You are on page 1of 11

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERSONAL HYGIENE DENGAN SIKAP

DAN PERILAKU MENCEGAH LEUKORHEA PADA REMAJA PUTRI


DI SMK DWIJA DHARMA MOJOSONGO
BOYOLALI

Relationship Personal Hygiene With Knowledge Attitude And Behavior In Prevent


Adolescent Leukorhea at SMK Dwija Dharma, Mojosongo, Boyolali

Fitria Ika Wulandari, Wanda junta Atlittia Putri

Akademi Kebidanan Citra Medika Surakarta

ABSTRACT

All women of every age can experience vaginal discharge. Based on data on women's
reproductive health research shows 75% of women in the world certainly suffers
whitish, at least once in his life. In Indonesia, in 2002 as many as 50% of Indonesian
women have experienced vaginal discharge. In 2003, as many as 60% of women
experience vaginal discharge and in 2004 increased to 70% of women experience
vaginal discharge at least once in their lifetime. This study aims to determine the
relationship of personal hygiene knowledge with attitudes and behaviors in
preventing vaginal discharge pathology in adolescent girls.
The research method use d is analytical and measuring instruments used by the
questionnaire. Samples were SMK Dwija Dharma, the sampling technique is simple
random sampling with bivariate analysis. The results of chi square test with attitude
knowledge obtained relationship development results (0017) <α (00:05). The results
of the chi square test knowledge acquired behavior hasi From the results obtained
hasi chi square test p-value (0.002) <α (00:05).
The conclusion from this research that there is a relationship between knowledge of
personal hygiene to prevent leukorhea attitudes and behaviors as well as advice that
can be given is to increase knowledge for adolescents, the research and health
workers in preventing leukorhea.

Keywords: Knowledge, Personal hygiene, attitude, behavior, leukorhea, teenage


daughter

PENDAHULUAN berkeringat. Keadaan inilah yang


Indonesia adalah Negara tropis yang menambah kadar kelembaban tubuh,
selalu panas sepanjang waktu. terutama di organ seksual dan
Akibatnya, tinggal di Indonesia secara reproduksi yang tertutup dan berlipat.
otomatis membuat tubuh sering Kondisi ini yang menyebabkan bakteri
mudah berkembang biak dan secara

58
umum menyebabkan terjadinya usia 12-21 tahun 3.878.474 jiwa (Johar,
gangguan pada vagina, baik berupa bau 2012).
tidak sedap maupun infeksi (Anurogo, Hasil survey Depkes Jawa Tengah
2011; h. 129). Salah satu contoh yang tahun 2008 ditemukan penderita
paling sering ditemui dan menjadi keputihan sebanyak 592 orang, dimana
permasalahan bagi wanita terutama pada 280 orang penderita keputihan
remaja adalah keputihan. disebabkan oleh Tricomonas vaginalis
Semua wanita dengan segala umur dan 312 orang diantaranya dijumpai
dapat mengalami keputihan. infeksi campuran bersamaan
Berdasarkan data penelitian tentang mikroorganisme pathogen (Melati,
kesehatan reproduksi wanita 2011).
menunjukkan 75% wanita di dunia pasti Pengetahuan dan perilaku dalam
menderita keputihan, paling tidak sekali menjaga kebersihan genitalia eksterna
dalam hidupnya (Febiliawanti IA, 2009). merupakan faktor penting dalam
Di Indonesia, pada tahun 2002 sebanyak pencegahan keputihan karena perilaku
50% perempuan Indonesia pernah buruk dalam menjaga kebersihan
mengalami keputihan. Pada tahun 2003, genitalia, seperti mencucinya dengan air
sebanyak 60% wanita mengalami kotor, memakai pembilas secara
keputihan dan pada tahun 2004 berlebihan, menggunakan celana yang
meningkat menjadi 70% wanita tidak menyerap keringat, jarang
mengalami keputihan setidaknya sekali mengganti celana dalam, tak sering
dalam seumur hidupnya (Sholikhah, mengganti pembalut dapat menjadi
2010). pencetus timbulnya infeksi yang
Lebih dari 70% wanita Indonesia menyebabkan keputihan tersebut
mengalami keputihan yang disebabkan (Pudiastuti, 2010; h. 1-2, 15-22).
oleh jamur dan parasit seperti cacing Data Badan Pusat Statistik Indonesia
kremi atau protozoa (Trichomonas tahun 2008 melaporkan bahwa dari 43,3
vaginalis). Angka ini berbeda tajam juta jiwa remaja usia 15-24 tahun di
dengan Eropa yang hanya 25% saja Indonesia berperilaku tidak sehat (Putri,
karena cuaca di Indonesia yang lembab 2012).
sehingga mudah terinfeksi jamur Hasil penelitian Mariyatul (2010)
Candida albicans yang merupakan salah menunjukan 22 siswi (70,96%) yang
satu penyebab keputihan (Febiliawanti tidak melakukan personal hygiene
IA, 2009). dengan benar, mengalami keputihan
Data profil kesehatan Indonesia yang tidak normal (patologis). Shadine
mencatat penduduk Indonesia yang (2012; h. 22) mengatakan bahwa
tergolong usia 10-19 tahun adalah keputihan bisa menjadi tanda awal dari
sekitar 44 juta jiwa atau 21% yang penyakit yang lebih berat dar vaginal
terdiri dari 50,8% remaja laki-laki dan candidiasis, gonorrhea, Chlamydia,
49,2% remaja perempuan. Menurut data kemandulan hingga kanker. Keputihan
statistik, jumlah penduduk di Jawa yang tidak segera diobati akan
Tengah pada tahun 2010 adalah menimbulkan komplikasi penyakit
33.561.468 jiwa dengan jumlah remaja radang panggul yang berlarut-larut dan

