You are on page 1of 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap orangtua tentu menginginkan anaknya lahir dengan sempurna, memperoleh

pendidikan dan pekerjaan yang layak. Ketika hal tersebut tidak terpenuhi, tak jarang di

antara mereka yang kecewa bahkan tidak ingin menyekolahkan anaknya yang

berkebutuhan khusus. Sebenarnya tidak ada anak cacat melainkan anak berkebutuhan

khusus, karena anak-anak yang dianggap cacat itu sebenarnya sama saja dengan anak-

anak pada umumnya, punya kelebihan dan kekurangan. Untuk itu perlu dipahami sebuah

pendekatan kepada masyarakat bahwa mereka yang mempunyai keterbatasan ada dalam

lingkungan mereka, sama-sama mempunyai hak yang sama dengan anak yang normal

pada umumnya. Cerebral palsy merupakan kelainan motorik yang banyak diketemukan

pada anak-anak. Di Klinik Tumbuh Kembang RSUD Dr.Soetomo pada periode 1988-

1991,sekitar 16,8% adalah dengan cerebral palsy. William Little yang pertama kali

mempublikasikan kelainan ini pada tahun 1843, menyebutnya dengan istilah “cerebral

diplegia”, sebagai akibat dari prematuritas atau asfiksia neonatorium. Pada waktu itu

kelainan ini dikenal sebagai penyakit dari Little. Sigmund Freud menyebut kelainan ini

dengan istilah “Infantil Cerebral Paralysis”. Sedangkan Sir William Osler adalah yang

pertama kali memperkenalkan istilah “cerebral palsy”. Nama lainnya adalah “Static

encephalopathies of childhood”.

1.2 Tujuan

Untuk Mengetahui Teori tentang Cerebral Palsy dan Konsep asuhan Keperawatan

1
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Asuhan Keperawatan Anak Cerebral Palsy

A. Pengertian Cerebral Palsy

Paralisis serebral merupakan kelompok disabilitas akibat cedera atau serangan

pada otak sebelum atau selama kelahiran, atau pada masa awal bayi. Paralisis serebral

merupakan disabilitas permanen pada anak-anak yang paling banyak ditemukan

(Muscari, 2005).

Paralisis serebral (cerebral palsy, CP) adalah istilah tidak spesifik yang digunakan

untuk memberi ciri khas pada ketidaknormalan tonus otot, postur, dan koordinasi yang

diakibatkan oleh suatu lesi tidak progresif atau cedera yang mempengaruhi otak yang

tidak matur (Betz & Sowden, 2009).

Cerebral palsy merupakan brain injury yaitu suatu kondisi yang mempengaruhi

pengendalian sistem motorik sebagai akibat lesi dalam otak, atau suatu penyakit

neuromuskuer yang disebabkan oleh gangguan perkembangan atau kerusakan

sebagaian dari otak yag berhubungan dengan pengendalian fungsi motorik (Somantri,

2007).

B. Etiologi

Penyebab Cerebral palsy dapat dibagi menjadi dalam 3 bagian :

1. Pranatal

a. Infeksi intrauterin : TORCH, sifilis, rubella, toksoplasmosis, sitomegalovirus.

b. Radiasi

c. Asfiksia intrauterine ( abrupsio plasenta previa, anoksia maternal, kelainan

umbilicus, perdarahan plasenta, ibu hipertensi, dan lain-lain ).

2
d. Toksemia grafidarum.

2. Perinatal

a. Anoksia/hipoksia.

b. Perdarahan otak.

c. Prematuritas.

d. Ikterus.

e. Meningitis purulenta.

3. Postnatal.

a. Trauma kepala.

b. Meningitis/ensefalitis yang terjadi 6 bulan pertama kehidupan.

c. Racun : logam berat.

d. Luka Parut pada otak pasca bedah.

Beberapa penelitian menyebutkan factor prenatal dan perinatal lebih berperan dari pada

factor pascanatal. Studi oleh nelson dkk ( 1986 ) menyebutkan bayi dengan berat lahir

rendah, asfiksia saat lahir, iskemia prenatal, factor penyebab cerebral palsy.

