You are on page 1of 3

Terwujudnya

Sercecah berkas cahaya masuk melalui jendela putih. Tubuhku sangat malas
untuk bergerak, ku lihat jam yang sedang berdetak menunjukan jarum panjang di angka
12 dan yang satu lagi megarah pada angka 8. Tubuhku yang masih lunglai ini mulai
bergeak dari kasur dan langsung berjalan menuju kamarmandi. Jarum jam berpencar
lagi, jarum panjang mengarah pada angka 6 dan jarum pendek mengarah pada angka 8.
Itu menandakan aku telah siap dan langsung bergegas pergi ke sekolah.

Aku telah tiba di sekolah, aku bergegas ke kantin untuk mengisi perut yang
sedang berdemo. Aku memesan sepotong roti yang diisi dengan selai coklat buatan ibu
kantin. Aku melihat jam di perggelangan tanganku yang menenjukan jam 09.59 tanda
waktu untuk msuk kelas. Aku bergegas menelusuri koridor yang di penuhi orang orang
berlalu lalang. Akhirnya aku telah sampai di kelas setelah keluar dari keramaian di
koidor, kelaspun dimulai.

Jam 12.00 menandakan pelajaran selesai. Aku segera keluar kelas dan
meninggilkan sekolahan untuk menemui temanku sesegera mungkin. “epyn!” teriak rida
teman kelasku. Aku menoleh dan rida mengampiriku “jangan lupa nanti malam kita
bertemu dosen” kata rida. “oke.” kataku dan dia pergi sembari senyum. Ya aku seorang
maha siswi di UGM, aku sekolah disana sudah mengijak semester ke 7 dan aku masuk
jurusan kedoteran. Aku juga memeliki kesibukan selain kuliah aku seorang penejemah
bahasa mandarin-indonesia, Indonesian-inggris, dan sebaliknya. Aku langsung
memasuki mobil yaris putihku melaju dengan cepat menuju salah satu restoran
ternama di jogja. Setibanya aku di restoran aku melangkahkan kakiku dengan cepat
memasuki restoran dan mencari temanku. Aku menemukan dia “hey!” teriakku dan
temanku melambaikan tangannya. Aku langsung duduk dan membahas pekerjaanku
sebagai penerjemah. Perkenalkan nama bosku adalah grenvin dia keturunan tiongha
dan yang lebih pntingnya masih jomblo. Aku dan grenvin membahas semuanya yang
akan kita lakukan,dan kami akan bertemu lagi hari kamis di Jakarta.
Malam ini aku dan rida memnemui dosen kita membahas tentang skripsi kita
yang sudah selesai dan kita hanya tinggal menunggu lulus. Bulan depan aku, rida, dan
yang lain lulus. Setelah selesai membahas aku langsung pulang dan merebahkan
badanku ke kasur. Aku membuka hp dan langsung ada pesan masuk. “jangan lupa jaga
kesehatan,” kata grenvin. Akupun membalsnya dengan suara ketikan yang cepat “oke,
bagaimana jika aku melakukan kesalaha?” dengan rasa gugup aku menunngu dia
membalasnya. Setelah menunggu setengah jam dia pun membalas “di bawa santai aja
aku tahu ini baru pertama buat mu.” Akupun menggerakan jemari-jemariku dengan
cepat, “ huaaa….. tetep aja “. Grenvinpun mencoba menenangkanku yang sedang
kebinguan dan gugup, “ tenang ada aku,” dengan emot lucu. Akhirnya aku memutuskan
untuk mencoba tenang dan membalasnya “baiklah.” Jam menunjukan pukul 12 malam
dan mataku sudah mulai susah untuk terbuka. Aku memustukan tidur untuk
menyiapkan diri besok.

