You are on page 1of 11

ANALGETIK-ANTIPIRETIK

ANTALGIN

Komposisi:
Tiap tablet mengandung Antalgin 500 mg.

Cara Kerja Obat:


Antalgin adalah derivat metansulfonat dan amidopirina yang bekerja terhadap susunan saraf pusat
yaitu mengurangi sensitivitas reseptor rasa nyeri dan mempengaruhi pusat pengatur suhu tubuh.
Tiga efek utama adalah sebagai analgesik, antipiretik dananti-inflamasi.
Antalgin mudah larut dalam air dan mudah diabsorpsi ke dalam jaringan tubuh.

Indikasi:
Untuk menghilangkan rasa sakit, terutama kolik dan sakit setelah operasi.

Kontraindikasi
- Pada penderita yang alergi terhadap derivat pirazolon. Kasus porfiria hati (amat jarang) dan
defisiensi bawaan glukosa-6-fosfat-dehidrogenase.
- Penderita yang hipersensitif.
- Bayi 3 bulan pertama atau dengan berat badan dibawah 5 kg.
- Wanita hamil terutama 3 bulan pertama dan 6 minggu terakhir.
- Penderita dengan tekanan darah < 100 mmHg.

Dosis:
Oral
- Dewasa: 500 - 1000 mg 3 - 4 kali sehari (maksimum 3 gram sehari)
- Anak-anak: 250 - 500 mg 3 - 4 kali sehari (maksimum 1 gram untuk < 6 tahun dan 2 gram untuk 6
- 12 tahun).

Efek Samping :
Gejala kepekaan yang manifestasinya kelainan pada kulit. Pada penggunaan jangka panjang dapat
menyebabkan-agranulositosis.

Peringatan dan Perhatian :


- Karena dapat menimbulkan agranulositosis yang berakibat fatal, maka sebaiknya tidak digunakan
terus-menerus dalam jangka panjang.
- Hati-hati pada penderita yang pernah mengalami gangguan pembentukan darah / kelainan darah.

ASAM MEFENAMAT

Komposisi:
Tiap tablet salut selaput mengandung Asam Mefenamat 500 mg.

Cara Kerja Obat:


Asam Mefenamat merupakan kelompok antiinflamasi non steroid bekerja dengan cara menghambat
sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan menghambat enzim siklooksiginase sehingga
mempunyai efek analgesik, antiinflamasi dan antipiretik.

Indikasi:
Dapat menghilangkan nyeri akut dan kronik, ringan sampai sedang sehubungan dengan sakit
kepala, sakit gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri sendi, nyeri otot, nyeri
sehabis operasi, nyeri pada persalinan.

Dosis:
- Dewasa dan anak di atas 14 tahun :
Dosis awal yang dianjurkan 500 mg kemudian dilanjutkan 250 mg tiap 6 jam.
- Dismenore
500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat mulai menstruasi ataupun sakit dan dilanjutkan selama 2-
3 hari.
- Menoragia
500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat mulai menstruasi dan dilanjutkan selama 5 hari atau
sampai perdarahan berhenti.

Peringatan dan Perhatian :


- Sebaiknya diminum sesudah makan
- Hati-hati jika dugunakan pada wanita hamil dan menyusui
- Keamanan penggunaan pada anak-anak dibawah 14 tahun belum diketahui dengan pasti.

Efek Samping :
- Sistem pencernaan : mual, muntah, diare, dan rasa sakit pada abdominal.
- Sistem hematopoetik : leukopenia, eosinophilia, trombocytopenia dan agranulocytopenia.
- Sistem saraf : rasa mengantuk, pusing, penglihatan kabur dan insomnia.

Kontraindikasi
- Pasien yang hipersensitif terhadap Asam Mefenamat
- Pasien yang dengan Aspirin mengalami bronkospasme, alergi rhinitis dan urtikaria.
- Penderita dengan tukak lambung dan usus
- Penderita dengan gangguan ginjal yang berat

ASPIRIN

Komposisi:
Tiap tablet mengandung salbutamol Aspirin / Asam Asetilsalisilat 500 mg

Farmakologi:
Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari salisilatyang sering
digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri minor), antipiretik (terhadap
demam), dan anti-inflamasi (peradangan). Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan dapat
digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung.

Asam asetil salisiliat/aspirin menghambat produksi prostaglandin (sebuah zat spesifik yang
menyebabkan rasa sakit dan demam) untuk mengurangi respons tubuh terhadap serangkaian
proses kimia yang akhirnya menuju terbentuknya rasa sakit.