Faktor prenatal dimulai saat masa gestasi sampai saat akhir, sedangkan factor perinatal

yaitu segala factor yang menyebabkan Cerebral palsy mulai dari lahir sampai satu bulan

kehidupan. Sedangkan factor pascanatal mulai dari bulan pertama kehidupan sampai 2

tahun. ( Hagbreg dkk, 1975 ), atau sampai 5 tahun kehidupan ( Blair dan Stanley, 1982 ),

atau sampai 16 tahun ( Perlstein, Hod, 1964 )

C. Tanda dan Gejala

Tanda awal cerebral palsi biasanya tampak pada usia kurang dari 3 tahun, dan orang tua

sering mencurigai ketika kemampuan perkembangan motorik tidak normal. Bayi dengan

CP sering kelambatan perkembangan, misalnya tengkurap, duduk, merangkak, atau

berjalan. Sebagian mengalami abnormalitas tonus otot. Penurunan tonus otot/hipotonia

3
dapat menyebabkan bayi tampak lemah dan lemas serta bayi tampak kaku. Pada sebagian

kasus, bayi pada periode awal tampak hipotonia dan selanjutnya berkembang

menjadihipertonia setelah 2-3 bulan pertama. Anak-anak CP mungkin menunjukkan

postur abnormal pada salah satu sisi tubuh. Tanda dan gejala yang dapat dilihat dari anak

yang mengalami cerebral palsi yaitu sebagai berikut:

1. Keterlambatan dalam mencapai tahap perkembangan motorik;

2. Penampilan motorik yang tidak normal dan kehilangan kendali motorik selektif

misalnya menggunakan tangan dominan lebih awal, berguling secara abnormal dan

asimetris, cardan lain-lain.

3. Perubahan tonus otot (misalnya peningkatan atau penurunan resistensi terhadap

gerakan pasif, anak merasa kaku ketika memegang atau berpakaian, kesulitan

menggunakan popok);

4. Postur yang tidak normal (misalnya tangan seperti gunting);

5. Ketidaknormalan refleks (misalnya reflek primitif persisten, seperti hertonik atau

hiperrefleksia);

6. Kecerdasan di bawah normal;

7. Keterbelakangan mental;

8. Kejang/epilepsi (terutama pada tipe spastik);

9. Gangguan menghisap atau makan;

10. Pernafasan yang tidak teratur;

11. Gangguan perkembangan kemampuan motorik (misalnya, menggapai sesuatu,

duduk, berguling, merangkak, berjalan);

12. Gangguan berbicara (disartria);

13. Gangguan penglihatan;

14. Gangguan pendengaran

4
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Cerebral Palsy

A. Pengkajian

1. Data Umum

Mencakup identitas pasien dan penanggung jawab pasien

No registrasi :

Nama pasien :

Usia :

Nama ibu :

Nama ayah :

Riwayat kesehatan keluarga :

2. Riwayat kesehatan

Riwayat kesehataan yang berhubungan dengan factor prenatal, natal dan post natal

serta keadaan sekitar kelahiran.

3. Keluhan dan manifestasi klinik

Observasi adanya manivestasi cerebral palsy, khususnya yang berhubungan dengan

pencapaian perkembangan :

a. Perlambatan perkembangan motorik kasar

Manifestasi umum, keterlambatan pada semua pencapaian motorik, namun

meningkat sejalan dengan pertumbuhan.

b. Tampilan motorik abnormal

Penggunaan tangan unilateral yang terlalu dini, merangkak asimetris abnormal,

berdiri atau berjinjit, gerakan involunter atau tidak terkoordinasi, buruk

menghisap, kesulitan makan, sariawan lidah yang menetap.

