You are on page 1of 40

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN POST PARTUM (NIFAS)

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi

Masa post partum (nifas) adalah masa sejak melahirkan sampai


pulihnya alat-alat reproduksi & anggota tubuh lainnya yg berlangsung
sampai sekitar 40 hari (KBBI, 1990).
Masa puerperium atau masa nifas mulai setelah partus selesai, dan
berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru
pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.
(Wiknjosastro, 2002: 237). Masa nifas adalah masa pulih kembali dimulai
dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-
hamil, lamanya 6-8 minggu. (Mochtar, R. 1998: 115).
Masa nifas adalah masa yang berlangsung selama 6 minggu atau 42
hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan
pada keadaan normal. Terdapat 2 kejadian penting pada masa puerperium
yaitu involusi uterus dan proses laktasi (Manuaba, 1998).

Gambar 1. Ibu pada masa nifas

1
2. Periode nifas

Nifas dibagi dalam 3 periode:


a. Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan.
b. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia
yang lamanya 6-8 minggu.
c. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila selama hamil atau sewaktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-
minggu, bulanan atau tahunan. (Manuaba, 1999: 117).
3. Gejala Klinis (Fisiologi Nifas)

Pada masa puerperium atau nifas tampak perubahan dari alat – alat
/ organ reproduksi yaitu :
a. Sistem Reproduksi
1) Uterus
Secara berangsur-angsur, kondisi uterus akan membaik dengan
pengecilan ukuran (involusi) dari uterus itu sendiri. Adapun tinggi
fundus uteri (TFU) post partum menurut masa involusi :

Tabel 1. TFU menurut masa involusi


INVOLUSI TFU BERAT UTERUS
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Placenta lahir  2 cm di bawah umbilicus  1000 gram
dengan bagian fundus bersandar
pada promontorium sakralis
1 minggu Pertengahan antara umbilikus 500 gram
dan simfisis pubis
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50-60 gram
(
Bobak,2004:493)

2
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir. Selama 1 samapi 2 jam pertama pascapartum
intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur.
Karena penting sekali untuk mempertahankan kontraksi uterus selama
masa ini, biasanya suntikan oksitosin secara IV atau IM diberikan
segera setelah plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui
bayinya dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah
lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan
oksitosin.
2) Vagina dan Perineum

Pada post partum terdapat lochia yaitu cairan/sekret yang berasal


dari kavum uteri dan vagina. Macam – macam lochia :
a) Lochia rubra: berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban,
terjadi selama 2 hari pasca persalinan
b) Lochia Sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir, terjadi hari ke 3 – 7 pasca persalinan
c) Lochia serosa: Keluar cairan tidak berisi darah berwarna kuning.
Terjadi hari ke 7 – 14 hari pasca persalinan
d) Lochia alba: Cairan putih setelah 2 minggu pasca persalinan
Pada awalnya, introitus mengalami eritematosa dan edematosa,
terutama pada daerah episiotomi atau jahitan laserasi. Proses
penyembuhan luka episiotomi sama dengan luka operasi lain. Tanda-
tanda infeksi (nyeri, merah, panas, bengkak, atau rabas) atau tepian
insisi tidak saling melekat bisa terjadi. Penyembuhan harus
berlangsung dalam dua sampai tiga minggu. Hemoroid biasanya akan
terlihat pada ibu yang memiliki riwayat hemoroid dan karena
mengedan terlalu kuat.

3
3) Payudara

Pada masa nifas akan timbul masa laktasi akibat pengaruh hormon
laktogen (prolaktin) terhadap kelenjar payudara. Kolostrum diproduksi
mulai di akhir masa kehamilan sampai hari ke 3-5 post partum dimana
kolostrum mengandung lebih banyak protein dan mineral tetapi gula
dan lemak lebih sedikit. Produksi ASI akan meningkat saat bayi
menetek pada ibunya karena menetek merupakan suatu rangsangan
terhadap peningkatan produksi ASI. Makin sering menetek, maka ASI
akan makin banyak diproduksi. Perubahan yang terjadi pada payudara
meliputi :
a. Proliferasi jaringan kelenjar mamma dan lemak
b. Pengeluaran kolustrum yang berwarna kuning, mengandung
banyak protein albumin dan globulin yang baik untuk
meningkatkan sistem imunitasi bayi
c. Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam mamma
b. Sistem Pencernaan
1) Nafsu Makan
Ibu biasanya lapar segera melahirkan, sehingga ia boleh
mengkonsumsi makan ringan. Setelah benar-benar pulih analgesia,
anesthesia, dan keletihan, kebanyakan ibu merasa sangat lapar.
Permintaan untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah biasa
dikonsumsi diserta konsumsi camilan yang sering ditemukan.
2) Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna
menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan
analgesia dan ansthesia bisa memperlambat pengembalian tonus
dan motilitas ke keadaan normal.
3) Defekasi
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai
tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan
karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada

4
awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum
melahirkan, kurang makan, atau dehidrasi. Ibu sering kali sudah
menduga nyeri saat defeksi karena nyeri yang dirasakannya
diperineum akibat episiotomi, laserasi, hemorid. Kebiasan buang
air yang teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali
normal.
c. Sistem Perkemihan
1) Uretra dan kandung kemih
Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama
proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir.
Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemis dan edema,
seringkali diserti daerah-daerah kecil hemoragi. Pengambilan urine
dengan cara bersih atau melalui kateter sering menunjukkan adaya
trauma pada kandung kemih. Uretra dan meatus urinarius bisa juga
mengalami edema.
Kombinasi trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas
kandung kemih setelah bayi lahir dan efek konduksi anastesi
menyebabkan keinginan untuk berkemih menurun. Selain itu rasa
nyeri pada panggul yang timbul akibat dorongan saat melahirkan,
laserasi vagina, atau episiotomi penurunan atau mengubah reflex
berkemih, penurunan berkemih, seiring diuresis pascapartum, bisa
menyebabkan distensi kandung kemih. Distensi kandung kemih
yang muncul segera setelah wanita melahirkan dpat menyebabkan
pendarahan berlebih karena keadaan ini bisa menghambat uterus
berkontraksi dengan baik. Tonus kandung kemih biasanya akan
pulih kembali dalam 5 sampai 7 hari setelah bayi lahir.
d. Sistem Integumen
Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang
seluruhnya setelah bayi lahir. Kulit yang meregang pada
payudara,abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar tetapi tidak
hilang seluruhnya. Kelainan pembuluh dara seperti spider angioma