Indikasi:
Meringankan rasa sakit, nyeri otot dan sendi, demam, nyeri karena haid, migren, sakit kepala dan
sakit gigi tingkat ringan hingga agak berat.

Kontraindikasi
Tukak lambung dan peka terhadap derivet asam salisilat, penderita asma dan alergi, penderita yang
pernah atau sering mengalami pendarahan di bawah kulit, penderita hemofilia;, anak-anak di bawah
umur 16 tahun.

Dosis:
- Dewasa : 1 tablet, 3 kali sehari (bila perlu)
- Anak-anak di atas 5 tahun : ½ - 1 tablet, 3 kali sehari (bila perlu)
- Untuk pemakaian efektif, tiap tablet sebaiknya diminum dengan banyak air. Juga disarankan untuk
terlebih dahulu melarutkan tablet di dalam air dan meminumnya dengan kira-kira ½ hingga 1 gelas
air. Ini memungkinkan proses pelarutan yang cepat di dalam lambung dan penyerapan bahan aktif
yang cepat ke dalam saluran darah melalui usus, hingga membuatnya lebih efektif.
- Sebaiknya dikonsumsi setelah makan.

Efek Samping:
Iritasi lambung , rasa mual, muntah-muntah
Peringatan dan Perhatian:
- Gangguan renal, kekurangan G6PD.
- Wanita hamil yang mendekati masa melahirkan.
- Pasien dengan flu, cacar air, atau demam haemoragis, nyeri gastro-intestinal (GI) atau asma.
- Terjadinya muntah-muntah yang terus-menerus dapat menjadi tanda terjadinya Reye’s syndrome
(segera tangani).

FENILBUTAZON

Komposisi:
Tiap tablet mengandung Fenilbutazon 200 mg

Cara Kerja Obat:


Efek anti-inflamasi fenilbutazon untuk penyakit atritis reumatoid dan sejenisnya sama kuat dengan
salisilat, tetapi efek toksiknya berbeda. Efek analgesik terhadap nyeri yang sebabnya nonreumatik
lebih lemah dari salisilat. Fenilbutazon memperlihatkan retensi natrium klorida yang nyata, disertai
dengan pengurangan diuresis dan dapat menimbulkan udem. Fenilbutazon memperlihatkan efek
urikosurik ringan dengan menghambat reabsorpsi asam urat melalui tubuli.

Indikasi:
Untuk ankylosing spondylitis aktif, arthritis gout akut, rheumatoid arthritis aktif, osteoarthritis akut.
Digunakan pada penderita dimana pengobatan lain termasuk AINS lain tidak memberikan hasil.

Kontraindikasi:
- Udem, dekompensasi jantung, ulkus lambung, riwayat diskrasia darah, anak berusia kurang dari 14
tahun, kerusakan ginjal dan hati, hipersensitif terhadap Fenilbutazon.
- Penderita dengan hipertensi, penyakit jantung, penyakit ginjal, dan gangguan fungsi hati
sehubungan dengan sifatnya yang menyebabkan retensi air dan natrium.

Dosis:
Dosis disesuaikan dengan :
- Untuk arthritis rheumatoid aktif, osteoarthritis akut dan ankylosing spondylitis aktif : 300 - 600 mg
sehari dalam 3 - 4 kali dosis bagi, selanjutnya diturunkan sesuai kebutuhan dengan dosis 200 - 300
mg sehari dalam dosis bagi.
Jika tidak ada respon pemberian obat harus dihentikan.
- Arthritis gout akut : dosis awal 500- 800 mg sehari dalam 2 - 3 dosis bagi untuk 1 - 3 hari,
selanjutnya diberikan 200 - 400 mg sehari, sampai 7 hari.

Efek Samping:
Mual, muntah, rasa tidak nyaman pada ulu hati, diare, vertigo, insomnia (susah tidur), euforia
(keadaan emosi yang gembira berlebihan), hematuria (kencing yang bercampur darah), dan
pandangan buram.
Peringatan dan Perhatian:
- Untuk mengatasi iritasi, obat ditelan bersama makanan atau susu.
- Sebaiknya tidak digunakan pada pasien usia 60 tahun atau lebih, wanita hamil dan menyusui

IBUPROFEN

Komposisi:
- Tiap tablet salut selaput mengandung ibuprofen 200 mg.
- Tiap tablet salut selaput mengandung ibuprofen 400 mg.

