You are on page 1of 8

A.

KONSEP DASAR TENTANG GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


MOBILISASI
1. Pengertian
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas
mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya. Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi,
membuat napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal,
dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin,
biasanya dalam waktu 12 jam.
Sedangkan gangguan mobilisasi fisik (imobilisasi) didefinisikan oleh North
American Nursing Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu keadaan ketika
individu mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerak fisik (Kim et al,
1995).
2. Tujuan Mobilisasi
a. Untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia
b. Untuk mencegah terjadinya trauma
c. Untuk mempertahankan tingkat kesehatan
d. Untuk mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari-hari
e. Untuk mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh
3. Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas
a. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup mempengaruhi kemampuan mobilitas seseorang karena
gaya hidup berdampak pada perilaku sehari-hari.
b. Proses Penyakit/cedera
Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas karena dapat
mempengaruhi fungsi tubuh.
c. Kebudayaan
Kemampuan mobilitas dapat juga dipengaruhi oleh kebudayaan. Orang yang
memiliki budaya berjalan jauh memiliki kemampuan mobilitas yang kuat.
d. Tingkat Energi
Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Agar dapat melakukan
mobilitas dengan baik, dinutuhkan energi yang cukup.
e. Usia dan Status Perkembangan
Terdapat perbedaan kemampuan mobilisasi tingkat usia yang berbeda.
Disebabkan kemampuan alat gerak sejalan dengan perkembangan usia.
4. Perubahan Sistem Tubuh Akibat Imobilisasi
a. Perubahan Metabolisme
Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara normal,
mengingat imobilitas dapat menyebabkan turunnya kecepatan metabolisme
dalam tubuh.
b. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak dari
imobilitas akan mengakibatkan persediaan protein menurun dan konsenstrasi
protein serum berkurang sehingga dapat mengganggu kebutuhan cairan
tubuh. Berkurangnya perpindahan cairan dari intravaskular ke interstitial
dapat menyebabkan edema, sehingga terjadi ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit.
c. Gangguan Pengubahan Zat Gizi
Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya pemasukan
protein dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat-zat makanan pada
tingkat sel menurun, dan tidak bisa melaksanakan aktivitas metabolisme.
d. Gangguan Fungsi Gastrointestinal
Imobilitas dapat menyebabkan gangguan fungsi gastrointestinal, karena
imobilitas dapat menurunkan hasil makanan yang dicerna dan dapat
menyebabkan gangguan proses eliminasi.
e. Perubahan Sistem Pernapasan
Imobilitas menyebabkan terjadinya perubahan sistem pernapasan. Akibat
imobilitas, kadar hemoglobin menurun, ekspansi paru menurun, dan
terjadinya lemah otot,
f. Perubahan Kardiovaskular
Perubahan sistem kardiovaskular akibat imobilitas, yaitu berupa
hipotensi ortostatik, meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya
pembentukan trombus.
g. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
1) Gangguan Muskular: menurunnya massa otot sebagai dampak
imobilitas, dapat menyebabkan turunnya kekuatan otot secara
langsung.
2) Gangguan Skeletal: adanya imobilitas juga dapat menyebabkan
gangguan skeletal, misalnya akan mudah terjadi kontraktur sendi dan
osteoporosis.
h. Perubahan Sistem Integumen
Perubahan sistem integumen yang terjadi berupa penurunan elastisitas kulit
karena menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas.
i. Perubahan Eliminasi
Perubahan dalam eliminasi misalnya dalam penurunan jumlah urine.
j. Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas, antara lain timbulnya rasa
bermusuhan, bingung, cemas, dan sebagainya.
5. Jenis-jenis Imobilitas
a. Imobilitas Fisik
Merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan mencegah
terjadinya gangguan komplikasi pergerakan seperti pada pasien dengan
hemiplagia dimana seseorang tidak mampu mempertahankan tekanan di
daerah paralisis dan sebagai hasilnya tidak dapat mengubah posisi
tubuhnhya.
b. Imobilitas sosial
Keadaan dimana individu yang mengalami hambatan dalam interaksi sosial
karena keadaan penyakitnya.
c. Imobilitas Intelektual
Merupakan keadaan individu yang mengalami keterbatasan untuk berfikir,
seperti pada pasien kerusakan otak dari suatu penyakit. Maka seseorang
mengalami keterbatasan proses berfikir.
6. Rentang Gerak dalam Mobilisasi
a. Rentang gerak pasif
Rentang gerak pasif berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan
persendian dengan menggerakan otot orang lain secara pasif misalnya
perawat mengangkat dan menggerakan kaki pasien.
b. Rentang gerak aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara
menggerakan otot-ototnya secara aktif
c. Rentang gerak fungsional
Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktivitas
yang diperlukan.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI
1. Pengkajian focus
a. Riwayat Keperawatan Sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien
yang menyebabkan terjadi keluhan / gangguan dalam mobilitas dan
imobilitas.
b. Riwayat Keperawatan Dahulu
Pengkajian riwayat penyakit di masa lalu yang berhubungan
dengan pemenuhan kebutuhan mobilitas.
c. Riwayat Keperawatan Keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga, misalnya tentang ada
atau tidaknya riwayat alergi, stroke, penyakit jantung, diabetes melitus.
d. Kemampuan Mobilitas
Tingkat Kategori
Aktivitas/Mobilitas

