You are on page 1of 4

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

1. Tingkat Perkembangan dan Kematangan


Perkembangan anak seperti dukungan mental, perilaku, dan pertumbuhan anak akan
mempengaruhi konsep dirinya.
2. Budaya
Pada usia anak-anak nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuanya, kelompoknya, dan
lingkungannya. Orang tuanya yang bekerja seharian akan membawa anak lebih dekat pada
lingkungannya.
3. Sumber eksternal dan internal
Kekuatan dan perkembangan pada individu sangat berpengaruh terhadap konsep diri. Pada
sumber internal misalnya, orang yang humoris koping individunya lebih efektif. Sumber
eksternal misalnya adanya dukungan daro masyarakat dan ekonomi yang kuat.
4. Pengalaman sukses dan gagal
Ada kecenderungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan konsep diri demikian pula
sebaliknya.
5. Stresor
Stresor dalam kehidupan misalnya perkawinan, pekerjaan baru, ujian dan ketakutan. Jika koping
individu tidak adekuat maka akan menimbulkan depresi, menarik diri, dan kecemasan.
6. Usia, keadaan sakit, dan trauma
Usia tua dan keadaan sakit akan mempengaruhi persepsi dirinya.

Kriteria Kepribadian yang Sehat

1. Citra tubuh positif dan akurat


Kesadaran akan diri berdasarkan atas observasi mandiri dan mempunyai tujuan hidup yang
dapat dicapai.
2. Ideal dan realitas
Individu mempunyai ideal diri yang realitis dan mempunyai tujuan hidup yang dapat dicapai.
3. Konsep diri yang positif
Konsep diri yang positif menunjukkan bahwa individu akan sesuai dalam hidupnya.
4. Harga diri tinggi
Seseorang yang mempuyai harga diri tinggi akan memandang dirinya sebagai seseorang yang
berarti dan bermanfaat. Ia memandang dirinya sama dengan apa yang ia inginkan.
5. Kepuasan penampilan peran
Individu yang mempunyai kepribadian sehat akan dapat berhubungan dengan orang lain secara
inti, dan mendapat kepuasan. Ia dapat mempercayai dan terbuka pada orang lain serta
membina hubungan interdependen.
6. Identitas jelas
Individu merasakan keunikan dirinya yang memberi arah kehidupan dalam mencapai tujuan.

Karakteristik Konsep Diri Rendah

1. Menghindari sentuhan atau melihat bagian tubuh tertentu.


2. Tidak mau berkaca.
3. Menghindari diskusi tentang topik dirinya
4. Menolak usaha rehabilitasi.
5. Melakukan usaha sendiri dengan tidak tepat
6. Mengingkari perubahan pada dirinya.
7. Peningkatan ketergantungan pada yang lain
8. Tanda dari keresahan seperti marah, keputusan, dan menangis.
9. Menolak berpartisipasi dalam perawatan dirinya.
10. Tingkah laku yang merusak seperti penggunaan obat-obatan dan alkohol.
11. Menghindari kontak sosial.
12. Kurang bertanggung jawab.

(Carpenito, 1995 dalam Taylor)

Faktor Risiko Gangguan Konsep Diri

1. Gangguan identitas diri


a. Perubahan perkembangan
b. Trauma
c. Jenis kelamin yang tidak sesuai
d. Budaya yang tidak stabil
2. Gangguan citra tubuh (Body Image)
a. Hilangnya bagian tubuh.
b. Perubahan perkembangan
c. Kecacatan
3. Gangguan harga diri
a. Hubungan interpersonal yang tidak harmonis.
b. Kegagalan perkembangan.
c. Kegagalan mencapai tujuan hidup.
d. Kegagalan dalam mengikuti aturan moral.
4. Gangguan Peran
a. Kehilangan peran.
b. Peran ganda.
c. Konflik peran.
d. Ketidakmampuan menampilkan peran.

