Professional Documents
Culture Documents
Evi Wulandari
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia
Abstract
___________________________________________________________________
Rooms in a urban flats which have high potential for experiencing indoor air pollution caused by the presence of microbes. The
problems studied in this research was the air in the presence of Streptococcus Village flats Bandarharjo. The purpose of this
study was to determine what factors are associated with the presence of Streptococcus in the air at the Village flats Bandarharjo.
This type of research was observational study which used cross-sectional design using Lux meter, Thermo Hygrometer, media
Plate Blood Agar, and questionnaires. Data collection techniques of observation and documentation. Data were analyzed
quantitatively. The results showed that: the presence of Streptococcus in the air at the Village Bandarharjo flats as much as
43.75%. Dwelling unit didn’t have eligible temperature (65.62%), didn’t have eligible lighting (25%), didn’t have eligible
humidity (21.87%), didn’t have eligible density of occupancy (3.12%), and didn’t have eligible sanitation-conditioning
(40.62%). Advice to the residents of the urban flats that is for routine cleaning house and try to always open the windows every
day in the morning. For the parties concerned to continue to participate actively in the efforts to improve the physical
environment of flats improvement of air quality in the space.
Alamat korespondensi: ISSN 2252-6528
Gedung F1 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: wevii@ymail.com
1
Evi Wulandari / Unnes Journal of Public Health 2 (4) (2013)
2
Evi Wulandari / Unnes Journal of Public Health 2 (4) (2013)
patogen 0 CFU/m3 dan angka kuman kurang penduduk pada tahun 2006 sebanyak 19.785
dari 700 CFU/m3. jiwa dengan jumlah rumah tangga sebanyak
Salah satu bakteri patogen adalah 4.364 KK. Kepadatan penduduknya adalah
Streptococccus. Kuman ini dapat menyebabkan 5.768 jiwa per km2. Rumah susun Bandarharjo
penyakit epidemik antara lain scarlet fever, merupakan rumah susun sederhana sewa.
erisipelas, radang tenggorokan, febris Berdasar hasil studi awal yang
puerpuralis, rheumatic fever, dan bermacam- dilakukan pada tanggal 4 September 2012 di
macam penyakit lainnya (Hans, 1994). rumah susun Kelurahan Bandarharjo, pada
Salah satu ruangan yang berpotensi tinggi setiap lantai rumah susun diletakkan 1 petri disk
untuk mengalami masalah polusi udara dalam pada 10 rumah. Setiap petri disk diletakkan
ruang adalah rumah susun. Karena di dalam pada satu titik ruangan yang biasa digunakan
ruangan tersebut dengan luas 27 m2, dihuni tempat berkumpul anggota keluarga. Setelah di
lebih dari 4 orang, banyak terdapat perkakas inkubasi selama 4 hari, didapatkan hasil pada
rumah tangga, sekat tiap dindingnya berupa setiap petri disk memiliki lebih dari 20 koloni.
triplek. Selain itu, konstruksi dari bangunan Sedangkan hanya 1 petri disk yang jumlah
rumah susun tersebut kurang memadai, seperti koloninya kurang dari 20. Hal tersebut
pengaturan sistem ventilasi ruangan. Kondisi mengindikasi adanya mikroorganisme di udara
yang demikian akan membuat terkonsentrasinya yang apabila jumlahnya melebihi NAB yaitu
debu di dalam ruangan. Bersama debu-debu untuk bakteri patogen 0 CFU/m3 dapat
tersebut terdapat Streptococcus, yang merupakan mengganggu kesehatan penghuni didalamnya.
salah satu jenis mikroba polutan di udara yang Namun selama ini belum ada data yang
sering berhubungan dengan kejadian kesakitan menggambarkan jumlah dan jenis
pada manusia. Gangguan kesehatan akibat mikroorganisme udara dalam ruang rumah
kapang di dalam ruangan rumah susun akan susun.
