You are on page 1of 47

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH INTERVENSI BULI-BULI PANAS TERHADAP


SUHU TUBUH PADA PASIEN PASCABEDAH
DI RS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

ISHMAH AINI RUFAIDAH


PO.71.20.4.14.019

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

PRODI D-IV KEPERAWATAN

TAHUN 2018
SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN INTERVENSI BULI-BULI PANAS


TERHADAP SUHU TUBUH PADA PASIEN PASCABEDAH DI
RS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


sarjana terapan DIV Keperawatan

ISHMAH AINI RUFAIDAH


PO.71.20.4.14.019

PILTEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI


PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN PALEMBANG
TAHUN 2018
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip

maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Ishmah Aini Rufaidah

NIM : Po.71.20.4.14.019

Tanggal :

Yang Menyatakan,

(....................................................)

i
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh:


Nama : Ishmah Aini Rufaidah
NIM : PO.71.20.4.14.019
Program Studi : Diploma IV Keperawatan
Jurusan : Keperawatan
Judul Tugas Akhir : “Pengaruh intervensi buli-buli panas terhadap
suhu tubuh pada pasien pascabedah di RS
Muhammadiyah Palembang”
Tanggal Ujian :
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan
Keperawatan Pada Program Studi Diploma IV Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Palembang
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I : ........................................... Tanda Tangan ........................
Pembimbing II : ........................................... Tanda Tangan ........................
Penguji I : ........................................... Tanda Tangan ........................
Penguji II : ........................................... Tanda Tangan ........................
Penguji III : ........................................... Tanda Tangan ........................
Ditetapkan di : Palembang
Tanggal :........................................
Ketua Program Studi

Ismar Agustin, SKP, M.Kes

NIP. 196108231982012001

ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena atas
limpahan rahmat, karunia dan hidayahNya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh intervensi buli-buli
panas terhadap suhu tubuh pada pasien pascabedah di RS
Muhammadiyah Palembang”. Penulis menyadari penyusunan
skripsi ini dapat diselesaikan atas bantuan berbagai pihak, untuk itu
penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

Penulis ini menyadari skripsi ini tidak lepas dari kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan masukan
perbaikan selanjutnya. Semoga bermanfaat.

Palembang, Januari 2018

Penulis

iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH

Sebagai Civitas akademik Poltekkes Kemenkes Palembang, saya yang bertanda


tangan dibawah

Nama : Ishmah Aini Rufaidah


NIM : PO.71.20.4.14.019
Program Studi : Diploma IV Keperawatan
Jurusan : Keperawatan

Demi Pengembangan Ilmu Pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Poltekkes Kemenkes Palembang Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-
exclusive Royalty-Free Right) atas Skripsi saya yang berjudul :

PENGARUH PEMBERIAN INTERVENSI BULI-BULI PANAS


TERHADAP SUHU TUBUH PADA PASIEN PASCABEDAH

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Poltekkes Kemenkes Palembang berhak menyimpan, mengalih
media / format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat
dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di :
Pada tanggal :
Yang menyatakan

Materai 6000

(...............................................................)

iv
DAFTAR ISI

v
vi
DAFTAR GAMBAR

vii
DAFTAR TABEL

viii
DAFTAR LAMPIRAN

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan pascaoperasi merupakan periode akhir dari

keperawatan perioperatif. Selama periode ini proses keperawatan

diarahkan pada upaya untuk menstabilkan kondisi pasien pada

keadaan keseimbangan fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan

pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi

cepat dan akurat dapat membantu pasien kembali pada fungsi

optimalnya dengan cepat, aman dan nyaman (Majid et al., 2011).

Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam

setiap tindakan pembedahan baik pada masa sebelum, selama

maupun setelah operasi (Smeltzer, 2002).

Pasien pasca-operasi dilakukan pemulihan dan perawatan

pasca-operasi di ruang pulih sadar atau recovery room (RR), yaitu

ruangan untuk observasi pasien pasca-operasi atau anestesi yang

terletak di dekat kamar bedah, dekat dengan perawat bedah, ahli

anestesi dan dokter ahli bedah, sehingga apabila timbul keadaan

gawat pascaoperasi, pasien dapat segera diberi pertolongan (Majid

et al., 2010).

Menurut penelitian Subekti et al., (2005) laporan dari “The

Anesthessia Study Commission of the Philadelphia County Medical

1
Society” pada tahun 1947 yang melaporkan bahwa selama 11 tahun

penelitian ternyata hampir setengah dari kematian post operasi

terjadi pada 24 jam pertama setelah pembedahan dan minimal

sepertiga dari kematian yang terjadi akibat komplikasi pasca

operasi. Studi prospektif yang baru juga mengatakan bahwa lebih

dari 12.000 pasien yang telah dilaporkan, ternyata 7% dari

komplikasi yang bermakna terjadi di ruang pulih sadar. Pasca

operasi anestesi umum dapat terjadi komplikasi ringan sampai

dengan berakibat fatal, yang berupa hipovolemia, kegagalan napas,

pengelolaan pasca bedah yang tidak kuat bahkan bisa terjadi

kematian.

