Professional Documents
Culture Documents
BAB I
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin) yang dapat hidup dari dalam uterus
melalui vagina ke dunia luar secara spontan tanpa bantuan alat dan tidak melukai ibu dan janin yang
( Varneys,2003)
a. Persalinan Spontan : persalinan seluruh berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan
b. Persalinan Buatan : persalinan dengan bnatuan tenaga dari luar. Missal : section sessaria,
c. Persalinan Anjuran : kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul, vagina dan
entriotus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak khususnya lapisan-lapisan otot
dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan
dalam proses persalinan. Janin harus menyesuaikan dirinya terhadap jalan yang relative
kaku. Oleh karena itu, ukuran dan bentuk panggul harus di tentukan sebelum persalinan
dimulai.
Passenger atau jalan bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa
factor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin karena plasenta
juga harus melewati jalan lahir, maka dia juga dianggap sebagai bagian dari passanger
yang menyertai janin, namun plasenta jarang menghambat proses persalinan pada
kehamilan normal.
c. Power (kekuatan)
Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi involunter dan volenter
secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari eterus. Kontraksi involunter
berdilitasi, usaha volunter dimulai untuk mendorong yang disebut kekuatan sekunder,
a. Lightening yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul (PAP) terutama pada primi para.
c. Pola kesuria dan sasuk miksi karena kandung kemih tertekan bagian bawah janin
d. False labair pain yaitu perasaan sakit diperut dan pinggang karenaadanya kontraksi lemah dari
uterus.
e. Serviks menjadi lembek, mendatar dan mengeluarkan sekresi lendir,darah dari vagina (bloedy
a. Kekuatan his bertambah, makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi makin pendek
d. Pada pemeriksaan dalam serviks mulai mendatardan pembukaan lengkap.( Praworohardjo, 2000)
a. Kala I
Dimulai dari saat persalinan sampai pembukaan serviks kurang 4 cm dan kontraksi terjadi teratur
minimal 2 kali dalam 10 menit, sampai pembukaan lengkap. Pada primigrafida kala I berlangsung kira-
kira 13 jam, sedangkan pada multi kira-kira 7 jam. Proses pembukaak serviks dibagi dalam 2 fase:
1) Fase laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran
diameter 3 cm.
b) Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4cm menjadi
9cm.
c) Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9cm
menjadi lengkap.
Ketuban akan pecah dengan sendiri ketika pembukaan hampir atau sudah lengkap. Tidak jarang
ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan hampir lengkap atau telah lengkap. Bila ketuban telah
b. Kala II
Proses persalinan dari pembukaan serviks 10 cm (lengkap) sampai lahirnya bayi. Pada primigravida
kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata- rata 0,5 jam.
c. Kala III
Proses persalinan dari lahirnya bayi sampai plasenta lahir. Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan
fundus uteri agak diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus kontraksi lagi untuk melepas plasenta
dari din dinginya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar
spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran
d. Kala IV
Dimulai saat plasenta lahir sampai 2 jam pertama post partum. Keduanya baru saja mengalami
perubahan fisik yang luar biasa. Rata-rata perdarahan normal adalah 250 cc. Perdarahan persalinan
7. Beberapa istilah yang berkaitan dengan usia kehamilan dan berat janin yang dilahirkan, sebagai
berikut :
a. Abortus
kandungan
b. Persalinan prematuritas
c. Persalinan aterm
1) Persalinan antara umur kehamilan 37-42 minggu
d. Persalinan serotinus
e. Persalinan presipitatus
d. Multipara : wanita yang pernah melahirkan anak hidup lebih dari sekali
b. Ibu merasa takanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan
penatalaksanaan komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia à tempat yang datar dan keras, 2
kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
a. Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi.
b. Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air
bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan handuk yang bersih dan kering.
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam.
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT
atau steril) dan letakkan di partus set/wadah DTT atau steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada
alat suntik).
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan
a. Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama dari arah
depan ke belakang
b. Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
c. Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam larutan klorin 0,5
%)
Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi.