5
(nervi), eritema palmar biasanya berkurang sebagai respon terhadap
penurunan kadar estrogen setelah kehamilan berakhir. Diaforesis
adalah perubahan yang paling jelas terlihat pada sistem integumen.
4. Factor predisposisi
a. Usia
Wanita yang melahirkan anak pada usia lebih dari 35 tahun merupakan
factor predisposisi terjadinya pendarahan pada post partum yang dapat
mengakibatkan kematian maternal.
b. Anemia
Suatu keadaan yang ditandai dengan penurunan nilai hemoglobin
dibawah nilai normal, dikatakan anemia jika nilai kadar hemoglobin
kurang dari 11 g/dL
c. Riwayat persalinan
Riwayat dimasa lampau sangat berhubungan dengan hasil kehamilan
dan persalinan berikutnya.
d. Bayi mikrosomia
Bayi lahir dengan berat lebih dari 400 gram. Menurut kepustakaan bayi
yang besar baru lahir dapat menimbulkan dystosia jika berat melebihi
4500 gram.
e. Kehamilan ganda
Yang dapat menyebabkan uterus meregang, dengan over distensi
tersebut dapat menyebabkan uterus atonik atau perdarahan yang
berasal dari letak plasenta akibat ketidakmampuan uterus berkontrkasi
dengan baik.
5. Patofisiologi

Partus normal terjadi akibat adanya kontraksi pada saat ibu hamil
mencapai masa kehamilan 42 minggu . pasca bersalin ibu akan memasuki
masa puerperium atau masa nifas. Pada masa ini akan terjadi perubahan
fisik dan psikologis. Dampak fisik meliputi beberapa hal yaitu tanda –
tanda vital, system pencernaan, system kardiovaskuler, system reproduksi
dan urinaria. Sedangkan aspek psikologis adalah dimana ada rasa

6
ketidakmampuan orang tua untuk mengasuh bayinya sendiri karena
adaptasi yang kurang baik.
Adanya peningkatan suhu pada ibu post partum terjadi karena suatu
peradangan akibat luka perineum yang berisiko terhadap terjadinya
infeksi. Gangguan system pencernaan diakibatkan karena pasien bed rest.
Konstipasi juga bias disebabkan aleh pengaruh hormonal yang
mempengaruhi otot abdomen sehingga terjadi penurunan peristaltic usus
yang menyebabkan konstipasi. Energy yang dibutuhkan selama proses
persalinan menyebabkan ibu merasa kelelahan. Pada pasien reproduksi
trauma jalan lahir, luka akibat episiotomy menyebabkan nyeri akut, nyeri
yang dirasakan ibu tidak akan berlangsung lama. Ibu yang melahirkan
normal dapat cepat melakukan aktivitas. Luka ini pun berpengaruh pada
kebiasaan eliminasi ibu, selain itu nyeri dapat disebabkan karena supresi
horman estrogen dan progesterone yang mempengaruhi otot abdomen
sehingga menyebabkan nyeri.
6. Patofisiologi (WOC)
Persalinan Kurang pengetahuan Resiko gangguan
tentang perawatan bayi proses parenting

↑ penggunaan Pedarahan ↑ produksi Trauma jalan lahir Nyeri panggul


energi keringat akibat dorongan
melahirkan
Risiko episiotomy
Kelelahan diaforesis
kekurangan ↓ reflek berkemih
volume cairan Terputusnya
↓ mobilisasi
inkontinuitas Distensi kandung
jaringan kemih
↓ tonus usus
Luka jahitan Disuria
konstipasi perineum

Perubahan pola
Perubahan Nyeri Akut Risiko BAK
pola BAB Infeksi

Gangguan
pemenuhan
ADL
7
7. Perubahan Fisiologis Pada periode Pasca Partum
a. Sistem Reproduksi
1) Uterus

Secara berangsur-angsur mengalami perubahan menjadi kecil


(involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil (Mochtar
(1998: 115). Uterus menyerupai suatu buah advokat gepeng berukuran
panjang masing - masing 15 cm, lebar masing- masing 12 cm dan
tebal masing – masing 10 cm. Pada bekas implantasi plasenta lebih
tipis dari pada bagian lain yang merupakan suatu luka yang kasar dan
menonjol ke dalam kavum uteri, segera setelah persalinan. Penonjolan
tersebut dengan diameter masing – masing 7,5 cm, sering disangka
sebagai suatu bagian plasenta yang tertinggal. Sesudah 2mg
diameternya 3,5 cm pada 6 minggu mencapai 2,4 cm (Wiknjosastro,
2002: 237). Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna
segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap
penurunan volume intra uteri yang sangat besar. Selama 1-2 jam
pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan
menjadi tidak teratur. Penting sekali untuk mempertahankan kontraksi
uterus pada masa ini, sehingga biasanya diberikan suntikan oksitosin
segera setelah plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui
bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di payudara karena isapan
bayi pada payudara merangsang pelepasan oksitosin. Afterpains, rasa
nyeri menjadi lebih nyata setelah ibu melahirkan, ditempat uterus
terlalu teregang. Menyusui dan oksitosin tambahan biasanya
meningkatkan nyeri karena keduanya merangsang kontraksi uterus.
Tempat plasenta regenerasi endometrium selesai pada akhir minggu ke
3 pasca partum, kecuali pada bekas tempat plasenta. Regenerasi pada
tempat ini biasanya tidak selesai sampai enam minggu setelah
melahirkan.

8
2) Lochea
Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
dalam masa nifas. Lochea dibagi dalam beberapa jenis yaitu:
a) Lochea rubra (cruentra): lochea yang terdiri dari darah segar dan
sisa-sisa selaput ketuban selama 2 hari pasca persalinan.
b) Lochea sanguinolenta: lochea yang berwarna merah kuning berisi
darah dan lendir, pada hari ke 3-7 pasca persalinan.
c) Lochea serosa: lochea yang berwarna kuning, cairan tidak berdarah
lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
d) Lochea alba: lochea yang berupa cairan putih, setelah 2 minggu.
e) Lochea purulenta: apabila terjadi infeksi, keluar cairan seperti
nanah berbau busuk.
f) Locheostasis: lochea yang tidak lancar.
3) Servik
Setelah persalinan bentuk serviks agak menganga seperti corong
berwarna merah kehitaman, konsistensinya lunak, kadang-kadang
terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih
bisa masuk rongga rahim. Setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan
setelah 7 hari hanya dapat dilalui oleh 1 jari.
a) Ligamen-ligamen
Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
persalinan, setelah bayi lahir secara berangsur-angsur menjadi ciut dan
pulih kembali. Jaringan penopang dasar panggul yang terobek atau
teregang saat ibu melahirkan memerlukan waktu sampai enam bulan
untuk kembali ke tonus semula. Istilah relaksasi panggul berhubungan
dengan pemanjangan dan melemahnya topangan permukaan struktur
panggul
b) Vagina dan perineum
Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam pengikisan
mucosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat
teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil

9
sampai 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat
pada minggu ke empat. Pada awalnya introitus mengalami eritematosa
dan udematosa terutama pada daerah episiotomi atau jahitan laserasi.
Tanda-tanda infeksi (nyeri, merah, panas, bengkak atau rabas). Atau
tepian insisi tidak saling mendekat bisa terjadi. Penyembuhan harus
berlangsung dalam 2-3 minggu. Hemoroid (varises anus) sering terjadi.
Gejala yang sering dialami adalah seperti rasa gatal, tidak Nyman dan
perdarahan berwarna merah terang pada waktu defecator. Ukuran
hemoroid biasanya mengecil beberapa minggu setelah bayi lahir.
b. Sistem Endokrin
1) Hormon plasenta
Selama periode pascapartum terjadi perubahan hormone yang
besar. Kadar estrogen dan progesterone menurun secara mencolok
setelah plasenta keluar, kadar terndahnya dicapai kira-kira 1 minggu
pascapartum. Penuruna kadar estrogen berkaitan dengan
pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstrasellular yang
berlebih yang terakumulasi selama masa hamil. Pada wanita yang tidak
menyusui kadar estrogen mulai meniongkat pada minggu kedua
setelah melahirkan dan lebih tinggi daripada wanita yang menyusui
pada pascapartum hari ke17 (bowes, 1991).
2) Hormone hipofisis dan fungsi ovarium
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita
menyusui dan tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang
tinggi pada wanita menyusui tampaknya berperan dalam menekan
ovulasi. Karena kadar follicle-stimulating hormone (FSH) terbukti
sama pada wanita yang menyusui dan tidak menyusui, disimpulkan
ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin
meningkat (Bowes, 1991). Pada wanita tidak menyusui, ovulasi terjadi
dini, yakni da;lam 27 hari setelah melahirkan, dengan waktu rata-rata
70-75 hari. Pada wanita menyusui, waktu rata-rata terjadinya ovulasi
sekitar 90 hari (Bowes, 1991). Diantara yang menyusui, 15%

10
mengalami menstruasi dalam 6 minggu dan 45% dalam 12 minggu.
Diantara wanita yang tidak menyusui, 40% mengalami menstruasi
dalam 6 minggu, 65% dalam 12 minggu dan 90% dalam 24 minggu.
Pada wanita menyusui, 80% siklus menstruasi pertama tidak
mengandung ovum (anovulatory). Pada wanita tidak menyusui, 50%
siklus pertama menstruasi tidak mengandung ovum (Scott dkk, 1990).
c. Sistem Urinarius
1) Komponen urin
Glikosuria ginjal yang diinduksi oleh kehamilan menghilang.
Laktosuria positif pada ibu menyusui merupakan hal yang normal.
BUN (Blood Urea Nitrogen) yang meningkat selama pascapartum
merupakan akibat otolisis uterus yang berinvolusi. Pemecahan
kelebihan protein di dalam sel otot uterus juga menyebabkan
proteinurea ringan dan ( +1) selam satu atau dua hari setelah wanita
melahirkan.
2) Diuresis pascapartum
Dalam 12 jam setelah melahirkan, ibu mulai membuang
kelebihan cairan yang tertimbun di jaringa selama ia hamil, salah satu
mekanisme untuk mengurangi cairan yang teretensi selama masa hamil
ialah diaforesis luas, terutama pada malam hari selama 2 – 3 hari
pertama setelah melahirkan. Diuresi pasca opartu, yang disebabkan
oleh penurunan kadar estrogen hilangnya, peningkatan tekanan vena
pada tungkai bawah, dan hilangnya peningkatan volume darah
merupakan mekansime lain tubuh untuk megatasi kelebihan cairan.
3) Uretra dan kandung kemih
Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama
proses malahirkan yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding
kandung kemih dapat mengalami hiperemi dan edema sering disertai
dengan daerah – daerah kecil hemoragik.kombinasi trauma akibat
kelahiran, peningkatan kapasitas kandung kemih setelah bayi lahir dan
efek konduksi anastesi menyebabkan keinginan untuk berkemih

11
menurun selain itu rasa nyeri pada panggul yang timbul akibat
dorongan saat melahirkan , laserasi vagina atau episotomi juga
menurunkan refleks bekemih pada masa pasca partum tahap lanjut
distensi berlebihan dapat mengakibatkan kandung kemih lebih peka
terhadap infeksi sehingga menganggu proses berkemih normal.
d. Sistem Pencernaan
1) Nafsu makan
Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan.stelah benar- benar
pulih dari efek analgesia, anastesi dan keletihan kebanykan ibu
merasakan sangat lapar.
2) Motilitas
Secara khas, penurunan motlitas otot traktus cerna menetap selama
waktu yang singkat setelah bayi lahir, kelebihan anastesi dan
anlgesi bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke
keadaan normal.
3) Defekasi
BAB secara sponta bisa tertunda selama 2 – 3 hari setelah
melahirkan. Ibu seringkali sudah mengelukan nyeri saat defekasi
karna nyeri yang dirasakannya di perineum akibat episotomi.
e. Sistem Kardiovaskuler
1) Volume darah
Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume
darah biasanya menurun sampai mencapai volume sebelum hamil,
hipervolemia yang diakibatkan kehamilan ( peningkatan ± 40 % lebih
dari volume tidak hamil dan menyebabkan kebanyakan ibu bisa
menoleransi kehilangan darah saat melahirkan, banyk ibu yang
kehilangan 300 – 400 ml darah sewaktu melahirkan bayi tunggal
pervaginam atau sekitar dua kali lipat pada saat operasi cesarean.
2) Curah jantung
Denyut jantung, volume sekuncup dan curah jantung
meningkat selama masa hamil, stelah melahirkan keadaan ini

12
meningkat lebih tinggi selama 30 – 60 menit karena darah biasanya
melintasi uteroplasenta tiba – tiba kembali ke sirkulasi umum.
3) Tanda-tanda vital
Selama 24 jam pertama suhu dapat meningkat sampai 380 C
sebagai akibat efek dehidrasi. Setelah 24 jam wanita harus tidak
demam. Denyut nadi tetap tinggi selam jam pertama setelah bayi lahir.
Kemudian mulai menurun dengan frekuensi yang tidak diketahuinya
pada minggu kedelapan dan kesepuluh denyut nadi kembali ke
frekuens sebelum hamil.pernapasan harus berada dalam rentang
normal sebelum melahirkan , tekanan darah sedikit berubah atau
menetap, hipotensi ortostatik dapat timbul dalam 48 jam pertama
akibat pembengkakan limpa yang terjadi.
4) Komponen darah
Selama 72 jam pertama volume plasma yang hilang lebih besar
dari sel darah yang hilang dikaitkan dengan peningkatan hematokrit
pada hari ke-3 sampai hari ke-7 post partum . selama sepuluh sampai
12 hari pertama setelah bayi lahir nilai leukosit antara 20000 dan
25000 /ml3. . keadaan hiperkoagulasi yang bisa diiringi kerusakan
pembuluh darah dan immobilisasi dan mengakibatkan peningkatan
resiko tromboembolisme terutama setalah wanita melahirkan secar
sesar.
5) Varises
Varises Bahkan varises vulva akan mengecil dengan cepat
setelah bayi lahir
f. Sistem Neurologi
Perubahan neurologis selama puerperium merupakan adaptasi
neurobiologis yang terjdi saat wanita hamil dan disebabkan oleh trauma
yang dialami wanita saat bersalin dan melahirkan, rasa tidak Nyman
neurologist yang diinduksi kehamilan akan menghilang setalah wanita
melahirkan.

