You are on page 1of 42

ASUHAN KEPERAWATAN AKUT LIMFOBLASTIK

LEUKIMIA (ALL) PADA AN. F DI RUANG ANAK


RS KANKER DHARMAIS

Disusun Oleh :

I Gede Aga Darsana Kristianto, S.Kep


Grace Natalia Ruung, S.Kep
Christy Debby Thomas, S.Kep
Dwi Winarni Rahman, S.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIKA DE LA SALLE MANADO
2013

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Leukemia adalah istilah umum yang digunakan untuk keganasan pada sumsum tulang dan
sistem limpatik (Wong, 1995). Sedangkan menurut Robbins & Kummar (1995), leukemia adalah
neoplasma ganas sel induk hematopoesis yang ditandai oleh penggantian secara merata sumsum tulang
oleh sel neoplasi.
Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) adalah bentuk akut dari leukemia yang diklasifikasikan
menurut cell yang lebih banyak dalam sumsum tulang yaitu berupa lymphoblasts. Pada keadaan
leukemia terjadi proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit yang lain
daripada normal, jumlahnya berlebihan dan dapat menyebabkan anemia, trombositopenia, dan diakhiri
dengan kematian (Ngastiyah, 1997).
Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) merupakan penyakit yang paling umum pada anak (25%
dari seluruh kanker yang terjadi). Di Amerika Serikat, kira-kira 2400 anak dan remaja menderita
ALL setiap tahun. Insiden ALL terjadi jauh lebih tinggi pada anak -anak kulit putih daripada
kulit hitam. Perbedaan juga tampak pada jenis kelamin, dimana kejadian ALL lebih tinggi pada anak
laki-laki kurang dari 15 tahun. Insiden kejadian 3,5 per 100.000 anak berusia kurang dari 15 tahun.
P u n c a k insiden pada umur 2-5 tahun dan menurun pada dewasa (Supriatna, 2002).
Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI) menyebutkan, setiap tahun ada 4.100 anak terkena
kanker. Leukemia bisa menyerang anak dari berbagai golongan umur, mulai dari anak balita hingga
menjelang dewasa muda, bahkan orang dewasa. Pada anak, leukemia bahkan bisa terjadi sejak anak
dilahirkan.
Leukemia menduduki urutan tertinggi dari jumlah kasus kanker pada anak. Data kasus di RS
Kanker Dharmais menunjukkan, sejak tahun 2006-2012, rata-rata ada 75 kasus kanker pada anak. Dari
jumlah itu, kasus yang paling banyak ditemukan adalah leukemia.
Berdasarkan uraian diatas maka kelompok tertarik mengangkat kasus Akut Limfoblastik
Leukimia (ALL). Di samping itu, Asuhan Keperawatan diangkat karena Akut Limfoblastik Leukimia
(ALL) merupakan salah satu penyakit keganasan yang berkaitan dengan system imunologi. Adapun
system imunologi ini adalah sub pokok bahasan penting dalam Mata Kuliah Praktik Profesi
Keperawatan Medikal Bedah. Mata kuliah tersebut merupakan mata ajaran Praktik Profesi, yang saat
ini praktikum di RS Kanker Darmais. Oleh karena itu untuk bahasan lebih lanjut, berikut akan
dipaparkan materi mengenai Akut Limfoblastik Leukimia (ALL).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan praktek klinik ini mahasiswa diharapkan mampu menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien anak dengan kasus Akut Limfoblastik Leukimia (ALL)
2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan praktik klinik mahasiswa diharapkan mampu :
a) Dapat menjelaskan definisi Akut Limfoblastik Leukimia (ALL)
b) Dapat menyebutkan etiologi dan manifestasi klinis dari Akut Limfoblastik Leukimia (ALL)
c) Dapat menjelaskan patofisiologi Akut Limfoblastik Leukimia (ALL)
d) Dapat memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan Akut Limfoblastik Leukimia (ALL)

BAB II
LANDASAN TEORI
A. DEFINISI
Leukemia adalah keganasan yang berasal dari sel-sel induk sistem hematopoietik yang
mengakibatkan ploriferasi sel-sel darah putih tidak terkontrol dan pada sel-sel darah merah namun
sangat jarang (Gale, 2000). Sehingga terjadi ekspansi progresif dari kelompok sel ganas tersebut dalam
sumsum tulang, kemudian sel leukemia beredar secara sistemik dan mempengaruhi produksi dari sel-
sel darah normal lainnya (Bakta, 2007).
Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) adalah penyakit yang berkaitan dengan sel jaringan tubuh
yang tumbuhnya melebihi dan berubah menjadi ganas tidak normal serta bersifat ganas, yaitu sel-sel
sangat muda yang serharusnya membentuk limfosit berubah menjadi ganas.
Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) adalah proliferasi maligna / ganas limphoblast dalam
sumsum tulang yang disebabkan oleh sel inti tunggal yang dapat bersifat sistemik. (Ngastiyah, 1997;
Smeltzer & Bare, 2002; Tucker, 1997; Reeves & Lockart, 2002).
Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) merupakan tipe leukemia paling sering terjadi pada anak-
anak. Penyakit ini juga terdapat pada dewasa yang terutama telah berumur 65 tahun atau lebih.
Leukemia limfositik akut dapat berakibat fatal karena sel-sel yang dalam keadaan normal akan
berkembang menjadi limfosit, pada ALL berubah menjadi ganas dan dengan segera akan menggantikan
sel-sel normal di dalam sumsum tulang. Intinya, leukemia limfositik akut merupakan proliferasi
maligna/ganas limphoblast dalam sumsum tulang yang disebabkan oleh sel inti tunggal yang dapat
bersifat sistemik.

B. EPIDEMIOLOGI
Insidensi ALL adalah 1/60.000 orang per tahun dengan 75 % berusia  15 tahun, insidensi
puncaknya usia 3 – 5 tahun.
ALL lebih banyak di temukan pada pria dari pada perempuan. Saudara kandung dari pasien
ALL mempunyai resiko 4 kali lebih besar untuk berkembang menjadi, ALL, sedangkan kembar
monozigot dari pasien ALL mempunyai resiko 20% untuk berkembang menjadi ALL.
C. ETIOLOGI
Penyebab Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) sampai saat ini belum jelas, diduga kemungkinan
karena virus (virus onkogenik) dan faktor lain yang mungkin berperan, yaitu:
1. Faktor Predisposisi
a) Penyakit defisiensi imun tertentu, misalnya agannaglobulinemia; kelainan kromosom, misalnya
sindrom Down (risikonya 20 kali lipat populasi umumnya); sindrom Bloom.
b) Virus
Virus sebagai penyebab sampai sekarang masih terus diteliti. Sel leukemia mempunyai enzim
trankriptase (suatu enzim yang diperkirakan berasal dari virus). Limfoma Burkitt, yang diduga
disebabkan oleh virus EB, dapat berakhir dengan leukemia.
c) Radiasi ionisasi
Terdapat bukti yang menyongkong dugaan bahwa radiasi pada ibu selama kehamilan dapat
meningkatkan risiko pada janinnya. Baik dilingkungan kerja, maupun pengobatan kanker sebelumnya.
Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzene, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen anti neoplastik.
d) Herediter
Faktor herediter lebih sering pada saudara sekandung terutama pada kembar monozigot.
e) Obat-obatan
Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
2. Faktor Lain
a) Faktor eksogen seperti sinar X, sinar radioaktif, dan bahan kimia (benzol, arsen, preparat sulfat),
infeksi (virus dan bakteri).
b) Faktor endogen seperti ras
c) Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom, herediter (kadang-kadang dijumpai kasus leukemia pada
kakak-adik atau kembar satu telur).