Farmakologi:
Ibuprofen merupakan derivat asam fenil propionat dari kelompok obat antiinflamasi non steroid.
Senyawa ini bekerja melalui penghambatan enzim siklo-oksigenase pada biosintesis prostaglandin,
sehingga konversi asam arakidonat menjadi PG-G2 terganggu.
Prostaglandin berperan pada patogenesis inflamasi, analgesia dan demam. Dengan demikian maka
ibuprofen mempunyai efek antiinflamasi dan analgetik-antipiretik.
Khasiat ibuprofen sebanding, bahkan lebih besar dari pada asetosal (aspirin) dengan efek samping
yang lebih ringan terhadap lambung.

Pada pemberian oral ibuprofen diabsorbsi dengan cepat, berikatan dengan protein plasma dan
kadar puncak dalam plasma tercapai 1 – 2 jam setelah pemberian. Adanya makanan akan
memperlambat absorbsi, tetapi tidak mengurangi jumlah yang diabsorbsi. Metabolisme terjadi di hati
dengan waktu paruh 1,8 – 2 jam. Ekskresi bersama urin dalam bentuk utuh dan metabolit inaktif,
sempurna dalam 24 jam.

Indikasi:
Karena efek analgesik dan antiinflamasinya maka dapat digunakan untuk meringankan gejala-gejala
penyakit rematik tulang, sendi dan non-sendi.
 Juga dapat digunakan untuk meringankan gejala-gejala akibat trauma otot dan tulang/ sendi
(trauma muskuloskeletal).
 Karena efek analgesiknya maka dapat digunakan untuk meringankan nyeri ringan sampai sedang
antara lain nyeri pada dismenore primer (nyeri haid), nyeri pada penyakit gigi atau pencabutan gigi,
nyeri setelah operasi, sakit kepala.

Kontraindikasi:
- Penderita yang hipersensitif terhadap asetosal (aspirin) atau obat antiinflamasi non steroid lainnya,
wanita hamil dan menyusui, serta anak dibawah usia 14 tahun.
- Penderita dengan syndroma nasal polyps, angioderma dan reaksi bronchospasma terhadap
asetosal (aspirin) atau antiinflamasi non steroid yang lain. Dapat menyebabkan reaksi anafilaktik.

Dosis:
- Dewasa :
 Untuk analgesik dan antiinflamasi (rematik tulang, sendi dan non-sendi, trauma otot dan tulang /
sendi) :
Dosis yang dianjurkan : sehari 3 – 4 x 400 mg.
Pada permulaan pemakaian sebaiknya menggunakan dosis minimum yang efektif yaitu 400 mg 3
kali sehari.
 Untuk analgesik :
Dosis yang dianjurkan : 200 mg sampai 400 mg 3 – 4 kali sehari.
- Anak :
10 mg Ibuprofen per kilogram berat badan

Efek Samping :
- Walaupun jarang terjadi, tapi timbul efek samping sebagai berikut : gangguan saluran pencernaan
termasuk mual, muntah, gangguan pencernaan, diare,konstipasi dan nyeri lambung.
- Juga pernah dilaporkan terjadi ruam pada kulit, bronchospasme (penyempitan bronkus),
trombositopenia (penurunan sel pembeku darah).

Peringatan dan Perhatian :


 Pada uji klinis, dosis lebih besar dari 400 mg tidak lebih efektif dibanding dosis 400 mg.
 Tidak boleh melebihi dosis yang dianjurkan.
 Penggunaan Ibuprofen harus hati-hati pada penderita : Lupus eritematosus sistematik dan
Gangguan fungsi hati dan ginjal.
 Karena Ibuprofen dapat menyebabkan penyempitan bronkhus (bronchospasme) maka hati-hati
pada penderita asma.
 Karena pernah dilaporkan terjadi retensi cairan dan edema, maka hati-hati pada penderita yang
pernah menderita penyakit gagal jantung.
 Pada umumnya pendarahan pada lambung dan/ atau ulcer atau perforasi pada pasien usia lanjut
akan lebih berat.
 Tidak dianjurkan untuk wanita hamil dan menyusui.
 Selama menggunakan obat ini jangan minum asetosal, juga obat antikoagulan (anti pembekuan
darah) golongan warfarin.
 Penurunan ketajaman penglihatan dan kesulitan membedakan warna dapat terjadi, tetapi sangat
jarang dan akan sembuh bila obat dihentikan. Apabila terjadi gangguan penglihatan maka obat
harus segera dihentikan dan memeriksakan mata ke dokter.