13
g. Sistem Muskuluskeletal
Adaptasi system musculoskeletal ibu yang terjadi slema masa
hamil berlangsung secara terbalik selama masa pasca partum adaptasi ini
mencakup hal –hal yang membantu relaksasii dan hipermobilitas sendi dan
perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran rahim
h. Sistem Integumen
Hiperpigmentasi di aeorola dan line nigra tidak menghilang
seluruhnya setelah bayi lahir, kulit yang meregang pada payudara ,
abdomen, paha dan panggul mungkin memudar tapi tidak hilang
seluruhnya pada beberapa wanita spider nevi mentap, rambut halus yang
tumbuh dengan lebat pada wanita biasanya menghilang tapi rambut kasar
menetap. Diaforesis ialah perubahan yang paling jelas pada system,
integument.
i. Sistem Kekebalan
Kebutuhan ibu untuk mendapat vaksinasi rubella atau untuk
mencegah isoimunisasi Rh ditetapkan. (Bobak, 2005: 496-502)
j. Abdomen
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan
abdomennya menonjol dan membuat wanita tersebut tampak masih seperti
hamil diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen kembali ke
keadaan semula. Ada keadan tertentu seperti bayi besar atau hamil kembar
otot – otot dinding abdomen memisah suatu keadaan yang dinamai
diatsasis rektiabdominis.
8. Perubahan Psikologis Pada periode Pasca Partum

Perkenalan, ikatan dan kasih sayang dalam menjadi orangtua. Menurut


stainton (1983), ikatan ialah pertukaran perasaan karna adanya ketertarikan,
respons, dan kepuasan dan intetensitasnya bisa berubah bila keadaan berubah
seiring dengan perjalanan waktu. Ikatan berkembnag dan dipertahankan oleh
kedekatan dan interaksi.Seperti halnya setiap proses perkembangan ikatan

14
ditandai oleh adanya periode kemajuan dan regresi dan bisa juga terhenti
sementara atau permanent.
a. Komunikasi orang tua
Ikatan diperkuat dengan penggunaan respon sensual atau kemampuan
oleh kedua pasangan dalam melakukan interaksi orang tua-
anak.Komunikasi antara orang tua anak terdiri dari:
1) Sentuhan
Sentuhan atau indra peraba dipakai secara intensif oleh orang tua dan
pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir.
Begitu anak dekat dengan ibunya, mereka memulai proses eksplorasi
dengan ujung jarinya,salah satu daerah tubuh yang paling sensitive.
Ibu menepuk atau mengusap lembut bayi mereka dipunggung setelah
menyusuinya. Bayi menepuk nepuk dada ibunya sewaktu meyusui.Ibu
dan ayah ingin menyentuh,mengangkat dan memeluk bayi mereka.
2) Kontak mata
Kesenagan untuk melakukan kontak mata diperlakukan berulang-
ulang. Beberapa ibu berkata, begitu bayinya bisa memandang
mereka,mereka merasa lebih dekat dengan bayinya
(Klaus,kennel,1982). Orang tua mengahbiskan waktu yang lama untuk
membuat bayinya membuka mata dan melihat mereka. ketika bayi
baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak mata,
orang tua dan bayi akan mengguanakan lebih banyak waktu untuk
saling memandang seringa kali dalam posisi bertatapan.En face ialah
suatu posisi dimana kedua wajah terpisah kira-kira 20 cm pada bidang
pandang yang sama.
3) Suara
Saling mendengar dan berespon suara antara orang tua dan bayinya
juga penting. Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan
tegang. Saat suara yang membuat mereka yakin bayinya dalam
keadaan sehat terdengar, mereka mulai melakukan tindakan utnuk

15
menghibur.Sewaktu orang tua berbicara dengan suara bernada tinggi,
bayi menjadi tenag dan berpaling kearah mereka.
4) Aroma
Prilaku lain yang terjadi antara orang tua dan bayi ialah respon
terhadap aroma/bau masing-masing. Ibu berkomentar terhadap aroma
bayi mereka ketika baru lahir dan mengetahui bahwa setiap anak
memiliki aroma yang unik (porter,cernoch,perry,1983). Bayi belajar
dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibu nya(stainton,1985).
5) Entrainment
Bayi baru lahit bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan
orang dewasa (condon,sander,1974). Mereka menggoyangkan tangan,
mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki, seperti sedang
berdangsa mengikuti nada suara orang tuannya.Hal in berarti bayi telah
mengembangkan irama muncul akibat kebiasaan jauh sebelum ia
mampu berkomunikasi dengan kata-kata. Entariment terjadi saat anak
mulai berbicara.
6) Bioritme
Anak yang belum lahir dapat dikatakan senada dengan ritme alamiah
ibunya, misalnya pada denyut jantung. Setelah lahir, bayi yang
menangis, dapat ditenagkan dengan dipeluk dalam posisi sedemikian
sehingga ia dapat mendengar denyut jantung ibunya atau mendengar
sura denyut jantung yang direkam. Salah satu tugas bayi ialah
membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu
proses ini dengan memberikan kasih saying dengan konsisten dan
dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan prolaku yang
responsive.

Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva Rubin (1977) yaitu:


a) Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan. Dalam masa ini
perhatian ibu terutama terhadap kebutuhan dirinya, mungkin pasif

16
dan tergantung.
b) Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke-3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha
mandiri dan berinisiatif. Perhatian terhadap kemampuan mengatasi
fungsi tubuhnya, misalnya kelancaran BAB, BAK dan melakukan
perawatan diri.
c) Periode Letting Go
Terjadi peningkatan kemandirian dalam perawatan diri sendiri dan
bayinya, penyesuaian dalam hubungan keluarga termasuk bayi.
b. Penyesuaian maternal, paternal, saudara kandung serta kakek-nenek
1) Penyesuaian maternal
a) Fase dependent
Selama 1 sampai 2 hari pertama setelah melahirkan,
ketergantunganm ibu menonjol. Pada waktu ini ibu
mengharapkan segala kebutuhanya dapat dipenuhi orang lain. Ibu
memindahkan energi psikologisnya kepada anaknya. Rubbin
(1961) menetapkan periode beberapa hari ini sebagai fase
menerima,( Taking-in phase) suatu waktu dimana ibu baru
memerlukan perlindungan dan perawatan. Fase dependen ialah
suatu waktu yang penuh kegembiraan dan kebanyakan orang tua
sangat suka mengkomunikasikannya. Pemusatan analisis dan
sikap yang menerima pengalaman ini membnatu orang tua untuk
berpindah kefase berikutnya. Beberapa oaring tua dapat
menganggap petugas atau ibu yang lain sebagai pendengarnya.
Kecemasakan dan keasikan terhadap peran barunya sering
mempersempint lapang persepsi ibu oleh karena itu informasi
yang diberikan pada waktu ini mengkin perlu diulang.
b) Fase dependent mandiri
Dalam fase ini secara bergantian muncul kebutuhan untuk
mendapat perawatan dan penerimaan dari orang lain dan
keinginan untuk bisa melakukan segala sesuatu secara mandiri. Ia