D. ANATOMI FISIOLOGI
Tubuh kita mempunyai suatu sistem khusus untuk memberantas bermacam-macam bahan yang
infeksius dan toksik. Sistem ini terdiri dari Leukosit (sel darah putih) dan sel-sel jaringan yang berasal
dari leukosit. Pertahanan tubuh melawan infeksi adalah peranan utama dari leukosit atau sel darah
putih. Jumlah normal sel darah putih berkisar dari 4000 sampai 10.000/mm³. Lima jenis sel darah putih
yang sudah diidentifikasikan dalam darah perifer adalah: netrofil (62,0%) dari total); eosinofil (2,3%);
basofil (0,4%); monosit (5,3%); limfosit (30,0%). Leukosit ini sebagian dibentuk dalam sum-sum
tulang belakang (granulosit dan monosit dan sebagian limfosit). Granulosit dan monosit hanya
ditemukan dalam sum-sum tulang. Limfosit dan sel plasma diproduksi dalam berbagai organ limfogen,
termasuk kelenjar limfe, limpa, timus tonsil dan berbagai kantong jaringan limfoid dimana saja dan
dalam tubuh, terutama dalam sum-sum tulang dan plak Peyer di bawah epitel dinding usus. Setelah
dibentuk sel-sel ini diangkut dalam darah menuju berbagai bagian tubuh untuk digunakan. Manfaat
sesungguhnya dari sel darah putih adalah bahwa kebanyakan ditranspor secara khusus kedaerah yang
terinfeksi dan mengalami peradangan serius, jadi menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat
terhadap setiap bahan infeksius yang mungkin ada.
Masa hidup granulosit setelah dilepaskan dari sum-sum tulang, normalnya adalah 4-8 jam
dalam darah sirkulasi, dan 4-5 hari berikutnya dalam jaringan. Pada keadaan infeksi jaringan yang
berat, masa hidup keseluruhan seringkali berkurang sampai hanya beberapa jam, karena granulosit
dengan cepat menuju daerah infeksi, melakukan fungsinya, dan masuk dalam proses dimana sel-sel itu
sendiri dimusnahkan. Monosit juga mempunya masa edar yang singkat, yaitu 10-20 jam, berada
dalamdarah sebelum mengembara melalui membrane kapiler ke dalam jaringan. Begitu masuk kedalam
jaringan, sel-sel ini membengkak sampai ukurannya menjadi besar sekali untuk menjadi makrofag
jaringan, dan dalam bentuk ini, sel-sel tersebut dapat hidup berbulan-bulan atau bahkan bertahun-
tahun, kecuali kalau mereka dimusnahkan karena melakukan fungsi fagositik. Trombosit dalam darah
akan diganti kira-kira setiap 10 hari; atau dengan kata lain, setiap hari terbentuk kira-kira 30.000
trombosit permikroliter darah (Gayton & Hall, 1997).
1. Granulosit
Granulosit memiliki granula kecil di dalam protoplasmanya. Granulosit memiliki diameter 10-
12 µm, dengan demikian lebih besar daripada eritrosit. Dengan bertambah tuanya granulosit, nukleus
terbagi menjadi beberapa lobus: sesuai dengan namanya leukosit polimorfonuklear (polimorf)
2. Limfosit
Limfosit memiliki nukleus besar bulat atau agak berindentasi, dengan menempati sebagian
besar sel. Limfosit berkembang di dalam jaringan limfe. Ukuran bervariasi dari 7-15 µm.
3. Monosit
Monosit adalah sel besar, berdiameter sampai 20 µm, dengan nucleus oval atau berbentuk
ginjal. Monosit dibentuk di dalam sum-sum tulang.
4. Trombosit
Adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam sum-sum tulang, dan hidup sekitar 10 hari.
Sekitar 30-40% terkonsentrasi di dalam limpa; sisanya bersirkulasi da dalam darah, di dekat endotel
(bagian terdalam lapisan pembuluh darah) John Gibson (2002)

E. KLASIFIKASI
1. Leukemia Lyphoblastic Akut (ALL)
ALL dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki lebih
banyak dibandingkan perempuan. Puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 tahun ALL jarang
terjadi. Limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga
mengganggu perkembangan sel normal.
Secara morfologik menurut FAB ALL dibagi menjadi tiga yaitu:
 L1 : ALL dengan sel limfoblas kecil-kecil dan merupakan 84% dari ALL.
 L2 : sel lebih besar, inti regular, kromatin bergumpal, nucleoli prominen dan sitoplasma agak banyak.
Merupakan 14% dari ALL
 L3 : ALL mirip dengan limfoma Burkitt, yaitu sitoplasma basofil dengan banyak vakuola, hanya
merupakan 1% dari ALL
2. Leukemia Nonlymphoblastik Akut (ANLL)
Secara morfologik yang umum dipakai adalah klasifikasi dari FAB :
 M0 - myeloblastic without differentiation
 2M1 - myeloblastic without maturation
 M2 - myeloblastic with maturation
 M3 - acute promyelocytic
 M4 - acute myelomonocytic
 M5 – monocytic
o Subtipe M5a: tanpa matures
o Subtipe M5b: dengan maturasi
 M6-erythroleukemia
 M7-acute megakaryocytic leukemia

F. PATOFISIOLOGI
Komponen sel darah terdiri atas eritrosit atau sel darah merah (RBC) dan leukosit atau sel darah
putih (WBC) serta trombosit atau platelet. Seluruh sel darah normal diperoleh dari sel batang tunggal
yang terdapat pada seluruh sumsum tulang. Sel batang dapat dibagi ke dalam lymphpoid dan sel batang
darah (myeloid), dimana pada kebalikannya menjadi cikal bakal sel yang terbagi sepanjang jalur
tunggal khusus. Proses ini dikenal sebagai hematopoiesis dan terjadi di dalam sumsum tulang
tengkorak, tulang belakang., panggul, tulang dada, dan pada proximal epifisis pada tulang-tulang yang
panjang.
ALL meningkat dari sel batang lymphoid tungal dengan kematangan lemah dan pengumpulan
sel-sel penyebab kerusakan di dalam sumsum tulang. Biasanya dijumpai tingkat pengembangan
lymphoid yang berbeda dalam sumsum tulang mulai dari yang sangat mentah hingga hampir menjadi
sel normal. Derajat kementahannya merupakan petunjuk untuk menentukan/meramalkan
kelanjutannya. Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan sel muda limfoblas dan biasanya ada
leukositosis (^)%), kadang-kadang leukopenia (25%). Jumlah leukosit neutrofil seringkali rendah,
demikian pula kadar hemoglobin dan trombosit. Hasil pemeriksaan sumsum tulang biasanya
menunjukkan sel-sel blas yang dominan. Pematangan limfosit B dimulai dari sel stem pluripoten,
kemudian sel stem limfoid, pre pre-B, early B, sel B intermedia, sel B matang, sel plasmasitoid dan sel
plasma. Limfosit T juga berasal dari sel stem pluripoten, berkembang menjadi sel stem limfoid, sel
timosit imatur, cimmom thymosit, timosit matur, dan menjadi sel limfosit T helper dan limfosit T
supresor.
Peningkatan prosuksi leukosit juga melibatkan tempat-tempat ekstramedular sehingga anak-
anak menderita pembesaran kelenjar limfe dan hepatosplenomegali. Sakit tulang juga sering dijumpai.
Juga timbul serangan pada susunan saraf pusat, yaitu sakit kepala, muntah-muntah, “seizures” dan
gangguan penglihatan (Price Sylvia A, Wilson Lorraine Mc Cart, 1995).
Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur / abnormal dalam jumlah yang berlebihan.
Leukosit imatur ini menyusup ke berbagai organ, termasuk sumsum tulang dan menggantikan unsur-
unsur sel yang normal. Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer
sehingga mengganggu perkembangan sel normal. Hal ini menyebabkan haemopoesis normal
terhambat, akibatnya terjadi penurunan jumlah leucosit, sel darah merah dan trombosit. Infiltrasi sel
kanker ke berbagai organ menyebabkan pembesaran hati, limpa, limfodenopati, sakit kepala, muntah,
dan nyeri tulang serta persendian. Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan anemia, penurunan jumlah
trombosit mempermudah terjadinya perdarahan (echimosis, perdarahan gusi, epistaksis dll.). Adanya
sel kanker juga mempengaruhi sistem retikuloendotelial yang dapat menyebabkan gangguan sistem
pertahanan tubuh, sehingga mudah mengalami infeksi. Adanya sel kanker juga mengganggu
metabolisme sehingga sel kekurangan makanan. (Ngastiyah, 1997; Smeltzer & Bare, 2002; Suriadi dan
Rita Yuliani, 2001, Betz & Sowden, 2002).
G. PATOFLOW
H. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) antara lain:
1. Pilek tak sembuh-sembuh

2. Pucat, lesu, mudah terstimulasi

3. Demam, anoreksia, mual, muntah

4. Berat badan menurun

5. Ptechiae, epistaksis, perdarahan gusi, memar tanpa sebab

6. Nyeri tulang dan persendian

7. Nyeri abdomen

8. Hepatosplenomegali, limfadenopati

9. Abnormalitas WBC
10. Nyeri kepala

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang lazim dilakukan pada anak dengan Leukemia Limfositik Akut
adalah:
1. Pemeriksaan sumsum tulang Leukemia Limfositik Akut (BMP / Bone Marrow Punction):

a) Ditemukan sel blast yang berlebihan

b) Peningkatan protein

2. Pemeriksaan darah tepi Leukemia Limfositik Akut

a) Pansitopenia (anemia, lekopenia, trombositopneia)

b) Peningkatan asam urat serum

c) Peningkatan tembaga (Cu) serum

d) Penurunan kadar Zink (Zn)

e) Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000 – 200.000 / µl) tetapi dalam bentuk sel blast / sel primitif

3. Biopsi hati, limpa, ginjal, tulang untuk mengkaji keterlibatan / infiltrasi sel kanker ke organ tersebut

4. Fotothorax untuk mengkaji keterlibatan mediastinum

5. Sitogenik : 50-60% dari pasien ALL dan AML mempunyai kelainan berupa:

a) Kelainan jumlah kromosom, seperti diploid (2n), haploid (2n-a), hiperploid (2n+a)

b) Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial delection)

c) Terdapat marker kromosom, yaitu elemen yang secara morfologis bukan komponen kromosom normal
dari bentuk yang sangat besar sampai yang sangat kecil

J. PENATALAKSANAAN
1. Transfusi darah, biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 g%. Pada trombositopenia yang berat
dan perdarahan masif, dapat diberikan transfusi trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat
diberikan heparin.

2. Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya). Setelah dicapai remisi dosis
dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.

3. Sitostatika. Selain sitostatika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-mp, metotreksat atau MTX) pada
waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih poten seperti vinkristin (oncovin), rubidomisin
(daunorubycine), sitosin, arabinosid, L-asparaginase, siklofosfamid atau CPA, adriamisin dan
sebagainya. Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi bersama-sama dengan prednison. Pada
pemberian obat-obatan ini sering terdapat akibat samping berupa alopesia, stomatitis, leukopenia,
infeksi sekunder atau kandidiagis. Hendaknya lebih berhaiti-hati bila jumiah leukosit kurang dari
2.000/mm3.

4. Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi dalam kamar yang suci hama).

5. Transplantasi sumsum tulang merupakan prosedur dimana sumsum tulang yang rusak digantikan
dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak dapat disebabkan oleh dosis tinggi
kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk mengganti
sel-sel darah yang rusak karena kangker.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Anak
a. Umur : ALL lebih sering terjadi pada umur kurang dari 5 tahun. Angka kejadian tertinggi adalah pada
umur 3 tahun.
b. Jenis kelamin : leukemia limpfositik akut paling sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan.
2. Identitas Orang Tua
a. Pendidikan : Pendidikan yang rendah pada orang tua mengakibatkan kurangnya pengetahuan terhadapa
penyakit anaknya.
b. Pekerjaan : Pekerjaan orang tua yang berhubungan dengan bahan kimia , radiasi sinar X , sinar
radioaktif, berpengaruh kepada anaknya. Selain itu sejauh mana orang tua mempengaruhi pengobatan
penyakit anaknya.

B. KELUHAN UTAMA
Nyeri sendi dan tulang sering terjadi, lemah , nafsu makan menurun, demam (jika disertai
infeksi) bisa juga disertai dengan sakit kepala, purpura, penurunan berat badan dan sering ditemukan
suatu yang abnormal. Kelelahan dan petekie berhubungan dengan trombositopenia juga merupakan
gejala-gejala umum terjadi

C. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


Saat hamil ibu sering mengkomsumsi makanan dengan bahan pengawet dan penyedap rasa.
Radiasi pada ibu selama kehamilan dapat meningkatkan resiko Saat hamil ibu sering mengkomsumsi
makanan dengan bahan pengawet dan penyedap rasa. Radiasi pada ibu selama kehamilan dapat
meningkatkan resiko pada janinnya. Lebih sering pada saudara sekandung, terutama pada kembar.

D. RIWAYAT KELUARGA
Insiden ALL lebih tinggi berasal dari saudara kandung anak-anak yang terserang terlebih pada kembar
monozigot (identik).

E. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG


Usia Rata-rata Berat Badan (Kg)
3 hari 3,0
10 hari 3,2
3 bulan 5,4
6 bulan 7,3
9 bulan 8,6
1 tahun 9,5
2 tahun 11,8
4 tahun 16,2
6 tahun 20,0
10 tahun 28,0
14 tahun 45,0
18 tahun 54,0 Pada penderita ALL pertumbuhan
dan perkembangannya mengalami
keterlambatan akibat nutrisi yang didapat kurang karena penurunan nafsu makan, pertumbuhan fisiknya
terganggu, terutama pada berat badan anak tersebut. Anak keliatan kurus, kecil dan tidak sesuai dengan
usia anak.

Table 1.1. Rata- rata normal sesuai usia


(Wong, Donna L, 2004 : 134)
Sedangkan pada keadaan normal anak lingkar kepala mencapai 42,5 pada usia (Betz, Cecily, 2002 :
538)
Pada anak dengan penderita penyakit ALL cenderung berat badan menurun, dan tidak sesuai
usia, lingkar kepala dan panjang badan relatif tetap (normal).

a. Riwayat Perkembangan
 Motorik Kasar
Pada anak normal
- Mengangkat kepala saat tengkurap
- Dapat duduk sebentar dengan ditopang
- Dapat duduk dengan kepala tegak
- Jatuh terduduk di pangkuan ketika disokong pada posisi berdiri
- Control kepala sempurna
- Mengangkat kepala sambil berbaring terlentang
- Berguling dari terlentang ke miring
- Posisi lengan dan tungkai kurang fleksi
- Berusaha untuk merangkak
(Betz, Cecily, 2002 : 539)
Pada anak dengan penyakit ALL pada umumnya dapat melakukan aktivitas secara normal, tapi
mereka cepat merasa lelah saat melakukan aktivitas yang terlalu berat (membutuhkan banyak energi).
 Motorik Halus
Pada keadaan normal
- Melakukan usaha yang bertujuan untuk memegang suatu objek
- Mengikuti objek dari sisi ke sisi
- Mencoba memegang benda tapi terlepas
- Memasukkan benda ke dalam mulut
- Memperhatikan tangan dan kaki
- Memegang benda dengan kedua tangan
- Menahan benda di tangan walaupun hanya sebentar
(Betz, Cecily, 2002 : 539)
Pada umumnya anak dengan ALL masih dapat melakukan aktivitas ringan seperti halnya anak-
anak normal. Karena aktivitas ringan tidak membutuhkan energi yang banyak dan anak tidak mudah
lelah

F. DATA PSIKOSOSIO SPIRITUAL


1. Psikologi:
Anak belum tahu tentang penyakitnya, sehingga anak tidak merasa memiliki penyakit. Orang
tua mengalami kecemasan mengenai penyakit yang dialami anak, kondisinya apakah bisa sembuh atau
tidak, serta masalah financial keluarga.
2. Sosial:
Anak jarang bermain dengan teman-temannya, karena kondisi anak lemah sehingga orangtua
tidak mengizinkan anak untuk beraktivitas yang berat. Dirumah anak bermain dengan orang tua dan
saudaranya, tetapi bermain yang ringan.
3. Spiritual:
Sebelum tidur anak diingatkan oleh orang tua untuk berdoa. Saat anak melihat orang tuanya
berdoa anak mengikuti cara orang tuanya berdoa.

G. ADL
1. Nutrisi:
Anak makan 2 kali sehari, pada ALL terjadi penurunan nafsu makan. Anak suka makan
makanan siap saji maupun jajan diluar rumah. Anak tidak suka makan sayur-sayuran, makan buah
kadang-kadang sehingga zat besi yang diperlukan berkurang. Selain itu pengaruh ibu yang suka masak
menggunakan penyedap rasa dan sering menyediakan makanan siap saji dirumah.
Gizi merupakan komponen penting lain dalam pencegahan infeksi. Asupan protein-kalori yang
adekuat akan memberikan hospes pertahanan yang lebih baik terhadap infeksi dan meningkatkan
toleransi terhadap kemoterapi dan iradiasi.

2. Aktivitas istirahat dan tidur:


Saat beraktivitas anak cepat kelelahan. Anak kebanyakan istirahat dan tidur karena kelemahan
yang dialaminya. Sebagaian aktivitas biasanya dibantu oleh keluarga. Saat tidur anak ditemani oleh
ibunya. Tidur anak terganggu karena nyeri sendi yang sering dialami oleh leukemia.
3. Eleminasi:
Anak gangguan ALL pada umumnya mengalami diare, dan penurunan haluran urin. BAB 3-5x
sehari, dengan konsistensi cair. Haluan urin sedikit yang disebabkan susahnya masukan cairan pada
anak, warna urine kuning keruh. Saat BAK anak merasa nyeri karena nyeri tekan diperianal.
4. H.P:
Anak mandi 2x sehari, gosok gigi 2x setelah makan dan mau tidur. Sebagaian aktivitas hygiene
personal sebagaian dibantu oleh orang tua.