dialami oleh orang-orang yang beraktivitas di Tingginya tingkat kepadatan bakteri di
didalamnya. Gangguan kesehatan tersebut udara pada rumah susun Kelurahan
dapat dipastikan akan menghambat dan Bandarharjo, diduga ada kaitannya dengan
mengganggu produktivitas kerja. suhu, pencahayaan, kelembaban, kepadatan
Rumah Susun Bandarharjo merupakan hunian, dan sanitasi ruangan rumah susun.
rumah susun sederhana pertama yang dimiliki Berdasar uraian di atas, peneliti tertarik untuk
Kota Semarang yang dibangun pada awal tahun meneliti permasalahan tersebut dengan judul
1990-an, sehingga usia bangunannya lebih tua “Faktor Yang Berhubungan Dengan
dibanding rusuna lainnya. Data hasil Keberadaan Streptococcus Di Udara Pada Rumah
identifikasi kondisi rumah susun di Indonesia Susun Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang
tahun 2007 dari Kantor Menegpera memberikan Tahun 2013”.
informasi awal bahwa kondisi kedua rumah
susun sederhana tersebut secara umum sudah METODE PENELITIAN
tidak sesuai lagi dengan tujuan penyediaan
rumah susun sederhana, yaitu memberikan Jenis penelitian yang digunakan dalam
hunian yang layak, sehat, dan terjangkau untuk peelitian ini adalah jenis penelitian analitik
MBR (masyarakat berpenghasilan rendah). observasional, sedangkan rancangan penelitian
Rumah susun Bandarharjo terletak +/- 2 yang digunakan cross-sectional. Fokus penelitian
km ke arah utara Kota Semarang dan berlokasi yang menjadi pusat perhatian yaitu keberadaan
di tengah permukiman padat dan kumuh di Streptococcus di udara pada rumah susun
Kelurahan Bandarharjo Semarang. Data dari Kelurahan Bandarharjo, serta untuk mengetahui
BPS tahun 2007 menyebutkan bahwa suhu, pencahayaan, kelembaban, kepadatan
Kelurahan Bandarharjo memiliki luas wilayah hunian, dan sanitasi ruangan.
secara administratif seluas 3,43 km2. Jumlah
3
Evi Wulandari / Unnes Journal of Public Health 2 (4) (2013)
Sumber data dari observasi yaitu Kuesioner. Teknik pengambilan data secara
pengukuran suhu, pencahayaan, kelembaban, langsung yaitu mengukur suhu, pencahayaan,
kepadatan hunian, dan sanitasi ruangan. kelembaban, dan penangkapan Streptococcus
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh menggunakan media Blood Plate Agar.
unit hunian rumah susun Kelurahan Sedangkan teknik pengambilan data secara
Bandarharjo yaitu berjumlah 90 unit hunian. tidak langsung yaitu menggunakan wawancara
Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu untuk mengukur kepadatan hunian dan
adalah non probality sampling dengan metode sanitasi ruangan. Setelah melakukan
quota sampling. Jumlah sampel minimum pengambilan data dilakukan tahap analisis data
menggunakan rumus Stanley Lemeshow yaitu dengan menggunakan uji chi square.
(1997:54) yaitu 32 unit hunian, sehingga jumlah
sampel untuk lantai I sejumlah 11 unit hunian, HASIL DAN PEMBAHASAN
lantai II sejumlah 11 unit hunian, dan lantai III
sejumlah 10 unit hunian. Gambaran Suhu Pada Rumah Susun
Instrumen yang digunakan dalam Hasil pengukuran suhu dapat dilihat pada
penelitian ini adalah Lux meter, Thermo Tabel 1 berikut ini:
Hygrometer, Media Blood Plate Agar, dan
Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa seluruh lantai tempat penelitian berada di atas
dari 32 unit hunian suhu yang tidak memenuhi batas normal jika dibandingkan dengan standar
syarat sebanyak 21 unit hunian (65,62%), suhu optimum pertumbuhan Streptococcus yaitu
sedangkan suhu yang memenuhi syarat 30o-37oC.