17
berespon dengan penuh semangat untuk memperoleh kesempatan
belajar dan berlatih tentang cara perawatan bayi atau jika ia
adalah seorang ibu yang gesit, ia akan memiliki keinginan untuk
merawat bayinya secara langsung. Rubbin (1961) menjelaskan
keadaan ini sebagai fase taking-hold yang berlangsung kira-kira
10 hari. Keletihan setelah melahirkan diperburuk oleh tuntutan
bayi yang bayakn sehimngga dengan mudah timbul perasaan
depresi. Dikatakan pada masa puerprium ini kadar glukorkotikoid
dalam sirkulasi dapat menjadi rendah atau terjadi hipotiroid
subklinis. Keadaan fisiologis ini dapt menjelaskan depresi pasca
partum ringan( Baby blues ).
c) Fase interdependent
Pada fase ini perilaku interdependent muncul ibu dan
keluarganya maju sebagai suatu system dengan para anggota
saling berinteraksi. Hubungan antar pasangan, walaupun sudah
berubah dengan adanya seorang anak, kembali menunjukkan
karakteristik awal. Fase interdependent ( letting go ) merupakan
fase yang penuh stress bagi orang tuanya. Kesenangean dan
kebutuhan sering terbagi dalam amsa ini. Pria danm wanita harus
menyelesaikan efek dari perannya masing-masing dalam hal
mengasuh anak, mengatur rumah dan membina karier. Suatu
upaya khusus harus dilakuakn untuk memperkuat hubungan
orang dewasa dengan orang dewasa sebagai dasar kesatuan
keluarga.
2) Penyesuaian Paternal
Para ahli melukiskan bebagai karakteristik engrossment.beberapa
respon sensual, seperti sentuhan dan kontak mata. Keinginan ayah
untuk menemukan hal-hal yang unik maupun yang sama derngan
dirinya merupakan karakteristik lain yang berkaitan dengan
kebutuhan ayah untuk merasakan bahwa bayi ini adalah miliknya.
Respon yang jelas ialah adanya daya tarik yang kuat dari bayi yang

18
baru lahir.Menurut Henderson dan bruse (1991) tentang pengalaman
para ayah baru selama tiga minggu pertama kehidupan bayi
menyatakan bahwa para ayah baru menjalani tiga tahapa proses yaitu
Tahap pertama meliputi pengalaman prakonsepsi yakni akan seperti
apa rasanya ketika membawa pulang bayi kerumah . Tahap kedua
meliputi Realitas yang tidak menyenangkan menjadi ayah baru
.Beberapa ayah mulai menyadari bahwa harapan mereka
sebelumnya tidak didasarkan pada kenyataan. Perasaan sedih dan
ragu sering sekali menyertai realitas. Tahap ketiga meliputi
keputusan yang dilakukan dengan sadar unutk mengontrol dan
menjadi lebih aktif terlibat didalam kehidupan bayi mereka.
3) Penyesuaian saudara kandung
Memperkenalkan bayi kepada suatu keluarga dengan satu anak atau
lebih bisa menjadi persoalan bagi orang tua.Orang tua perlu
membagi perhatian mereka dengan adil. Anak yang lebih tua harus
menyusun posisi baru didalam hirarki keluarga. Anak yang lebih tua
harus tetap berada dalam posisi sebagai pemimpin. Anak berikutnya
dalam urutan tanggal lahir harus berada pada posisi yang lebih
superior dari adiknya yang baru. Kelakuan mundur keusia yang jauh
lebih muda bisa terlihat pada beberapa anak. Mereka bisa kembali
ngompol, merengek-rengek dan tidak mau makan sendiri, reaksi
kecemburuan dapat muncul ketika suaka cita akan kehadiran bayi
dirumah mulai pudar.Penyesuaian awal anak yang lebih tua terhadap
bayi baru lahir membutuhkan waktu.Anak harus diperbolehkan
berinteraksi atas kemauannya sendiri dan jangan dipaksa.
4) Penyesuaian kakek dan nenek
Jumlah keterlibatan kakak dan nenek dalam merawat bayi baru lahir
tergantung pada banyak factor misalnya keinginan kakek-nenek
untuk terlibat, kedekatan hubungan kakek-dan nenek dan peran
kakek dan nenek dalam konteks budaya dan etnik yang bersangkutan
(grosso,dkk:1981). Nenek dari ibu ialah model yang penting dalam

19
praktik perawatan bayi (rubin,1975). Ia bertindak sebagai sumber
pengetahuan dan sebagai individu pendukung. Sering kali nenek dan
kakek mengatakan bahwa cucu membantu mereka mengatasi rasa
sepi dan kebosanan. Dukungan kakek dan nenek dapat menjadi
pengaruh yang menstabilkan keluarga yang sedang mengalami krisis
perkembangan seperti seperti kehamilan dan menjadi orang tua baru
.Kakek dan nenek ini dapat membantu anak-anak mereka
mempelajari keterampilan menjadi orangtua dan mempertahankan
tradisi budaya.
5) Faktor yang mempengaruhi respon orang tua
a) Usia
Masalah dan kekhawatiran ibu yang terkait dengan kelompok ibu
yang berusia 35 tahun semakin banyak muncul pada decade terakhir
kali dimana pada usia ini para ibu sudah mengalami keletihan dan
lelah merawat bayi . dalam hal ini para ibu sangat membutuhkan
kegiatan yang dapat membnatu ibu untuk memperoleh kembali
kekuatan tonus dan tonus otot (seperti latihan senam prenatal dan
pascapartum).
b) Jaringan social
Primipara dan multipara memiliki kebutuhan yang
berbeda.Multipara lebih realistis terhadap terhapat keterbatasan fisik
dan mudah beradaptasi terhadap peran dan interaksi sosialnya.
Sedangkan primipara membutuhkan dukungan dan tindak lanjut
yang mencakup rujukan kebadan bantuan dalam masyarakat.
Jaringan social meningkatkan potensi pertumbuhan anak dan
mencegah kekeliruan dalam memperlakukan anak.
c) Budaya
Kepercayaan dan praktek budaya menjadi determinan penting dalam
prilaku orang tua. Kedua hal tersebut mempengaruhi interaksi orang
tua dengan bayi , demikian juga dengan orang tua atau keluarga yang

20
mengasuh bayi karna setiap orang memiliki kepercayaan terhadap
budaya berbeda beda.
d) Kondisi social ekonomi
Kondisi social ekonomi seringkali menjadi jalan untuk mendapatkan
bantuan. Keluarga yang mampu membayar pengeluaran tambahan
dengan hadirnya bayi baru ini pengeluaran tambahan dengan
hadirnya bayi baru ini mungkin hamper tidak merasakan beban
keuangan tetapi dilain pihak keluarga yang menemukan kalahiran
seorang bayi suatu beban financial dapat mengalami peningkatan
stress dan stess ini bisa mengganggu interaksi orang tua terhapat
bayinya.
e) Aspirasi personal
Bagi beberapa wanita, menjadi orang tua mengganggu kebebasan
pribadi dan kemajuan berkariernya kekecewaan yang timbul akibat
tidak mencapai kenaikan jabatan,kalo masalah ini tidak diselesaikan
hal tersebut akan berdampak pada cara mereka merawat dan
mengasuh bayi dan bahkan mereka bisa menelantarkan bayinya.