Tingkat 0 Mampu merawat diri secara penuh

Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat

Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain

Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan


peralatan

Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau


berpartisipasi dalam perawatan
e. Kemampuan Rentang Gerak
Pengkajian rentang gerak (ROM) dilakukan pada daerah seperti bahu,
siku, lengan, panggul, dan kaki dengan derajat rentang gerak normal
yang berbeda pada setiap gerakan (Abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi,
hiperekstensi).

DERAJAT RENTANG
GERAK SENDI
NORMAL
Bahu Adduksi: gerakan lengan ke lateral 180
dari posisi samping ke atas kepala,
telapak tangan menghadap ke posisi
yang paling jauh.
Siku Fleksi: angkat lengan bawah ke arah 150
depan dan ke arah atas menuju
bahu.
Pergelangan Fleksi: tekuk jari-jari tangan ke arah 80-90
tangan bagian dalam lengan bawah.
Ekstensi: luruskan pergelangan 80-90
tangan dari posisi fleksi
Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan 70-90
ke arah belakang sejauh mungkin
Abduksi: tekuk pergelangan tangan 0-20
ke sisi ibu jari ketika telapak tangan
menghadap ke atas.
Adduksi: tekuk pergelangan tangan 30-50
ke arah kelingking telapak tangan
menghadap ke atas.
Tangan dan Fleksi: buat kepalan tangan 90
jari Ekstensi: luruskan jari 90
Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan 30
ke belakang sejauh mungkin
Abduksi: kembangkan jari tangan 20
Adduksi: rapatkan jari-jari tangan dari 20
posisi abduksi

f. Perubahan Intoleransi Aktivitas


Pengkajian intoleransi aktivitas dapat berhubungan dengan perubahan
sistem pernapasan dan sistem kardiovaskular.
g. Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi
Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral
atau tidak.

Skala Prosentase Kekuatan Karakteristik


Normal
0 0 Paralisis sempurna

1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat dipalpasi atau


dilihat

2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan topangan

3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi

4 75 Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan


melawan tekanan penuh

5 100 Kekuatan normal gerakan penuh yang normal melawan


gravitasi dan tekanan penuh

h. Perubahan psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan mobilitas
dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi, dan sebagainya.
2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
a. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
kriteria hasil:
1.) Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari atau kompensasi
bagian tubuh
2.) Mendemonstrasikan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas
No. Intervensi Rasional
1 Pertahankan istirahat tirah Istirahat sistemik selama eksaserbasi
baring/duduk jika diperlukan jadwal akut dan seluruh rasa penyakit yang
aktivitas untuk memberikan periode penting
istirahat
2 Bantu dengan rentang gerak pasif Mempertahankan/meningkatkan fungsi
sendi, kekuatan otot dan stamina
umum
3 Dorong pasien mempertahankan Memaksimalkan fungsi sendi dan
posisis duduk, tgeak dan berjalan mempertahankan mobilitas
4 Berikan lingkungan yang aman Meminimalkan terjadinya trauma
seperti menarikan kursi,
menggunakan pegangan,
penggunaan kursi roda
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama
Tujuan: klien mampu mempertahankan keutuhan kulit
Kriteria hasil:
1.) Klien mampu berpartisipasi terhadap pencegahan luka
2.) Klien mengetahui penyebab dan cara pencegahannya
3.) Tidak ada tanda kemerahan
No. Intervensi Rasional
1 Anjurkan klien melakukan ROM (Range Mengalirkan aliran darah ke semua daerah
Of Motion) dengan mobilisasi jika
mungkin
2 Rubah posisi tiap 2 jam Menghindari trauma dan meningkatkan
aliran darah
3 Gunakan bantal air atau pengganjal yang Menghindari adanya cedera pada daerah
lunak dibawah daerah-daerah yang yang menonjol
menonjol
4 Jaga kebersihan kulit dan hindari trauma Meminimalkan adanya kuman yang
pada kulit berkembang di kulit dan memberikan rasa
nyaman
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. 2006. PENGANTAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA. Aplikasi Konsep


dan Proses Keperawatan Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.
Mubarak, Wahit Iqbal. 2005. BUKU AJAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA: TEORI
DAN APLIKASI DALAM PRAKTEK. Jakarta: EGC.

You might also like