59
dapat menyebabkan kemandulan pengetahuan tentang personal hygiene
(infertilitas) karena kerusakan dan (Setiawan dan Saryono, 2010; h. 100-1).
tersumbatnya saluran telur. Hipotesis penelitian adalah ada
Hasil penelitian melalui wawancara hubungan pengetahuan personal hygiene
dari 20 siswi semuanya mengalami dengan sikap mencegah leukorhea, ada
keputihan, 2 siswi diantaranya disertai hubungan pengetahuan personal hygiene
bau yang tidak sedap. Hanya 3 siswi dengan perilaku mencegah leukorhea.
yang mengetahui cara personal hygiene Jenis penelitian ini adalah analitik
yang benar. yaitu penelitian yang menganalisis
Tujuan penelitian adalah hubungan hubungan antara pengetahuan personal
pengetahuan personal hygiene dengan hygiene dengan sikap mencegah
sikap dan perilaku mencegah leukorhea leukorhea dan pengetahuan personal
pada remaja putri di SMK dwija dharma hygiene dengan perilaku mencegah
kecamatan Mojosongo kabupaten leukorhea. Pendekatan yang digunakan
Boyolali. adalah cross sectional yaitu rancangan
penelitian dengan menggunakan
METODE PENELITIAN pengukuran atau pengamatan pada saat
Variabel adalah suatu yang digunakan bersamaan atau sekali waktu (Saryono,
sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang 2010; h. 84, 86-7).
dimiliki atau didapatkan oleh satuan Populasi adalah seluruh subyek
peneliti tentang suatu konsep pengertian penelitian yaitu seluruh siswi SMK
tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, Dwija Dharma Mojosongo, Boyolali
pendidikan, status perkawinan, yaitu sejumlah 312 siswi. Sampel adalah
pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, bagian dari jumlah dan karakteristik
penyakit dan sebagainya (Notoatmojo, yang dimiliki oleh populasi (Saryono,
2010; h. 103). Variabel bebas atau 2010; h. 98-9)
independen sering disebut juga variabel N
predictor, stimulus, input, atencendent n =
1+(N.e2)
atau variabel yang mempengaruhi.
Pengetahuan tentang personal hygiene n = Jumlah sampel
merupakan variabel yang menjadi sebab N = Jumlah populasi
timbulnya atau berubahnya sikap dan e = Standar error (10%)
perilaku mencegah leukorhea. Sehingga Teknik sampling adalah cara-cara
variabel independen dapat dikatakan yang ditempuh dalam pengambilan
sebagai variabel yang mempengaruhi. sampel, agar memperoleh sampel yang
Variabel dependen atau terikat sering benar-benar sesuai dengan keseluruhan
juga disebut variabel kriteria, respond an subjek penelitian (Nursalam,2011; h.
output (hasil). Variabel dependen sikap 93). Pada penelitian ini menggunakan
dan perilaku dalam mencegah keputihan teknik sampling Simple Random
merupakan variabel yang dipengaruhi Sampling. Simple random sampling
atau yang menjadi akibat, karena adanya adalah pengambilan sampel dari semua
variabel independen (bebas) anggota populasi yang dilakukan secara
acak tanpa memperhatikan strata yang