9. Pemeriksaan penunjang
a. Darah lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, trombosit )
b. Urine lengkap

10. Komplikasi
a. Pembengkakan payudara
b. Mastitis (peradangan pada payudara)
c. Endometritis (peradangan pada endometrium)
d. Post partum blues
e. Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri,
kemerahan pada jaringan terinfeksi atau pengeluran cairan berbau dari
jalan lahir selam persalinan atau sesudah persalinan.

21
11. Penatalaksanaan Medis
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring
kanan kiri
c. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang
benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada
masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.
d. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
e. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

22
B. Konsep dasar asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi identitas klien, yang terdiri dari nama, umur, alamat, status
perkawinan. Terdapat juga identitas penanggung, misal suami.
b. Status Kesehatan Saat Ini
Meliputi keluhan saat MRS dan keluhan utama saat ini.
c. Riwayat Obstetri
Meliputi riwayat menstruasi, riwayat kehamilan, persalinan, nifas
yang lalu.

d. Riwayat Persalinan dan Kelahiran Saat Ini


1) Tipe persalinan
2) Lama persalinan (kala I, kala II, kala III, kala IV)
3) Penggunaan analgesik dan anastesi
4) Apakah terdapat masalah dalam persalinan.
5) Kesanggupan dan pengetahuan dalam perawatan bayi, seperti
breast care, perineal care, nutrisi, senam nifas, KB, menyusui
e. Keadaan Bayi
Meliputi BB, PB, apakah ada kelainan atau tidak.

f. Riwayat Keluarga Berencana


Apakah klien melaksanakan KB
1) Bila ya, jenis kontrasepsi apa yang digunakan.
2) Sudah berapa lama menggunakan kontrasepsi.
3) Apakah terdapat masalah dalam penggunaan kontrasepsi.
g. Riwayat Kesehatan
1) Penyakit yang pernah dialami klien.
2) Pengobatan yang pernah didapat.
3) Apakah ada riwayat penyakit keluarga seperti penyakit diabetes
mellitus, penyakit jantung, penyakit hipertensi.

23
h. Kebutuhan Dasar Khusus
1) Pola nutrisi.
Nafsu makan meningkat, Kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg.
2) Pola eliminasi/sistem urogenital.
a) Konstipasi, tidak mampu berkemih, retensi urine.
b) Edema pada kandung kemih, urethra dan meatus urinarius
terjadi karena trauma.
c) Pada fungsi ginjal: proteinuria, diuresis mulai 12 jam.
d) Fungsi kembali normal dalam 4 minggu.
3) Pola personal hygiene.
Bagaimana frekuensi personal hygiene klien, seperti mandi, oral
hygiene, maupun cusi rambut.
4) Pola istirahat dan tidur.
Kurang tidur, mengantuk.
5) Pola aktivitas dan latihan.
Terganggu karena nyeri.
6) Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Apakah klien merokok, minum-minuman keras, ataupun
ketergantungan obat.
7) Seksualitas/reproduksi
Ketakutan melakukan hubungan seksual karena nyeri.
8) Peran
Perubahan peran sebagai ibu.
9) Persepsi diri/konsep diri
Penilaian citra tubuh terganggu.
10) Kognitif perceptual
Kurang pengetahuan tentang perawatan bayi, ibu post partum.

24
i. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
a) GCS
b) Tingkat Kesadaran
c) Tanda-Tanda Vital
1) Jam I : tiap 15 menit
2) Jam II : tiap 30 menit
3) 24 jam I : tiap 4 jam
4) Setelah 24 jam : tiap 8 jam
d) Berat Badan
e) Tinggi Badan
2) Head to toe
a. Kepala
Memeriksa apakah terjadi edema pada wajah.
b. Wajah
Memeriksa apakah konjungtiva pucat, apakah skelera ikterus
c. Leher
1) Hiperpigmentasi perlahan berkurang.
2) Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui apakah
kelejar tiroid membesar, pembuluh limfe, pelebaran vena
jugularis.
d. Thorak
1) Payudara
 Terdapat perubahan payudara, payudara membesar.
Putting mudah erektil.
 Pruduksi colostrums 48 jam.
 Memeriksa pada payudara jika terdapat massa, atau
pembesaran pembuluh limfe.

25
2) Jantung
 Tanda-tanda vital
 Tekanan darah sama saat bersalin, suhu meningkat
karena dehidrasi pada awal post partum terjadi
bradikardi.
 Volume darah
 Menurun karena kehilangan darah dan kembali
normal 3-4 minggu
 Persalinan normal : 200 – 500 cc.
 Perubahan hematologik
 Ht meningkat, leukosit meningkat, neutrophil
meningkat.
 Jantung
 Kembali ke posisi normal, COP meningkat dan
normal 2-3 minggu.
3) Paru
 Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24 x/menit,
keseimbangan asam-basa kembali setelah 3 minggu
post partum.
e. Abdomen
1) Memeriksa bising usus pada empat kuadran.
2) Memeriksa fundus uteri, konsistensi, kekuatan kontraksi,
posisi, tinggi fundus.
3) Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi tarikan
saat hamil. Diastasis rekti 2-4 cm, kembali normal 6-8
minggu post partum.
4) Terdapat linea gravidarum, striae alba, albican.

26
f. Genetalia
1) Uterus
 Memeriksa apakah kondisi uterus sudah kembali dalam
kondisi normal.
2) Lochea
 Memeriksa lochea : tipe, jumlah, bau.
 Komposisi : Jaringan endometrial, darah, limfe.
 Tahap
 Rubra (merah) : 1-3 hari.
 Serosa (pink kecoklatan)
 Alba (kuning-putih) : 10-14 hari
Lochea terus keluar sampai 3 minggu.
 Bau normal seperti menstruasi, jumlah meningkat saat
berdiri.
 Jumlah keluaran rata-rata 240-270 ml.
3) Serviks
Segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi untuk
beberapa hari, struktur internal kembali dalam 2 minggu,
struktur eksternal melebar dan tampak bercelah.
4) Vagina
Nampak berugae kembali pada 3 minggu, kembali
mendekati ukuran seperti tidak hamil, dalam 6 sampai 8
minggu, bentuk ramping lebar, produksi mukus normal
dengan ovulasi.
g. Perinium dan Anus
1) Pemeriksaan perineum : REEDA (red, edema, ecchymosis,
discharge, loss of approximation)
2) Pemeriksaan adanya hemoroid.

27
h. Ekstremitas
1) Memeriksa apakah tangan dan kaki edema, pucat pada kuku
jari, hangat, adanya nyeri dan kemerahan.
2) Apakah ada varises.
3) Memeriksa refleks patella untuk mengetahui apakah terjadi
hypo atau hyper.
4) Memeriksa homans’ sign (nyeri saat kaki dorsofleksi pasif).