c. Perubahan tonus otot

5
Peningkatan atau penurunan tahanan pada gerakan pasif, postur opistotonik

(lengkung punggung berlebihan), merasa kaku saat memegang atau

berpakaian, kesulitan dalam menggunakan popok, kaku atau tidak menekuk

pada pinggul dan sendi lutut bila ditarik ke posisi duduk (tanda awal).

d. Posture abnormal

Mempertahankan agar pinggul lebih tinggi dari tubuh pada posisi telungkup,

menyilangkan atau mengekstensikan kaki dengan telapak kaki plantar fleksi

pada posisi telentang, lengan abduksi pada bahu, siku fleksi, tangan mengepal.

e. Abnormalitas refleks

Refleks infantile primitive menetap (reflek leher tonik ada pada usia berapa

pun, tidak menetap diatas usia 6 bulan), Refleks Moro, plantar, dan

menggenggam menetaap atau hiperaktif, Hiperefleksia, klonus pergelangan

kaki dan reflek meregang muncul pada banyak kelompok otot pada gerakan

pasif cepat.

f. Kelainan penyerta (bisa ada, bisa juga tidak)

Pembelajaran dan penalaran subnormal (retardasi mental pada kira-kira dua

pertiga individu). Kerusakan perilaku dan hubungan interpersonal. Gejala lain

yang juga bisa ditemukan pada cerebral palsy adalah:

1. Kecerdasan di bawah normal

2. Keterbelakangan mental

3. Gangguan menghisap atau makan

4. Pernafasan yang tidak teratur

6
5. Gangguan perkembangan kemampuan motorik (misalnya menggapai

sesuatu, duduk, berguling, merangkak, berjalan)

6. Gangguan berbicara (disartria)

7. Gangguan penglihatan

8. Gangguan pendengaran

9. Kontraktur persendian

10. Gerakan terbatas

4. Pemeriksaan Fisik

a. Muskuluskeletal: spastisitas, ataksia

b. Neurosensory:

 gangguan menangkap suara tinggi

 Gangguan bicara

 Anak berliur

 Bibir dan lidah terjadi gerakan dengan sendirinya

c. Nutrisi: intake yang kurang

5. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan klinis untuk mengidentifikasi ketidaknormalan tonus,

seringnya terjadi hipotonik yang diikuti dengan hipertonik,

ketidaknormalan postur dan keterlambatan perkembangan motorik.

b. CT scan untuk mendeteksi lesi-lesi susunan saraf pusat

c. Tomografi emisi positron dan tomografi terkomputerisasi emisi foton

tunggal untuk melihat metabolisme dan perfusi otak

d. MRI untuk mendeteksi lesi-lesi kecil

e. Pemeriksaan mata dan pendengaran segera dilakukan setelah diagnosis CP

ditegakkan

7
f. Pemeriksaan Elektro Ensefalografi dilakukan pada penderita kejang atau

pada golongan hemiparesis baik yang berkejang maupun yang tidak

g. Foto kepala (X-ray) dan CT Scan

h. Penilaian psikologik perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pendidikan

yang diperlukan.

Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan

proses menelan

b. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan neuromuskular

pada sistem pendengaran

c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot

d. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi motorik

B. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi

Keperawatan Hasil

Gangguan nutrisi Tujuan: 1. Ajarkan pola makan yang

kurang dari Pemenuhan nutrisi teratur

kebutuhan tubuh pasien adekuat 2. Anjurkan untuk

berhubungan Kriteria hasil berpartisipasi dalam

dengan gangguan 1. Adanya kemajuan program

proses menelan peningkatan berat latihan/kegiatan

badan. 3. Jaga kebersihan mulut

2. Berat badan pasien pasien

8
normal/ideal sesuai 4. Kolaborasi dengan ahli

usia pasien gizi dalam pemberian

nutrisi

Gangguan Tujuan 1. Kaji derajat disfungsi

komunikasi verbal Pasien mampu pada sistem pendegaran

berhubungan melakukan proses yang dialami.

dengan gangguan komunikasi dalam 2. Perhatikan kesalahan

neuromuskular kekurangan yang ada. dalam komunikasi dan

pada sistem Kriteria hasil berikan umpan balik.

