You are on page 1of 8

Oleh :

Mekar Dwi Anggraeni, Skep, Ns

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA 1


PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
2006
1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
a.1. Pola eliminasi
 Berapa kali sehari klien BAK dan BAB?
 Apakah sekarang ada perubahan pola BAK dan BAB?
 Apakah ada perubahan warna, bentuk dan bau urin/feses?
a.2. Masalah eliminasi
 Apakah sekarang mengalami masalah dalam melakukan eliminasi
urin/feses? (poliuria, oligouria, anuria, dysuria, hematuria, pyuria,
inkontinensia urin/fekal, konstipasi, diare, flatulensi)
 Jika ya, kapan dan berapa sering terjadi?
 Apakah anda tahu penyebabnya? (makanan, minuman, emosi, pengobatan,
aktivitas, penyakit, operasi)
 Apa yang sudah anda lakukan untuk mengatasi masalah tersebut dan
seberapa efektif?
a.3. Faktor – faktor yang mempengaruhi eliminasi
 Apakah ada makanan yang diyakini mempengaruhi eliminasi?
 Apakah ada kebiasaan sebelum melakukan eliminasi? (misal: minum segelas
jeruk hangat sebelum defekasi)
 Apakah ada makanan pantangan?
 Apakah klien makan secara teratur?
 Berapa jumlah cairan yang diminum dan jenis minuman?
 Pengobatan. Apakah anda pernah melakukan pengobatan yang dapat
meningkatkan urinari atau menyebabkan retensi urin? Tulis pengobatan
spesifik dan dosisnya.
 Masukan cairan. Berapa jumlah dan jenis cairan yang anda minum setiap
hari (misal enam gelas air, dua cangkir kopi, tiga minuman cola atau tanpa
kafein)?
 Faktor lingkungan. Apakah anda mempunyai masalah dengan toileting
(mobilitas, melepas pakaian, tempat toilet duduk terlalu rendah, fasilitas
tanpa penghalang)?
 Stress / ketegangan jiwa. Apakah anda mempunyai pengalaman stress yang
berat? jika ada, apa penyebab stress? apakah menurut anda ini
mempengaruhi pola urinari/defekasi anda?
 Penyakit. Apakah anda pernah mempunyai penyakit yang mempengaruhi
fungsi urinari/fekal seperti tekanan darah tinggi, penyakit hati, penyakit
syaraf, kanker, pembesaran prostat, diabetes?
 Prosedur diagnosa. Apakah anda akhir-akhir ini menjalani pemeriksaan atau
anestetik?
b. Pemeriksaan fisik (palpasi dan perkusi abdomen) dan inspeksi feses/urin
c. Pemeriksaan Laboratorium
Kadar darah dari bahan hasil metabolisme, urea dan kreatinin, biasa dipergunakan
untuk mengevaluasi fungsi kelenjar ginjal. Keduanya, secara normal dieliminasi
oleh ginjal dengan penyaringan dan sekresi tubular. Urea, produk akhir dari
metabolisme protein, diukur sebagai nitrogen urea darah (Blood Urea Nitrogen =
BUN). Kreatinin diproduksi dengan jumlah yang relatif konstan oleh otot.
Pemeriksaan kreatinin mempergunakan urin 24 jam dan kadar serum kreatinin
untuk menentukan laju filtrasi glomerulus (Glomerular Filtration Rate), suatu
indikator yang sensitif dari fungsi kelenjar ginjal.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Eliminasi Urin
NANDA (2003) menyebutkan satu diagnostik umum untuk masalah eliminasi urin dan
beberapa tanda yang lebih spesifik ;
Impaired Urinary Elimination : Gangguan dalam eliminasi urin

Diagnosa keperawatan NANDA yang lain yang berhubungan dengan eliminasi urin,
dibagi menjadi subkategori meliputi :
 Functional Urinary Incontinence
 Reflex Urinary Incontinence
 Stress Urinary Incontinence
 Total Urinary Incontinence
 Urge Urinary Incontinence
 Urinary Retention