Perubahan Psikologis
1. Peran Ibu meliputi:
Kondisi Ibu, kondisi bayi, faktor sosial-ekonomi, faktor keluarga,
usia ibu, konflik peran.
2. Baby Blues:
Mulai terjadinya, adakah anxietas, marah, respon depresi dan
psikosis.
3. Perubahan Psikologis
a. Perubahan peran, sebagai orang tua.
b. Attachment yang mempengaruhi dari faktor ibu, ayah dan bayi.
c. Baby Blues merupakan gangguan perasaan yang menetap,
biasanya pada hari III dimungkinkan karena turunnya hormon
estrogen dan pergeseran yang mempengaruhi emosi ibu.

28
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d peregangan perineum; luka episiotomi; involusi uteri;
hemoroid; pembengkakan payudara.
2. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi;
diet yang tidak seimbang; trauma persalinan.
3. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan
saluran kemih.
4. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.
5. Risiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan;
perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
6. Risiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
7. Risiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang
cara merawat bayi.
8. Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang
cara merawat bayi.

29
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
a. Gangguan rasa Setelah dilakukan Mandiri 1. Menentukan
nyaman (nyeri) tindakan keperawatan 1. Kaji tingkat intervensi
b/d peregangan selama 3x 24 jam nyeri pasien. keperawatan
perineum; luka Pasien sesuai skala
episiotomi; mendemonstrasikan 1. Kaji kontraksi nyeri.
involusi uteri; tidak adanya nyeri. uterus, proses
hemoroid; Kriteria hasil: vital involusi uteri. 2. Mengidentifikasi
pembengkakan sign dalam batas penyimpangan
payudara. normal, pasien dan kemajuan
2. Anjurkan
menunjukkan berdasarkan
pasien untuk
peningkatan aktifitas, involusi uteri.
membasahi
keluhan nyeri 3. Mengurangi
perineum
terkontrol, payudara ketegangan pada
dengan air
lembek, tidak ada luka perineum.
hangat
bendungan ASI.
sebelum
berkemih. 4. Melatih ibu
mengurangi
bendungan ASI
3. Anjurkan dan dan
latih pasien memperlancar
cara merawat pengeluaran ASI.
payudara
secara teratur.
5. Mencegah
4. Jelaskan pada infeksi dan
ibu tetang kontrol nyeri
teknik pada luka
merawat luka perineum.
perineum dan
mengganti
PAD secara
Kolaborasi
teratur setiap 3
1. Mengurangi
kali sehari atau
intensitas nyeri
setiap kali

30
lochea keluar denagn menekan
banyak. rangsnag nyeri
pada nosiseptor.
Kolaborasi
1. Kolaborasi
dokter tentang
pemberian
analgesik bial
nyeri skala 7
ke atas.
b.Perubahan pola Setelah dilakukan Mandiri 1. Mengidentifikasi
eleminasi BAB tindakan keperawatan 1. Kaji pola penyimpangan serta
(konstipasi) b/d selama 3x24jam BAB, kemajuan dalam pola
kurangnya diharapkan pola kesulitan eleminasi (BAB).
mobilisasi; diet eleminasi (BAB) BAB, warna,
yang tidak teratur. bau, 2. Ambulasi dini
seimbang; Kriteria hasil: pola konsistensi merangsang
trauma eleminasi teratur, dan jumlah. pengosongan rektum
persalinan. feses lunak dan warna secara lebih cepat.
khas feses, bau khas 2. Anjurkan
feses, tidak ada ambulasi dini. 3. Cairan dalam jumlah
kesulitan BAB, tidak cukup mencegah
ada feses bercampur terjadinya penyerapan
3. Anjurkan
darah dan lendir, cairan dalam rektum
pasien untuk
konstipasi tidak ada. yang dapat
minum banyak
menyebabkan feses
2500-3000
menjadi keras.
ml/24 jam.

4. Bising usus
4. Kaji bising
mengidentifikasikan
usus setiap 8
pencernaan dalam
jam.
kondisi baik.

5. Pantau berat
5. Mengidentifiakis
badan setiap
adanya penurunan BB
hari.
secara dini.

31
6. Anjurkan 6. Meningkatkan
pasien makan pengosongan feses
banyak serat dalam rektum.
seperti buah-
buahan dan
sayur-sayuran
hijau.
c. Perubahan pola Setelah dilakukan Mandiri 1. Pada periode
eleminasi BAK tindakan keperawatan 1. Kaji masukan pascapartalawal,
(disuria) b/d selama 3x24jam cairan dan kira – kira 4kg
trauma perineum diharapkan haluaran urine cairan hilang
dan saluran Peningkatan terakhir. Catat melalui haluaran
kemih. pengisian/distensi masukkan cairan urine dan
kandung kemih, intrapartal dan kehilangan tidak
perubahan pada haluaran urin dan kasat mata,
jumlah/frekuensi lamanaya termasuk
berkemih. persalinan. diaphoresis.
KH: Persalinan yang
1. Berkemih 2. Palpasi kandung lama dan
tidak dibantu kemih. Pantau penggantian
dalam 6-8jam tinggi fundus dan cairan yang tidak
setelah lokasi, serta efektif dapat
kelahiran. jumlah aliran mengakibatkan
2. Mengosongka lokhia. dehidrasi dan
n kandung menurunkan
kemih setiap haluaran urine.
berkemih. 3. Perhatikan
adanya edema 2. Aliran plasma
atau ginjal, yang
laserasi/episiotoi meningkatkan
dan jenis anestesi 25%_50%
yang di gunakan. selama periode
prenatal, tetap
4. Tes urin terhadap tinnggi pada
albumin dan minggu pertama
aseton. Bedakan pascapartum,

32
antara proteinuria mengakibatkan
karena HKK dan peningkatan
yang karena pengisian
proses normal. kandung
kemih.ndistensi
kandung kemih
5. Intruksikan klien yang dikaji
untuk melakukan dengan derajat
latihan kegel perubahan posisi
setiap hari setelah uterus
efek – efek menyebabkan
anesthesia peningkatan
berkurang. relaksasi uterus
dan aliran lokhia.
Kolaborasi
1. Kateterisasi
3. Trauma kandung
dengan
kemih atau
menggunakan
uretra, atau
kateter lurus atau
edema dapat
indwelling sesuai
mengganggu
indikasi.
berkemih
(anesthesia dapat
mengganggu
sensasi penuh
pada kandung
kemih).

4. Prosess katalitik
dihubungkan
dengan involusi
uterus dapat
mengakibatkan
proteinuria (+1)
pada 2 hari
pertama
pascapartum.

33
Aseton dapat
menandakan
dehidrasi yang
dihubungkan
dengan
persalinan lama
dan atau
kelahiran.

5. Lakukan latihan
kegel 100
kali/hari
meningkatkan
sirkulasi pada
perineum,
membantu
menyembuhkan
dan memulihkan
tonus otot
pubokoksigeal,
dan mencegah
atau menurunkan
inkontines stress.