Interaksi Obat
- Hindari pemberian bersamaan dengan antikoagulan, antitrombotik dan obat-obatan AINS lain.
- Hindari pemberian bersamaan dengan ACE (Angiotensin Converting Enzyme) inhibitor.

KETOPROFEN

Sediaan:
- Ketoprofen 50 mg tablet
- Ketoprofen 100 mg tablet
- Ketoprofen 50 mg/ml injeksi

Cara Kerja Obat:


Ketoprofen merupakan suatu antiinflamasi non steroid dengan efek antiinflamasi, analgesik dan
antipiretik. Sebagai anti inflamasi bekerja dengan menghambat sintesa prostaglandin. Pada
pemberian oral kadar puncak dicapai selama 0,5–2 jam. Waktu paruh eliminasi pada orang dewasa
3 jam, dan 5 jam pada orang tua.

Indikasi:
Untuk mengobati gejala-gejala artritis rematoid, ankilosing spondilitis, gout akut dan osteoartritis
serta kontrol nyeri dan inflamasi akibat operasi ortopedik.

Kontraindikasi :
- Hipersensitif terhadap ketoprofen, aspirin dan AINS lain.
- Gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat.
Dosis:
Sediaan oral :
Dosis awal yang dianjurkan : 75 mg 3 kali sehari atau 50 mg 4 kali sehari.
Dosis maksimum 300 mg sehari. Sebaiknya digunakan bersama dengan makanan atau susu.

Injeksi IM :
50–100 mg tiap 4 jam. Dosis maksimum 200 mg/hari, tidak lebih dari 3 hari.

Peringatan dan Perhatian :


- Hati-hati bila diberikan pada penderita hiperasiditas lambung.
- Tidak dianjurkan penggunaan pada wanita hamil dan menyusui.
- Hati-hati pada penderita gangguan fungsi ginjal.

Efek Samping :
- Mual, muntah, diare, dyspepsia, konstipasi, pusing, sakit kepala, ulkus peptikum hemoragi
perforasi, kemerahan kulit, gangguan fungsi ginjal dan hati, nyeri abdomen, konfusi ringan, vertigo,
oedema, insomnia.
- Reaksi hematologi : trombositopenia.
- Bronkospasma dan anafilaksis jarang terjadi.

KODEIN

Komposisi:
Tiap tablet Codein 10 mg mengandung: Kodein Fosfat hemihidrat setara dengan Kodein 10 mg

Tiap tablet Codein 15 mg mengandung: Kodein Fosfat hemihidrat setara dengan Kodein 15 mg

Tiap tablet Codein 20 mg mengandung: Kodein Fosfat hemihidrat setara dengan Kodein 20 mg

Farmakologi:
Kodein merupakan analgesik agonis opioid. Efek kodein terjadi apabila kodein berikatan secara
agonis dengan reseptor opioid di berbagai tempat di susunan saraf pusat. Efek analgesik kodein
tergantung afinitas kodein terhadap reseptor opioid tersebut.Kodein dapat meningkatkan ambang
rasa nyeri dan mengubah reaksi yang timbul di korteks serebri pada waktu persepsi nyeri diterima
dari thalamus.Kodein juga merupakan antitusif yang bekerja pada susunan saraf pusat dengan
menekan pusat batuk.

Indikasi:
- Antitusif
- Analgetik

Kontraindikasi:
Asma bronkial, emfisema paru-paru, trauma kepala, tekanan intrakranial yang meninggi,
alkoholisme akut, setelah operasi saluran empedu.

Dosis:
Sebagai analgesik:
- Dewasa : 30 - 60 mg, tiap 4 - 6 jam sesuai kebutuhan.
- Anak-anak : 0,5 mg/kg BB, 4-6 kali sehari

Sebagai antitusif :
- Dewasa : 10-20 mg, tiap 4 - 6 jam sesuai kebutuhan, maks. 60 mg perhari.
- Anak6-12tahun : 5-10 mg, tiap 4 - 6 jam, maksimum 60 mg perhari.
- Anak 2-6 tahun :1 mg/kg BB perhari dalam dosis terbagi, maksimum 30 mg perhari.

Sebagai antitusif tidak dianjurkan untuk anak di bawah 2 tahun.

Efek Samping:
- Dapat menimbulkan ketergantungan.
- Mual, muntah, idiosinkrasi, pusing, sembelit.
- Depresi pernafasan terutama pada penderita asma, depresi jantung dan syok.