b. Eliminasi Fekal
NANDA memasukkan tanda diagnosa untuk masalah eliminasi fekal :
 Bowel incontinence (Inkontinensia Fekal)
 Constipation (Konstipasi)
 Risk for Constipation (Resiko konstipasi)
 Perceived Constipation (merasa konstipasi)
 Diarrhea (diare)
Penerapan klinik dari diagnosa yang dipilih ditampilkan dalam Nursing Diagnoses,
Outcames, and Intervention. Masalah eliminasi fekal bisa mempengaruhi beberapa
organ lain pada fungsi tubuh manusia dan sebagai etiologi diagnosa NANDA yang
lain. Contoh sebagai berikut :
 Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan :
a. Diare yang berkepanjangan
b. Kehilangan cairan secara tidak normal melalui ostomi
 Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan :
a. Diare yang berkepanjangan
b. Pembesaran usus besar
c. Pengalihan ostomi usus besar
 Harga diri rendah berhubungan dengan :
a. Ostomi
b. Inkontinensia fekal
c. Membutuhkan bantuan untuk toileting
 Kekurangan pengetahuan (training usus besar, manajemen ostomi) berhubungan
dengan kurang pengalaman
 Kecemasan berhubungan dengan
a. Kehilangan kontrol terhadap eliminasi fekal sekunder untuk ostomi
b. Respon orang lain terhadap ostomi.

3. Rencana Keperawatan
 Eliminasi Fekal
Tujuan utama pada klien dengan gangguan eliminasi fekal adalah
1. menjaga atau memulihkan pola eliminasi fekal normal.
2. menjaga atau memperoleh kembali konsistensi feces normal.
3. mencegah resiko-resiko yang berhubungan seperti ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, kerusakan kulit, distensi abdomen dan nyeri.
Intervensi keperawatan yang bertujuan untuk mencegah dan mengatasi masalah-
masalah tersebut di atas harus diidentifikasi. Tindakan keperawatan yang spesifik yang
berhubungan dengan intervensi tersebut dapat dipilih untuk memenuhi kebutuhan
klien. Contoh dari aplikasi klinis dengan menggunakan NANDA, NIC dan NOC.
 Eliminasi urine

Tujuan yang ditetapkan akan berbeda-beda tergantung diagnosa dan definisi


karakteristik. Contoh tujuan untuk klien dengan masalah eliminasi urin
1. menjaga atau memulihkan pola eliminasi urin normal
2. mendapatkan kembali eliminasi urin normal
3. mencegah resiko-resiko yang berhubungan seperti ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit, kerusakan kulit, distensi abdomen dan nyeri
4. melakukan aktivitas toileting secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu
Intervensi keperawatan yang bertujuan untuk mencegah dan mengatasi masalah-
masalah tersebut di atas harus diidentifikasi. Tindakan keperawatan yang spesifik
yang berhubungan dengan intervensi tersebut dapat dipilih untuk memenhi kebutuhan
klien. Contoh dari aplikasi klinis dengan menggunakan NANDA, NIC dan NOC.

4. Implementasi Keperawatan
 Eliminasi Fekal
A. Meningkatkan kebiasaan defekasi secara teratur. Perawat membantu klien
melakukan defekasi secara teratur dengan :
a. memberikan privasi
Privasi selama defekasi adalah sangat penting bagi sebagian besar orang.
Perawat seharusnya menyediakan privasi semaksimal mungkin kepada klien
yang mengalami kelemahan dan tidak bisa ditinggal sendiri. Beberapa klien
juga memilih untuk menyeka, mencuci dan mengeringkan oleh mereka sendiri
setelah defekasi. Sehingga perawat hanya perlu menyediakan air dan
washlap / handuk untuk memenuhi kebutuhan klien.
b. Waktu
Pasien seharusnya diberi semangat untuk defekasi ketika merasa ada keinginan
untuk defekasi untuk membentuk eliminasi fekal yang teratut klien dan perawat
dapat mendiskusikan ketika refleks ileosekal muncul dan menyediakan waktu
untuk defekasi. Beberapa orang memiliki rutinitas yang teratur aktivitas lain
seperti mandi dan ambulasi sebaiknya tidak dilakukan bersama defekasi.
c. Nutrisi dan cairan
Makanan klien mempengaruhi eliminasi klien normal karena jenis makanan dan
cairan mempengaruhi frekuensi dan pola defekasi.
i. Konstipasi
Meningkatkan intake cairan terutama miniman yang hangat dan jus buah.
Kemudian meningkatkan makanan yang tinggi serat
ii. Diare
Meningkatkan intake cairan dan makanan lunak. Makan dalam jumlah
sedikit dapat membantu karena lebih mudah diabsorbsi. Klien harus
menghindari makanan yang dapat menstimulasi peristaltik usus, seperti
makanan pedas dan tinggi serat atau minuman yang terlalu panas atau terlalu
dingin.
iii. Flatulensi
Klien menghindari minuman berkarbonasi, penggunaan sedotan minuman,
dan permen katet, karena semua itu dapat menyebabkan masukka udara ke
saluran pencernakan. Klien juga disarankan untuk menghindari makanan
yang memproduksi gas, seperti cabai, buncis, bawang putih dan bunga kol.
d. Latihan
Latihan yang teratur membantu klien memperolah pola defekasi teratur. Klien
dengan kelemahan otot abdomen dan pelvis. Dapat melakukan latihan isometrik
untuk kembali menguatkan otot tersebut.
e. Posisi
Walaupun posisi jongkok adalah posisi termudah defekasi. Tapi untuk klien yang
memiliki kesulitan duduk,dapat dibantu menggunakan pispot.