Di indonesia selama ini belum didapatkan data yang konkrit

tentang angka kejadian hipotermi pasca bedah pada pasien yang

dilakukan tindakan operasi, namun dari hasil data statistic dan

penelitian didapatkan bahwa 40%-60% pasien dengan anestesi

spinal mengalami komplikasi pasca bedah terjadinya hipotermi

(Sasongko,2005 dalam Nazma D,2008).

Pada saat pembedahan terjadi, dilakukan prosedur anestesi

terlebih dahulu.Pemberian anestesi adalah upaya menghilangkan

nyeri dengan sadar (spinal anestesi) atau tanpa sadar (general

anestesi) guna menciptakan kondisi optimal bagi pelaksanaan

pembedahan (Sabiston, 2011). Periode pemulihan pasca anestesi

dikenal sebagai waktu dengan risiko tinggi untuk terjadinya

2
komplikasi. Ditemukan 2,5% pasien mengalami komplikasi setelah

menjalani anestesi (Mahalia, 2012).

Pasien yang mengalami komplikasi pasca operasi yang tidak

segera ditangani akan berdampak kematian bagi pasien. (Baradero

et al., 2008). Komplikasi yang sering terjadi meliputi komplikasi

respirasi (obstruksi jalan nafas, bronkospasme, hipoventilasi,

hiperventilasi), komplikasi kardiovaskuler (hipertensi, hipotensi,

distritmia jantung, trombosis vena, embolisme paru), hipotermia,

hipertermia dan gelisah pasca-operasi (Baradero et al., 2008).

Upaya yang dilakukan pada fase pasca operasi untuk

mengantisipasi dan mencegah masalah yang kemungkinan muncul,

pengkajian yang cepat dan akurat sangat dibutuhkan untuk

mencegah komplikasi yang dapat memperpanjang lama perawatan

di rumah sakit atau membahayakan diri pasien (Majid et al., 2011).

Suhu tubuh merupakan tanda atau suatu ukuran yang

penting dapat memberi petunjuk mengenai keadaan tubuh

seseorang. Suhu normal tubuh adalah 36,5-37,50C. (Huda,2013)

Menurut Potter &Perry (2010) Hipertermi adalah peningkatan suhu

tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk

menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi panas.

Sedangkan hipotermi dapat diartikan suhu tubuh kurang dari 360C

(Tamsuri, 2007).

3
Harahap (2014), menyatakan anestesi dapat menghilangkan

proses adaptasi serta mengganggu mekanisme fisiologi pada fungsi

termoregulasi. Sehingga pasien pasca operasi dapat mengalami

keadaan hipotermi maupun hipertermi. Namun, seringkali

ditemukan pasien dalam keadaan hipotermi dibandingkan

hipertermi. Keadaan tersebut diakibatkan oleh berbagai macam

faktor. Hasil penelitian Umah (2013), menyebutkan 87% jumlah

pasien yang dioperasi mengalami hipotermi pasca anestesi

berhubungan dengan faktor cairan yang diberikan sesuai suhu

ruangan (dingin). Sedangkan Hujjatulislam (2015), menyatakan

kejadian hipotermi sebanyak 20-27% berhubungan dengan faktor

luasnya luka yang terbuka dan tidak tertutup kain selama di ruang

operasi dan dilihat dari hubungan faktor lama operasi, sebanyak

60% pasien mengalami hipotermi pasca operasi. Setiap pasien yang

menjalani operasi berada dalam risiko mengalami kejadian

hipotermi (Setiyanti, 2016).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Harahap (2014) di RS

Hasan Sadikin Bandung, telah membuktikan dampak negatif

hipotermi terhadap pasien, antara lain risiko perdarahan meningkat,

iskemia miokardium, pemulihan pasca anestesi yang lebih lama,

gangguan penyembuhan luka, serta meningkatnya risiko infeksi.

Keadaan ini sangat tidak menguntungkan bagi pasien.

Berbagai macam metode nonfarmakologi yanag diberikan untuk

4
terapi panas yang telah dipakai untuk pengembalian suhu tubuh

pasien menjadi normal antara lain selimut hangat, buli-buli panas,

kompres air hangat, ataupun kompres dengan Hot-Pack. (Susatia,

2016). Dalam penelitian ini peneliti ingin memakai salah satu

metode yaitu dengan memakai buli-buli panas sebagai alat untuk

menjaga suhu tubuh pasien agar tetap dalam rentang normal. Buli-

buli panas adalah botol karet yang diisi dengan air panas. Terbuat

dari bahan karet lentus dan berkapasitas 1 liter.

Masih banyaknya kejadian perubahan suhu pada pasien

pascabedah dan perlunya penanganan segera agar tidak

menimbulkan dampak negatif, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang Pengaruh intervensi buli-buli panas

terhadap suhu tubuh pada pasien pascabedah di RS Muhammadiyah

Palembang.