60
ada dalam anggota populasi (Saryono, perhitungan prosentase untuk setiap
2010; h. 94). alternatif jawaban per item pertanyaan
Instrumen penelitian adalah alat-alat caranya yaitu dengan membagi
yang digunakan untuk pengumpulan frekwensi jawaban (f) dengan jumlah
data yang dapat berupa: kuesioner, skor seluruh item soal (n) dan dikalikan
formulir observasi, formulir-formulir 100 % dengan rumus (Budiarto, 2002; h.
lain yang berkaitan dengan pencatatan 37) :
data, dan sebagainya. Kuesioner adalah f
daftar pertanyaan yang tersusun dengan P x100%
n
baik, sudah matang dimana responden
dan interviewee tinggal memberikan keterangan :
jawaban dengan member tanda tertentu P = Prosentase
(Notoatmodjo, 2010; h. 87,152) n = jumlah pertanyaan
Analisa univariat dilakukan terhadap ƒ = jumlah jawaban benar
tiap variabel dari hasil penelitian. Untuk Menurut Wawan dan Dewi (2010; h. 18)
menganalisis perilaku menggunakan Analisis bivariat dilakukan terhadap
rumus mean. Simbol yang dipergunakan dua variabel untuk mengetahui
dalam untuk rata-rata popuasi adalah µ hubungan dari kedua variabel. Teknik
(mu) dan untuk rata-rata sampel analisis bivariat yang digunakan adalah
digunakan symbol X.. Rata-rata hitung uji chi square. Dalam penelitian ini
adalah jumlah semua hasil pengamatan analisis bivariat berfungsi untuk
(∑X) dibagi dengan banyaknya menganalisa hubungan antara
pengamatan (n). pengetahuan personal hygiene dengan
Dalam penelitian ini untuk sikap mencegah leukorhea dan
menetukan rata-rata yang digunakan menganalisis hubungan antara
sebagai pengukuran perilaku positif (+) pengetahuan personal hygiene dengan
jika melebihi rata-rata (mean) dan perilaku mencegah leukorhea (Saryono,
negataif (-) jika kurang dari rata-rata 2010; h. 127-8).
(mean) maka digunkan rumus
perhitungan rata-rata sebagai berikut X2= ∑(fo - fe)2
(Budiarto, 2002; h. 69-70): fe
X= x2 : uji chi square
Keterangan: fe : frekuensi yang diharapkan
X = rata-rata f0 : frekuensi baca
∑fx= jumlah frekuensi hasil pengamatan Dari hasil uji Chi square, dikatakan
N = jumlah pengamatan ada hubungan antara pengetahuan
Untuk mengetahui pengetahuan dan personal hygiene dengan sikap
sikap maka dibuat rumus presentase. mencegah leukorhea dan pengetahuan
Setelah seluruh data yang dikumpulkan personal hygiene dengan perilaku
disajikan dalam bentuk tabel kemudian mencegah leukorhea apabila X2 hitung ≤
diolah dengan menggunakan X2 tabel dan apabila tidak terdapat

61
hubungan apabila X2 hitung ≥ X2 tabel Tabel 5. Hubungan Pengetahuan
(Hidayat, 2011; h. 137-8) Personal Hygiene dengan Perilaku
HASIL DAN PEMBAHASAN Mencegah Leukorhea
1. Analisis Univariat Pengetahuan
Personal
Perilaku Mencegah
Leukorhea
Total