H. KEADAAN UMUM
Pada anak –anak tampak pucat, demam, lemah, sianosis

I. PEMERIKSAAN TTV
- RR: Pada penderita PDA, manifestasi kliniknya pada umumnya anak sesak nafas, tachypnea
(Pernafasan >70x/menit), retraksi dada :
Usia Nilai Pernafasan
Bayi baru lahir 35
1-11 bulan 30
2 tahun 25
4 tahun 23
6 tahun 21
8 tahun 20
10-12 tahun 19
14 tahun 17
16 tahun 17
18 tahun 16-18
Tabel 1.4 Nilai Pernafasan rata-rata setiap menit sesuai umur
(Weni Kristiyani Sari, 2010 : 6)
- Nadi : Pada penderita ALL, terdapat manifestasi klinik nadi teraba kuat dan cepat (takikardia)
Usia Waktu bangun Tidur Demam
(kali/menit) (kali/menit) (kali/menit)
Bayi baru lahir 100-180 80-160 >200
1 minggu-3 100-120 80-200 >200
bulan
3 bulan-2 70-120 70-120 >200
tahun
2-10 tahun 60-90 60-90 >200
10 tahun- 50-90 50-90 >200
dewasa
Tabel 1.4 Nilai Nadi Normal pada Anak
(Weni Kristiyani Sari, 2010 : 6)
- TD : pada penderita ALL, tekanan darahnya tinggi disebabkan oleh hiperviskositas darah
Sistolik Diastolik
Usia
(mmHg) (mmHg)
Neonatus 80 45
6-12 bulan 90 60
1-5 tahun 95 65
5-10 tahun 100 60
10-15 tahun 115 60
Tabel 1.3 Nilai Tekanan Darah Normal pada Bayi dan Anak-anak
(Aziz Alimul, 2005 : 279 )

- Suhu : Pada penderita ALL yang terjadi infeksi l suhu akan naik (hipertermi, >37,50C)
Usia Nilai Suhu
3 bulan 37,5
6 bulan 37,5
1 tahun 37,7
3 tahun 37,2
5 tahun 37
7 tahun 36,8
9 tahun 36,7
11 tahun 36,7
13 tahun 36,6
Tabel 1.2 Nilai Suhu rata-rata normal anak
(Weni Kristiyani Sari, 2010 : 5)

J. PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE


1. Kepala dan Leher
a) Rongga mulut :
- apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau bakteri). Penyebab yang paling sering adalah
stafilokokus,streptokokus, dan bakteri gram negative usus serta berbagai spesies jamur.
- perdarahan gusi,
- pertumbuhan gigi apakah sudah lengkap
- ada atau tidaknya karies gigi.
b) Mata:
- Konjungtiva : anemis atau tidak. Terjadi gangguan penglihatan akibat infiltrasi ke SSP,
- sclera: kemerahan, ikterik.
- Perdarahan pada retina
c) Telinga : ketulian
d) Leher: distensi vena jugularis
e) Perdarahan otak
Leukemia system saraf pusat: nyeri kepala, muntah (gejala tekanan tinggi intrakranial), perubahan
dalam status mental, kelumpuhan saraf otak, terutama saraf VI dan VII, kelainan neurologic fokal.
2. Pemeriksaan Dada dan Thorax
a) Inspeksi : bentuk thorax, kesimetrisan, adanya retraksi dada, penggunaan otot bantu pernapasan
b) Palpasi denyut apex (Ictus Cordis)
c) Perkusi untuk menentukan batas jantung dan batas paru.
d) Auskultasi : suara nafas, adakah ada suara napas tambahan: ronchi (terjadi penumpukan secret akibat
infeksi di paru), bunyi jantung I, II, dan III jika ada
3. Pemeriksaan Abdomen
a) Inspeksi bentuk abdomen apakah terjadi pembesaran pada kelenjar limfe, ginjal, terdapat bayangan
vena, auskultasi peristaltik usus, palpasi nyeri tekan bila ada pembesaran hepar dan limpa
b) Perkusi adanya asites atau tidak.
4. Pemeriksaan Genetalia
5. Pembesaran pada testis : hematuria
6. Pemeriksaan integument
Kulit :
a) Perdarahan kulit (pruritus, pucat, sianosis, ikterik, eritema, petekie, ekimosis, ruam)
b) nodul subkutan, infiltrat, lesi yg tidak sembuh, luka bernanah, diaforesis (gejala hipermetabolisme).
c) peningkatan suhu tubuh
d) Kuku : rapuh, bentuk sendok / kuku tabuh, sianosis perifer.
7. Pemeriksaan Ekstremitas
a) Adakah sianosis, kekuatan otot
b) Nyeri tulang dan sendi (karena infiltrasi sumsum tulang oleh sel-sel leukemia

II. Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis Association (NANDA)
adalah “ suatu penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah
kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk
pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan diamana perawat bertanggung gugat “
(Wong,D.L, 2004 :331).
Menurut Wong, D.L (2004 :596 – 610) , diagnosa pada anak dengan leukemia adalah:
1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran berlebihan seperti muntah,
dan penurunan intake
5. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen
kemoterapi
6. Resiko Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise,
mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
7. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas.
9. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan.
10. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita leukemia.
11. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak.
12. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit

III. Rencana keperawatan


Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi untuk mencapai tujuan
pelaksanaan asuhan keperawatan. Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik
yang diharapkan dari pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
Berdasarkan diagnosa yang ada maka dapat disusun rencana keperawatan sebagai berikut
(Wong,D.L,2004 ).
1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
Tujuan : Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi
Intervensi :
 Pantau suhu
Rasionalnya : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
 Tempatkan anak dalam ruangan khusus
Rasionanya : untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi
 Anjurkan keluarga untuk mencuci tangan sebelum menyentuh pasien
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
 Menggunakan masker setiap kali kontak dengan pasien
Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
 Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler
 Melakukan kolaborasi dalam pemberian obat sesuai ketentuan
Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Intervensi :
 Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dala aktifitas sehari-hari
Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
 Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan
 Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi
 Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri
3. Resiko terhadap perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
Intervensi :
 Pantau tanda-tanda perdarahan
Rasional : Mengetahui tanda-tanda perdarahan
 Anjurkan keluarga untuk memberitaukan apabila ada tanda perdarahan
Rasional : Membantu pasien mendapatkan penanganan sedini mungkin.
 Anjurkan keluarga untuk pergerakan pasien
Rasional : Keterlibatan keluarga dapat membantu untuk mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut
 Kolaborasi dalam monitor trombosit
Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran pembuluh darah
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan melalui feses dan
muntah serta intake terbatas (mual)
Tujuan : - Tidak terjadi kekurangan cairan melalui feses
Pasien tidak mengalami mual dan muntah
Intervensi :
 Kaji tanda-tanda dehidrasi
Rasional : Untuk mengetahui tindakan ang akan dilakukan
 Berikan cairan oral dan parinteral
Rasional : sebagai upaya untuk mengatasi cairan yang keluar
 Pantau intake dan output
Rasional : dapat mengetahui keseimbangan cairan
 Kolaborasi Pemberian obat anti diare
Rasional : menghentikan diare
5. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen
kemoterapi
Tujuan : pasien tidak mengalami mukositis oral
Intervensi :
 Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral
Rasional : untuk mendapatkan tindakan yang segera
 Hindari mengukur suhu oral
Rasional : untuk mencegah trauma
 Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari yang dibalut kasa
Rasional : untuk menghindari trauma
 Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau tanpa larutan bikarbonat.
Rasional : untuk menuingkatkan penyembuhan
 Gunakan pelembab bibir
Rasional : untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-pecah (fisura)

 Berikan diet cair, lembut dan lunak


Rasional : agar makanan yang masuk dapat ditoleransi anak
 Inspeksi mulut setiap hari
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
 Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan
Rasional : untuk membantu melewati area nyeri

 Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia


Rasional : dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan gigi, memperlambat
penyembuhan dengan memecah protein dan dapat mengeringkan mukosa
 Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan
Rasional : untuk mencegah atau mengatasi mukositis
 Berikan analgetik
Rasional : untuk mengendalikan nyeri
6. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek
samping kemoterapi dan atau stomatitis Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Intervensi :
 Anjurkan orang tua untuk tetap memberikan asi
Rasional : Mempertahankan asupan nutrisi
 Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
Rasional : Karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
 Timbang berat badan pasien
Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori.
 Kolaborasi dengan tim kesehatan dalam pemberian nutrisi
Rasional : Membantu proses penyembuhan dalam kebutuhan nutrisi
7. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
Tujuan : pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima anak.
Intervensi :
 Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5
Rasional : informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan intervensi

 Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non invasif, alat akses vena.
Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman
 Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi
 Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat
 Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat
Rasional : sebagai analgetik tambahan
 Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur
Rasional : untuk mencegah kambuhnya nyeri
8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas.
Tujuan : pasien mempertahankan integritas kulit
Intervensi :
 Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah perianal.
Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi
 Ubah posisi dengan sering
Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit
 Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit
 Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area radiasi pada
beberapa agen kemoterapi
 Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering
Rasional : membantu mencegah friksi atau trauma kulit
 Dorong masukan kalori protein yang adekuat
Rasional : untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negative

 Pilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi
Rasional : untuk meminimalkan iritasi tambahan
9. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan.
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif
Intervensi :
 Dorong anak untuk memilih wig (anak perempuan) yang serupa gaya dan warna rambut anak sebelum
rambut mulai rontok.
Rasional : untuk membantu mengembangkan penyesuaian rambut terhadap kerontokan rambut.
 Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar matahari, angin atau dingin.
Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut
 Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek dan halus.
Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial
 Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin warna atau teksturnya
agak berbeda.
Rasional : untuk menyiapkan anak dan keluarga terhadap perubahan penampilan rambut baru.
 Dorong hygiene, berdan, dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin , misalnya wig, skarf, topi, tata
rias, dan pakaian yang menarik.
Rasional : untuk meningkatkan penampilan
10. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita leukemia.
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostik atau terapi.
Intervensi :
 Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pda anak
Rasional : untuk meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu
 Jadwalkan waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff
Rasional : untuk mendorong komunikasi dan ekspresi perasaan
 Bantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu anak menjalani kehidupan
yang normal
Rasional : untuk meningkatkan perkembangan anak yang optimal
 Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai kehidupan anak sebelum diagnosa dan
prospek anak untuk bertahan hidup
Rasional : memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa takut secara realistis.
 Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu anak tentang hasil tindakan dan
kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi tambahan.
Rasional : untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur
 Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.
 Rasional : untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga
11. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak.
Tujuan : pasien atau keluarga menerima dan mengatasi kemungkinan kematian anak.
Intervensi :
 Kaji tahapan berduka terhadap anak dan keluarga
Rasional : pengetahuan tentang proses berduka memperkuat normalitas perasaan atau reaksi terhadap
apa yang dialami dan dapat membantu pasien dan keluarga lebih efektif menghadapi kondisinya.
 Berikan kontak yang konsisten pada keluarga.
Rasional : untuk menetapkan hubungan saling percaya yang mendorong komunikasi.

 Bantu keluarga merencanakan perawatan anak, terutama pada tahap terminal


Rasional : untuk meyakinkan bahwa harapan mereka diimplementasikan
 Fasilitasi anak untuk mengespresikan perasaannya melalui bermain
Rasional : memperkuat normalitas perasaan atau reaksi terhadap apa yang dialami
12. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan penurunan jumlah leukosit
Intervensi keperawatan
Tujuan : peningkatan suhu tubuh dapat teratasi dengan Sb:36oC
 Observasi tanda vital
Rasional : Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien
 Anjurkan keluarga untuk memberi pasien minum
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu
diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.
 Berikan kompres air hangat
Rasional : Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang mempercepat penurunan suhu
tubuh.
 Kolaborasi dalam pemberian obat
Rasional :Mempercepat penurunan suhu tubuh

IV. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah dibuat
untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan
keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang diberikan
baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari rencana yang telah ditentukan dapat tercapai (Wong.
D.L.2004:hal.331).
V. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut Wong. D.L, (2004 hal 596-610) hasil yang diharapkan pada klien
dengan leukemia adalah :
a. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
b. Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya laporan peningkatan
toleransi aktifitas.
c. Anak tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.
d. Anak menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah
e. Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman
f. Masukan nutrisi adekuat
g. Anak beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan bukti-bukti
ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.
h. Kulit tetap bersih dan utuh
i. Anak mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, anak membantu
menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan menerapkan metode ini dan anak
tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.
j. Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga menunjukkan pengetahuan
tentang penyakit anak dan tindakannya. Keluarga mengekspresikan perasaan serta kekhawatirannya
dan meluangkan waktu bersama anak.
k. Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan, keluarga dan anak mendiskusikan
rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka pada tahap terminal, pasien dan keluarga
mendapat dukungan yang adekuat.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama anak : An.F
Tanggal masuk : 17-04-2013
No. RM : 15. 27. 92
Tempat/tgl lahir : Bekasi /03-10-2011
BB/TB saat lahir : 10,5 Kg/76 cm
Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak Ke : 2 (dua) dalam keluarga
2. Identitas Orang Tua
Nama ayah : Tn. R
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SMA
Nama ibu : Ny.
Pekerjaan : Ibu RT
Pendidikan :
Alamat : Grama Puri Persada 12/46 RT RW 005/10, Sukajaya, Cibitung, Bekasi, Jawa Barat
Diagnosa Medis : Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL).
3. Keluhan saat masuk
Alasan masuk ke RS : An.F kelihatan lesu, lemas dan pucat disertai flu, batuk dan perut bengkak.

4. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


a. Prenatal:
Ibu mengatakan selama hamil An. F, ia tidak mengalami kelainan dan gizinya cukup.
b. Intranatal:
Ibu mengatakan, An.F lahir dengan normal. Lahir dengan cukup umur yaitu 9 bulan. Berat badan lahir
2800 gram dan panjang badan 48 cm. Saat lahir, An. F menangis spontan.
c. Postnatal:
Ibu mengatakan, ia tidak mengalami perdarahan yang banyak setelah melahirkan. Kondisinya normal.

5. Riwayat Kesehatan Dahulu


a. Penyakit yang diderita sebelumnya :
Ibu mengatakan, An.F tidak pernah menderita penyakit yang serius hanya flu dan batuk
b. Pernah dirawat di RS :
Ibu mengatakan An.F belum pernah di rawat di RS
d. Alergi :
An. F tidak memiliki riwayat alergi.
e. Kecelakaan :
An.F tidak pernah jatuh yang sampai mencederai kepalanya. Kalaupun jatuh, An.F tidak sampai
mengalami luka berat.
f. Riwayat imunisasi :
I II III
BCG 1BLN 2BLN 3BLN
DPT 1BLN 2BLN 3BLN
POLIO 9BLN
CAMPAK 1BLN
HEPATITIS B 0BLN 2BLN 6BLN

6. Riwayat Kesehatan Saat Ini


Tanggal 23 April 2013 kemaren, An.F telah mendapatkan kemo terapi. Saat pengkajian tanggal 30
April 2013, An. F sedang demam, akral panas, suhu 39,9oC, diare 2x, An.F tidak mau makan, perutnya
kembung. Setelah diberi makan, An.F muntah. Anak berada dalam ruangan tertutup dengan tirai,
keluarga harus menggunakan masker apabila mendekati pasien, An.F malas makan dan minum.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu An.F mengatakan, tidak ada penyakit keturunan, apalagi penyakit turunan yang seperti dialami oleh
An. F
8. Riwayat Tumbuh Kembang
a. Kemandirian dan bergaul :
Sebelum sakit, An. F mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti bermain-main. Tapi semenjak
sakit, An. F sudah tidak mampu melakukan aktifitas sehari-hari dan memiliki keterbatasan dalam
bermain.
b. Motorik :
Umur 3 bulan, An. F sudah bisa tengkurap. Umur 8 bln anak sudah bisa duduk, umur 9 bln berdiri dan
umur 10,5 bulan sudah bisa berjalan.
c. Kognitif dan bahasa :
Umur 1 tahun 6 bulan ini, An. F sudah bisa memahami perintah dari orang lain, An.F mengerti apa
yang ditanyakan orang padanya. Perkembangan bahasa normal, anak mulai bisa bicara umur 12 bulan
d. Psikososial :
Saat pengkajian, An.F mau tidak bisa berinteraksi dengan orang lain selain orangtua bila di dekati anak
F langsung menangis.

