bakar (seperti SIRS). Hal ini
didasarkan atas jaringan nekrosis yang melepaskan “burn toxic”
(lipid protein complex) yang menginduksi dilepasnya mediator-
mediator inflamasi.
3) Semakin lama penundaan tindakan eksisi, semakin banyaknya
proses angiogenesis yang terjadi dan vasodilatasi di sekitar luka.
Hal ini mengakibatkan banyaknya darah keluar saat dilakukan
tindakan operasi. Selain itu, penundaan eksisi akan meningkatkan
resiko kolonisasi mikro – organisme patogen yang akan
menghambat pemulihan graft dan juga eskar yang melembut
membuat tindakan eksisi semakin sulit.
4) Tindakan ini disertai anestesi baik lokal maupun general dan
pemberian cairan melalui infus. Tindakan ini digunakan untuk
mengatasi kasus luka bakar derajat II dalam dan derajat III.
Tindakan ini diikuti tindakan hemostasis dan juga “skin grafting”
(dianjurkan “split thickness skin grafting”). Tindakan ini juga tidak
akan mengurangi mortalitas pada pasien luka bakar yang luas.
Kriteria penatalaksanaan eksisi dini ditentukan oleh beberapa
faktor, yaitu:
Kasus luka bakar dalam yang diperkirakan mengalami
penyembuhan lebih dari 3 minggu.
Kondisi fisik yang memungkinkan untuk menjalani operasi
besar.
Tidak ada masalah dengan proses pembekuan darah.
Tersedia donor yang cukup untuk menutupi permukaan
terbuka yang timbul.
26 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
5) Eksisi dini diutamakan dilakukan pada daerah luka sekitar batang
tubuh posterior. Eksisi dini terdiri dari eksisi tangensial dan eksisi
fasial.
6) Eksisi tangensial adalah suatu teknik yang mengeksisi jaringan
yang terluka lapis demi lapis sampai dijumpai permukaan yang
mengeluarkan darah (endpoint). Adapun alat-alat yang digunakan
dapat bermacam-macam, yaitu pisau Goulian atau Humbly yang
digunakan pada luka bakar dengan luas permukaan luka yang
kecil, sedangkan pisau Watson maupun mesin yang dapat
memotong jaringan kulit perlapis (dermatom) digunakan untuk
luka bakar yang luas. Permukaan kulit yang dilakukan tindakan ini
tidak boleh melebihi 25% dari seluruh luas permukaan tubuh.
Untuk memperkecil perdarahan dapat dilakukan hemostasis, yaitu
dengan tourniquet sebelum dilakukan eksisi atau pemberian
larutan epinephrine 1:100.000 pada daerah yang dieksisi. Setelah
dilakukan hal-hal tersebut, baru dilakukan “skin graft”.
Keuntungan dari teknik ini adalah didapatnya fungsi optimal dari
kulit dan keuntungan dari segi kosmetik. Kerugian dari teknik
adalah perdarahan dengan jumlah yang banyak dan endpoint bedah
yang sulit ditentukan.