B. Rumusan Masalah

Terdapat banyak penelitian yang dilakukan tentang

penanganan terhadap perubahan suhu tubuh pada pasien pacabedah

tetapi penulis belum menemukan penelitian tentang pengaruh

intervensi kompres hangat menggunakan buli-buli panas terhadap

suhu tubuh pasien pascabedah dan dikarenakan masih tingginya

kejadian komplikasi pascabedah yang ditandai dengan perubahan

suhu tubuh. Sehingga menurut peneliti, penelitian ini perlu untuk

dilaksanakan.

5
C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh intervensi buli-buli panas terhadap

suhu tubuh pada pasien pascabedah di RS Muhammadiyah

Palembang tahun 2017.

2. Tujuan Khusus

- Mengidentifikasi karakteristik responden.

- Mengidentifikasi gambaran suhu pada pasien pascabedah

sebelum dilakukan intervensi di RS Muhammadiyah

palembang.

- Mengidentifikasi gambaran suhu pada pasien pascabedah

setelah dilakukan intervensi di RS Muhammadiyah palembang.

- Mengidentifikasi perbedaan rata-rata suhu pada pasien

pascabedah sebelum dan setelah dilakukan intervensi di RS

Muhammadiyah palembang

D. Ruang Lingkup

Penelitian ini adalah penelitian dalam bidang keperawatan medikal

bedah yang meneliti tentang “Pengaruh pemberian intervensi buli-buli

panas terhadap suhu tubuh pada pasien pascabedah”. Penelitian ini

dilaksanakan di ruang bedah RS Muhammadiyah Palembang, pada

tanggal ...... 2018 sampai .... 2018. Populasi penelitian adalah semua

6
pasien pascabedah yang mengalami perubahan suhu tubuh baik itu

hipotermi maupun hipertermi.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dapat memberikan wacana baru dalam pengembangan ilmu

pengetahuan dan riset keperawatan khususnya ilmu keperawatan

dalam penanganan kejadian perubahan suhu tubuh pada pasien

pascabedah.

2. Manfaat Aplikatif

Dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan

pelayanan khususnya ketrampilan tenaga keperawatan dalam

menangani kejadian perubahan suhu tubuh pada pasien pascabedah.

Sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam keilmuan

keperawatan medikal bedah.

F. Keaslian Penelitian

Menurut peneliti, sejauh ini belum ada yang meneliti tentang

pengaruh intervensi buli-buli panas terhadap suhu tubuh pada

pasien pascabedah di RS Muhammadiyah Palembang. Tetapi, ada

beberapa penelitian terdahulu yang mirip dengan penelitian ini,

yaitu :

7
1. Penelitian Mulyati (2013) di Rumah Sakit Hasan Sadikin

Bandung dengan judul “Gambaran Angka Kejadian Hipotermi dan

Lama Perawatan di Ruang Pemulihan pada pasien Lansia Pasca

Operasi di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung”.

Persamaan: Variabel yang diteliti sama, yaitu tentang perubahan suhu

tubuh yaitu hipotermi dan juga pasien yang diteliti adalah pasien

pascabedah.

Perbedaan: Penelitian terdahulu hanya deskriptif saja memberikan

gambaran angka kejadian hipotermi dan lama perawatan di ruang

pemulihan, sedangkan penelitian saat ini mengidentifikasi pengaruh

dari pemberian intervensi buli-buli panas terhadap suhu tubuh

pasien pascabedah di RS Muhammadiyah Palembang.

2. Penelitian Setiyanti (2016) di RSUD Kota Salatiga dengan

judul“Efektifitas Selimut Alumunium Foil Terhadap Kejadian

Hipotermi pada Pasien Post Operasi di RSUD Kota Salatiga”.

Persamaan: variabel yang dibahas sama, yaitu kejadian perubahan

suhu yaitu hipotermi.

Perbedaan: Penelitian terdahulu meneliti perlakuan efektifitas

selimut aluminium foil terhadap kejadian hipotermi, sedangkan

penelitian kali ini meneliti tentang pemberian intervensi buli-buli

panas terhadap kejadian perubahan suhu tubuh pasien pasca bedah.

8
3. Penelitian Mubarokah, Dkk (2017) di instalasi bedah sentral

RSUD kota Yogyakarta dengan judul “Faktor-faktor yang

berhubungan hipotermi pasca general anestesi”.

Persamaan: variabel yang dibahas sama, yaitu kejadian perubahan

suhu yaitu hipotermi.

Perbedaan: Penelitian terdahulu hanya deskriptif saja

mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

hipotermi pasca general anestesi di ruang pemulihan, sedangkan

penelitian saat ini mengidentifikasi pengaruh dari pemberian

intervensi buli-buli panas terhadap suhu tubuh pasien pascabedah di

RS Muhammadiyah Palembang.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar

1. Pascabedah

a. Definisi Pascabedah

Keperawatan pasca operasi merupakan periode akhir dari

keperawatan perioperative. Selama periode ini proses

keperawatan diarahkan pada upaya untuk menstabilkan kondisi

pasien pada keadaan keseimbangan fisiologis pasien,

menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian

yang cermat dan intervensi cepat dan akurat dapat membantu

pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman dan

nyaman (Majid et al., 2010).