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung
tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam
larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
10. Periksa DJJ setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas
Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan
a. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan
b. Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung dan memberi
13. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila ada rasa ingin meneran dan terjadi
kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan
14. Laksanakan bimbingan meneran saat ibu marasa ada dorongan kuat untuk meneran.
b. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak
sesuai
c. Bantu ibu mengambil posisi nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam
h. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran
15. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman jika ibu belum
16. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka
18. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
20. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum
dengan tangan yang dilapisi dnegan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi
21. Seka dengan lembut muka, mulut, dan hidung bayi dengan kasa/kain bersih.
22. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi
a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong diantara dua klem
tersebut
23. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
24. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparetal. Anjurkan ibu untuk
meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan
muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu
belakang.
25. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah kepala,
lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku
sebelah atas.
26. Seteleh tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai
dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara mata kaki dan pegang masing-masing
28. Keringkan tubuh bayi, bungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian tali pusat.
29. Jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal
(ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2cm distal dari klem pertama.
30. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit dan lakukan pengguntingan (lindungi
31. Ganti handuk yang basah dengan handuk/kain baru yang bersih dan kering, selimuti dan tutup
kepala bayi dan biarkan tali pusat terbuka. Tali pusat tidak perlu ditutup dengan kassa atau diberi
yodium tapi dapat dioles dengan antiseptik, Jika bayi mangalami kesulitan bernafas, lihat
penatalaksanaan asfiksia
32. Berikan bayi kepada ibunya dan anjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan untuk memulai
pemberian ASI.
33. Letakkan kain bersih dan kering pada perut ibu, periksa kembali uterus untuk memastikan tidak
34. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik agar uterus berkontraksi baik.
35. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha atas bagian
36. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
37. Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simpisis untuk mendeteksi. Tangan
38. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain
mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorsokranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio
uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga
Jika uterus tidak segera berkontraksi minta ibu, suami datau anggota keluarga untuk melakukan
39. Lakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta terlepas. Minta ibu meneran
sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas mengikuti
40. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan
putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada tempat
Jika selaput ketuban robek, pakai serung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa
selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian
41. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan telapak tangan
di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi
Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik masase.
42. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian meternal maupun fetal dan pastikan selaput ketuban
lengkap dan utuh. Masukkan palsenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus.
43. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan panjahitan bila laserasi
menyebabkan perdarahan.
44. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
45. Celupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %, bilas kedua
tangan tersebut dengan air DTT dan keringkan dengan kain yang bersih dan kering.
46. Selimuti bayi dan tutupi bagian kepalanya dengan handuk atau kain bersih dan kering.
47. Minta ibu memulai pemberian ASI secara dini (30-60 menit setelah bayi lahir).
atonia uteri
49. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
51. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1jam pertama
a. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pascapersalinan
52. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 % untuk dekontaminasi (10
54. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir, dan darah.
55. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu
57. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %, balikkan bagian dalam keluar dan
59. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV dan
lakukan penimbangan bayi, beri tetes mata profilaksis dan vitamin K 0, 1 cc.
berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :
b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, meliputi :
sebelumnya ).
1
Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan
data sesuai dengan kasus yang dihadapi yang akan menentukan proses interpretasi yang benar atau
tidak dalam tahap selanjutnya. Sehingga dalam pendekatan ini harus komprehensif meliputi data
subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi pasien yang
Kaji ulang data yang sudah dikumpulkan apakah sudah tepat, lengkap dan akurat.
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi atas
Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosis dan
masalah yang spesifik. Rumusan diagnosis dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak
dapat didefinisikan seperti diagnosis tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan
dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil
Diagnosis kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan
Penanganannya.
Pada langkah ini bidan mengidantifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial berdasarkan
diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah
diagnosis atau masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi. Langkah ini penting sekali dalam
Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial, tidak hanya
merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar
masalah atau diagnosis potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini benar merupakan langkah yang
Kaji ulang apakah diagnosis atau masalah potensial yang diidentifikasi sudah tepat.
Mengindentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau tenaga konsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen
bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita
tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengidentifikasi situasi
yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak.
Data baru mungkin saja dikumpilkan dapat menunjukkan satu situasi yang memerlukan tindakan segera
sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter. Situasi lainnya tidak merupakan
Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari preeklampsia, kelainan panggul, adanya penyakit
jantung, diabetes, atau masalah medic yang serius, bidan memerlukan konsultasi atau kolaborasi
dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi
dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli gizi atau seorang ahli perawatan klinis
bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan
kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan kebidanan.
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya.
