Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Sekitar 1,7 juta kematian yang terjadi pada anak atau 5% pada balita di Indonesia
disebabkan oleh Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) seperti TBC, difteri,
pertusis, campak, tetanus, polio dan hepatitis B. PD3I merupakan salah satu penyebab
kematian anak di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, oleh karena itu cakupan
imunisasi harus dipertahankan lebih tinggi dan merata sehingga mencapai tingkat
PopulationImmunity (kekebalan masyarakat), sementara kegagalan untuk menjaga tingkat
cakupan imunisasi yang tinggi dan merata akan dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa
PD3I seperti kejadian difteri.
Angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi (PD3I) dapat diturunkan apabila mencapai cakupan imunisasi dasar lengkap
sebesar 90% dan UCI Desa sebesar 100%. Sesuai dengan data dari profil Maluku mencatat
Kota ambon pada tahun 2014 jumlah desa kelurahan sebanyak 50 desa/kel yang mencapai
standar UCI berjumlah 45 desa kelurahan atau sekitar 90%. Di tahun 2015 terjadi
peningkatan dengan jumlah desa/kel yang mencapai standart UCI berjumlah 50 desa/kel
atau 100%.
Pencapaian desa UCI dan cakupan imunisasi dasar lengkap di Puskesmas Hative kecil
tidak memenuhi target. Salah satu penyebab tidak tercapainya target karena adanya
penolakan ibu untuk diberikan imunisasi dasar lengkap pada bayi. dikarenakan anggapan
yang salah yang berkembang di masyarakat tentang imunisasi, tingkat pengetahuan yang
rendah, dan kesadaran yang kurang terhadap imunisasi. Hal ini terjadi pada Posyandu
Kembang Buton dimana beberapa ibu mereka tidak mau memberikan anak mereka untuk
diimunisasi karena takut anaknya masih kecil dan tidak bisa menahan rasa sakit saat
disuntik, serta takut pada efek dari imunisasi untuk anak mereka
1
Agar imunisasi dapat menjangkau semua lapisan masyarakat maka sasaran yang
ditujukan ialah orang tua. Khususnya pada ibu atau calon ibu untuk diberikan penyuluhan
tentang pentingnya imunisasi bagi anak, menganjurkan agar ibu membawa anaknya ke
Posyandu. Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi hal tersebut yaitu faktor pendidikan
(pengetahuan), usia, dan penyuluhan oleh bidan dan perawat setempat.
Berdasarkan latar belakang masih banyak ibu yang belum mengetahui tentang imunisasi
dasar, maka penulis tertarik untuk menelitih tentang “Gambaran tingkat pengetahuan ibu
tentang imunisasi dasar pada bayi usia 0-12 bulan di Posyandu Kembang Buton di wilayah
kerja Puskesmas Hative Kecil”
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar dasar pada
bayi usia 0-12 bulan di posyandu kembang buton di wilayah kerja Puskesmas Hative
Kecil”
1.3.2 Tujuan khusus
a. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan berdasarkan tingkat tahu ibu
tentang pemberian imunisasi dasar pada bayi usia 0-12 bulan di posyandu
kembang buton di wilayah kerja Puskesmas Hative Kecil”
b. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan berdasarkan tingkat pemahaman ibu
tentang pemberian imunisasi dasar pada bayi usia 0-12 bulan di posyandu
kembang buton di wilayah kerja Puskesmas Hative Kecil”
c. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan berdasarkan tingkat aplikasi ibu
tentang pemberian imunisasi dasar pada bayi usia 0-12 bulan di posyandu
kembang buton di wilayah kerja Puskesmas Hative Kecil”
1.4 MANFAAT
1.4.1 Sebagai salah satu sumber informasi untuk mengetahui tingkat pengetahuan Ibu
terhadap Imunisasi Dasar di wilayah kerja Puskesmas Hative Kecil
1.4.2 Sebagai bahan masukan ataupun bahan pertimbangan bagi Puskesmas Hative
Kecil dalam pelaksanaan program yang terkait dengan Imunisasi Dasar.