sebanyak 11 unit hunian (34,37%). Suhu di
Suhu bergantung pada musim dan udara maka pengaruh udara luar sangat
kondisi geografis setempat. Suhu dalam rumah berperan, seperti temperature dan kelembaban.
dipengaruhi oleh suhu udara luar, pergerakan Maka temperatur dan kelembaban ruang
udara, dan kelembaban ruangan. Untuk tergantung pada temperatur dan kelembaban
pertumbuhan optimal, mikroorganisme udara luar. Pada musim hujan temperatur udara
memerlukan lingkungan yang memadai. Pada relatif rendah dan kelembaban sangat tinggi,
ruangan yang tidak menggunakan pengontrol sehingga merupakan media sangat baik untuk
4
Evi Wulandari / Unnes Journal of Public Health 2 (4) (2013)
Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa bawah batas normal jika dibandingkan dengan
dari 32 unit hunian pencahayaan yang tidak standar pencahayaan ruangan yang ditetapkan
memenuhi syarat sebanyak 8 unit hunian (25%), PerMenKes RI No.1077/Menkes/Per /V/2011
sedangkan pencahayaan yang memenuhi syarat yaitu sebesar minimal 60 Lux dan tidak
sebanyak 24 unit hunian (75%). Pencahayaan di menyilaukan mata.
seluruh lantai tempat penelitian berada di
5
Evi Wulandari / Unnes Journal of Public Health 2 (4) (2013)
Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa penelitian berada di atas batas normal jika
dari 32 unit hunian kelembaban yang tidak dibandingkan dengan standar kelembaban
memenuhi syarat sebanyak 7 unit hunian ruangan yang ditetapkan PerMenKes RI
(21,87%), sedangkan kelembaban yang No.1077/Menkes/Per /V/2011 yaitu sebesar
memenuhi syarat sebanyak 25 unit hunian 40-60%.
(78,12%). Kelembaban di seluruh lantai tempat
Menurut Slamet (2002) ruangan dengan kelembaban relatif. Nilai aw untuk bakteri pada
ventilasi tidak baik jika dihuni seseorang akan umumnya terletak di antara 0,90 -0,99,
mengalami kenaikan kelembaban yang sedangkan bakteri halofilik mendekati 0,75.
disebabkan tubuh dari penguapan cairan tubuh Keadaaan kekeringan menyebabkan
dari kulit karena uap pernafasan. proses pengeringan protoplasma, yang berakibat
Mikroba mempunyai nilai kelembaban berhentinya kegiatan metabolisme. Pengeringan
optimum. Pada umumnya untuk pertumbuhan secara perlahan-lahan menyebabkan perusakan
ragi dan bakteri diperlukan kelembaban yang sel akibat pengaruh tekanan osmosis dan
tinggi di atas 85%, sedangkan untuk jamur dan pengaruh lainnya dengan naiknya kadar zat
aktinomisetes memerlukan kelembaban yang terlarut.
rendah di bawah 80%. Kadar air bebas di dalam
larutan (aw atau water activity) merupakan nilai Gambaran Kepadatan Hunian Rumah Susun
perbandingan antara tekanan uap air larutan Hasil pengukuran kepadatan hunian
dengan tekanan uap air murni, atau 1/100 dari dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini:
Berdasarkan Tabel 7, diketahui bahwa di seluruh lantai tempat penelitian berada di atas
dari 32 unit hunian kepadatan huniannya tidak batas normal jika dibandingkan dengan standar
memenuhi syarat sebanyak 1 unit hunian kepadatan hunian yang ditetapkan oleh Perwal
(3,12%) yaitu yang dihuni oleh 9 orang didalam Kota Semarang No.7 Tahun 2009, yaitu jumlah
1 unit hunian, sedangkan yang kepadatan penghuni tempat hunian luas 21 m 2, dapat
huniannya memenuhi syarat sebanyak 31 unit dihuni paling banyak 4 (empat) orang. Dan
hunian (96,87%) yaitu yang dihuni 2 sampai 4 tempat hunian di atas luas 21 m2, dapat dihuni
orang didalam 1 unit hunian. Kepadatan hunian paling banyak 6 (enam) orang.