2. Melakukan pendidikan kesehatan tentang pengobatan kepada klien.


 Eliminasi Fekal
a. Cathartic and laxative
Cathartic adalah obat yang menstimulasi defekasi secara kuat, contohnya castor
oil, cascara, phenol phthalein dan bisacodyl. Sedangkan laxative menstimulasi
defekasi dengan efek yang lebih lemah dibandingkan cathartic. Laxative
kontraindikasi pada pasien yang mengalami mual, kejang, kolik, muntah, dan
nyeri abdomen yang tidak terdiagnosa. Klien juga perlu diberi pengetahuan
tentang makanan tinggi serat, latihan teratur, intake cairan yang cukup dan
kebiasaan defekasi yang teratur.
b. Antidiare
Pengobatan ini menurunkan motilitas usus dan meningkatkan absorbsi cairan di
usus.
c. Pengobatan antiflatulen
Obat antiflatulen seperti simethicone bekerja dengan menggabungkan gelembung
gas dan mempermudah pengeluarannya.

 Eliminasi Urin
1. Menjaga eliminasi urin normal
Tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga eliminasi normal adalah
 Intake cairan yang adekuat
Peningkatan intake cairan akan meningkatkan produksi urin yang akan
menstimulasi reflek miksi. Intake cairan normal harian sekitar 1500 ml, akan
tetapi pada kondisi-kondisi tertentu intake cairan yang dikonsumsi antara
2000 – 3000 ml per hari, misal pada pasien yang mengalami ISK atau
diaporesis (pernafasan cepat). Sebaliknya peningkatan intake cairan adalah
kontra indikasi pada klien jantung atau gagal ginjal, dimana pembatasan
cairan dilakukan untuk mencegah overload cairan dan edema2
 Menjaga kebiasaan miksi normal dan membantu toileting
klien yang mengalami kelemahan akibat penyakit atau gangguan fisik
membutuhkan bantuan ke toilet. Perawat membant klien ke kamar mandi dan
menjaga mereka dari resiko jatuh. Sedangkan untuk klien yang tidak bisa ke
kamar mandi, perawat menyediakan peralatan untuk membantu eliminasi,
dekat dengan tempat tidur pasien.
2. Mencegah infeksi saluran kemih (ISK)
Perbandingan kasus ISK antara wanita dan laki-laki 20% : 0,1%, dan merupakan
40% dari seluruh kejadian infeksi nosokomial. Sebagian besar ISK disebabkan
oleh bakteri Tractus digestive (E. Coli). Bakteri ini dapat berkoloni di area
perineal dan berpindah ke uretra. Kemudian perawat ingin menjelaskan cara
pencegahan ISK kepada klien yang beresiko. Minum 8 gelas air perhari, miksi
sering (tiap 2-4 jam sekali). Hindari penggunaan sabun keras, mandi busa, bedak
buubuk, atau spray cairan di area perineal. Bahan-bahan itu dapat mengiritasi
uretra dan meningkatkan infeksi bakteri. Hindari penggunaan pakaian terlalu
ketat. Gunakan pakaian dalam yang terbuat dari katun, daripada dari nilon.
Wanita harus membersihkan area perineal dari depan ke belakang untuk
mencegah kontaminasi bakteri. Jika infeksi ISK sudah terjadi, maka gunakan
sower daripada bath tube. Kemudian meningkatkan keasaman urin dengan
meningkatkan intake vit C.
3. Menjaga integritas kulit
Urin yang mengandung ammonia adalah zat yang mengiritasi kulit, sehinggapada
klien yang mengalami inkontinensia akan mengalami kerusakan kulit dan ulserasi.
Untuk menjaga integritas kulit, perawat membersihkan area perineal klien
menggunakan air dan sabun yang lembut setelah miksi. Kemudian dikeringkan
dan menggunakan pakaian dalam yang bersih dan kering.

5. Evaluasi
Evaluasi tindakan perawat dengan cara SOAP. Hasil evaluasi menentukan apakah
masalah teratasi, teratasi sebagian atau belum teratasi, sehingga perawat perlu
menentukan planning selanjutnya, apakah tindakan dilanjutkan, dimodifikasi atau
dihentikan.

6. Dokumentasi
Dokumentasikan seluruh tindakan perawat di rekam medis klien

You might also like