You are on page 1of 2

Asuransi ialah jaminan atau perdagangan yang di berikan oleh penanggung kepada yg

bertanggung untuk risiko kerugian sebagai yang ditetapkan dalam surat perjanjian bila terjadi
kebakaran kecurian kerusakan dan sebagainya ataupun mengenai kehilangan jiwa atau
kecelakaan lainnya dengan yang tertanggung membayar premi sebanyak yang di tentukan
kepada penanggung tiap-tiap bulan. A. Abbas Salim memberi pengertian bahwa asuransi ialah
suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian kecil yang sudah pasti sebagai kerugian-
kerugian besar yang belum pasti. Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa hal itu
sama dengan orang yang bersedia membayar kerugian yang sedikit pada masa sekarang agar
dapat menghadapi kerugian-kerugain besar yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang.
Misalnya dalam asuransi kebakaran seseorang mengasuransikan rumahnya pabriknya atau
tokonya kepada perusahaan asuransi. Orang tersebut harus membayar premi kepada perusahaan
asuransi. Bila terjadi kebakaran maka perusahaan akan mengganti kerugian-kerugian yang
disebabkan oleh kebakaran itu.

Asurn ansi dalam Sudut Pandang Hukum Islam

Mengingat masalah asuransi ini sudah memasyarakat di Indonesia ini dan di perkirakan ummat
Islam banyak terlibat didalamnya maka perlu juga dilihat dari sudut pandang agama Islam. Di kalangan
ummat Islam ada anggapan bahwa asuransi itu tidak Islami. Orang yg melakukan asuransi sama halnya
dgn orang yg mengingkari rahmat Allah. Allah-lah yg menentukan segala-segalanya dan memberikan
rezeki kepada makhluk-Nya sebagaimana firman Allah SWT yg artinya “Dan tidak ada suatu binatang
melata pun dibumi mealinkan Allah-lah yg memberi rezekinya.” “?dan siapa yg memberikan rezeki
kepadamu dari langit dan bumi? Apakah di samping Allah ada Tuhan ??” “Dan kami telah menjadikan
untukmu dibumi keperluan-keprluan hidup dan makhluk-makhluk yg kamu sekali-kali bukan pemberi
rezeki kepadanya.” Dari ketiga ayat tersebut dapat dipahami bahwa Allah sebenarnya telah menyiapkan
segala-galanya utk keperluan semua makhluk-Nya termasuk manusia sebagai khalifah dimuka bumi.
Allah telah menyiapkan bahan mentah bukan bahan matang. Manusia masih perlu mengolahnya
mencarinya dan mengikhtiarkannya. Orang yg melibatkan diri kedalam asuransi ini adl merupakan salah
satu ikhtiar utk mengahdapi masa depan dan masa tua. Namun krn masalah asuransi ini tidak ada
dijelaskan secara tegas dalam nash maka masalahnya dipandang sebagai masalah ijtihadi yaitu masalah
perbedaan pendapat dan sukar dihindari dan perbedaan pendapat tersebut juga mesti dihargai.

Perbedaan pendapat itu terlihat pada uraian berikut:


Asuransi itu haram dalam segala macam bentuknya temasuk asuransi jiwa. Pendapat ini dikemukakan
oleh Sayyid Sabiq Abdullah al-Qalqii Yusuf Qardhawi dan Muhammad Bakhil al-Muth’i . Alasan-alasan yg
mereka kemukakan ialah:

 Asuransi sama dgn judi


 Asuransi mengandung ungur-unsur tidak pasti.
 A suransi mengandung unsur riba/renten.
 Asuransi mengandung unsur pemerasan krn pemegang polis apabila tidak bisa
melanjutkan
 Premi-premi yg sudah dibayar akan diputar dalam praktek-praktek riba.
 Asuransi termasuk jual beli atau tukar menukar mata uang tidak tunai.
 Hidup dan mati manusia dijadikan objek bisnis dan sama halnya dgn mendahului takdir
Allah.

Asuransi di perbolehkan dalam praktek seperti sekarang Pendapat kedau ini dikemukakan oleh Abd.
Wahab Khalaf Mustafa Akhmad Zarqa Muhammad Yusuf Musa dan Abd. Rakhman Isa . Mereka

 Tidak ada nash yg melarang asuransi.


 Ada kesepakatan dan kerelaan kedua belah pihak.
 Saling menguntungkan kedua belah pihak.
 Asuransi dapat menanggulangi kepentingan umum sebab premi-premi yg terkumpul
dapat di investasikan utk proyek-proyek yg produktif dan pembangunan.
 Asuransi termasuk akad mudhrabah
 Asuransi termasuk koperasi .
 Asuransi di analogikan dgn sistem pensiun seperti taspen.

You might also like