Post Operasi adalah masa setelah dilakukan pembedahan

yang dimulai saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan

berakhir sampai evaluasi selanjutnya (Uliyah & Hidayat, 2008).

Tahap pasca-operasi dimulai dari memindahkan pasien dari

ruangan bedah ke unit pasca-operasi dan berakhir saat pasien

pulang.

Perawatan pasca-operasi pada setiap pasien tidak selalu

sama, bergantung pada kondisi fisik pasien, teknik anestesi, dan

jenis operasi. Aktivitas keperawatan kemudian berfokus pada

peningkatan penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan,

10
perawatan tindak lanjut dan rujukan yang penting untuk

penyembuhan dan rehabilitasi serta pemulangan (Baradero et

al., 2008).

b. Tahapan Keperawatan Pascabedah (Post Operatif)

Menurut Perawatan post operatif meliputi beberapa


tahapan, diantaranya adalah :
1) Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawatan

pasca anestesr (recovery room/ruang pemulihan),

2) Perawatan pasca anestest di ruang pulih (RR),

3) Transportasi pasien ke ruang rawat,

4) Perawatan di ruang rawat.

Perawatan pasca operasi terdiri dari :

1) Meningkatkan proses penyembuhan luka dan mengurangi

rasa nyeri dengan cara merawat luka dan memperbaiki

asupan makanan tinggi protein dan vitamin C.

2) Mempertahankan respirasi sempurna, dengan cara latihan

nafas,tarik nafas dalam dengan mulut terbuka, dan tahan

nafas selama 3 detik, kemudian hembuskan. Atau dapat

dengan cara menarik nafas melalui hidung dengan

menggunakan diafragma, kemudian dikeluarkan nafas

perlahan-lahan melalui mulut yang dikuncupkan.

3) Mempertahankan sirkulasi, Pakaikan stoking pada pasien

yang beresiko terjadi trombophlebitis, atau pasien dilatih

11
agar tidak duduk terlalu lama dan harus meninggikan kaki

pada tempat duduk guna memperlancar vena balik.

4) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, dengan

cara memberikan cairan sesuai dengan kebutuhan dan

memonitor input dan output serta mempertahankan nutrisi

yang cukup.

5) Mempertahankan eliminasi, dengan cara mempertahankan

asupan dan output serta mencegah retensi urine.

6) Mempertahankan aktivitas dengan cara latihan memperkuat

otot sebelum ambulatory.

7) Mengurangi kecemasan dengan cara melakukan komunikasi

terapeutik. (Riyadi, S., & Harmoko, H, 2012)

c. Komplikasi Pascabedah

Menurut Majid,(2011) komplikasi post operasi adalah

perdarahan dengan manifestasi klinis yaitu gelisah, gundah,

terus bergerak, merasa haus, kulit dingin-basah-pucat, nadi

meningkat, suhu turun, pernafasan cepat dan dalam, bibir dan

konjungtiva pucat dan pasien melemah.

Riyadi & Harmoko (2012) mengemukakan bahwa

masalah yang mungkin terjadi pada pasien post operatif adalah

sebagai berikut:

12
1) Perdarahan, ditandai dengan perdarahan yang disertai dengan

perubahan tanda vital.

2) Infeksi, ditandai dengan munculnya demam, kulit kemeraha,

nyeri atau bengkak,jaringan disekitar luka megeras, serta

adanya kenaikan leukosit.

3) Dehiscene, merupakan pecahnya sebagian atau seluruhnya

yang dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah

kegemukan, kekurangan nutrisi, terjadinya trauma dan lain-

lain.

2. Perubahan Suhu Tubuh

a. Definisi Suhu tubuh

Suhu Tubuh adalah Keseimbangan antara produksi panas

oleh tubuh dan pelepasan panas dalam tubuh manusia (Chris

Brooker, 2008).

Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang

dihasilkan tubuh dengan jumlah panas yang hilang ke lingkungan

luar. Mekanisme kontrol suhu pada manusia menjaga suhu inti(

suhu jaringan dalam) tetap konstan pada kondisi lingkungan dan

aktifitas fisik yang ekstrim, namun suhu permukaan berubah sesuai

aliran darah ke kulit dan jumlah panas yang hilang kelingkungan

luar.

b. Mekanisme pengaturan suhu tubuh

13
Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus yang terletak diantara

dua hemisfer otak. Fungsi hipotalamus adalah seperti termostart.