9. Riwayat Sosial
a. Yang mengasuh klien :
Keluarga (ibu, bapak, dan neneknya)
b. Hubungan dengan anggota keluarga :
Hubungan Ank F dengan anggota keluarganya sangat dekat.
c. Hubungan dengan teman sebaya :
Sebelum sakit, An.F berteman dan bermain dengan teman sebayanya.
d. Pembawaan secara umum :
Normal, tidak mengalami kelainan mental ataupun IQ yang lemah(anak tidak sinroma down)
e. Lingkungan rumah :
- Luas rumah 8 x 10 m
- Ventilasi cukup, penerangan cukup
- Pakai sumur gali- Sampah dibakar
- Jarak rumah dengan rumah tetangga tidak terlalujauh kira-kira 10 m
- Lingkungan rumah dekat dengan pembuangan limbah berjarak 20 kg
10. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : sadar/compos mentis
b. TB/BB (cm) : 78 cm/ 10.5 kg
c. Kepala : 46 cm
1) Rambut :
- Kebersihan = (bersih)
- Warna = (hitam)
- Tekstur = (kasar)
- distribusi rambut = (merata)
- Kuat/mudah tercabut = ( kuat )
d. Mata :
1) Sklera : Normal/non ikterik
2) Konjungtiva : anemis
e. Telinga :
1) Simetris : ya
2) Serumen : tidak ada
3) Pendengaran : Baik

f. Hidung :
1) Simetris :ya
2) Sekret :tidak
g. Mulut:
1) Kebersihan(bersih).
2) Warna(merah)
3) Kelembaban(lembab),
h. Lidah :baik
i. Gigi : baik
j. Jantung : -
k. Paru-paru : -
l. Perut : kembung
m. Punggung :bentuk normal
n. Ekstremitas :Kekuatan dan tonus otot baik
o. Genitalia : baik
p. Kulit : baik
1) Tampak pucat
2) Warna :sawo matang
3) Turgor :kering
q. Pemeriksaan Neurologis : an.F dalam kondisi sadar/compos mentis
Aye : 4
Verbal : 5
Motorik : 6

DATA PENUNJANG
Hari / Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil
Kamis / Laboratorium  Hematologi
28 April 2013 Hemoglobin : 7,2 gr/dl
Hematokrit : 20,7 %
Eritrosit : 2,64 103/ul
Leukosit : 0,63 103 /ul
Trombosit : 1 103/ul

Kamis / Laboratorium  Elektrolit


2 Mei 2013 Natrium : 130 mmol/L
Kalium : 3,9 mmol/L
Klorida : 98 mmol/L
Kalsium : 9,1 mg/dl
Magnesium : 2.0 mg/dL

Jumat / Laboratorium  Hematologi


3 Mei 2013 Hemoglobin : 7,4 gr/dl
Hematokrit : 20,4 %
Eritrosit : 2,56 103/ul
Leukosit : 0,08 103 /ul
Trombosit : 18 103/ul
THERAPY

Jenis Therapy
 Oral
- Metylprednison 3x8 mg
- Zinkid syrop 1x20 mg s/d 10 hari
- Pediatlit
- Salbutamol 0,5 mg
 Parenteral
- Leukokin 1x50 unit (utk 3 hari)
- Leukokin 1x100 unit (IV)
- Cefotaxim 3x500

 Infus
- Farmadol 150 mg / 4 jam K/P Demam
- 2A

INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


hasil
1. Peningkatan suhu Setelah melakukan Mandiri
tubuh berhubungan tindakan keperawatan1. Observasi tanda vital1. Tanda vital merupakan
dengan penurunan selama 3 hari di acuan untuk mengetahui
jumlah leukosit harapkan peningkatan keadaan umum pasien
ditandai dengan : suhu tubuh dapat diatasi 2. Peningkatan suhu tubuh
DS : dengan criteria sebagai2. Anjurkan keluarga mengakibatkan
- Keluarga klien berikut : untuk memberi penguapan tubuh
mengatakan badan - Akral hangat pasien minum meningkat sehingga
- SB : perlu diimbangi dengan
pasien teraba panas
36,5 – 37,50C asupan cairan yang
DO : banyak.
- SB : 39,90C 3. Dengan vasodilatasi
- Akral panas 3. Berikan kompres air dapat meningkatkan
hangat penguapan yang
mempercepat penurunan
suhu tubuh.
4. Mempercepat penurunan
Kolaborasi suhu tubuh
4. Kolaborasi dalam
pemberian obat
2. Resiko kekurangan Setelah melakukan Mandiri
volume cairan tindakan keperawatan 1. Kaji tanda-tanda 1. Untuk mengetahui
berhubungan dengan selama 3 hari dehidrasi tindakan ang akan
kehilangan berlebihan
Kebutuhan cairan akan dilakukan
melalui feses dan
muntah serta intake terpenuhi dengan 2. sebagai upaya untuk
terbatas (mual) yang criteria sebagai berikut : 2. Berikan cairan mengatasi cairan yang
ditandai dengan : - tidak ada tanda- oral dan parinteral keluar
DS : tanda dehidrasi 3. dapat mengetahui
- Keluarga klien keseimbangan cairan
mengatakan klien 3. Pantau intake 4. menghentikan diare
diare 2X
dan output
- Keluarga klien
mengatakan klien Kolaborasi
BAB cair 4. Kolaborasi
- Keluarga Pemberian obat anti
mengatakan pasien diare
malas untuk minum
air putih
- Keluarga
mengatakan pasien
malas makan
- Keluarga klien
mengatakan apabila
klien dibrikan makan,
klien akan muntah
DO :
- Mukosa kering
- Kulit kering (+)
3. Resiko gangguan Setelah melakukan Mandiri
nutrisi kurang dari tindakan keperawatan 1. Anjurkan orang 1. Mempertahankan
kebutuhan tubuh b/d selama 3 hari tua untuk tetap asupan nutrisi
perubahan nutrisi memberikan asi
anoreksia ditandai
kurang dari kebutuhan 2. Dorong masukan 2. Karena jumlah yang
dengan : tubuh dapat teratasi nutrisi dengan kecil biasanya ditoleransi
DS : dengan criteria sebagai jumlah sedikit tapi dengan baik
- Keluarga berikut sering 3. Membantu dalam
mengatakan pasien - Tidak terjadi gangguan mengidentifikasi
malas untuk minum nutrisi 3. Timbang berat malnutrisi protein kalori.
air putih - Klien tidak malas badan pasien 4. Membantu proses
makan penyembuhan dalam
- Keluarga
- Klien tidak Kolaborasi kebutuhan nutrisi
mengatakan pasien muntah/mual 4. Kolaborasi
malas makan dengan tim
- Keluarga klien kesehatan dalam
mengatakan apabila pemberian nutrisi
klien dibrikan makan,
klien akan muntah
DO :
- Makanan tersisa

4. Resiko infeksi Setelah melakukan Mandiri


berhubungan dengan tindakan keperawatan1. Pantau suhu 1. Untuk mendeteksi
menurunnya sistem selama 3 hari resiko kemungkinan infeksi
pertahanan tubuh infeksi dapat teratasi
yang ditandai dengan dengan criteria sebagai
: berikut 2. Untuk meminimalkan
DS : - Kadar leukosit 2. Tempatkan anak terpaparnya anak dari
5.0-10.0 103/µl dalam ruangan sumber infeksi
-
khusus
DO : 3. Untuk meminimalkan
pajanan pada organism
- Tempat tidur
3. Anjurkan keluarga infektif
anak ditutup dengan untuk mencuci 4. Untuk mencegah
tangan sebelum kontaminasi
tirai
menyentuh pasien silang/menurunkan
- Keluarga 4. Menggunakan
resiko infeksi
masker setiap kali
menggunakan masker
kontak dengan5. Menambah energy untuk
- Hasil lab pasien penyembuhan dan
5. Berikan periode regenerasi seluler
Leokosit : 0,63 103/µl 6. Untuk menaikan leukosit
istirahat tanpa
gangguan

Kolaborasi
6. Kolaborasi dalam
pemberian obat
5. Resiko tinggi Setelah melakukan Mandiri
perdarahan tindakan keperawatan 1. Pantau tanda- 1. Mengetahui tanda-
berhubungan dengan selama 3 hari resiko tanda perdarahan tanda perdarahan
penurunan jumlah tinggi perdarahan dapat 2. Membantu pasien
trombosit diatasi dengan criteria 2. Anjurkan mendapatkan
Ditandai dengan : sebagai berikut keluarga untuk penanganan sedini
DS : - - Hasil lab trombosit memberitahukan mungkin.
150-400 µl apabila ada tanda 3. Keterlibatan keluarga
DO :
perdarahan dapat membantu untuk
- Hasil Lab: Trombosit
3. Anjurkan mencegah terjadinya
1000 µl
keluarga untuk perdarahan lebih lanjut
memantau 4. Penurunan trombosit
pergerakan pasien mengganggu proses
penyembuhan
Kolaborasi
4. Kolaborasi
dalam monitor
trombosit