1.4.3 Mempromosikan tentang pentingnya pemberian Imunisasi Dasar, dan saran yang
membangun untuk penelitian selanjutnya.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini adalah setelah orang melakukan
pengindraan obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni : indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang sebagian besar pengetahuan
manusia melalui mata dan telinga. Pada bagian lain pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior), karena
dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku akan lebih langgeng dari perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan. 1
Sedakan menurut Dewi Wawan (2011) pengetahuan itu sendiri dipengarui oleh faktor
pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungan dengan pendidikan, dengan
pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pengetahuan. Akan tetapi
perlu ditekankan, bukan berarti seseorang berpendidikan rendah pula. 2
2.1.2.Tingkat Pengetahuan
Setelah ada beberapa definisi pengetahuan yang telah diuraikan di atas, pengetahuan
yang dicakup kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni :3, 5
a) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai pengikat suatu materi yang sah dipelajari sebelumnya,
termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengikat kembali (recal)
terhadap suatu spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima, oleh suatu sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah.
b) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara besar
tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut
secara benar, menyebarkan contoh, menyimpulkan dan meramalkan obyek yang
dipelajari tersebut.
c) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi dapat diartikan sebagai
penggunaan hukum, rumus, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau sisi lain.
3
d) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e) Sintesis (syntesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi yang ada.
f) Evaluasi (evaluation)
Berkenaan dengan kemampuan menggunakan pengetahuan untuk
membantu penilaian terhadap sesuatu berdasarkan maksud atau kriteria tertentu.
a) Kecerdasan
Intelegensi (kecerdasan) merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir,
yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Orang
berpikir menggunakan inteleknya atau pikirannya, cepat atau tidaknya dan
terpecahkan tidaknya suatu masalah tergantung kemampuan intelegensinya. Salah
satu faktor yang mempengaruhi penerimaan pesan dalam suatu komunikasi adalah
taraf intelegensi seseorang. Secara Common sense dapat dikatakan bahwa orang-
orang yang lebih intelegen akan lebih mudah menerima suatu pesan. Dari uraian
tersebut dapat disimpulkan bahwa orang yang mempunyai taraf intelegensi tinggi
akan mempunyai pengetahuan yang baik dan sebaliknya.
b) Pendidikan
Tugas dari pendidikan adalah memberikan atau meningkatkan pengetahuan,
menimbulkan sifat positif serta memberkan atau meningkatkan ketrampilan
masyarakat atau individu tentang aspek-aspek yang bersangkutan, sehingga
dicapai suatu masyarakat yang berkembang. Pendidikan dapat berupa pendidikan
formal dan non-formal. Sistem pendidikan yang berjenjang diharapkan mampu
meningkatkan pengetahuan melalui pola tertentu. Jadi tingkat pengetahuan
seseorang terhadap suatu obyek sangat ditentukan oleh tingkat pendidikannya.
c) Pengalaman
Menurut teori determinan perilaku yang disampaikan WHO (World Health
Organitation), menganalisa bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku
tertentu salah satunya disebabkan karena adanya pemikiran dan perasaan dalam
diri seseorang yang terbentuk dalam pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-
kepercayaan dan penilaian-penilaian seseorang terhadap obyek tersebut, dimana
4
seseorang dapat mendapatkan pengetahuan baik dari pengalaman pribadi maupun
pengalaman orang lain.
d) Informasi
Teori depensi mengenai efek komunikasi massa, disebutkan bahwa media
massa dianggap sebagai informasi yang memiliki peranan penting dalam proses
pemeliharaan, perubahan dan konflik dalam tatanan masyarakat, kelompok atau
individu dalam aktivitas sosial dimana media massa ini nantinya akan
mempengaruhi fungsi cognitive, afektif dan behavior. Pada fungsi kognitif
diantaranya adalah berfungsi untuk menciptakan atau menghilangkan ambiguitas,
pembentukan sikap, perluasan sistem, keyakinan ambiguitas, pembentukan sikap,
perluasan sistem, keyakinan masyarakat dan penegasan atau penjelasan nilai-nilai
tertentu. Media ini menjadi tiga yaitu media cetak yang meliputi booklet, leaflet,
rubik yang terdapat pada surat kabar atau majalah dan poster. Kemudian media
elektronik yang meliputi televisi, radio, video, slide dan film serta papan (bilboard)
(Notoadmojo, 2003 : 63).
e) Kepercayaan
Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai arah yang
berlagu bagi obyek sikap, sekali kepercayaan itu telah terbentuk, maka ia akan
menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari
obyek tertentu (Saifudin A, 2002 ).