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnose yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah terindentifikasi dari kondisi
klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap
wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan,
konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial
ekonomi-kultural atau masalah psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah
mencakup setiap hal yang berkaitan dengan setiap aspek asuhan kesehatan. Setiap rencana asuhan
haruslah disetujui oleh kedua pihak, yaitu oleh bidan dank lien agar dapat dilaksanakan dengan efektif
karena klien juga akan melaksanakan rencana asuhan bersama klien kemudian membuat kesepakatan
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar
valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima
dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias dilakukan seluruh oleh bidan atau sebagian
lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap
Dalam situasi di mana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami
komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah tetap
Manajemen yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien.
7. Langkah 7 : Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi kefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana
telah diidentifikasi dalam diagnose dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang
benar efektif dalam pelaksanaannya.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan sebagian belum efektif.
Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan
maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui manajemen tidak
pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena proses manajemen
tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir tergantung pada klien dan situasi
klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja
1. Pengkajian
`Pengkajian adalah suatu langkah awal yang dipakai dalam menerapkan asuhan kebidanan pada
pasien.Pada tahap ini semua data dasar dan informasi tentang klien dikumpulkan dan dianalisa untuk
a. Data Subjektif
1) Biodata
a) Nama: Dikaji dengan nama jelas dan lengkap agar tidak terjadi kekeliruan dalam melaksanakan
tindakan.
c) Agama : Untuk mengetahui keyakinan yang dianut klien Sehingga dapat mempermudah dalam
d) Suku/bangsa : Untuk mengetahui sosial budaya dan adat istiadat yang dianut pasien sehingga dapat
2) Keluhan Pasien
Ditujukan pada data yang terutama mengarah pada tanda dan gejala yang berhubungan dengan
persalinan.
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu pernah menderita atau sedang menderita penyakit-
penyakit meliputi hipertensi, jantung, TBC, paru-paru, asma, diabetes mellitus, riwayat penyakit/
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah dalam keluarga mempunyai riwayat penyakit keturunan
meliputi penyakit hipertensi, jantung, asma, diabetes mellitus, dan riwayat keturunan kembar.
5) Riwayat Obstetri
a) Riwayat haid
Riwayat haid perlu dikaji untuk mengetahui apakah kehamilannya aterm atau tidak melalui perhitungan
HPHT.
Jika ia pernah melahirkan, apakah ia memiliki riwayat kelahiran dengan operasi atau tidak.
Hal yang perlu dikaji meliputi sejauh ini berapa lama proses persalinan berlangsung, apakah persalinan
pada awalnya berlangsung normal atau kemudian berhenti secara tiba-tiba, apakah kulit ketubannya
sudah pecah dan jika telah pecah berapa lama hal itu telah terjadi.
a) Pola nutrisi
Nutrisi pasien perlu dikaji karena malnutrisi merupakan faktor resiko terjadinya penyulit dalam
persalinan.
b) Pola elimininasi
Dikaji untuk mengetahui tentang BAB dan BAK baik frekuensi dan pola sehari-hari
c) Pola istirahat
d) Pola seksual
e) Pola aktifitas
Ibu yang biasa kerja keras kemungkinan bisa menyebabkan kelelahan pada saat persalinan
Mandi berapa kali, gosok gigi berapa kali, kramas berapa kali, bagaimana kebersihan lingkungan
Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan usaha yang akan dilakukan ibu, apabila ibu
Untuk mengkaji pertahanan diri yang dipakai dalam mengatasi perasaan takut dan cemas karena
Untuk mengkaji hubungan sosial ibu dengan keluarga dan untuk mengkaji kemampuan pasien
j) Data Psikologis
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui keadaan psikologi ibu sehubungan dengan adanya masalah dalam
persalinan
b. Data Objektif
1) Pemeriksaan Umum
Dilakukan pemeriksaan umum untuk mengkaji keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital (TD,
nadi,suhu, dan RR) yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya kelainan dalam persalinan.
Sehingga bidan dapat mengambil keputusan bila terjadi masalah dalam persalinan.