Suhu yang nyaman merupakan set point untuk operasi system

pemanas. Penurunan suhu lingkungan akan mengaktifkan pemanas,

sedangkan peningkatan suhu akan mematikan system pemanas

tersebut. Pada umumnya penjalaran sinyal suhu hampir selalu

sejajar, namun tidak persis sama seperti sinyal nyeri. Sewaktu

memasuki medulla spinalis, sinyal akan menjalar dalam traktus

lissaueri sebanyak beberapa segmen diatas atau dibawah dan

selanjutnya akan berakhir terutama pada lamina I, II, III radiks

dorsalis sama seperti untuk rasa nyeri. Sesudah ada percabangan

satu atau lebih neuron dalam medulla spinalis maka sinyal akan

menjalarkan keserabut termal asenden yang menyilang ke traktus

sensorik anterolateral sesi berlawanan dan akan berakhir di (1) area

reticular batang otak dan (2) kompleks vetro basal thalamus.

Setelah dari thalamus sinyal di hantarkan ke hipotalamus.

Dihipotalamus mengandung dua pusat pengaturan suhu.

Hipotalamus bagian anterior berespon terhadap peningkatan suhu

dengan menyebabkan vasodilatasi dan karenanya panas menguap.

Sedangkan hipotalamus bagian posterior berespon terhadap

penurunan suhu dengan menyebabkan vasokontriksi dan

mengaktivasi pembentukan panas lebih lanjut.

14
Gambar 2. 1 Penjalaran sinyal suhu pada sistem syaraf

1) Hipotermi

Hipotermia adalah gangguan medis yang terjadi di dalam

tubuh, sehingga mengakibatkan penurunan suhu karena tubuh tidak

mampu memproduksi panas untuk menggantikan panas tubuh yang

hilang dengan cepat. Kehilangan panas karena pengaruh dari luar

seperti air, angin, dan pengaruh dari dalam seperti kondisi fisik

(Lestari, 2010).

Hipotermi terjadi karena terpapar dengan lingkungan

yang dingin (suhu lingkungan rendah, permukaan yang dingin

atau basah) (Depkes RI, 2009). Hipotermi adalah suatu keadaan

suhu tubuh dibawah 36.60C (Majid, Judha & Istianah, 2011).

15
Hipotermi juga terjadi karena kombinasi dari tindakan anestesi

dan tindakan operasi yang dapat menyebabkan gangguan fungsi

dari pengaturan suhu tubuh yang akan menyebabkan penurunan

suhu inti tubuh (care temperature) (Yulianto & Budiono, 2011).

Proses kehilangan suhu tubuh akibat tindakan

pembedahan dimana terjadi peningkatan metabolisme tubuh

yang berlebih dan mengakibatkan vasokontriksi dan perubahan

termoregulasi sistem pada hipotalamus. Pengembalian panas

tubuh harus segera dilakukan karena efek selanjutnya pasien

akan mengalami shivering(menggigil) ditambah lagi dengan

nyeri post operasi yang akan dialami oleh pasien. Efek hipotermi

juga dapat memperlambat penyembuhan dan mempengaruhi

lama rawat post operasi.

Sebelum pasien mengalami shivering, perlu tindakan

penghangatan tubuh dengan terapi panas yang diberikan pada

pasien yang suhunya ≤ 360C. Berbagai metode Nonfarmakologi

yang diberikan untuk terapi panas yang telah dipakai untuk

pengembalian panas tubuh pasien antara lain selimut hangat,

buli-buli panas, kompres dengan Hot-Pack dan penyinaran

dengan lampu panas (Altman,1999 dalam Susatia,B 2016).

2) Hipertermi

3. Kompres Panas dengan buli-buli (WWZ)

16
a. Definisi Kompres panas

Kompres panas adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan

menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat

atau dingin pada bagian tubuh yang memerlukan.

b. Standar Operating Procedure Kompres panas kering dengan

buli-buli panas.

No ASPEK YANG DINILAI NILAI KET.

0 1 2

1. Persiapan alat :

- Buli-buli panas dan

sarungnya.

- Termos berisi air panas.

- Termometer (digital/ air

raksa)

- Termometer air panas

- Lap kerja

2. Mencuci Tangan

3. Melakukan pemanasan

pendahuluan dengan cara

mengisi buli-buli dengan air

panas dan mengencangkan

penutupnya dan membolak-balik

buli-buli berulang kali kemudian

17
kosongkan buli-buli.

4. Menyiapkan dan mengukur suhu

air (50-600C)

5. Mengisi buli-buli dengan air

panas sebanyak ½ bagian lalu

mengeluarkannya dengan cara :

- Letakkan buli-buli di meja

datar

- Bagian atas buli-buli dilipat

sampai dengan air kelihatan

dileher buli-buli

- Kemudian tutup dengan rapat

6. Memeriksa buli-buli apakah

bocor / tidak, kemudian

keringkan dan masukkan dalam

sarungnya

7. Bawa buli-buli kedekat klien

8. Jelaskan prosedur

9. Mengatur posisi klien

10. Meletakkan buli-buli pada area

yang diperlukan

11. Mengkaji secara teratur kondisi

klien

18
12. Mengganti buli-buli setelah 20

menit dipasang dengan air panas

lagi sesuai yang dikehendaki

13. Membereskan alat-alat

14. Mencuci tangan

15. Mendokumentasikan

19
B. Kerangka Teori

Pembedahan

Faktor penyebab hipotermi Infeksi pada


pascabedah: luka operasi

1) Suhu kamar operasi


2) Cairan
3) Usia Hipertermi post
4) Indeks Massa Tubuh (IMT) operasi
5) Jenis Kelamin
6) Obat anestesi (thiopental, halotan
& enfluran)
7) Lama operasi
8) Jenis operasi
9) Luas luka operasi

