You are on page 1of 3

ABSTRAK

Anggo, Oktri. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing


(Guided Discovery) untuk Mencapai Ketuntasan Belajar Siswa pada Sub
Pokok Bahasan Ikatan Kimia Di Kelas X SMA Negri 1 Pasir Penyu.
Skripsi, Jurusan PMIPA Pendidikan Kimia, Universitas Negri Riau.
Pembimbing: (I) Dra. Hj. Ervi Yenni, M.Pd. (II) Dr. Roza Linda, M.Si
Kata Kunci: Penemuan Terbimbing, ikatan kimia, ketuntasan, KKM.

Belajar dapat diartikan sebagai proses mendapatkan pengetahuan. Pada saat


proses pembelajaran berlangsung dibutuhkan prinsip pengelolaan kelas yang baik.
Pengelolaan kelas yang baik ini akan mendapatkan interaksi belajar mengajar yang
baik pula. Jika siswa tidak ikut serta berinteraksi dalam proses pembelajaran
tersebut maka hal ini akan mengakibatkan rendahnya atau menurunnya prestasi
belajar siswa sehingga siswa tidak mencapai ketuntasan. Berdasarkan hasil ulangan
siswa pada pokok bahasan ikatan kimia pada tahun pelajaran 2014/2015 sebanyak
16 siswa dari 35 siswa ulangannya belum mencapai batas Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM).
Dari hasil wawancara peneliti dengan guru bidang studi kimia kelas X 7 MIA
SMA Negeri 1 Pasir Penyu ada beberapa hal yang diduga menjadi penyebab adanya
siswa yang belum mencapai nilai KKM. Proses pembelajaran berbasis kelompok
yang diterapkan guru cendrung yang paling aktif sementara peserta didik lebih
pasif. Pembelajaran yang sering diterapkan pada peserta didik kelas X SMAN 1
Pasir Penyu hanya dalam bentuk diskusi kelompok biasa, pembelajaran yang
dilakukan tidak menggunakan model pembelajaran atau media peraga yang dapat
menarik minat peserta didik sebagai subjek yang paling aktif dalam proses
pembelajaran. Peserta didik menganggap pembelajaran kurang menarik, serta
peserta didik cendrung pasif. Proses pembelajaran berjalan hanya berpusat pada
guru mengakibatkan peserta didik menjadi pasif dan kurang menguasai materi.
Tanpa disertai pemahaman peserta didik biasanya akan cepat lupa terhadap materi
tersebut yang akhirnya berdampak pada rendahnya ketuntasan belajar peserta didik.
Dengan adanya model pembelajaran akan diharapkan akan lebih menarik peserta
didik untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran.

Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan atau
proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang diduga cocok untuk
diterapkan pada proses pembelajaran ikatan kimia adalah model pembelajaran
penemuan terbimbing. model pembelajaran penemuan terbimbing (Guided
Discovery) mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa adanya
perbedaan status dan mengandung unsur permainan.

Pelaksanaan penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Pasir Penyu kelas X 7


MIA semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016. Rancangan penelitian yang
digunakan adalah penelitian eksperimen semu dengan desain One Shot Study Case.
Sampel terdiri dari satu kelas yang dipilih secara acak. Kelas tersebut diberi
perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran penemuan terbimbing (Guided
Discovery) dalam proses pembelajarannya.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes. Nilai tes yang
diambil berupa hasil belajar siswa dari nilai posttest. Teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis deskriptif. Ketuntasan belajar yang akan dianalisis adalah
ketuntasan belajar pada kompetensi pengetahuan. Siswa dikatakan tuntas apabila
nilai yang diperoleh siswa ≥ 2,67. Dari hasil pengolahan data penelitian terdapat 3
orang siswa yang tidak tuntas dari 30 orang siswa. Dapat diartikan bahwa penerapan
model pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery) memberikan hasil
positif terhadap ketuntasan belajar siswa pada kompetensi pengetahuan sebesar
90,91%.
Hal ini terjadi akibat adanya keterlibatan siswa pada proses pembelajaran,
proses pembelajaran yang lebih menyenangkan dan rileks sehingga tidak
menyebabkan kebosanan pada siswa. Selain itu, dengan adanya permainan berupa
adu kecepatan dalam mengerjakan kartu soal siswa berkompetisi untuk berusaha
secepat mungkin menyelesaikan kartu soal dengan benar agar memenangkan
permainan. Ketika siswa memiliki minat belajar yang tinggi maka siswa tersebut
akan mendapatkan prestasi belajar yang tinggi, begitu juga sebaliknya sehingga
mereka dapat mencapai ketuntasan belajar.

You might also like