Peringatan dan Perhatian:


- Hati-hati penggunaan pada pasien dengan infark miokardial dan penderita asma.
- Hindari minuman beralkohol.
- Tidak boleh melebihi dosis yang dianjurkan karena dapat menyebabkan kerusakan fungsi hati.
- Hati-hati penggunaan obat ini pada penderita penyakit ginjal.
- Hati-hati pada pemberian jangka panjang

Interaksi Obat:
- Hendaknya hati-hati dan dosis dikurangi, apabila digunakan bersama-sama dengan obat-obat
depresan lain, anestetik, tranquilizer, sedatif, hipnotik dan alkohol.
- Tranquilizer terutama fenotiazin bekerja antagonis terhadap analgesik opiat agonis.
- Dekstroamfetamin dapat menghambat efek analgesik opiat agonis.
- Jangan diberikan bersama-sama dengan penghambat MAO dan dalam jangka waktu 14 hari
setelah pemberian penghambat MAO.

MELOXICAM

Komposisi:
Tiap tablet mengandung Meloxicam 7,5 mg
Tiap tablet mengandung Meloxicam 15 mg

Farmakologi:
Meloxicam merupakan golongan Anti Inflamasi Non steroid (NSAID) derivat asam enolat yang
bekerja dengan cara menghambat biosintesis prostaglandin yang merupakan mediator inflamasi
melalui penghambat cyclooxygenase 2 (COX-2), sehingga terjadinya proses inflamasi dapat
dihambat tanpa terjadi efek samping terhadap ginjal dan gastro intestinal yang merupakan ciri khas
pada penggunaan obat-obat Anti Inflamasi Non Steroid selama ini.
Indikasi:
- Terapi simptomatik jangka pendek pada eksaserbasi osteoarthritis akut.
- Terapi simptomatik jangka panjang arthritis rematoid (poliartritis kronik).

Kontraindikasi
- Penderita yang hipersensitif terhadap meloxicam, acetosal atau obat-obat anti inflamasi non steroid
lainnya.
- Masa kehamilan atau menyusui.
- Anak-anak dan remaja yang umurnya kurang dari 15 tahun.
- Ulkus lambung yang aktif.
- Insufisiensi hepar berat.
- Insufisiensi ginjal berat yang tidak dianalisa.
- Perdarahan saluran pencernaan, perdarahan pembuluh darah otak atau perdarahan penyakit
lainnya.
- Tidak boleh diberikan kepada penderita yang diketahui memiliki riwayat/gejala asma, polip hidung,
angioedema atau urtikaria setelah penggunaan AINS lainnya.

Dosis:
- Osteoartritis: 7,5 mg 1 x sehari.Bila diperlukan dosis dapat ditingkatkan hingga 15 mg 1 x sehari.
- Artritis rematoid: 15 mg 1 x sehari. Dosis dapat dikurangi hingga 7,5 mg 1 x sehari, tergantung
respon terapetik.
- Gagal ginjal berat maksimal 7,5 mg 1 x sehari.

Efek Samping:
Efek samping jarang terjadi, seperti:
- Gangguan pencernaan: sakit perut, konstipasi, diare, dispepsia, flatulence, mual dan muntah.
- Seluruh tubuh: edema, pain.
- Sistem saraf pusat dan periferal: pusing, sakit kepala.
- Hematologi: anemia.
- Musculo-skeletal: artralgia, back pain.
- Psikiatri: insomnia.
- Sistem pernafasan: batuk, sistem pernafasan bagian atas, infeksi saluran pernafasan.
- Kulit: pruritus, rash.
- Saluran kemih: micturition frequency, infeksi saluran kemih.

Peringatan dan Perhatian:


- Iritasi saluran cerna, tukak lambung, pendarahan dan perforasi dapat terjadi pada penggunaan
obat-obat NSAID.
- Hati-hati jika diberikan kepada pasien dengan riwayat penyakit gastrointestinal (pendarahan dan
tukak), penurunan fungsi ginjal, kegagalan fungsi hati, penyakit hepatik, dehidrasi, hipertensi
ataupun asma.
- Hati-hati jika diberikan pada orang tua.
- Hati-hati jika digunakan bersamaan dengan antikoagulan.
- Keamanan penggunaan pada anak belum diketahui dengan pasti.
- Keamanan penggunaan untuk ibu menyusui belum diketahui dengan pasti maka tergantung dari
pentingnya pengobatan bagi si ibu disarankan untuk menghntikan penggunaan obat atau berhenti
menyusui.
- Penderita sebaiknya diberitahu tentang tanda-tanda atau gejala-gejala toksisitas gangguan
pencernaan yang serius dan langkah-langkah yang harus diambil jika terjadi.
- Pengobatan harus dihentikan pada kasus tukak lambung atau perdarahan gangguan saluran
pencernaan.

