Professional Documents
Culture Documents
2. Diagnosa Keperawatan
a. Eliminasi Urin
NANDA (2003) menyebutkan satu diagnostik umum untuk masalah eliminasi urin dan
beberapa tanda yang lebih spesifik ;
Impaired Urinary Elimination : Gangguan dalam eliminasi urin
Diagnosa keperawatan NANDA yang lain yang berhubungan dengan eliminasi urin,
dibagi menjadi subkategori meliputi :
Functional Urinary Incontinence
Reflex Urinary Incontinence
Stress Urinary Incontinence
Total Urinary Incontinence
Urge Urinary Incontinence
Urinary Retention
b. Eliminasi Fekal
NANDA memasukkan tanda diagnosa untuk masalah eliminasi fekal :
Bowel incontinence (Inkontinensia Fekal)
Constipation (Konstipasi)
Risk for Constipation (Resiko konstipasi)
Perceived Constipation (merasa konstipasi)
Diarrhea (diare)
Penerapan klinik dari diagnosa yang dipilih ditampilkan dalam Nursing Diagnoses,
Outcames, and Intervention. Masalah eliminasi fekal bisa mempengaruhi beberapa
organ lain pada fungsi tubuh manusia dan sebagai etiologi diagnosa NANDA yang
lain. Contoh sebagai berikut :
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan :
a. Diare yang berkepanjangan
b. Kehilangan cairan secara tidak normal melalui ostomi
Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan :
a. Diare yang berkepanjangan
b. Pembesaran usus besar
c. Pengalihan ostomi usus besar
Harga diri rendah berhubungan dengan :
a. Ostomi
b. Inkontinensia fekal
c. Membutuhkan bantuan untuk toileting
Kekurangan pengetahuan (training usus besar, manajemen ostomi) berhubungan
dengan kurang pengalaman
Kecemasan berhubungan dengan
a. Kehilangan kontrol terhadap eliminasi fekal sekunder untuk ostomi
b. Respon orang lain terhadap ostomi.
3. Rencana Keperawatan
Eliminasi Fekal
Tujuan utama pada klien dengan gangguan eliminasi fekal adalah
1. menjaga atau memulihkan pola eliminasi fekal normal.
2. menjaga atau memperoleh kembali konsistensi feces normal.
3. mencegah resiko-resiko yang berhubungan seperti ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, kerusakan kulit, distensi abdomen dan nyeri.
Intervensi keperawatan yang bertujuan untuk mencegah dan mengatasi masalah-
masalah tersebut di atas harus diidentifikasi. Tindakan keperawatan yang spesifik yang
berhubungan dengan intervensi tersebut dapat dipilih untuk memenuhi kebutuhan
klien. Contoh dari aplikasi klinis dengan menggunakan NANDA, NIC dan NOC.
Eliminasi urine
4. Implementasi Keperawatan
Eliminasi Fekal
A. Meningkatkan kebiasaan defekasi secara teratur. Perawat membantu klien
melakukan defekasi secara teratur dengan :
a. memberikan privasi
Privasi selama defekasi adalah sangat penting bagi sebagian besar orang.
Perawat seharusnya menyediakan privasi semaksimal mungkin kepada klien
yang mengalami kelemahan dan tidak bisa ditinggal sendiri. Beberapa klien
juga memilih untuk menyeka, mencuci dan mengeringkan oleh mereka sendiri
setelah defekasi. Sehingga perawat hanya perlu menyediakan air dan
washlap / handuk untuk memenuhi kebutuhan klien.
b. Waktu
Pasien seharusnya diberi semangat untuk defekasi ketika merasa ada keinginan
untuk defekasi untuk membentuk eliminasi fekal yang teratut klien dan perawat
dapat mendiskusikan ketika refleks ileosekal muncul dan menyediakan waktu
untuk defekasi. Beberapa orang memiliki rutinitas yang teratur aktivitas lain
seperti mandi dan ambulasi sebaiknya tidak dilakukan bersama defekasi.
c. Nutrisi dan cairan
Makanan klien mempengaruhi eliminasi klien normal karena jenis makanan dan
cairan mempengaruhi frekuensi dan pola defekasi.
i. Konstipasi
Meningkatkan intake cairan terutama miniman yang hangat dan jus buah.