7) Eksisi fasial adalah teknik yang mengeksisi jaringan yang terluka
sampai lapisan fascia. Teknik ini digunakan pada kasus luka bakar
dengan ketebalan penuh (full thickness) yang sangat luas atau luka
bakar yang sangat dalam. Alat yang digunakan pada teknik ini
adalah pisau scalpel, mesin pemotong “electrocautery”. Adapun
keuntungan dan kerugian dari teknik ini adalah:
1) Keuntungan
Lebih mudah dikerjakan, cepat, perdarahan tidak
banyak, endpoint yang lebih mudah ditentukan
2) Kerugian
27 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
Kerugian bidang kosmetik, peningkatan resiko cedera pada
saraf-saraf superfisial dan tendon sekitar, edema pada
bagian distal dari eksisi
b) Skin grafting
Skin grafting adalah metode penutupan luka sederhana. Tujuan dari
metode ini adalah:
1) Menghentikan evaporate heat loss
2) Mengupayakan agar proses penyembuhan terjadi sesuai dengan
waktu
3) Melindungi jaringan yang terbuka
Skin grafting harus dilakukan secepatnya setelah dilakukan eksisi pada
luka bakar pasien. Kulit yang digunakan dapat berupa kulit produk
sintesis, kulit manusia yang berasal dari tubuh manusia lain yang telah
diproses maupun berasal dari permukaan tubuh lain dari pasien
(autograft). Daerah tubuh yang biasa digunakan sebagai daerah donor
autograft adalah paha, bokong dan perut. Teknik mendapatkan kulit pasien
secara autograft dapat dilakukan secara split thickness skin graft atau full
thickness skin graft. Bedanya dari teknik – teknik tersebut adalah lapisan-
lapisan kulit yang diambil sebagai donor. Untuk memaksimalkan
penggunaan kulit donor tersebut, kulit donor tersebut dapat direnggangkan
dan dibuat lubang – lubang pada kulit donor (seperti jaring-jaring dengan
perbandingan tertentu, sekitar 1 : 1 sampai 1 : 6) dengan mesin. Metode
ini disebut mess grafting. Ketebalan dari kulit donor tergantung dari lokasi
luka yang akan dilakukan grafting, usia pasien, keparahan luka dan telah
dilakukannya pengambilan kulit donor sebelumnya. Pengambilan kulit
donor ini dapat dilakukan dengan mesin „dermatome‟ ataupun dengan
manual dengan pisau Humbly atau Goulian. Sebelum dilakukan
pengambilan donor diberikan juga vasokonstriktor (larutan epinefrin) dan
juga anestesi.
28 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
Prosedur operasi skin grafting sering menjumpai masalah yang
dihasilkan dari eksisi luka bakar pasien, dimana terdapat perdarahan dan
hematom setelah dilakukan eksisi, sehingga pelekatan kulit donor juga
terhambat. Oleh karenanya, pengendalian perdarahan sangat diperlukan.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyatuan kulit
donor dengan jaringan yang mau dilakukan grafting adalah:
1) Kulit donor setipis mungkin
2) Pastikan kontak antara kulit donor dengan bed (jaringan yang
dilakukan grafting), hal ini dapat dilakukan dengan cara :
Cegah gerakan geser, baik dengan pembalut elastik (balut
tekan)
Drainase yang baik
Gunakan kasa adsorben
29 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
M. DIAGNOSA KEPERAWATAN LUKA BAKAR
1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan kulit atau jaringan .
Kriteria hasil :
a) Menyatakan nyeri berkurang atau terkontrol
b) Menunjukkan ekspresi wajah atau postur tubuh rileks
c) Berpartisipasi dalam aktivitas dari tidur atau istirahat dengan tepat
Intervensi :
1) Tutup luka sesegera mungkin, kecuali perawatan luka bakar metode
pemejanan pada udara terbuka
Rasional :
Suhu berubah dan tekanan udara dapat menyebabkan nyeri hebat pada
pemajanan ujung saraf.
2) Ubah pasien yang sering dan rentang gerak aktif dan pasif sesuai indikasi
Rasional :
Gerakan dan latihan menurunkan kekuatan sendi dan kekuatan otot tetapi
tipe latihan tergantung indikasi dan luas cedera.
3) Pertahankan suhu lingkungan nyaman, berikan lampu penghangat dan
penutup tubuh
Rasional :
Pengaturan suhu dapat hilang karena luka bakar mayor, sumber panas
eksternal perlu untuk mencegah menggigil.
4) Kaji keluhan nyeri pertahankan lokasi, karakteristik dan intensitas (skala
0-10)
Rasional :
Nyeri hampir selalu ada pada derajat beratnya, keterlibatan jaringan atau
kerusakan tetapi biasanya paling berat selama penggantian balutan dan
debridement.