Interaksi Obat:
- Risiko pendarahan dapat meningkat jika diberikan bersamaan dengan antikoagulan (walfarin,
heparin), anti platelet (ticlopidine, clopidogrel, aspirin, abciximab, dipyridamole, eptifibatide,
tirofiban).
- NSAID dapat menurunkan efek antihipertensi dari ACE Inhibitor, hidralazine dan thiazide.
- Penggunaan bersamaan dengan kortikosteroid dapat meningkatkan risiko tukak lambung.
- Aspirin meningkatkan konsentrasi meloxicam dalam serum.
- Cholestyramine (kemungkinan juga colestipol) meningkatkan meloxicam clearance.
- NSAID dapat meningkatkan nefrotoksisitas cylosporine.
- NSAID dapat meningkatkan kadar litium.
- Konsumsi alkohol dapat meningkatkan iritasi mukosa lambung.

NA DIKLOFENAK

Komposisi:
- Tiap tablet salut enteric mengandung natrium diklofenak 25 mg.
- Tiap tablet salut enteric mengandung natrium diklofenak 50 mg.

Cara Kerja Obat:


Diklofenak adalah golongan obat non steroid dengan aktivitas anti-inflamasi, analgesic dan
antipiretik. Aktivitas diklofenak menghambat enzim siklo-oksigenase sehingga pembentukan
prostaglandin terhambat.

Indikasi:
Pengobatan akut dan kronis gejala-gejala rematoid artritis, osteoartritis dan ankilosing spondilitis.

Dosis:
- Osteoartritis : 2 - 3 kali sehari 50 mg atau 2 kali sehari 75 mg.
- Reumatoid artritis : 3 - 4 kali sehari 50 mg atau 2 kali sehari 75 mg.
- Ankilosing spondilitis : 4 kali sehari 25 mg ditambah 25 mg saat akan tidur.
Tablet harus ditelan utuh dengan air, sebelum makan.

Peringatan dan Perhatian :


- Hati-hati penggunaan pada penderita dekomposisi jantung atau hipertensi, karena diklofenak dapat
menyebabkan retensi cairan dan edema.
- Hati-hati penggunaan pada penderita gangguan fungsi ginjal, jantung, hati, penderita usia lanjut dan
penderita dengan luka atau perdarahan pada saluran pencernaan.
- Hindarkan penggunaan pada penderita porfiria hati.
- Hati-hati penggunaan selama kehamilan karena diklofenak dapat menembus plasenta.
- Diklofenak tidak dianjurkan untuk ibu menyusui karena diklofenak diekskresikan melalui ASI.
- Pada anak-anak efektivitas dan keamanannya belum diketahui dengan pasti.

Efek Samping :
- Efek samping yang umum terjadi seperti nyeri/keram perut, sakit kepala, retensi cairan, diare,
nausea, konstipasi, flatulen, kelainan pada hasil uji hati, indigesti, tukak lambung, pusing, ruam,
pruritus dan tinitus.
- Peninggian enzim-enzim aminotransferase (SGOT, SGPT) hepatitis.
- Dalam kasus terbatas gangguan hematologi (trombositopenia, leukopenia, anemia,
agranulositosis).

Kontraindikasi
- Penderita yang hipersensitif terhadap diklofenak atau yang pernah menderita asma, urtikaria atau
alergi pada pemberian aspirin atau NSAIDs lain

PARACETAMOL

Komposisi:
- Tablet : Satu tablet mengandung 500 mg Paracetamol
- Sirup : 5 ml mengandung 120 mg Paracetamol

Cara Kerja Obat:


Parasetamol adalah drivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik / analgesik. Sifat
antipiretiknya disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek
sentral. Sifat analgesik Parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang. Sifat
antiinflamasinya sangat rendah sehingga tidak digunakan sebagai antirematik. Pada penggunaan
per oral Parasetamol diserap dengan cepat melalui saluran cerna. Kadar maksimum dalam plasma
dicapai dalam waktu 30 menit sampai 60 menit setelah pemberian. Parasetamol diekskresikan
melalui ginjal, kurang dari 5% tanpa mengalami perubahan dan sebagian besar dalam bentuk
terkonjugasi. Sifat analgesik parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang.
Sifat antiinflamasinya sangat lemah sehingga sehingga tindak digunakan sebagai antirematik.