Hipotermi post Penatalaksanaan


operasi

Penghangatan
internal aktif Penghangatan
internal pasif
Penghangatan
Eksternal Pasif

Suhu tubuh Kompres hangat


dalam rentang dengan menggunakan
normal buli-buli

(sumber: Potter 2005,

1
C. Penelitian Terkait

Tabel 1.1 Penelitian terkait dengan pengaruh pemberian intervensi buli-buli panas
terhadap suhu tubuh pada pasien pascabedah

Judul Variabel Metode, Hasil Sumber


Populasi
/sampel &
Statistik

Faktor-faktor Usia, IMT, jenis Cross Signifikan : Mubarroka


yang kelamin, lama Sectional usia, IMT, h, Putri P
berhubungan operasi, Jenis kelamin, dkk (2017)
hipotermi pasca Lama operasi.
general anestesi
di instalasi bedah
sentral RSUD
kota Yogyakarta

Efektivitas Pengaruh Quasi Ada pengaruh Minarsih, R


pemberian elemen pemberian experiment pemberian (2013)
pnghangat cairan elemen research, Uji elemen
intravena dalam pnghangat T-Independent. penghangat
menurunkan cairan intravena cairan
gejala hipotermi dalam intravena
pasca bedah menurunkan dalam
gejala hipotermi menurunkan
pasca bedah gejala
hipotermi.

Pengaruh Tindakan Post test only Ada pengaruh Widyawati


tindakan pemberian controlled tindakan (2011)
perawatan selimut hangat group design, keperawatan
pemberian pada pasien Uji t- pemberian
selimut hangat hipotermi dan independent, selimut hangat
terhadap tindakan Mann- terhadap
kecepatan pemberian Witheney test. kecepatan
kembalinya suhu selimut tebal kembalinya
tubuh normal pada pasien suhu tubuh
pada pasien yang hipotermi. normal pada
mengalami pasien yang
hipotermi setelah mengalami
menjalani operasi hipotermi.
dnegan anestesi
spinal.

Efektivitas Pemberian Quasi Pemberian Setiyanti,


selimut selimut exsperiment selimut W (2016)
alumunium foil alumunium foil research, alumunium
terhadap kejadian terhadap foil efektif

2
hipotermi pada kejadian Accidental terhadap
pasien post hipotemi pada Sampling, kejadian
operasi di RSUD pasien post hipotermi pada
Salatiga operasi. Uji wilcoxon pasien post
match pairs, operasi
Mann-withney.

Angka kejadian Lama tindakan Jenis Signifikan. Anggita


hipotermi dan operasi, faktor penelitian (2012)
lama perawatan di jenis kelamin. observasional,
ruang pemulihan
pada pasien Rancangan
geriatri pasca cross
operasi elektif di sectional.
Rumah Sakit Dr.
Hasan Sadikin
Bandung.

3
BAB III

Kerangka Konsep, Definisi Operasional dan Hipotesis

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan

antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui

penelitian (Notoatmodjo 2010).Berdasarkan pola pemikiran diatas

maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Pre Test Post Test

B. Telaah Jurnal
Suhu Tubuh Suhu tubuh
sebelum dilakukan sesudah dilakukan
intervensi intervensi

Pemberian
Intervensi buli-
buli panas

Intervensi

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

B. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan

peneliti untuk melakukan pengukuran secara cermat terhadap suatu

objek atau fenomena (Hidayat,2008).

4
Definisi operasional pada penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Tabel 3. 1 Definisi operasional dan Variabel penelitian

Cara
Variabel Definisi Ukur/ Hasil Skala
Operasional Alat Ukur Ukur
ukur
Variabel Independen

Kompres Kompres Observa - -


hangat hangat si saat
dengan menggunaka pemberi
buli-buli n botol karet an
panas yang diisi kompres

air hangat hangat

yang dilapisi dengan

dengan buli-buli

handuk agar panas

tidak terjadi (lampira

pembakaran n)

kulit pasien. SOP

(Riyadi, S., pemberi

& Harmoko, an

H, 2012) interven
si
kompres
panas
dengan
buli-buli
panas.