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/tanggal : Rabu/ 01-Mei-2013

NO waktu Dx / I Implementasi Evaluasi


1. 10.00 Tindakan Keperawatan S:
I/1 1. Mengobservasi tanda vital terutama suhu- Keluarga mengatakan
tubuh pasien masih teraba panas
Hasil : O:
TD :100/70 mmhg - Observasi TTV :
N : 120x/menit TD :100/70 mmhg
Sb : 39.90C N : 120x/menit
R : 24x/menit Sb : 39.90C
R : 24x/menit
I/2 2. Menganjurkan keluarga untuk memberi - Akral panas
pasien minum - pasien di kompres dengan
Hasil : pasien hanya minum asi air hangat pada bagian
dahinya
I/3 3. Memberikan kompres air hangat A:
Hasil : pasien di kompres dengan air - Masalah peningkatan suhu
hangat pada bagian dahinya tubuh belum teratasi
Kolaborasi P : Intervensi dilanjutkan
I/4 4. Melakukan kolaborasi dalam pemberian
obat - Observasi tanda vital
Hasil : pemberian farmadol 6x150 mg terutama suhu tubuh
- Anjurkan keluarga untuk
memberi pasien minum
- Berikan kompres air hangat
- Kolaborasi dalam
pemberian obat
2. 10.00 Tindakan keperawatan S:
II/1 1. Mengakaji tanda-tanda dehidrasi - Keluarga mengatakan
Hasil : pasien diare 2x
- Mukosa kering O:
- Kulit kering - Mukosa kering
2. Memberikan cairan oral dan parinteral - Kulit kering
II/2 Hasil : - BAB encer, warna kuning,
- Cairan 2A jumlah banyak
- Diberikan asi - Balance cairan : - 180
3. Memantau intake dan output - Infuse 2A
- Balance cairan : A : masalah kekurangan
II2/3 Intake : 1460 volume cairan belum
Output : 1640 teratasi
Balance : - 180 P : Intervensi dilanjutkan
- kaji tanda-tanda dehidrasi
Kolaborasi - berikan cairan oral dan
4. Memberikan obat anti diare parinteral
Hasil : Dialac 2x1 - pantau intake dan output
- berikan obat anti diare
II/4
3. 10.00 Tindakan keperawatan S:
III/1 1. Menganjurkan orang tua untuk tetap - keluarga mengatakan
memberikan asi pasien masih sering di beri
Hasil : ibu pasien selalu memberikan asi asi
2. Mendorong masukan nutrisi dengan - keluarga pasien
III/2 jumlah sedikit tapi sering mengatakan pasien malas
Hasil : pasien tetap malas untuk makan makan dan minum air putih
dan minum air putih O:
3. Melakukan timbang berat badan pasien - BB : 10,5 kg
III/3 Hasil : 10,5 kg A: Masalah resiko perubahan
Kolaborasi nutrisi kurang dari
4. Melakukan kolaborasi dengan tim kebutuhan tubuh belum
kesehatan dalam pemberian nutrisi teratasi.
III/4 Hasil : pasien mendapatkan terapi P : Intervensi dilanjutkan
aminofusin reel 290 ml/hr - Anjurkan orang tua untuk
tetap memberikan asi
- Dorong masukan nutrisi
dengan jumlah sedikit tapi
sering
- Kolaborasi dengan tim
kesehatan dalam pemberian
nutrisi
4. 10.00 Tindakan keperawatan S:
IV/1 1. Memantau suhu - Ibu pasien mengatakan
Hasil : Sb 39.9oC badan pasien masih teraba
IV/2 2. Menempatkan anak dalam ruangan panas
khusus O:
Hasil : tempat tidur pasien ditutup rapat - Ku Lemah
dengan tirai - TTV
IV/3 3. Menganjurkan keluarga untuk mencuci Sb : 39.9oC
tangan sebelum menyentuh pasien dan - tempat tidur pasien ditutup
menggunakan masker rapat dengan tirai
Hasil : keluarga memahami dan - Hasil Lab
mempraktekannya Leukosit : 0,63 103/µl
IV/4 4. Menggunakan masker setiap kali kontak - Keluarga tampak memakai
dengan pasien masker
Hasil : setiap kali perawat kontak dengan
A:
pasien sering menggunakan sarung tangan Masalah resiko infeksi
dan masker belum teratasi
5. Memberikan periode istirahat tanpa P :
gangguan Intervensi dilanjutkan
IV/5 Hasil : pasien dapat istirahat dengan - Pantau suhu
tenang - Berikan periode istirahat
Kolaborasi tanpa gangguan
6. Melakukan kolaborasi dalam pemberian - Kolaborasi dalam
obat sesuai ketentuan pemberian obat
IV/6 Hasil : pemberian leukokin 1x 100 unit

5. 10.00 Tindakan keperawatan S:


V/1 1. Memantau tanda-tanda perdarahan - keluarga pasien
Hasil : tanda perdarahan tidak ada mengatakan pasien tidak
terlihat tanda-tanda
V/2 2. Menganjurkan keluarga untuk perdarahan.
memberitaukan
apabila ada tanda perdarahan O:
- Hasil Lab
Hasil : keluarga mau berpartisipasi Trombosit : 1000dl/gr
memberikan informasi
V/3 3. Menganjurkan keluarga untuk membatasi- tanda perdarahan tidak ada
pergerakan pasien A : masalah Resiko perdarahan
belum teratasi
Hasil : keluarga selalu memantau P : Intervensi dilanjutkan
pergerakan klien 1. Pantau tanda-tanda
V/4 Kolaborasi perdarahan
4. Melakukan kolaborasi dalam monitor 2. Anjurkan keluarga untuk
trombosit memberitahukan apabila
Trombosit : 1000 ul ada tanda perdarahan
Hasil : PRC 1X 100 u 3. Anjurkan keluarga untuk
Rencana pemberian PRC + TC tunggu SB membatasi pergerakan
normal (36,5) pasien
4. Kolaborasi dalam
pemberian PRC

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/tanggal : Kamis/ 02-Mei-2013

NO waktu Dx / I Implementasi Evaluasi


1. 10.00 Tindakan Keperawatan S:
I/1 1. Mengobservasi tanda vital terutama suhu- Keluarga mengatakan
tubuh pasien masih teraba panas
Hasil : O:
TD :100/70 mmhg - Observasi TTV :
N : 112x/menit TD :100/70 mmhg
Sb : 40.20C N : 112x/menit
R : 22x/menit Sb : 40.20C
R : 22x/menit
I/2 2. Menganjurkan keluarga untuk memberi - Akral panas
pasien minum - pasien di kompres dengan
Hasil : pasien hanya minum asi air hangat pada bagian
dahinya
I/3 3. memberikan kompres air hangat A:
Hasil : pasien di kompres dengan air - Masalah peningkatan suhu
hangat pada bagian dahinya tubuh belum teratasi
Kolaborasi P : Intervensi dilanjutkan
I/4 4. Melakukan kolaborasi dalam pemberian - Observasi tanda vital
obat terutama suhu tubuh
Hasil : pemberian novalgin 500 mg - Anjurkan keluarga untuk
memberi pasien minum
- Berikan kompres air hangat
- Kolaborasi dalam
pemberian obat
2. 10.00 Tindakan keperawatan S:
II/1 1. Mengakaji tanda-tanda dehidrasi - Keluarga mengatakan
Hasil : pasien diare 3x
- Mukosa kering - Keluarga mengatakan
- Kulit kering pasien 4x muntah
2. Memberikan cairan oral dan parinteral O:
II/2 Hasil : - Mukosa kering
- Cairan 2A - Kulit kering
- Diberikan asi - BAB encer, warna kuning,
3. Memantau intake dan output jumlah banyak
- Balance cairan : - Balance cairan :+ 95
Intake : 1565 - Infuse 2A
II/3 Output : 1470 A : masalah kekurangan
Balance : + 95 volume cairan belum
teratasi
Kolaborasi P : Intervensi dilanjutkan
4. Memberikan obat anti diare - kaji tanda-tanda dehidrasi
Hasil : Dialac 2x1 - berikan cairan oral dan
parinteral
II/4 - pantau intake dan output
- berikan obat anti diare
3. 10.00 Tindakan Keperawatan S:
III/1 1. Menganjurkan orang tua untuk tetap - keluarga mengatakan
memberikan asi pasien masih sering di beri
Hasil : ibu pasien selalu memberikan asi asi
2. Mendorong masukan nutrisi dengan - keluarga mengatakan
jumlah sedikit tapi sering pasien malas untuk makan
III/2 Hasil : pasien tetap malas untuk makan dan minum air putih
dan minum air putih O:
Kolaborasi -
4. Melakukan kolaborasi dengan tim A : Masalah resiko perubahan
III/4 kesehatan dalam pemberian nutrisi nutrisi kurang dari
Hasil : pasien mendapatkan terapi kebutuhan tubuh belum
aminofusin reel 290 ml/hr teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan
- Anjurkan orang tua untuk
tetap memberikan asi