Indikasi:
Sebagai antipiretik/analgesik, termasuk bagi pasien yang tidak tahan asetosal.
Sebagai analgesik, misalnya untuk mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, sakit waktu
haid dan sakit pada otot.menurunkan demam pada influenza dan setelah vaksinasi.

Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap paracetamol dan defisiensi glokose-6-fosfat dehidroganase.tidak boleh
digunakan pada penderita dengan gangguan fungsi hati.
Dosis:
- Dewasa: 500 mg (1 tablet) 3 – 4 kali sehari
- Anak:
 3 bulan – 1 tahun : 60 – 120 mg (2,5 – 5 ml sirup) 3 – 4 kali sehari
 1 – 6 tahun : 120 – 240 mg (5 – 10 ml sirup) 3 – 4 kali sehari
 > 6 tahun : 250 – 500 mg (1/2 – 1 tablet) 3 – 4 kali sehari

Efek Samping:
- Kasus terjadinya thrombocytopenic purpura dan haemolytic anaemia dan agranulocytosis pernah
tercatat.
- Dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati.
- Hepatik nekrosis kronis pernah dilaporkan pada penderita yang menggunakan parasetamol
dengan dosis teraputik hariannya selama 1 tahun, tetapi suatu penilaian kembali dari sekelompok
penderita dengan chronic active hepatitis gagal membuktikan perbedaan-perbedaan pada kelainan
fungsi hati pada penderita yang menggunakan parasetamol dalam jangka panjang, maupun tidak
menunjukkan perbaikan setelah parasetamol dihentikan.
- Efek nefrotoksik jarang terjadi pada dosis teraputik parasetamol yang dianjurkan, kecuali pada
pemakaian jangka panjang pernah dilaporkan.

Peringatan dan Perhatian:


Paracetamol sudah digunakan secara luas, dan pada dosis yang dianjurkan, efek sampingnya
ringan dan jarang terjadi. Laporan mengenai efek yang tidak diinginkan, jarang. Kebanyakan
laporan dari efek samping parasetamol berhubungan dengan dosis yang berlebihan.
Paracetamol harus digunakan dengan hati-hati pada penderita payah hati dan disfungsi ginjal.

PIROXICAM

Komposisi:
Tiap kapsul mengandung Piroxicam 10 mg
Tiap kapsul mengandung Piroxicam 20 mg

Farmakologi:
Piroksikam adalah anti inflamasi non steroid yang mempunyai aktifitas anti inflamasi, analgesik dan
antipiretik.
Aktivitas kerja Piroksikam belum sepenuhnya diketahui, diperkirakan melalui interaksi beberapa
tahap respon imun dan inflamasi, antara lain: penghambatan enzim siklo-oksigenase pada
biosintesa prostaglandin, penghambatan agregasi netrofil dalam pembuluh darah, penghambatan
migrasi polimorfonuklear (PMN) dan monosit ke daerah inflamasi.
Pada pemberian oral, Piroksikam diabsorbsi dengan baik, berikatan dengan protein plasma
sebanyak 99%. Konsentrasi puncak dalam plasma tercapai 3 – 5 jam setelah pemberian dan waktu
paruh lebih kurang 50 jam.
Metabolisme terjadi dalam hati dan diekskresi terutama melalui urin, 5% diantaranya dalam bentuk
utuh dalam urin dan feses.
Indikasi:
Terapi simptomatik rematoid artritis, osteoartritis, ankilosing spondilitis, gangguan muskuloskeletal
akut dan gout akut.

Kontraindikasi
- Penderita asma yang mempunyai riwayat tukak lambung, perforasi atau perdarahan lambung.
- Pendeita yang hipersensitif terhadap obat ini.
- Terhadap penderita yang mengalami bronkospasme, polip hidung dan angioedema, apabila
diberikan aspirin atau anti inflamasi non steroid lain.

Dosis:
Dewasa:
- Rematoid artritis, osteoartritis, ankilosing spondilitis, dosis awal 20 mg dalam dosis tunggal.
- Gout akut, 40 mg sehari dalam dosis tunggal selama 4 - 6 hari.
- Gangguan muskuloskeletal akut, 40 mg sehari dalam dosis tunggal selama 2 hari, selanjutnya 20
mg sehari dalam dosis tunggal selama 7 - 14 hari.

Dosis untuk anak belum diketahui.