Alaram berdering dengan keras menandakan pukul 8 pagi dan aku harus segera
pergi. Dengan segera aku melangkahkan kakiku menjauhi tempat tidur dan bergegas
mandi. Setengah jam pun berlalu, aku telah selesai mandi dan bersiap siap untuk pergi
mencari sarapan sambil belajar. Aku sarapan di salah satu makanan cepat saji yang
terkenal. Disana aku sarapan sambil mengasah kemampuanku seberapa cepat, tanggap,
dan teliti. Aku melakukan ini buat hari kamis karena aku diundang sebegai penerjemah
di acara pertemuan antara presiden Indonesia dan presiden china. Aku juga melakukan
beberapa mtode untuk berlatih. Aku ke apartemen menggunakan tangga sambil
mendengar dan menghfalkan bahasa mandarin yang diberikan grenvin keadaku dan ku
sampaikan ke grenvin menggunakan Bahasa Indonesia. Itu semua kulakukan untuk
mengejar cita-citaku selain menjadi dokter. Setelah selesai makan aku langsung pulang
ke apartemen dan menyiapkan barang untuk kubawa ke Jakarta. Setelah aku
menyiapkan barang aku bergegas menelfon grenvin dan mengantakan aku telah siap.
Grevin sesegera mungkin menjemputku dan kita bersama sama pergi ke Jakarta. Tiket
pesawatku hari ini pada malam hari. Setelah kami sapai di bandara soekarno hatta kami
langsung ke hotel yang telah disiapkan, kami langsung kemar masing masing.
Sercecah berkas cahaya pun masuk menghampiri mataku dan aku sesegera
bangun dari tempat tidurku. Aku berjelan dengan lunglai menuku kamar mandi untuk
menyiapkan diri. Aku mengecek hp dan grevin menelfonku, aku langsung
mengangkatnya. “yok turun,” akupun mebalasnya “oke.” Kita bertemu di lift dan
menangkan diri masing masing atas kegugupan ini. Saat petemuan dilaksanakan aku
dan grenvin menerjemahkan kedua belah pihak. Aku menerjemahkan dengan ragu-ragu
dan benar aku salah menerjemahkan seharusnya aku mengatakan politik tapi aku
mengatakan pekembangan. Grenvin yang mengetahui itu sesegera mungkin
membenarkan ucapanku dan mukaku sudah mulai pucat kakiku sudah tidak kuat lagi
manampung beban di tubuhhku. Grenvin yang mengetahui itu langsung menatapku
dalam dalam. Aku tau dia mengetakan aku harus menahannya dan menyeselesaikan
pertemuan ini. Aku berusaha dengan sekuat tenaga melawan ketakutanku. Setelah
selesai aku langsung keluar dan grenvin mengejarku dan menahan tubuhku yang
hampir jatuh. “gak papa, aku akan berusaha membantumu,” grevin mencoba
menenangkanku. Di penerjemahan keselahan seperti itu sangan fatal waulpun hanya
satu kata saja dan biasa membuat perusahaan bangkrut. Juga bias membuat kalian tidak
dipercaya atau tidak dapat menerjemah di acara besar lagi. Aku sangat ketakutan
karena jadi penerjemahadalah cita citaku sejak kecil. Setelah grenvin menenangkan
diriku aku dan dan grenvin minta maaf kepada presiden dan kerabatnya. Tidak seperti
yang kubayangkan ternyata mereka memaafkan dan mengatakan bahwa aku seorang
wanita yang cukup lincah dan mereka memaafkan kesalahan yang aku buat.

Setelah kejadian itu aku tetap melakukan pekerjaanku sebagai penerjemah dan
lulus kuliah sebagi dokter di salah satu rumah sakit terbesar di jogja. Aku menjadi orang
yang dikenal banyak masyarakat karena kemampuanku yang bias membagi wantu. Aku
dan grevin tetap jadi patner bahkan aku dan grenvin telah menjalin hubungan lebih dari
teman. Aku juga sering ke luar negeri untuk seminar dan menerjemahkan.

You might also like