Kolaborasi
1. Mu ngkin perlu
untuk
mengurangi
distensi kandung
kemih, untuk
memungkinkan
involusi uterus,
dan mencegah
atoni kandung
kemih karena
distensi

34
berlebihan.

d. Gangguan Setelah dilakukan Mandiri 1. Parameter


pemenuhan ADL tindakan keperawatan 1. Kaji toleransi menunjukkan
b/d immobilisasi; selama 3x24jam pasien respon fisiologis
kelemahan. diharapkan ADL dan terhadap pasien terhadap
kebutuhan beraktifitas aktifitas stres aktifitas dan
pasien terpenuhi menggunakan indikator derajat
secara adekuat. parameter penagruh kelebihan
Kriteria hasil: berikut: nadi kerja jnatung.
- Menunjukkan 20/mnt di atas
peningkatan dalam frek nadi
beraktifitas. istirahat, catat
2. Menurunkan kerja
- Kelemahan dan peningaktan
miokard/komsumsi
kelelahan TD, dispnea,
oksigen ,
berkurang. nyeri dada,
menurunkan resiko
- Kebutuhan ADL kelelahan
komplikasi.
terpenuhi secara berat,
mandiri atau kelemahan,
dengan bantuan. berkeringat, 3. Stabilitas fisiologis
- frekuensi pusing atau pada istirahat
jantung/irama dan pinsan. penting untuk
Td dalam batas menunjukkan
normal. 2. Tingkatkan tingkat aktifitas
kulit hangat, merah istirahat, batasi individu.
muda dan kering aktifitas pada
dasar 4. Komsumsi oksigen
nyeri/respon miokardia selama
hemodinamik, berbagai aktifitas
berikan dapat meningkatkan
aktifitas jumlah oksigen
senggang yang yang ada.
tidak berat. Kemajuan aktifitas
bertahap mencegah
peningkatan tiba-

35
3. Kaji kesiapan tiba pada kerja
untuk jantung.
meningkatkan
aktifitas 5. Teknik
contoh: penghematan energi
penurunan menurunkan
kelemahan/kel penggunaan energi
elahan, TD dan membantu
stabil/frek keseimbangan
nadi, suplai dan
peningaktan kebutuhan oksigen.
perhatian pada
aktifitas dan 6. Aktifitas yang maju
perawatan diri. memberikan kontrol
jantung,
4. Dorong meningaktkan
memajukan regangan dan
aktifitas/tolera mencegah aktifitas
nsi perawatan berlebihan.
diri.

5. Anjurkan
keluarga untuk
membantu
pemenuhan
kebutuhan
ADL pasien.

Jelaskan pola
peningkatan bertahap
dari aktifitas, contoh:
posisi duduk ditempat
tidur bila tidak pusing
dan tidak ada nyeri,
bangun dari tempat
tidur, belajar berdiri

36
dst
e. Resiko defisit Setelah dilakukan Pantau: Mengidentifikasi
volume cairan tindakan keperawatan - Tanda-tanda vital penyimpangan indikasi
b/d pengeluaran selama 3x24jam setiap 4 jam. kemajuan atau
yang berlebihan; diharapkan pasien - Warna urine. penyimpangan dari hasil
perdarahan; dapat - Berat badan setiap yang diharapkan.
diuresis; keringat mendemostrasikan hari.
berlebihan. status cairan - Status umum setiap
membaik. 8 jam.
Kriteria evaluasi: tak Beritahu dokter bila: Temuan-temuan ini
ada manifestasi haluaran urine < 30 mennadakan
dehidrasi, resolusi ml/jam, haus, hipovolemia dan
oedema, haluaran takikardia, gelisah, perlunya peningkatan
urine di atas 30 TD di bawah rentang cairan.
ml/jam, kulit normal, urine gelap
kenyal/turgor kulit atau encer gelap. Mencegah pasien jatuh
baik. Konsultasi dokter bila ke dalam kondisi
manifestasi kelebihan kelebihan cairan yang
cairan terjadi. beresiko terjadinya
Pantau: cairan masuk oedem paru.
dan cairan keluar Mengidentifikasi
setiap 8 jam. keseimbangan cairan
pasien secara adekuat
dan teratur.

f. Resiko infeksi Setelah dilakukan Pantau: vital sign, Mengidentifikasi


b/d trauma jalan tindakan keperawatan tanda infeksi. penyimpangan dan
lahir. selama 3x24jam kemajuan sesuai
diharapkan infeksi Kaji pengeluaran intervensi yang
tidak terjadi. lochea, warna, bau dilakukan.
Kriteria hasil: tanda dan jumlah. Mengidentifikasi
infeksi tidak ada, luka Kaji luka perineum, kelainan pengeluaran
episiotomi kering dan keadaan jahitan. lochea secara dini.
bersih, takut berkemih Keadaan luka perineum
dan BAB tidak ada. Anjurkan pasien berdekatan dengan
membasuh vulva daerah basah

37
setiap habis berkemih mengakibatkan
dengan cara yang kecenderunagn luka
benar dan mengganti untuk selalu kotor dan
PAD setiap 3 kali mudah terkena infeksi.
perhari atau setiap kali Mencegah infeksi secara
pengeluaran lochea dini.
banyak.
Pertahnakan teknik
septik aseptik dalam Mencegah kontaminasi
merawat pasien silang terhadap infeksi.
(merawat luka
perineum, merawat
payudara, merawat
bayi).
g. Resiko gangguan Setelah dilakukan Beri kesempatan ibu Meningkatkan
proses parenting tindakan keperawatan untuk melakuakn kemandirian ibu dalam
b/d kurangnya selama 3x24jam perawatan bayi secara perawatan bayi.
pengetahuan diharapkan gangguan mandiri.
tentang cara proses parenting tidak Libatkan suami dalam Keterlibatan
merawat bayi. ada. perawatan bayi. bapak/suami dalam
Kriteria hasil: ibu perawatan bayi akan
dapat merawat bayi Latih ibu untuk membantu
secara mandiri perawatan payudara meningkatkan
(memandikan, secara mandiri dan keterikatan batih ibu
menyusui). teratur. dengan bayi.
Perawatan payudara
Motivasi ibu untuk secara teratur akan
meningkatkan intake mempertahankan
cairan dan diet TKTP. produksi ASI secara
Lakukan rawat kontinyu sehingga
gabung sesegera kebutuhan bayi akan
mungkin bila tidak ASI tercukupi.
terdapat komplikasi Mneingkatkan produksi
pada ibu atau bayi. ASI.

Meningkatkan hubungan

38
ibu dan bayi sedini
mungkin.

39
3. IMPLEMENTASI
Implementasi sesuai dengan intervensi
4. EVALUASI
a. Pasien mendemonstrasikan tidak adanya nyeri.
b. Pola eleminasi (BAB) teratur
c. Peningkatan pengisian/distensi kandung kemih, perubahan pada
jumlah/frekuensi berkemih.
d. ADL dan kebutuhan beraktifitas pasien terpenuhi secara adekuat.
e. Pasien dapat mendemostrasikan status cairan membaik.
f. Infeksi tidak terjadi.
g. Gangguan proses parenting tidak ada.

40

You might also like