5) Dorong ekspresi perasaan tentang nyeri
Rasional :
30 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
Pernyataan memungkinkan pengungkapan emosi dan dapat meningkatkan
mekanisme koping.
6) Dorong penggunaan tehnik manajemen stress, contoh relaksasi, nafas
dalam, bimbingan imajinatif dan visualisasi.
Rasional :
Memfokuskan kembali perhatian, memperhatikan relaksasi dan
meningkatkan rasa control yang dapat menurunkan ketergantungan
farmakologi.
7) Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional :
Dapat menghilangkan nyeri
31 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
Kriteria Hasil :
a) Menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan dibuktikan oleh haluaran
urine individu, tanda-tanda vital stabil, membran mukosa lembab.
Intervensi :
1) Awasi tanda-tanda vital, perhatikan pengisian kapiler dan kekuatan nadi
perifer.
Rasional :
Memberikan pedoman untuk penggantian cairan dan mengkaji
respon kardiovaskuler .
2) Awasi haluaran urine dan berat jenis, observasi warna dan hemates sesuai
indikasi
Rasional :
Secara umum penggantian cairan harus difiltrasi untuk meyakinkan rata-
rata haluaran urine 30-50 ml / jam (pada orang dewasa). Urine bisa
tampak merah sampai hitam pada kerusakan otot massif sehubungan
dengan adanya darah dan keluarnya mioglobin.
3) Perkirakan deranase luka dan kehilangan yang tak tampak
Rasional :
Peningkatan permeabilitas kapiler, perpindahan protein, proses inflamasi
dan kehilangan melalui evaporasi besar mempengaruhi volume sirkulasi
dan haluaran urine, khususnya selama 24-72 jam pertama setelah terbakar.
4) Timbang berat badan tiap hari
Rasional :
Pergantian cairan tergantung pada berat badan pertama dan perubahan
selanjutnya. Peningkatan berat badan 15-20% pada 72 jam pertama selama
pergantian cairan dapat diantisipasi untuk mengembalikan keberat
sebelum terbakar kira-kira 10 hari setelah terbakar.
5) Selidiki perubahan mental
Rasional :
32 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
Penyimpangan pada tingkat kesadaran dapat mengindikasikan
ketidakadekuatan volume sirkulasi atau penurunan perfusi serebral.
6) Observasi distensi abdomen, hematemesess, feses hitam, hemates drainase
NG dan feses secara periodik.
Rasional :
Stress (curling) ulkus terjadi pada setengah dan semua pasien pada luka
bakar berat (dapat terjadi pada awal minggu pertama).
7) Kolaborasi kateter urine
Rasional :
Memungkinkan observasi ketat fungsi ginjal dan menengah stasis atau
reflek urine, potensi urine dengan produk sel jaringan yang rusak dapat
menimbulkan disfungsi dan infeksi ginjal.
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat ; kerusakan perlindungan kulit
Kriteria Hasil :
a) Tidak ada tanda-tanda infeksi :
Intervensi :
1) Implementasikan tehnik isolasi yang tepat sesuai indikasi
Rasional :
Tergantung tipe atau luasnya luka untuk menurunkan resiko kontaminasi
silang atau terpajan pada flora bakteri multiple.
2) Tekankan pentingnya tehnik cuci tangan yang baik untuk semua individu
yang datang kontak ke pasien
Rasional : Mencegah kontaminasi silang
3) Cukur rambut disekitar area yang terbakar meliputi 1 inci dari batas yang
terbakar
Rasional : Rambut media baik untuk pertumbuhan bakteri
4) Periksa area yang tidak terbakar (lipatan paha, lipatan leher,
membran mukosa )
Rasional :
33 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
Infeksi oportunistik (misal : Jamur) seringkali terjadi sehubungan dengan
depresi sistem imun atau proliferasi flora normal tubuh selama terapi
antibiotik sistematik.