Kemudian meningkatkan makanan yang tinggi serat
ii. Diare
Meningkatkan intake cairan dan makanan lunak. Makan dalam jumlah
sedikit dapat membantu karena lebih mudah diabsorbsi. Klien harus
menghindari makanan yang dapat menstimulasi peristaltik usus, seperti
makanan pedas dan tinggi serat atau minuman yang terlalu panas atau terlalu
dingin.
iii. Flatulensi
Klien menghindari minuman berkarbonasi, penggunaan sedotan minuman,
dan permen katet, karena semua itu dapat menyebabkan masukka udara ke
saluran pencernakan. Klien juga disarankan untuk menghindari makanan
yang memproduksi gas, seperti cabai, buncis, bawang putih dan bunga kol.
d. Latihan
Latihan yang teratur membantu klien memperolah pola defekasi teratur. Klien
dengan kelemahan otot abdomen dan pelvis. Dapat melakukan latihan isometrik
untuk kembali menguatkan otot tersebut.
e. Posisi
Walaupun posisi jongkok adalah posisi termudah defekasi. Tapi untuk klien yang
memiliki kesulitan duduk,dapat dibantu menggunakan pispot.
Eliminasi Urin
1. Menjaga eliminasi urin normal
Tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga eliminasi normal adalah
Intake cairan yang adekuat
Peningkatan intake cairan akan meningkatkan produksi urin yang akan
menstimulasi reflek miksi. Intake cairan normal harian sekitar 1500 ml, akan
tetapi pada kondisi-kondisi tertentu intake cairan yang dikonsumsi antara
2000 – 3000 ml per hari, misal pada pasien yang mengalami ISK atau
diaporesis (pernafasan cepat). Sebaliknya peningkatan intake cairan adalah
kontra indikasi pada klien jantung atau gagal ginjal, dimana pembatasan
cairan dilakukan untuk mencegah overload cairan dan edema2
Menjaga kebiasaan miksi normal dan membantu toileting
klien yang mengalami kelemahan akibat penyakit atau gangguan fisik
membutuhkan bantuan ke toilet. Perawat membant klien ke kamar mandi dan
menjaga mereka dari resiko jatuh. Sedangkan untuk klien yang tidak bisa ke
kamar mandi, perawat menyediakan peralatan untuk membantu eliminasi,
dekat dengan tempat tidur pasien.
2. Mencegah infeksi saluran kemih (ISK)
Perbandingan kasus ISK antara wanita dan laki-laki 20% : 0,1%, dan merupakan
40% dari seluruh kejadian infeksi nosokomial. Sebagian besar ISK disebabkan
oleh bakteri Tractus digestive (E. Coli). Bakteri ini dapat berkoloni di area
perineal dan berpindah ke uretra. Kemudian perawat ingin menjelaskan cara
pencegahan ISK kepada klien yang beresiko. Minum 8 gelas air perhari, miksi
sering (tiap 2-4 jam sekali). Hindari penggunaan sabun keras, mandi busa, bedak
buubuk, atau spray cairan di area perineal. Bahan-bahan itu dapat mengiritasi
uretra dan meningkatkan infeksi bakteri. Hindari penggunaan pakaian terlalu
ketat. Gunakan pakaian dalam yang terbuat dari katun, daripada dari nilon.
Wanita harus membersihkan area perineal dari depan ke belakang untuk
mencegah kontaminasi bakteri. Jika infeksi ISK sudah terjadi, maka gunakan
sower daripada bath tube. Kemudian meningkatkan keasaman urin dengan
meningkatkan intake vit C.
3. Menjaga integritas kulit
Urin yang mengandung ammonia adalah zat yang mengiritasi kulit, sehinggapada
klien yang mengalami inkontinensia akan mengalami kerusakan kulit dan ulserasi.
Untuk menjaga integritas kulit, perawat membersihkan area perineal klien
menggunakan air dan sabun yang lembut setelah miksi. Kemudian dikeringkan
dan menggunakan pakaian dalam yang bersih dan kering.
5. Evaluasi
Evaluasi tindakan perawat dengan cara SOAP. Hasil evaluasi menentukan apakah
masalah teratasi, teratasi sebagian atau belum teratasi, sehingga perawat perlu
menentukan planning selanjutnya, apakah tindakan dilanjutkan, dimodifikasi atau
dihentikan.
6. Dokumentasi
Dokumentasikan seluruh tindakan perawat di rekam medis klien