SP
P x 100 %
SM
Keterangan :
P = Nilai pencapaian (%)
SP = Skor yang didapat
SM = Skor maximal semua pertanyaan yang di bawah ini dijawab benar
Dalam pemberian skor untuk pertanyaan karakteristik tidak berarti skor, sedangkan
jawaban pertanyaan pengetahuan diberi skor 1 untuk jawaban yang benar dan jawaban
yang salah diberi skor 0.
5
2.2.Konsep Dasar Imunisasi
2.2.1.Pengertian Imunisasi
Imunisasi merupakan suatu usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
terhadap penyakit tertentu 8
2.2.2.1.Kekebalan Aktif
Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat sendiri oleh tubuh untuk menolak
terhadap penyakit tertentu dimana prosesnya lambat tetapi dapat bertahan lama.
Kekebalan aktif dibagi dalam 2 kategori :
a) Kekebalan aktif alamiah : Merupakan kekebalan yang dibuat oleh tubuh anak dengan
sendiri setelah mengalami atau sembuh dari suatu penyakit.
b) Kekebalan aktif buatan
Merupakan kekebalan yang dibuat tubuh setelah mendapat vaksin (imunisasi).
2.2.2.2.Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh anak tetapi tidak
membuat zat anti bodi sendiri tetapi kekebalan tersebut diperoleh dari luar setelah
memperoleh zat pendek, sehingga proses cepat tetapi tidak bertahan lama. Kekebalan pasif
dibagi dalam dua jenis :
a) Kekebalan pasif alamiah : Merupakan kekebalan yang diperoleh bayi sejak lahir dari
ibunya.
b) Kekebalan pasif buatan: Merupakan kekebalan yang diperoleh setelah mendapat
suntikan zat penolak.
6
2.2.4.Jenis-jenis Imunisasi
2.2.4.1.Vaksin BCG
Pemberian imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap
penyakit Tuberkulosis (TBC). Vaksin BCG mengandung kuman BCG (Bacilus Calmette Guerin)
yang masih hidup 8, 9
Imunisasi BCG diberikan sekali sebelum anak berumur 2 bulan. BCG ulangan tidak
dianjurkan karena keberhasilannya diragukan. Imunisasi yang diberikan pada usia di atas 2
bulan harus dilakukan tes dengan mauntok terlebih dahulu, untuk mengetahui apakah anak
sudah terjangkit penyakit TBC atau tidak. Apabila hasilnya positif (+) tidak perlu diberikan
imunisasi.
Biasanya setelah suntikan BCG bayi tidak akan menderita demam, bila ia demam
setelah imunisasi BCG umumnya disebabkan keadaan lain. Kekebalan yang diperoleh
tindakan mutlak 100%. Efek samping pada dasarnya tidak ada, tetapi reaksi secara normal
akan timbul selama 1 minggu, seperti pembengkakan kecil, merah pada tempat penyuntikan
yang kemudian akan menjadi pus kecil dengan garis tengah 10 mm. Luka ini akan sembuh
sendiri dan meninggalkan jaringan perut (scar) bergaris 3- 7 mm. Tidak ada larangan untuk
melakukan imunisasi BCG, kecuali pada anak yang berpenyakit TBC atau menunjukkan uji
mantoux positif.
Cara pemberian imunisasi adalah dengan tempat penyuntikan 1/3 bagian lengan
kanan atas (inertio musculus deltoideus) dilakukan dengna suntikan di dalam kulit (intra
cutan) dengan dosis 0,05 cc.
7
laringospasme, infeksi nosokomial dan preumonia ortotastik. Pada anak besar sering terjadi
hiperpireksi yang juga merupakan tanda tetanus berat.
Imunisasi dasar DPT diberikan 3 kali, sejak bayi berumur 2 – 11 bulan dengan selang
waktu antara dua penyuntikan minimal 4 minggu. Imunisasi ulang lainnya diberkan setelah
umur 11/2 – 2 tahun. Diulang kembali dengan vaksin DT pada usia 5-6 tahun dan diulang lagi
pada umur 10 tahun.