2) Status Present
a) Kepala
Periksa keadaan kepala dan kulit kepala, distribusi rambut rontok atau tidak.
b) Mata
Untuk mengetahui konjungtiva anemis atau tidak, sklera ikterik atau tidak, dan untuk mengetahui
c) Hidung
d) Mulut
Diperiksa untuk mengetahui apakah ada stomatitis atau tidak.Dan ada caries dentis atau tidak.
e) Telinga
Diperiksa untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda infeksi telinga seperti OMA atau OMP.
f) Leher
g) Ketiak
h) Dada
Untuk mengetahui dada simetris atau tidak, ada retraksi dinding dada saat respirasi atau tidak.
i) Mammae
Apakah ada kelainan pada bentuk payudara seperti benjolan abnormal atau tidak.
j) Abdomen
Diperiksa untuk mengetahui kepala janin dapat diraba diatas rongga pelvik atau tidak, kontraksi uterus
sering dan kuat atau tidak, uterus dapat mengalami kontraksi tertarik dan bermolase ketat disekeliling
janin atau tidak serta ada cincin bandle (bandl’s ring) dapat terlihat atau tidak.
k) Pinggang
l) Genitalia
Dikaji apakah ada oedem vulva atau tidak, vagina panas dan kering atau tidak, periksa adanya
m) Punggung
n) Anus
o) Ekstremitas
Diperiksa apakah ada varises atau tidak , apakah ada odem dan kelainan atau tidak.
3) Pemeriksaan Obstetri
a) Pemeriksaan palpasi
Diperiksa untuk memantau janin selalu dalam keadaan normal dengan ddj normal 120-160x/menit, jika
lebih dari 160 disebut fetal distres dan waspadai terjadinya fetal death.
Perlu dikaji untuk mengetahui apakah his adekuat dan untuk mengetahui PPV ibu. Menurut Saifuddin
(2002). Dikatakan his adekuat bila frekuensinya 3x dalam 10 menit dan lamanya lebih dari 30 detik.
d) Pemeriksaan dalam
4) Pemeriksaan panggul
Untuk mengetahui gambaran secara garis besar bentuk dan ukuran panggul, penilaian ukuran panggul
normal meliputi distansia spinarum 23-26 cm, distansia cristarum 26-29 cm, conjungtiva externa 18-20
cm, ukuran lingkar panggul 80-90 cm sehingga dapat ditentukan ukuran panggul pasien trmasuk
ukuran normal atau sempit , ukuran panggul ini dapat mempengaruhi persalinan normal melalui
Interpretasi dibentuk dari data dasar, dalam hal ini dapat berupa diagnosa kebidanan, masalah dan
kebutuhan.
a. Diagnosa kebidanan
Diagnosa yang dapat ditegakan adalah diagnosa yang berkaitan dengan gravida , para, abortus , umur
ibu, umur ibu, umur kehamilan keadaan janin, dan perjalanan persalinan.
6) Hasil pemeriksaan :
b. Masalah
Tidak ada
3. Diagnosa Potensial
Tidak ada
4. Antisipasi Masalah
Tidak ada
5. Perencanaan /Intervensi
Merencanakan asuhan kebidanan sesuai dengan kasus yang ada yang didukung dengan pendekatan
yang rasional sebagai dasar untuk mengambil keputusan sesuai langkah selanjutnya.Perencanaan
2) Kolaborasi dengan dokter untuk mendapatkan pelaksanaan persalinan normal yang aman.
3) Melakukan pengawasan yang meliputi KU, tensi, nadi, suhu, RR, his, DJJ, bandle ring, PPV.
6. Pelaksanaan/ Implementasi
Pelaksanaan bertujuan untuk mengatasi diagnose kebidanan, masalah pasien sesuai rencana yang telah
dibuat, pelaksanaan tersebut hendaknya dibuat secara sistematis, agar asuhan kebidanan dapat
d. untuk pelaksanaan tindakan pada masalah kecemasa terhadap proses persalinan yang akan dialami
oleh ibu maka dilaksanakan dengan memberikan informasi secara singkat tentang keadaan yang
dialami ibu dan tindakan yang akan dilakukan berkenaan dengan masalah yang ada, selain itu juga
perlu diberikan informasi mengenai hal- hal yang perlu dilakukan rasa cemasnya dalam menghadapi
proses persalinan.