a. Pengetahuan tentang Personal Hygiene Positif Negatif


Hygiene N % N % N %
Baik 30 39.5 10 13.2 40 52.6
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Cukup 11 14.5 21 27.6 32 42.1
Pengetahuan Siswi Kurang 2 2.6 2 2.6 4 5.3
Total 43 56.6 33 43.4 76 100
Pengetahuan Frekuensi
No
Responden N %
1 Baik 40 52.6 Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui
2 Cukup 32 42.1 dari 76 responden yang berpengetahuan
3 Kurang 4 5.3 baik tentang personal hygiene sebanyak
Total 76 100 40 (52.6%), berpengetahuan cukup
b. Sikap dalam Mencegah Leukorhea sebanyak 32 (42.1%) dan yang
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Sikap berpengetahuan kurang sebanyak 4
Siswi (5.3%). Hal ini menunjukkan bahwa
No Sikap Frekuensi
Responden
pengetahuan siswi-siswi SMK Dwija
N %
1 Positif 46 60.5
Dharma tentang personal hygiene
2 Negatif 30 39.5 mayoritas adalah baik.
Total 76 100 Berdasarkan tabel 2 dari 76
c. Perilaku dalam Mencegah responden didapatkan hasil 46 siswi
Leukorhea (60.5%) memiliki sikap yang positif
Tabel 3. Distribusi Frekuensi dalam mencegah leukorhea dan 30 siswi
Perilaku Siswi (39.5%) memiliki sikap negatif dalam
No Perilaku Frekuensi mencegah leukorhea. Hasil penelitian ini
Responden N % tidak sesuai dengan penelitian yang
1 Positif 43 56.6 dilakukan oleh Amelia (2011) tentang
2 Negatif 33 43.4 gambaran perilaku remaja putri menjaga
Total 76 100 kebersihan organ genetalia dalam
2. Analisis Bivariat mencegah keputihan di SMA YLPI
Tabel 4. Hubungan Pengetahuan Pekanbaru, dimana hasil penelitian
Personal Hygiene dengan Sikap menunjukkan bahwa sikap responden
Mencegah Leukorhea yang sebagian besar berumur 17-21
Pengetahuan
Sikap Mencegah
Total tahun dalam menjaga kebersihan organ
Leukorhea
Personal genetalia guna mencegah keputihan
Hygiene Positif Negatif
N % N %
N % adalah negatif yaitu sebanyak 100 orang
Baik 30 39.5 10 13.2 40 52.6
(53.2%) dan yang positif sebanyak 88
Cukup 15 19.7 17 22.4 32 42.1
orang (46.8%). Sikap rsponden yang
Kurang 1 1.3 3 3.9 4 5.3 negatif ini dipengaruhi oleh kurangnya
Total 46 60.5 30 39.5 76 100 motivasi dalam diri responden. SMA
YLPI terletak berdekatan dengan
warung-warung internet, begitu pula

62
dengan SMK Dwija Dharma yang Dari hasil uji chi square melalui
terletak dipinggir jalan raya dan dekat SPSS didapatkan hasi p-value (0.017) <
dengan pusat kota. α (0.05) yang artinya hipotesa nol
Berdasarkan tabel 3 dari 76 ditolak sehingga dapat disimpulkan
responden didapatkan hasil 43 siswi bahwa terdapat hubungan antara
(56.6%) berperilaku positif dalam pengetahuan personal hygiene dengan
mencegah leukorhea dan 33 siswi sikap mencegah leukorhea pada remaja
(43.4%) berperilaku negatif dalam putri di SMK Dwija Dharma Boyolali.
mencegah leukorhea. Pada penelitian ini Hasil penelitian ini menunjukkan nilai
terdapat persamaan dan perbedaan koefisien kontingensi antara
dengan penelitian sebelumnya yang pengetahuan tentang personal hygiene
dilakukan oleh Mariyatul (2010). dengan sikap mencegah leukorhea
Persamaan dari penelitian ini dengan sebesar 0,311. Menurut Sugiyono (2009;
penelitian sebelumnya yaitu salah satu h. 184), nilai koefisien kontingensi 0,311
faktor yang melatarbelakangi kejadian menunjukkan bahwa hubungan
keputihan adalah perilaku personal pengetahuan personal hygiene dengan
hygiene genetalia, sedangakan sikap mencegah leukorhea adalah
perbedaan terdapat pada hasil distribusi rendah.
responden berdasarkan perilaku yakni Berdasarkan hasil yang didapatkan
pada penelitian terdahulu diperoleh 59 menunjukkan nilai Odd rasio sebesar
siswi (57.28%) melakukan personal 0,455. Artinya, responden yang memiliki
hygiene tidak benar dan 44 siswi pengetahuan kurang mempunyai
(42.71%) melakukan personal hygiene peluang 0,455 kali untuk bersikap positif
dengan benar. dibandingkan dengan responden yang
Hasil uji statistik mengenai hubungan memiliki pengetahuan baik, artinya
pengetahuan personal hygiene dengan siswi yang memiliki pengetahuan baik
sikap mencegah leukorhea pada remaja akan bersikap positif dalam mencegah
putri di SMK Dwija Dharma leukorhea dibandingkan siswi yang
ditunjukkan pada tabel 4. Diketahui dari memiliki pengetahuan cukup dan
40 responden yang pengetahuannya kurang.
baik, memiliki sikap yang positif dalam Notoatmodjo (2012; h. 145-6)
mencegah leukorhea sebanyak 39.5% mengatakan dalam bukunya bahwa
dan yang memiliki sikap yang negatif sikap mencegah leukorhea adalah
sebanyak 13.2%. Sedangkan dari 32 penilaian (bisa berupa pendapat)
responden yang pengetahuannya cukup seseorang terhadap stimilus atau objek.
baik, memiliki sikap yang positif Setelah seseorang mengetahui stimulus
sebanyak 19.7% dan yang memiliki atau objek, proses selanjutnya akan
sikap negatif sebanyak 22.4%, serta dari menilai atau bersikap terhadap stimulus
4 responden yang pengetahuannya atau objek kesehatan tersebut. Oleh
kurang baik, memiliki sikap yang positif sebab itu indikator untuk sikap
dalam mencegah leukorhea sebanyak mencegah keputihan patologis juga
1.3% dan yang memiliki sikap negatif sejalan dengan pengetahuan tentang
sebanyak 3.9%. personal hygiene.