5) Bersihkan jaringan nekrotik yang lepas (termasuk pecahnya lepuh) dengan
gunting dan forcep.
Rasional : Meningkatkan penyembuhan
6) Kolaborasi pemberian antibiotic
Rasional : Mencegah terjadinya infeksi
34 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
3) Instruksikan dan Bantu dalam mobilitas, contoh tingkat walker secara
tepat.
Rasional : Meningkatkan keamanan ambulasi
35 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
Kriteria Hasil :
a) Menyatakan kesadaran, perasaan dan menerimanya dengan cara sehat
b) Mengatakan ansietas atau ketakutan menurun sampai tingkat yang dapat
ditangani.
c) Menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah, penggunaan sumber yang
efektif.
Intervensi :
1) Berikan penjelasan dengan sering dan informasi tentang prosedur
perawatan
Rasional :
Pengetahuan apa yang diharapkan menurunkan ketakutan dan ansietas,
memperjelas kesahalan konsep dan meningkatkan kerjasama.
2) Libatkan pasien atau orang terdekat dalam proses pengambilan keputusan
kapanpun mungkin
Rasional :
Meningkatkan rasa kontrol dan kerjasama menurunkan perasaan tak
berdaya atau putus asa
3) Dorong pasien untuk bicara tentang luka bakar bila siap
Rasional :
Pasien perlu membicarakan apa yang terjadi terus-menerus untuk
membuat beberapa rasa terhadap situasi apa yang menakutkan.
4) Jelaskan pada pasien apa yang terjadi. Berikan kesempatan untuk bertanya
dan berikan jawaban terbuka atau jujur.
Rasional :
Pertanyaan kompensasi menunjukkan realitas situasi yang dapat
membantu pasien atau orang terdekat menerima realita dan mulai
menerima apa yang terjadi.
36 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
b) Bicara dengan keluarga atau orang terdekat tentang situasi perubahan yang
terjadi.
c) Membuat tujuan realitas atau rencana untuk masa depan
d) Memasukkan perubahan dalam konsep diri tanpa harga diri negative
Intervensi :
1) Kaji makna kehilangan atau perubahan pada pasien atau orang terdekat
Rasional :
Episode traumatik mengakibatkan perubahan tiba-tiba, tak diantisipasi
membuat perasaan kehilangan aktual yang dirasakan.
2) Bersikap realistik dan positif selama pengobatan pada penyuluhan
kesehatan dan menyusun tujuan dalam keterbatasan.
Rasional :
Meningkatkan kepercayaan dan mengadakan hubungan baik antara pasien
dan perawat.
3) Berikan harapan dalam parameter situasi individu, jangan memberikan
keyakinan yang salah.
Rasional :
Meningkatkan pandangan positif dan memberikan kesempatan untuk
menyusun tujuan dan rencana untuk masa depan berdasarkan realitas.
37 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
BAB III
PENERAPAN KASUS
A. PENGKAJIAN
I. Identitas Klien
1. Nama : Tn P
2. Umur : 50 Tahun
3. Jenis kelamin : Laki - Laki
4. Status perkawinan : Menikah
5. Pendidikan terakhir : SD
6. Pekerjaan : Pedagang
7. Agama : Islam
8. No Medical Record : 00151559
9. Tanggal Masuk RS : 19 Juli 2017
10. Tanggal pengkajian : 01 September 2017
11. Diagnos Medis : Combutsio
12. Alamat Lengkap : Sudirman Barat, RT 02/06 Ciledug
38 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
II. Identitas penanggung jawab .
1. Nama : Surati
2. Umur : 35 Tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Pendidikan : SD
5. Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
6. Hubungan dengan Klien : Istri
7. Alamat : Sudirman Barat, RT 02/06 Ciledug
39 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya belum pernah di rawat di rumah sakitpasien
sebelumnya hanya sakit biasa seperti batuk, pilek, demam, pasien dan
keluarga mengatasinya dengan membeli obat di warung dan jika kunjung
sembuh pasien dan keluarga berobat ke puskesmas terdekat.