Efek Samping:
- Keluhan gastrointestinal, misalnya anoreksia, nyeri perut, konstipasi, diare, flatulen, mual, muntah,
perforasi, tukak lambung dan duodenum.
- Gangguan hematologik seperti trombositopenia, depresi sumsum tulang.
- Gangguan kulit: eritema, dermatitis eksfoliatif, sindroma Stevens-Johnson.
- Gangguan Saraf pusat: sakit kepala, pusing, depresi, insomnia, gugup.
- Efek samping lain seperti hiperkalemia, sindroma nefrotuk, nyeri, demam, penglihatan kabur,
hipertensi dan reaksi hipersensitif.

Peringatan dan Perhatian:


- Tidak dianjurkan pemberian pada wanita hamil dan menyusui.
- Hati-hati pemberian pada gangguan pencernaan, jantung, hipertensi dan keadaan predesposisi
retensi air, ginjal dan hati.
- Kemanan penggunaan untuk anak-anak belum diketahui dengan pasti.

Interaksi Obat:
- Pemberian piroksikam bersama antikoagulan oral, sulfonil urea atau salisilat harus hati-hati dan
dipantau.
- Asetosal dan piroksikam tidak boleh diberikan secara bersama-sama.
- Piroksikam dilaporkan dapat meningkatkan kadar litium dalam darah.

TRAMADOL

Komposisi:
Tiap kapsul mengandung 50 mg tramadol hydrochloride.

Cara Kerja Obat:


Tramadol adalah analgesik kuat yang bekerja pada reseptor opiat.
Tramadol mengikat secara stereospesifik pada reseptor di sistem syaraf pusat sehingga memblok
sensasi rasa nyeri dan respon terhadap nyeri. Disamping itu tramadol menghambat pelepasan
neurotransmitter dari syaraf aferen yang sensitif terhadap rangsang, akibatnya impuls nyeri
terhambat.

Indikasi:
Tramadol diindikasikan untuk mengobati dan mencegah nyeri yang sedang hingga berat, seperti
tersebut di bawah ini:
- Nyeri akut dan kronik yang berat.
- Nyeri pasca bedah.
Dosis:
Dewasa dan anak di atas 14 tahun.
- Dosis umum : dosis tunggal 50 mg. Dosis tersebut biasanya cukup untuk meredakan nyeri,
apabila masih terasa nyeri dapat ditambahkan 50 mg setelah selang waktu 30 – 60 menit.
- Dosis maksimum : 400 mg sehari.
- Dosis sangat tergantung pada intensitas rasa nyeri yang diderita.
- Penderita gangguan hati dan ginjal dengan klirens kreatinin < 30 ml/menit : 50 – 100 mg setiap
12 jam, maksimum 200 mg sehari.

Peringatan dan Perhatian:


- Hati-hati bila digunakan pada penderita dengan trauma kepala, peningkatan tekanan intrakranial,
gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat atau hipersekresi bronkus; karena dapat meningkatkan
resiko kejang atau syok.
- Dapat terjadi penurunan fungsi paru apabila penggunaan TRAMADOL dikombinasi dengan obat-
obat depresi SSP lainnya atau bila melebihi dosis yang dianjurkan.
- Tramadol tidak boleh digunakan pada penderita ketergantungan obat. Meskipun termasuk agonis
opiat, Tramadol tidak dapat menekan gejala putus obat, akibat pemberian morfin.
- Tramadol sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil, kecuali benar-benar diperlukan.
- 0,1% Tramadol diekskresikan melalui ASI (Air Susu Ibu).
- Tramadol dapat mengurangi kecepatan reaksi penderita, seperti kemampuan mengemudikan
kendaraan ataupun mengoperasikan mesin.
- Lama pengobatan
Pada pengobatan jangka panjang, kemungkinan terjadi ketergantungan, oleh karena itu dokter
harus menetapkan lamanya pengobatan. Tidak boleh diberikan lebih lama daripada yang
diperlukan.

Efek Samping:
- Efek samping yang umum terjadi seperti pusing, sedasi, lelah, sakit kepala, pruritus, berkeringat,
kulit kemerahan, mulut kering, mual, muntah, dispepsia dan obstipasi.
- Efek samping yang berupa ketergantungan sangat jarang terjadi.

Kontraindikasi:
Penderita yang hipersensitif terhadap tramadol atau opiat dan penderita yang mendapatkan
pengobatan dengan penghambat MAO, intoksikasi akut dengan alkohol, hipnotik, analgesik atau
obat-obat yang mempengaruhi SSP lainnya.

You might also like