7. Evaluasi
Penularan dari semua tindakan yang telah dilakukan, apakah implementasi sesuai dengan perencanaan
3) Ibu mengetahui apa yang akan dilakukan pada saat proses persalinan berlangsung
BAB II
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
Identitas/ Biodata
Nomer RM :
2. Keluhan Utama : Ibu menyatakan kenceng – kenceng, belum mengeluarkan lendir darah dan air
ketuban.
c. Kekuatan : kuat
4. Pengeluaran pervaginam :
Riwayat Obstetri
1. Riwayat menstruasi :
2. Riwayat Perkawinan :
c. Perkawinan ke :1
d. Jumlah anak :1
3. Riwayat Kesehatan :
Ibu menyatakan tidak sedang menderita penyakit menular ( HIV/AIDS, TBC, hepatitis), menurun
Ibu menyatakan bahwa tidak pernah menderita penyakit menular seperti (HIV/AIDS, TBC, hepatitis)
Ibu menyatakan bahwa dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular ( HIV/AIDS,TBC,
d. Imunisasi TT : 2 x, di Bidan
Kenceng-kenceng
Anak Anak
1 Tidak ada 3 ♂ Spontan Tidak ada Bidan 2800 Sehat Normal
tahun gr
2 Hamil ini
6. Riwayat KB :
sela kontraksi
Aktifitas Melakukan aktifitas Posisi miring kanan -
hubungan seksual
8. Data Psikologis :
Ibu dan keluarga merasa senang dengan kehamilannya dan menyambut kelahiran bayinya
b. Lingkungan : ibu menyatakan lingkungan rumahnya bersih, nyaman dan tidak kumuh.
c. Hubungan dengan suami dan/ keluarga : ibu menyatankan hubungannya dengan keluarga dan
d. Adat istiadat : ibu menyakan tidak menganut adat istiadat yang ada dalam keluargannya
10. Data Spiritual : ibu menyatakan beragama islam menjalankan sholat 5 waktu sesuai dengan
kepercayaannya
a. Tentang kehamilan : ibu mengetahui tentang tanda bahaya kehamilan seperti: (ketuban pecah
sebelum waktunya, gerakan janin berkurang, oedema, dll)
c. Tentang senam hamil : ibu mengetahui tentang senam hamil tetapi ibu tidak melakukannya
d. Tentang persiapan persalinan : ibu sudah mempersiapkan persalinan seperti peralatan bayi
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
b. Kesadaran : Composmenthis
d. Tanda vital
e. Status present
1) Kepala : Mesochepal
a) Rambut : distribusi merata, tidak rontok dan kulit kepala tidak ketombe
9) Ekstremitas
a) Atas : tidak ada oedema, tidak pucat, tugor baik, jari – jari lengkap
2. Pemeriksaan Obstetri
a. Inspeksi
b. Palpasi
1) Leopold I : 2 Jari di bawah PX, bagian fundus teraba lunak, bulat, tidak ada lentingan yaitu
bokong, TFU : 31 cm
2) Leopold II : bagian kanan teraba keras memanjang , ada tahanan yaitu punggung, sedangkan
3) Leopold III : bagian bawah janin teraba bulat keras ada lentingan dan tidak bisa di goyang
yaitu kepala
c. Auskultasi
: interval 5 menit
1) Lama : 40 detik
2) Frekuensi : 4 x
3) Interval : 5 menit
4) Sifat : kuat
f. Periksa Dalam :
1) V/U/V : menutup / tidak ada radang, penuh /tidak oedem, tidak varises
2) Pembukaan : Ø7
3) Effecement : 70%
4) KK : +
5) Penurunan : 4/5
b. HB : 11,5
Ny A umur 29 tahun G2P1A0 usia kehamilan 39 minggu 6 hari janin tunggal hidup intra uterin letak
membujur presentasi kepala sudah masuk PAP Ʉ puka inpartu kala 1 fase aktif
Dasar :
DS :
DO :
a. KU : Baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Leopold I : 2 Jari di bawah Prosessus Xifoideus, bagian fundus teraba lunak, bulat, tidak ada
d. Leopold II : bagian kanan teraba keras memanjang , ada tahanan yaitu punggung, sedangkan
e. Leopold III : bagian bawah janin teraba bulat keras ada lentingan dan tidak bisa di goyang
yaitu kepala
h. DJJ :
2) Irama : teratur
3) Kontraksi : kuat
4) Interval : 5 menit
i. VT : Ø 7 cm
j. Effecement : 70%
k. KK :+