Respons Psikologis Terhadap stres

Respons psikologi terhadap stres dapat berupa depresi, marah, dan kecemasan. Kecemasan adalah
respons emosional terhadap penilaian, misalnya cemas mengikuti ujian khawatir nilainya buruk. Empat
tingkatan kecemasan, yaitu sebagai berikut.

1. Cemas ringan
Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada
tingkat ini lapangan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati serta waspada. Individu
terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Respons cemas
ringan seperti sesekali bernapas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada
lambung, muka berkerut dan bibir bergetar, lapang persepsi meluas, konsentrasi pada masalah,
menyelesaikan masalah secara efektif, tidak dapat duduk dengan tenang, dan tremor halus pada
tangan.
2. Cemas datang
Pada tingkat ini lapang persepsi terhadap masalah menurun. Individu lebih berfokus pada hal-
hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain. Respons cemas sedang seperti sering napas
pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia, gelisah, lapang pandang
menyempit, rangsangan luar tidak mampu diterima, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur,
dan perasaan tidak enak.
3. Cemas berat
Pada cemas berat lapang persepsi sangat sempit, seseorang, cenderung hanya memikirkan hal
yang kecil saja dan mengabaikan hal yang penting. Seseorang tidak mampu berpikir berat lagi
dan membutuhkan lebih banyak pengarahan atan tuntunan.
Respons kecemasan berat seperti napas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat,
berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur ketegangan, lapang persepsi sangat sempit,
tidak mampu menyelesaikan masalah, blocking, verbalisasi cepat, dan perasaan ancaman
meningkat.
4. Panik
Pada tahap ini lahan persepsi telah tergantung sehingga individu tidak dapat mengendalikan diri
lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa, walaupun telah diberi penglihatan.
Respons panik seperti napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi,
lapang persepsi sangat sempit, tidak dapat berpikir logis, agitasi, mengamuk, marah, ketakutan,
berteriak-teriak, blocking, kehilangan kendali, dan persepsi kacau.

Faktor-faktor yang Dapat Menimbulkan Stres

1. Lingkungan yang asing.


2. Kehilangan kemandirian sehingga mengalami ketergantungan dan memerlukan bantuan orang
lain.
3. Berpisah dengan pasangan hidup.
4. Masalah biaya.
5. Kekurangan informasi.
6. Ancaman akan penyakit yang lebih banyak.
7. Masalah pengobatan.

Kehilangan dan Berduka

Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan suatu yang sebelumnya ada menjadi
tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya, sedangkan berduka adalah respons emosi yang diekspresikan
terhadap kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak napas, susah
tidur dan lain-lain.

Dalam menghadapi kehilangan, individu dipengaruhi oleh:

1. Bagaimana persepsi individu terhadap kehilangan.


2. Tahap perkembangan
3. Kekuatan atau koping mekanisme
4. Sistem pendukung.

Reaksi Berduka

1. Fase Peningkatan (denial)


Perasaan tidak percaya, syok, biasanya ditandai dengan menangis, gelisah, lemah, letih dan
pucat.
2. Fase marah (anger)
Perasaan marah dapat diproyeksikan pada orang atau benda yang ditandai dengan muka merah,
suara keras, tangan mengepal, nadi cepat, gelisah, dan perilaku agresif.
3. Fase tawar-menawar (bargaining)
Individu mampu mengungkapkan rasa marah akan kehilangan, ia akan mengekspresikan rasa
bersalah, takut, dan rasa berdosa.
4. Fase depresi
Individu menunjukkan sikap menarik diri, tidak mau bicara, putus asa. Perilaku yang muncul
seperti menolak makan , susah tidur, dan dorongan libido menurun.
5. Fase menerima (acceptance)
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan, pikiran yang berpusat pada objek
kehilangan mulai berkurang.

Sumber : Tarwoto dan Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta
Selatan: Salemba Medika.

You might also like