6
Evi Wulandari / Unnes Journal of Public Health 2 (4) (2013)
7
Evi Wulandari / Unnes Journal of Public Health 2 (4) (2013)
sebanyak 19 unit hunian (59,37%). Jika skor dikatakan memenuhi syarat. Tetapi jika <7
yang didapatkan yang didapatkan ≥7, maka maka tidak memenuhi syarat (Azwar, 2008).
Sanitasi atau biasa juga disebut dengan susun Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang,
kebersihan, adalah upaya untuk memelihara (2) tidak ada hubungan antara kepadatan
hidup sehat yang meliputi kebersihan pribadi, hunian dengan keberadaan Streptococcus di udara
kehidupan bermasyarakat, dan kebersihan kerja. pada rumah susun Kelurahan Bandarharjo Kota
Kebersihan merupakan suatu perilaku yang Semarang.
diajarkan dalam kehidupan manusia untuk
mencegah timbulnya penyakit karena, pengaruh DAFTAR PUSTAKA
lingkungan serta membuat kondisi lingkungan
agar terjaga kesehatannya. Corie Indira Prasasti., dkk, 2005, Pengaruh Kualitas
Dapat disimpulkan bahwa hasil yang di Udara Dalam Ruangan Ber-AC Terhadap
dapatkan sesuai dengan teori pada sanitasi Gangguan Kesehatan, dalam Jurnal Kesehatan
Lingkungan Vol.1, No.2, Januari 2005,hlm.
ruangan yang cukup kebersihan lingkungannya
160-169.
akan terjaga dan dapat mengurangi risiko
Depkes RI, 2005. Parameter Pencemar Udara dan
adanya Streptococcus di udara. Akan tetapi jika Dampaknya terhadap Kesehatan.
sanitasi ruangannya buruk, hal tersebut akan www.depkes.go.id/download/Udara.P
menimbulkan ruangan menjadi kotor dan DF. diaksestanggal 19 September 2012.
berdebu. Debu yang menempel pada perabot Hans G. Sclemiel, 1994. Mikrobiologi Umum.
dan karpet akan membuat udara didalamnya Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
menjadi lebih lembab. Jika udara lembab akan Laila Fitria, dkk., 2008. Kualitas Udara dalam Ruang
menyebabkan naiknya suhu didalam ruangan Perpustakaan Universitas X ditinjau dari Kualitas
dan kondisi ruangan yang lembab dan bersuhu Biologi, Fisik dan Kimiawi, dalam Makara
tinggi inilah Streptococcus dan bakteri lainnya Kesehatan Vol. 12, No.2, Desember 2008,
hlm.77-83.
dapat berkembang biak (Irianto, 2006).
Koes Irianto, 2006. Mikrobiologi I : Menguak Dunia
Mikroorganisme Jilid 1. Bandung : Yrama
Widya.
Moerdjoko, 2004, KaitanSistem Ventilasi Bangunan
SIMPULAN Dengan Keberadaan
Mikroorganisme Udara, dalam Dimensi Teknik
Berdasarkan hasil penelitian mengenai ArsitekturVol. 32, No. 1, Juli 2004: 89 –
faktor yang berhubungan dengan keberadaan 94.
Streptococcus di udara pada rumah susun National Institute of Occupational Safety and Health
(NIOSH), 1997. Indoor Environmental Quality.
Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang,
http://www.cdc.gov/niosh/topics/indoo
diperoleh simpulan sebagai berikut: (1) ada
renv/. Diakses tanggal 18 Agustus 2012.
hubungan antara suhu, pencahayaan,
Peraturan Walikota Semarang Nomor 7 tahun 2009
kelembaban, dan sanitasi ruangan dengan
tentang Penghunian dan Persewaan atas Rumah
keberadaan Streptococcus di udara pada rumah Sewa Milik Pemerintah Kota Semarang.
8
Evi Wulandari / Unnes Journal of Public Health 2 (4) (2013)