Cairan
Intake Oral ±2L ±1L
- Ringer Laktat 1500cc
Intravena
2 Eliminasi
Buang Air Besar
Frekuensi 1 x sehari 1 x sehari
Konsistensi Padat Padat
Warna Coklat Coklat
Buang Air Kecil
Frekuensi ± 6x sehari ± 5x sehari
40 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
3 Istirahat dan Tidur
Lama tidur ± 8 jam ± 8 jam
Keluhan tidur - -
4 Personal Hygine
Mandi 2x sehari dan dapat 1x sehari dengan
melakukannya secara bantuan keluarga
mandiri ataupun perawat
Godok gigi 2x sehari dan dapat 1x sehari dengan
melakukannya secara bantuan keluarga
mandiri ataupun perawat
Cuci rambut 3x seminggu dan dapat 1x seminggu dengan
melakukannya secara bantuan keluarga
mandiri ataupun perawat
5 Aktivitas
Mobilitas fisik Aktivitas dilakukan Mobilitas fisik dengan
secara mandiri bantuan keluarga
ataupun perawat
Olahraga Jarang -
Rekreasi Jarang -
41 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
Masalah tentng keluarga , pekerjaan, keuangan, dan kecacatan, namun saat
ini Tn P masih merasa semua miliknya sudah di rampas dan iya sudah tidak
memilikinya lagi
V. Data social
Pasien memiliki hubungan baik dengan keluarganya dan kerabatnya setiap
hari pasien di temani oleh keluarganya pasien juga memiliki hubungna baik
denagn perawat dan tenagamedis lainnya begitu pula dengan pasien lainnya.
3. Kesadaran
a. Kualitatif : Composmetis
b. Kuantitatif : 15
Respon motorik :6
Respon bicara :5
Respon membuka mata :4
42 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
4. Sistem Pernafasan
Bentuk hidung simetri tidak ada pembengkakan tida ada perdafasn
cuping hidung, tidakada lesi, letang seputum hidung simetris, tidak
terdapatsekret tidak terdapat membrane mukosa, tidak terdapat nyeri tekan
pada sinus, tidak terdapat polip penciuman baik.
Bentuk dada simetris tidak terdapat retraksi dinding dada tidak ada
kelainan sat bernafas vocal premitus seimbang, tidak ada nyeri tekan suara
dinding sthorakssonor, bunyi nafas vesikuler, tidak terdapat suara
tambahan, irama nafas teratur frekuensi nafas
5. System Kardiovaskuler
Tanda-tanda vital
a) Tekanan Darah : 120/70 mmHg
b) Nadi : 64 x/menit
c) Suhu : 36⁰C
d) Pernafasan : 20 x/menit
Irama nadi teratur denyut nadi kuat tidak ada distansia vena
jugularis, temperature kulit/akral hangat, tidak ada edema di sekitar dada
bunyi jantung S1 “LuB ‘ dan s2 “Ðub” secara murni tidak terdapat bunyi
jantung tambahan
6. System pencernaan
Bentuk mulut simetris warna merah muada tidak terdapat lesi,
tidak menggunakan gigi palsu, pergerakan lidah aktif, warna merah muda
keputuh-putihan warana merah muda tidak tedapat peradangan pada bibir
terdapat sensasi rasa, tidak sakit saat mengunyah dan menelan . tidak ada
pembesaran tongsil.
43 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
Perut simetris terdapat luka bakar bissing usus saat di perkusi suara
perut timpani tidak ada nyeri tekan pada daerah ginjal pada daerah anus
tidak terdapat hemoroid tidak terdapat nyeri tekan.
7. System Pekemihan
Tidak ada keluhan sakit pinggang tidak ada pembesaran porsial
buang air kecil lancer. 6x/hari warna kuning jernih, tidak ada distensi
kandung kemih tidak ada keluhan buang air kecil. Pasien tidak terpasang
kateter urine.