5
Variabel Dependen
Pengukur Nilai Lembar 1= suhu Ordinal
an suhu suhu observasi tubuh
tubuh tubuh pengukuran rendah
sebelum yang suhu tubuh (hipoterm
intervensi diukur (lampiran) i) < 350C.
Therm alat ukur : 2 = suhu
ometer Thermometer tubuh
digital digital normal
sebelu 36-
m 37,50C
perlak 3 = suhu
uan. tubuh
tinggi
(hiperter
mi) >
0
37,5 C
(Menurut
WHO,
2009)
Pengukur Nilai Lembar 1= suhu Ordinal
an suhu suhu observasi tubuh
tubuh tubuh pengukuran rendah
sesudah yang suhu tubuh (hipoterm
intervensi diukur (lampiran) i) < 350C.
Therm alat ukur : 2 = suhu
ometer Thermometer tubuh
digital digital normal
sesuda 36-
h 37,50C
perlak 3 = suhu
uan. tubuh
tinggi

6
(hiperter
mi) >
37,50C
(menurut
WHO,
2009)

C. Hipotesis

Hipotesis penelitian yaitu jawaban sementara atau

kesimpulan yang diambil untuk menjawab permasalahan yang

dianjurkan dalam penelitian (Arikunto, 2009). Berdasarkan

rumusan tujuan dan pertanyaan penelitian, maka dapat dirumuskan

penelitian ini hipotesisnya adalah :

1) Ha : Ada pengaruh antara pemberian intervensi buli-buli

panas terhadap perubahan suhu tubuh pada pasien

pascabedah di RS Muhammadiyah Palembang.

7
BAB IV

METODE PENELITIAN

Uraian dalam metodologi ini mencakup desain penelitian, populasi

dan sampel, tempat dan waktu penelitian, etika penelitian, alat

pengumpulan data, prosedur pengumpulan data dan analisis data.

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menilai

pengaruh pemberian intervensi buli-buli panas terhadap perubahan

suhu tubuh pada pasien pascabedah dengan pendekatan quasy

eksperiment. Jenis desain quasy eksperiment yaitu mengungkapkan

adanya manipulasi suatu variabel (Sugiono,2010). Pada penelitian

ini mengambil jenis “one group pre test-post test” dimana

kelompok eksperimen diberikan pretest sebelum diberi perlakuan

yang kemudian diukur dengan post test setelah perlakuan.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut

masalah yang diteliti (Nursalam,2008). Populasi dalam penelitian ini

adalah pasien pascabedah yang mengalami perubahan suhu tubuh baik

hipotermi maupun hipertermi di ruang bedah RS Muhammadiyah

Palembang.

8
2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian yang diambil dari seluruh objek yang diteliti

dan dianggap dapat mewakili seluruh populasi yang diambil

denganteknik tertentu (Notoatmojo, 2010). Sample penelitian ini

adalah pasien pascabedah yang mengalami perubahan suhu tubuh baik

itu hipotermi maupun hipertermi.

a. Kriteria Inklusi

Sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan kriteria inklusi

berikut ini :

1) Pasien yang sudah selesai dilakukan operasi,

2) Pasien post operasi yang mengalami perubahan suhu

tubuh baik hipotermi ataupun hipertermi.

3) Pasien yang masuk kategori usia dewasa; 26-45 tahun

(Depkes, 2009)

4) Kesadaran responden komposmentis,

5) Mampu berkomunikasi dengan baik,

6) Bersedia menjadi responden dan menandatangani

informed concent,

7) Tidak mengalami komplikasi lanjutan.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan .... -.... tahun 2018 dilakukan

di ruang perawatan RS Muhammadiyah Palembang.

9
D. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data

primer yaitu data diambil secara langsung melalui alat bantu

berupa Thermometer digital untuk pengukuran suhu tubuh

pada pasien pascabedah di RS Muhammadiyah Palembang.

2. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan cara

sebagai berikut;

a. Peneliti menunjukkan surat ijin kepada institusi Poltekkes

Kemenkes Palembang Prodi D.IV Keperawatan, peneliti

mengajukan ijin penelitian kepada Direktur RS

Muhammadiyah Palembang.

b. Setelah mendapatkan ijin dari Direktur RS

Muhammadiyah Palembang, peneliti melakukan penelitian

dengan mengambil responden sesuai dengan jumlah serta

kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan oleh peneliti,

dengan memberikan lembar informed consent sebelum pasien

dilakukan tindakan operasi.

c. Kemudian penelitian dilakukan dengan cara peneliti

mengukur suhu pada responden yang telah ditetapkan sebagai

responden, yaitu dengan cara mengukur suhu pada responden

yang telah selesai operasi dan telah berada dibangsal

10
perawatan dan setelah 15 menit pemberian intervensi buli-buli

panas.

d. Kemudian hasil dicatat pada lembar observasi.

E. Instrumen dan Bahan

1. Instrumen

a. Wawancara

Data Karakteristik responden diperoleh dengan wawancara

langsung dengan responden, yang isinya menekankan pada

informasi karakteristik yaitu; nama, usia, jenis kelamin dan

lain-lain.

b. Pengukuran Observasi

Pengukuran observasi dilakukan melalui lembar observasi.

Perubahan suhu tubuh dapat diobservasi adalah suhu tubuh

sebelum dan sesudah intervensi.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

thermometer digital, Buli-buli panas, catatan medis, alat

tulis, dan lembar observasi.