pendengaran 1. Adanya pemahaman 3. Berikan metode

tentang masalah komunikasi alternatif,

komunikasi seperti menlis di papan

2. Menggunakan tulis, gambar. Berikan

sumber-sumber petunjuk visual (gerakan

dalam komunikasi tangan, gambar-gambar,

dengan tepat daftar kebutuhan,

3. Mampu demonstrasi).

mengggunakan 4. Kolaborasi dengan ahli

metode komunikasi terapi wicara

untuk

menegspresikan

kebutuhan

Gangguan mobilitas Tujuan 1. Kaji kemampuan secara

fisik berhubungan Pasien mampu fungsional/luasnya

9
dengan kelemahan melakukan aktivitas kerusakan.

otot Kriteria hasil 2. Berikan aktifitas ringan

1. Mampu yang dapat dikerjakan

mempertahankan pasien.

posisi optimal dan 3. Libatkan anak dalam

fungsi yang mengatur jadwal harian

dibuktikan dengan dan memilih aktifitas

tidak adanya yang diinginka.

kontraktur. 4. Bantu pasien dalam

2. Meningkatkan pergerakan dan latihan

kekuatan dan fungsi dengan menggunakan

bagian tubuh yang eksremitas yang tidak

terganggu. sakit.

3. Mampumenggunaka 5. Kolaborasi dengan ahli

n teknik untuk fisioterapi.

melakukan aktivitas.

Resiko cedera Tujuan 1. Identifikasi faktor yang

berhubungan Pasien terhindar dari mempengaruhi

dengan penurunan resiko cidera kebutuhan keamanan.

fungsi motorik Kriteria hasil 2. Identifikasi faktor

1. Pasien dan keluarga lingkungan yang

menyatakan memungkinkan

pemahaman faktor terjadinya cedera

10
yang menyebabkan 3. Berikan materi

cidera pendidikan kepada

2. Pasien menunjukkan keluarga yang

perubahan perilaku, berhubungan dengan

pola hidup untuk tindakan pencegahan

menurunkan faktor terhadap cedera

resiko dan untuk 4. Berikan informasi kepada

melindungi diri dari keluarga terhadap

cidera. bahaya lingkungan dan

karakteristiknya.

11
BAB 3
PENUTUP

4. Kesimpulan

Paralisis serebral (cerebral palsy, CP) adalah istilah tidak spesifik yang digunakan

untuk memberi ciri khas pada ketidaknormalan tonus otot, postur, dan koordinasi

yang diakibatkan oleh suatu lesi tidak progresif atau cedera yang mempengaruhi otak

yang tidak matur. Cerebral palsy bukan merupakan satu penyakit dengan satu

penyebab. Cerebral palsy merupakan group penyakit dengan masalah mengatur

gerakan, tetapi dapat mempunyai penyebab yang berbeda. Manifestasi klinik Cerebral

palsy bergantung pada lokalisasi dan luasnya jaringan otak yang mengalami

kerusakan, apakah pada korteks serebri, ganglia basalis atau serebelum. Cerebral

palsy bisa disebabkan oleh 3 bagian: Pranatal, Perinatal dan Postnatal. Berdasarkan

tanda dan gejala, Cerebral palsy diklasifikasikan dalam dua kelompok: berdasarkan

tipe dan berdasarkan derajat kemampuan fungsional. Untuk pengobatan pada anak

dengan Cerebral palsy dapat dilakukan melalui banyak terapi, tergantung gejalanya.

3.2 Saran

Penatalaksanaan yang benar mengenai penyakit Cerebral palsy harus difahami

dengan benar oleh seluruh pihak. Baik tenaga medis maupun keluarga. Untuk

tecapainya tujuan yang diharapkan perlu terjalin hubungan kerja sama yang baik

antara pasien, keluarga, dokter, perawat maupun tenaga medis lainnya dalam

mengantisipasi kemungkinan yang terjadi.

12

You might also like