63
Menurut Kencana (2011) yang ini menunjukkan nilai koefisien
berjudul hubungan tingkat pengetahuan kontingensi antara pengetahuan tentang
remaja tentang kesehatan reproduksi personal hygiene dengan perilaku
dengan sikap terhadap seks pra nikah, mencegah leukorhea sebesar 0,370, yang
sikap yang dimiliki seseorang berarti hubungan pengetahuan personal
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan. hygiene dengan perilaku mencegah
Dalam hal ini tanggung jawab orang tua leukorhea adalah sedang (Sugiyono,
untuk memberikan pendidikan seks, 2009; h. 184).
menanamkan nilai moral dan agama Berdasarkan hasil yang didapatkan
kepada remaja harus diperjelas dan menunjukkan nilai Odd rasio sebesar
ditingkatkan. Lingkungan yang tidak 0,9. Artinya, responden yang memiliki
mendukung (kurang baik) akan pengetahuan kurang mempunyai
memberikan pengaruh pada seseorang peluang 0,9 kali untuk berperilaku
dan cenderung kearah negatif seperti positif dibandingkan dengan responden
hubungan seks diluar nikah. yang memiliki pengetahuan baik, artinya
Hasil uji statistik mengenai hubungan siswi yang memiliki pengetahuan baik
pengetahuan personal hygiene dengan akan berperilaku positif dalam
perilaku mencegah leukorhea pada mencegah leukorhea dibandingkan siswi
remaja putri di SMK Dwija Dharma yang memiliki pengetahuan cukup dan
ditunjukkan pada tabel 5. Diketahui dari kurang.
40 responden yang memiliki Menurut Notoatmodjo (2012; h. 144-
pengetahuan baik tentang personal 5), sebelum seseorang mengadopsi
hygiene, 56.6% berperilaku positif perilaku mencegah leukorhea, ia harus
dalam mencegah leukorhea dan 43.4% tau terlebih dahulu apa arti atau manfaat
berperilaku negatif dalam mencegah perilaku tersebut bagi dirinya atau
leukorhea. Sedangkan dari 32 responden keluarganya. Orang akan mencegah
yang pengetahuannya cukup baik, leukorhea apabila ia tahu apa tujuan dan
memiliki perilaku yang positif sebanyak manfaatnya bagi kesehatan, dan apa
14.5% dan yang memiliki perilaku bahaya-bahayanya bila tidak melakukan
negatif sebanyak 27.6%, serta dari 4 pencegahan leukorhea tersebut. Dari
responden yang pengetahuannya kurang pengalaman dan penelitian terbukti
baik, memiliki perilaku yang positif bahwa perihal yang didasari oleh
dalam mencegah leukorhea sebanyak pengetahuan akan lebih langgeng
2.6% dan yang memiliki perilaku negatif daripada perilaku yang tidak didasari
sebanyak 2.6%. oleh pengetahuan.penelitian rogers
Dari hasil uji chi square didapatkan (1974) mengungkapkan bahwa sebelum
hasi p-value (0.002) < α (0.05) yang orang mengadopsi perilaku baru
artinya hipotesa nol ditolak sehingga (berperilaku baru), didaalam diri orang
dapat disimpulkan bahwa terdapat tersebut terjadi proses yang berurutan,
hubungan antara pengetahuan personal disingkat AIETA, yang artinya:
hygiene dengan perilaku mencegah Awareness (kesadaran) yakni orang
leukorhea pada remaja putrid di SMK tersebut menyadari dalam arti
Dwija Dharma Boyolali. Hasil penelitian mengetahui stimulus (objek) terlebih