F. Prosedur Penelitian

G. Manajemen Data

Data yang sudah terkumpul akan diolah melalui tahap-tahap

sebagai berikut (Notoatmodjo, 2010) : merupakan kegiatan untuk

11
mengecek dan memperbaiki isi formulir, kuesioner atau hasil

observasi.

1. Editing

Peneliti memastikan kelengkapan dan kejelasan

setiap aspek yang diteliti, yaitu dengan melakukan

pengecekan terhadap alat yang akan dipergunakan

dalam penelitian.

2. Koding

Peneliti melakukan kegiatan merubah data

berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau

bilangan. Kegunaan dari koding adalah untuk

mempermudah pada saat analisa dan entri data.

Dalam penelitian ini coding membagi kriteria antara

lain: Suhu tubuh responden yang berkisar <360C

dimasukkan dalam suhu rendah (hipotermi) diberi

koding 1, sedangkan Suhu tubuh responden yang

berkisar 36-37,50C dimasukkan dalam suhu normal

diberi koding 2, dan suhu responden yang suhunya

< 37,50C dimasukkan dalam suhu tinggi

(hipertermi) diberi koding 3.

3. Entry Data

Sebelum melakukan pemrosesan data, peneliti

melakukan pengecekan dan pengkodean pada

12
semua data. Pemrosesan data dilakukan dengan cara

meng-entri data dari lembar observasi ke dalam

paket program komputer (SPSS).

4. Cleaning Data

Peneliti melakukan pengecekan kembali data yang

sudah di entri apakah ada kesalahan atau tidak.

Setelah dipastikan tidak ada kesalahan, maka

pengolahan data dilanjutkan pada tahap analisis data

yaitu meliputi analisis univariat dan bivariat.

H. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah

dengan menggunakan komputer meliputi ;

1. Analisis Univariat

Analisa univariat ini bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian

(Notoatmodjo, 2010). Analisa univariat dalam penelitian ini

adalah data pasien post operasi yang dilakukan perlakuan

dengan pemberian intervensi buli-buli panas yang disajikan

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi responden berdasarkan :

umur, Jenis Kelamin, Suhu pre dan post pemberian intervensi

buli-buli panas.

2. Analisis Bivariat

13
Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelas. Untuk menguji hipotesis

komparatif dua sampel berpasangan bila datanya berbentuk

ordinal digunakan teknik statistik sign test dan wilcoxon match

pairs (Sugiyono, 2015).

I. Etika Penelitian

Menurut Sugiyono (2010), dalam melaksanakan sebuah penelitian,

ada beberapa prinsip etis atau etika penelitian yang harus

diperhatikan, sebagai berikut:

1. Informed Consent (lembar persetujuan)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang

sebelumnya diberi penjelasan secukupnya tentang tujuan

penelitian untuk menandatangani inform consent tersebut.

2. Anonymity (Kerahasiaan Identitas)

Kerahasiaan identitas responden dijaga oleh peneliti dan

hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Identitas

penelitian hanya diketahui oleh peneliti dan tidak

disebarluaskan.

3. Confidentiality (Kerahasiaan Informasi)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti,

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan

sebagai hasil penelitian.

14
4. Respect for Person

Peneliti selalu menjaga dan menghormati harkat dan

martabat responden adalah manusia sebagai makhluk bio,

psiko, sosial dan spiritual. Peneliti memberikan kebebasan

pada responden untuk memilih menjadi responden atau

berhak untuk menolak menjadi responden sehingga dalam

penelitian ini tidak ada unsur paksaan.

5. Beneficience

Prinsip beneficience menekankan peneliti untuk

melakukan penelitian yang memberikan manfaat bagi

pasien. Prinsip ini memberikan keuntungan dengan cara

mencegah dan menjauhkan dari bahaya, membebaskan

pasien dari eksploitasi serta menyeimbangkan keuntungan

dari resiko.

15
DAFTAR PUSTAKA

Huda, Amin. 2013. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis

dan NANDA. Yogyakarta: Mediaction Publishing.

Potter, P. A., & Perry, A. G. 2010. Fundamentals of nursing: fundamental

keperawatan; buku 2 edisi 7. Jakarta: Saleba Medika.

Majid A, et al.2011. Keperawatan perioperatif.Edisi 1. Yogyakarta: Goysen

Publishing.
Lampiran 1

SURAT PERSETUJUAN IKUT DALAM PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Pekerjaan :

Alamat :

Setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai


penelitian yang berjudul, “Pengaruh intervensi buli-buli panas terhadap
suhu tubuh pada pasien pascabedah di RS Muhammadiyah Palembang” dan
setelah mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai segala
sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut, maka dengan ini saya
secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan saya ikut dalam penelitian
tersebut.

Palembang, ........................ 2018

Yang memberikan penjelasan Yang membuat pernyataan

Persetujuan

( ) ( )

You might also like