- Dorong masukan nutrisi


dengan jumlah sedikit tapi
sering
- Kolaborasi dengan tim
kesehatan dalam pemberian
nutrisi
4. 10.00 Tindakan Keperawatan S:
IV/I 1. Memantau suhu - Ibu pasien mengatakan
Hasil : Sb 40.2oC badan pasien masih teraba
IV/2 2. Memberikan periode istirahat tanpa panas
gangguan O:
Hasil : pasien dapat istirahat dengan - Ku Lemah
tenang - TTV
IV/3 Kolaborasi Sb : 40.2oC
3. Melakukan kolaborasi dalam pemberian - tempat tidur pasien ditutup
obat sesuai ketentuan rapat dengan tirai
Hasil : pemberian leukokin 1x 1000 unit - Hasil Lab
Leukosit : 0,63
A:
Masalah resiko infeksi
belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
- Pantau suhu
- Berikan periode istirahat
tanpa gangguan
- Kolaborasi dalam
pemberian obat

5. 10.00 Tindakan keperawatan S:


V/1 1. Memantau tanda-tanda perdarahan - keluarga pasien
Hasil : tanda perdarahan tidak ada mengatakan pasien tidak
terlihat tanda-tanda
V/2 2. Menganjurkan keluarga untuk perdarahan.
memberitaukan O:
apabila ada tanda perdarahan - Hasil Lab
Hasil : keluarga mau berpartisipasi Trombosit : 1000dl/gr
memberikan informasi
- tanda perdarahan tidak ada
V/3 A : masalah Resiko perdarahan
3. Menganjurkan keluarga untuk membatasi belum teratasi
pergerakan pasien
Hasil : keluarga selalu memantau P : Intervensi dilanjutkan
pergerakan klien - Pantau tanda-tanda
V/4 Kolaborasi perdarahan
4. Melakukan kolaborasi dalam monitor - Anjurkan keluarga untuk
trombosit memberitaukan apabila ada
Trombosit : 1000 ul tanda perdarahan
Dan penanganannya dengan pemberian - Anjurkan keluarga untuk
PRC membatasi pergerakan
Hasil : PRC belum sempat diberikan pasien
karena suhu tubuh pasien masih 40.2oC - Kolaborasi pemberian PRC

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/tanggal : Jumat/ 03-Mei-2013

NO waktu Dx / I Implementasi Evaluasi


1. 10.00 Tindakan Keperawatan S:
I/1 1. Mengobservasi tanda vital terutama suhu- Keluarga mengatakan
tubuh pasien panasnya sudah
Hasil : turun
TD :100/70 mmhg O:
N : 112x/menit - Observasi TTV :
o
Sb : 36.5 C TD :100/70 mmhg
R : 22x/menit N : 112x/menit
Sb : 36.5 oC
I/2 2. Menganjurkan keluarga untuk memberi R : 22x/menit
pasien minum - Akral hangat
Hasil : pasien hanya minum asi A:
- Masalah peningkatan suhu
I/3 3. Memberikan kompres air hangat tubuh belum teratasi
Hasil : pasien tidak dikompres P : Intervensi dilanjutkan
karena SB : 36,50C
Kolaborasi - Observasi tanda vital
I/4 4. Melakukan kolaborasi dalam pemberian terutama suhu tubuh
obat - Anjurkan keluarga untuk
Hasil : pemberian novalgin 500 mg tidak memberi pasien minum
diberikan karena SB :36,50C - Kolaborasi dalam
pemberian obat
2. 10.00 Tindakan keperawatan S:
II/I 1. Mengakaji tanda-tanda dehidrasi - Keluarga mengatakan
Hasil : pasien diare 4x
- Mukosa kering - Keluarga mengatakan
- Kulit kering pasien 2x muntah
2. Memberikan cairan oral dan parinteral O:
II/2 Hasil : - Mukosa kering
- Cairan 2A - Kulit kering
- Diberikan asi - BAB encer, warna kuning,
jumlah banyak
3. Memantau intake dan output - Balance cairan : + 560
- Balance cairan : A : masalah kekurangan
II/3 Intake : 1500 volume cairan belum
Output : 940 teratasi
Balance : + 560 P : Intervensi dilanjutkan
- kaji tanda-tanda dehidrasi
Kolaborasi - berikan cairan oral dan
4. Memberikan obat anti diare parinteral
Hasil : Dialac 2x1 - pantau intake dan output
- berikan obat anti diare
II/4
3. 10.00 Tindakan keperawatan S:
III/1 1. Menganjurkan orang tua untuk tetap - keluarga mengatakan
memberikan asi pasien masih sering di beri
Hasil : ibu pasien selalu memberikan asi asi
2. Mendorong masukan nutrisi dengan - keluarga mengatakan
III/2 jumlah sedikit tapi sering pasien malas untuk makan
Hasil : pasien tetap malas untuk makan dan minum air putih
Kolaborasi O:
3. Melakukan kolaborasi dengan tim-
kesehatan dalam pemberian nutrisi A : Masalah resiko perubahan
III/4 Hasil : pasien mendapatkan terapi nutrisi kurang dari
aminofusin reel 290 ml/hr kebutuhan tubuh belum
teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan
- Anjurkan orang tua untuk
tetap memberikan asi
- Dorong masukan nutrisi
dengan jumlah sedikit tapi
sering
- Kolaborasi dengan tim
kesehatan dalam pemberian
nutrisi

4. 10.00 Tindakan Keperawatan S:


IV/1 1. Memantau suhu - Ibu pasien mengatakan
o
Hasil : Sb 36.5 C badan pasien panasnya
IV/2 2. Memberikan periode istirahat tanpa sudah turun
gangguan O:
Hasil : pasien dapat istirahat dengan - Ku Lemah
tenang - TTV
IV/3 Kolaborasi Sb : 36.5 oC
3. Melakukan kolaborasi dalam pemberian - tempat tidur pasien ditutup
obat sesuai ketentuan rapat dengan tirai
Hasil : pemberian leukokin 1x 1000 unit - Hasil Lab
Leukosit : 0,63
A:
Masalah resiko infeksi
belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
- Pantau suhu
- Berikan periode istirahat
tanpa gangguan
- Kolaborasi dalam
pemberian obat
5. 10.00 Tindakan Keperawatan S:
V/1 1. Memantau tanda-tanda perdarahan - keluarga pasien
Hasil : tanda perdarahan tidak ada mengatakan pasien tidak
terlihat tanda-tanda
V/2 2. Menganjurkan keluarga untuk perdarahan.
memberitaukan O:
apabila ada tanda perdarahan - Hasil Lab
Hasil : keluarga mau berpartisipasi Trombosit : 1000dl/gr
memberikan informasi
- Tidak ada tanda-tanda
V/3 perdarahan
3. Menganjurkan keluarga untuk membatasi
pergerakan pasien A : masalah Resiko perdarahan
Hasil : keluarga selalu memantau posisi belum teratasi
klien P : Intervensi dilanjutkan
V/4 Kolaborasi - Pantau tanda-tanda
4. Melakukan kolaborasi dalam pemberian perdarahan
PRC - Anjurkan keluarga untuk
Hasil : PRC 1x 100 u memberitaukan apabila ada
tanda perdarahan
- Anjurkan keluarga untuk
membatasi pergerakan
pasien

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Leukemia merupakan penyakit kanker darah yang dapat menyerang orang dewasa maupun anak-
anak, dimana pada anak paling sering adalah leukemia leukosit akut(LLA). Leukemia ini merupakan
jenis penyakit yang tergolong sangat berbahaya dimana merupakan suatu keadaan sel darah putih yang
terbentuk secara tidak normal, dan keaddanitulah yang menyebabkan terjadinya penimbunan leukosit
atau sel darah putih yang jumlahnya sangat banyak dalam darah. Apabila keadaan ini terus berlangsung
makan akan menyebabkan kondisi yang dapat membahayakan nyawa pasien dan akan berakhir pada
kematian.

You might also like