64
dahulu. Interest, yakni orang mulai Dharma Kecamatan Mojosongo
tertarik pada stimulus. Evaluation Kabupaten Boyolali.
(menimbang-nimbang baik dan tidaknya 5. Terdapat hubungan antara
stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini pengetahuan personal hygiene
berarti sikap responden sudah lebih baik dengan perilaku mencegah leukorhea
lagi. Trial, orang mulai mencoba perilalu pada remaja putri di SMK Dwija
baru. Adoption, subjek telah berperilaku Dharma Kecamatan Mojosongo
baru sesuai dengan pengetahuan, Kabupaten Boyolali.
kesadaran dan sikapnya terhadap Saran
stimulus. 1. Siswi-siswi SMK Dwija Dharma
Mahardini (2009) dengan judul Untuk menambah pengetahuan Siswi-
hubungan antara tingkat pengetahuan siswi SMK Dwija Dharma
perawat dengan perilaku pencegahan Mojosongo Boyolali tentang
penularan dari klien hiv/aids di ruang personal hygiene dan pencegahan
melati 1 rsud dr moewardi surakarta, leukorhea.
mengatakan bahwa semakin tinggi 2. Tempat penelitian
pengetahuan perawat tentang perawatan Agar menambahkan materi tentang
klien HIV/AIDS, semakin tinggi pula kesehatan reproduksi sehingga bisa
perawat dalam memahami pentingnya menambah pengetahuan siswi-siswi
pelaksanaan perilaku pencegahan SMK Dwija Dharma, melalui
penularan ketika memberikan asuhan pelajaran Bimbingan Konseling
keperawatan kepada klien HIV/AIDS. 3. Tenaga Kesehatan
Untuk tenaga kesehatan agar
SIMPULAN DAN SARAN melakukan penyuluhan tentang
Simpulan kesehatan reproduksi di lingkungan
1. Pengetahuan personal hygiene pada sekolah maupun masyarakat.
remaja putri di SMK Dwija Dharma
Kecamatan Mojosongo Kabupaten DAFTAR PUSTAKA
Boyolali mayoritas adalah baik. Amelia, M.R. Gambaran Perilaku
2. Sikap mencegah leukorhea pada Remaja Putri Menjaga Kebersihan
remaja putri di SMK Dwija Dharma Organ Genetalia dalam Mencegah
Kecamatan Mojosongo Kabupaten Keputihan. 2013. Didapat dari:
Boyolali mayoritas adalah baik. http://repository.unri.ac.id/bitstream/1
3. Perilaku mencegah leukorhea pada 23456789/1880/1/MANUSKRIP
remaja putri di SMK Dwija Dharma %20M LIZA%20RIZKY.pdf
Kecamatan Mojosongo Kabupaten
Boyolali mayoritas adalah baik. Anurogo dan Wulandari. Cara Jitu
4. Terdapat hubungan antara Mengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta:
pengetahuan personal hygiene Andi; 2011. h. 129; 132; 140-2.
dengan sikap mencegah leukorhea
pada remaja putri di SMK Dwija