8. System Persarapan
Tingkat kesadaran : Composmetis
GCS : 15
Respon motorik :6
Respon bicara :5
Respon mata :4
Orientasi baik penglihatan baik. Tidak menggunakan alat bantu pendengan
bicara jelas, perasa baik.
9. System Muskuloskeletal
Ekstermitas atas bentuk simetris, jumlah jari lengkap pada tangan
sebelah kanan terdapat balutan luka bakar4,5% lengansebelah kiri 4,5%
tidak ada edema pergerakan ekstermitas atas terbatas kekuatan otot lemah.
Ekstermitas bawah : ekstermitas kanan nekrosis dan telah
dilakukan tindakan amputasi, tedapat balutan luka, pada jaitan
amputasinya. Pada ekstermitas sebelah kiri terpasang cairan infuse
44 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
(Ringer Laknat) pada ekstermitas bawah sebelah kiri tida terdapat edema
pergerakan kaki baik, reflek patella baik reflex babinsky baik.
45 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
30-08-2017
Test Result Reference Units
KIMIA
FUNGSI GINJAL
Ureum 43 0 - 50 Mg/dl
Kreatinin 0,9 0,0 – 1,3 Mg/dl
B. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1. Ds : Ledakan gas kimia Nyeri
Pasien mengatakan nyeri pada ↓
bagian luka bakarnya Luka bakar
Do : ↓
Adanya luka bakar pada bagian Kerusakan jaringan
tangan dan perut dengan skala ↓
nyeri 3 Memasuki ambang nyeri
P : kulit ↓
Q : panas Nyeri
R : tidak menyebar
S:3
T : hilang timbul
46 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
kulit kemerah-merahan). Perut ↓
masih terdapat balutan luka Kerusakan integritas kulit
bakar dan kaki kanan nekrosis
dan sudah diamputasi
47 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
Do : Kerusakan kulit
Adanya perubahan fisik pada (Nekrosis)
tubuh pasien ↓
Dilakukan tindakan medis
(diamputasi)
↓
Perubahan fisik tubuh
↓
Gangguan citra tubuh
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan dari cedera luka bakar
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar terbuka
3. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan perlindungan kulit, jaringan
traumatic
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan luka bakar, rasa nyeri dan
amputasi
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan pada penampilan tubuh
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawat
an
1. Nyeri Pasien mampu 1. Lakukan 1. Pasien banyak kooperatif
berhubunga : komunikasi dalam tindakan
48 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
n dengan 1. Mengontrol terapeutik
kerusakan nyeri dengan pasien
jaringan 2. Melaporkan dan keluarga
dari cedera nyeri 2. Anjurkan teknik 2. Mengalihkan perhatian
luka bakar berkurang managemen pasien terhadap sumber
3. Mengenali nyeri nyeri
nyeri 3. Ubah posiis 3. Gerakkan dengan latihan,
4. Mengatakan pasien dengan menurunkan kekakuan
rasa sering dan rentan sendi dan kelelahan otot
nyaman gerak pasif dan
setelah aktif sesuai
nyeri indikasi
berkurang 4. Kaji keluhan 4. Nyeri hamper selalu ada
nyeri, perhatikan pada beberapa derajat
lokasi/karakter beratnya. Keterlibatan
dan intesitasnya ( jaringan atau kerusakan
skala 0-10) tetapi biasanya paling
berat selama penggantian
balutan dan debridemen
49 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
luka bakar pada di inspeksi dengan teliti
tutup luka
4. Kaloborasi 4. Menghilangkan jaringan
untuk intervensi yang terkontaminasi oleh
debridement bakteri. Menghilangkan
jaringan yang sudah mati
50 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
dalam lesi
51 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
akan
teknik
mobilisas
i secara
bertahap
52 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
berhubungan 01/09/2017 tanda vital pasien masih nyeri
dengan 10.00 WIB O:
kerusakan 09.00 WIB 2. Mengkaji skala TD : 120/70 mmHg
jaringan dari nyeri dan lokasi N : 64 x/mnt
cedera luka nyeri RR : 20 x/mnt
bakar 09.10 WIB 3. Mengajarkan teknik S : 36o C
managemen nyeri P : kulit
11.00 WIB 4. Mengajak pasien Q : panas
berbincang-bincang R : Tidak menyebar
untuk mengalihkan S:3
raa nyeri T : Hilang timbul
13.00 WIB 5. Menciptakan A : masalah belum
lingkungan yang teratasi
tenang dan P : lanjutkan intervensi
membatasi
pengunjung
13.30 WIB 6. Menganjurkan
pasien untuk
istirahat
53 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
perawatan luka yaitu sebagian
mengganti perban P : Lanjutkan intervensi
dengan teknik steril
10.00 WIB 5. Mengkaji tanda –
tanda vital pasien
54 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
hambatan motoric dan keluarga
pasien A : Masalah belum
16.00 WIB 4. Melatih pasien teratasi
dalam melakukan P : Lanjutkan intervensi
ROM pada
ekstermitas
55 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
nyeri S : 36⁰C
11.00 WIB 4. Mengajak psien N : 68x/menit
berbincang bincang P : Kulit
untuk mengalihkan Q : Panas
rasa nyeri R : Tidak Menyebar
13.00 WIB 5. Menciptakan S :2
lingkungan yang T : Hilang Timbul
tenang dan A : Masalah teratasi
membatasi sebangian
pengunjung P : Lanjutkan Intervensi
13.30 WIB 6. Menganjurkan
pasien untuk
istirahat saat
merasakan nyeri
56 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
verban dengan Intervensi
teknik steril
57 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
nyeri A : Masalah teratasi
13.00 WIB 5. Menciptakan sebagian
lingkungan yang P : Lanjutkan intervensi
tenang dan
membatasi
pengunjung
13.30 WIB 6. Menganjurkan
pasien untuk
istirahat
58 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
dengan 07.45 WIB tanda vital pasien O:
kerusakan 08.45 WIB 2. Memberikan Tidak ada tanda –
perlindungan injeksi ceftriaxone tanda infeksi
kulit, jaringan 09.00 WIB 3. Mengkaji tanda – Balutan luka
traumatic tanda infeksi bersih
4. Mengobservasi Luka bagus
luka TD : 120/80 mmHg
5. Melakukan RR : 18x / menit
perawatan luka S : 36⁰C
dengan teknik steril N : 72x/menit
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan
intervensi
59 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
tubuh 06/09/2017 1. Mengkaji tanda sudah menerima atas
berhubungan 20.45 WIB tanda vital pasien keadaannya
dengan 21.00 WIB 2. Mendiskusikan O : Pasien tampak lebih
perubahan harapan pasien tenang
pada tentang TD : 130/80 mmHg
penampilan penyakitnya RR : 18x / menit
tubuh 21.30 WIB 3. Mendorong pasien S : 36,3⁰C
menerima keadaan N : 68x/menit
yang realistis A : Masalah teratasi
22.00 WIB 4. Menganjurkan P : Pertahankan
pasien istirahat Intervensi
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
60 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey:
Upper Saddle River
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3. Jakarta: EGC
Ahmadsyah I, Prasetyono TOH. 2005. Luka. Dalam: Sjamsuhidajat R, de Jong W, editor. Buku
ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Moenadjat Y. 2003. Luka bakar. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003.
61 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o
Sjamsudiningrat, R & Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC
Heimbach DM, Holmes JH. Burns. In: Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL,
Hunter JG, Pollock RE, editors. 2007. Schwartz‟s principal surgery. 8th ed. USA: The
McGraw-Hill Companies
Huddak & Gallo. 2006. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Jakarta: EGC.
62 | A s u h a n K e p e r a w a t a n C o m b u t s i o