65
Arikunto, S. Prosedur Penelitian. NGAN%20TINGKAT
Jakarta: Rineka Cipta; 2010. h. 127; %20PENGETAHUAN%20REMAJA
195. %20TENTANG%20KESEHATAN
Azwar, S. Sikap Manusia. Yogyakarta: %20REPRODUKSI%20DENGAN
Pustaka Pelajar; 2011. h. 24-7; 30-6. %20SIKAP%20TERHADAP%20
SEKS%20PRA%20NIKAH.pdf
Bahari, H. Cara Mudah Atasi
Keputihan. Jogjakarta: Buku Biru; Mahardini, F. Hubungan antara Tingkat
2012. h. 9-13; 107-10. Pengetahuan Perawat dengan
Perilaku Pencegahan Penularan dari
Budiarto, E. Biostatistika. Jakarta: EGC; Klien HIV/AIDS di Ruang Melati 1
2002. h. 37; 69-70. RSUD dr Moewardi Surakarta. 2009.
Didapat dari:
Febiliawanti, IA. Kenali ciri keputihan http//publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstre
vagina abnormal. 2009. Didapat dari: am/handle/123456789/2040/BIK_Vol
http://kesehatan.kompas.com/read/20 _2No_2_5_Fina_Mahardini.pdf?
09/10/26/14125869/kenali.ciri.keputi sequence=1
han.vagina.abnormal
Mariyatul. Gambaran Faktor-Faktor
Hidayat, AA. Metode Penelitian yang Melatarbelakangi Kejadian
Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Keputihan di SMP Negeri 1
Jakarta: Salemba Medika; 2007. h. Tambakboyo Tuban. 2012. Didapat
87; 93-5; 102-3; 137-8. dari: http://journal.stikesnu.com

Isro’in dan Andarmoyo. Personal Melati, R. Hubungan Antara


Hygiene. Yogyakarta: Graha Ilmu; Pengetahuan dan Keterampilan
2012. h. 2-5; 8-9. Vulva Hygiene dengan Kejadian
Keputihan pada Ibu Rumah Tangga
Johar, W.E. Persepsi dan Upaya di Desa Sawahjoho Warungasem
Pencegahan Keputihan pada Remaja Batang. 2012. Didapat dari:
Putri di SMA Muhammadyah 1 http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/i
Semarang. 2012. Didapat dari: ndex.php/ilmukeperawatan/article/vie
http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php? w/99/126
mod=browse&op=read&id=jtptunim
us-gdl-wiwinemboj-6642 Notoatmojo, S. Metodologi Penelitiann
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;
Kencana, R.B. Hubungan Tingkat 2010. h. 82; 103; 130; 152
Pengetahuan Remaja tentang
Kesehatan Reproduksi dengan Sikap . Promosi Kesehatan dan
Terhadap Seks Pra Nikah di SMAN 2 Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Karanganyar. 2011. Didapat dari: Cipta; 2012. h. 131-2; 138-40; 144-6.
http://ejournal.dinkesjatengprov.go.id
/dokument/2012_1/ARTIKEL/HUBU

66
Nursalam. Konsep dan Penerapan Solikhah, R. Hubungan Tingkat
Metodologi Penelitian Ilmu Pengetahuan Tentang Keputihan
Keperawatan. Jakarta: Salemba dengan Perilaku Remaja Putri dalam
Medika; 2011. h. 93. Menjaga Kebersihan Diri di Desa
Proverawati, A. Menarche. Yogyakarta: Bandung Kecamatan Kebumen
Nuha Medika; 2009. h. 9-11. Kabupaten Kebumen. 2010. Didapat
dari:
Pudiastuti, R.D. Pentingnya Menjaga http://digilib.stikesmuhgombong.ac.i
Organ Kewanitaan. Jakarta: Indeks; d/files/disk1/23/jtstikesmuhgo-gdl-
2010. h. 1-2, 15-22; 85-6. rizqisolik-1131-2-hal.63--0.pdf

Putri. Gambaran Pengetahuan, Sikap, Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif


dan Perilaku Feminine Hygiene Kualitatif dan R&D. Bandung:
terhadap Insidensi Leukorrhoea Alfabeta; 2009. H. 184.
Siswi-siswi Kelas xii di Sebuah
SMAN Kota Subang. 2013. Didapat Tarwoto dan Wartonah. Kebutuhan
dari: Dasar Manusia. Jakarta: Salemba
http://repository.maranatha.edu/2688/ Medika; 2003. h. 79.
9/0910155_Journal.pdf Wawan dan Dewi. Teori dan
Pengukuran Pengetahuan Sikap dan
Saryono dan Setiawan. Metodologi Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha
Penelitian Kebidanan. Yogyakarta: Medika; 2011. h. 14-5; 18; 23; 33-4.
Nuha Medika; 2010. h. 84; 86-7; 94;
100-1; 110; 127-8.

Shadine, M. Penyakit Wanita.


Yogyakarta: Citra Pustaka; 2011. h.
22.

67

You might also like