Reaksi yang mungkin terjadi biasanya demam ringan, pembengkakan dan rasa nyeri
ditempat suntikan selama 1 – 2 hari. Kekebalan yang diperoleh dari vaksin DPT yaitu : vaksin
dipteri 80 – 95%, pertusis 50 – 60%, dan tetanus 90 – 95%.
Kadang-kadang terdapat akibat efek samping yang lebih berat, seperti demam tinggi
atau kejang, yang biasanya disebabkan oleh vaksin pertusisnya.
Imunisasi DPT tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah dan anak-anak
yang menderita penyakit kejang, demam kompleks, juga tidak boleh diberikan kepada anak
batuk yang diduga mungkin sedang menderita batuk rejan dalam tahap awal atau pada
penyakit gangguan kekebalan (defisiensi imunisasi). Juga tidak boleh diberikan bila sakit
batuk, pilek, demam atau diare yang sifatnya ringan bukan merupakan indikasi kontra yang
mutlak. Pemberian tiga kali dengan dosis 0,5 cc dengan interval 4 minggu secara IM.
2.2.4.3.Vaksin Poliomyelitis
Imunisasi diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit poliomyelitis.
Vaksin polio mempunyai 2 kemasan yaitu vaksin yang mengandung virus polio yang sudah
dilemahkan (vaksin salk) dan vaksin yang mengandung virus polio masih hidup yang telah
dilemahkan (virus sabin).
Imunisasi diberikan sejak anak baru lahir atau beberapa hari dengan interval 4
minggu, pemberian ulangan pada umur 1½ - 2 tahun.
Biasanya tidak ada reaksi, namun dapat terjadi berak-berak ringan kekebalan yang
akan diperoleh sebesar 95 – 100%. Pada imunisasi polio hampir tidak terdapat efek samping
bila ada mungkin berupa kelumpuhan anggota gerak pada penyakit polio sebenarnya.
Pemberian vaksin polio tidak boleh diberikan pada anak dengan diare berat, anak sakit
parah dan anak penderita kekebalan. Diberikan dengan cara diteteskan banyak 2 tetes 3 kali
pemberian dengan selama 4 minggu.
2.2.4.4.Vaksin Campak
8
pada hari ke 10 – 12 setelah penyuntikan. Selain itu dapat terjadi radang otak berupa
ensefalitis atau ensepalopati dalam waktu 30 hari setelah imunisasi. Anak yang sakit parah,
penderita TBC tanpa pengobatan, difisiensi gizi dalam derajat berat, difisiensi kekebalan,
demam yang lebih 38 derajat celcius dan riwayat kejang. Di suntikkan 1/3 bagian lengan
atas lengan kiri dengan dosis 0,5 cc.
2.2.4.5.Vaksin hepatitis B
Vaksinasi dimaksudkan untuk mendapat kekebalan aktif terhadap penyakit
hepatitisB.
Vaksinasi awal, diberkan 3 kali, jarak antara suntikan 1 ke II 1 – 2 bulan, sedangkan
suntikan ke III diberikan 6 bulan dari suntikan I, imunisasi ulang diberikan 5 tahun setelah
imunisasi dasar.
Reaksi imunisasi yang terjadi biasanya berupa nyeri pada tempat suntikan, yang
mungkin disertai dengan timbulnya rasa panas atau pembengkakan, reaksi ini akan
menghilang dalam waktu 2 hari. Reaksi lain yang mungkin terjadi ialah demam ringan.
Kekebalan yang diperoleh cukup tinggi, berkisar antara 94 – 96%.
Selama pemakaian 10 tahun ini tidak dilaporkan adanya efek samping yang berarti,
berbagai suara di masyarakat tentang kemungkinan terjangkit oleh penyakit AIDS akibat
pemberian vaksin hepatitis B yang berasal dari plasma.
Imunisasi tidak dapat diberkan kepada anak yang menderita sakit berat. Vaksinasi
hepatitis B dapat diberikan kepada ibu hamil dengan aman dan tidak akan membayangkan
janin. Bahkan akan memberkan perlindungan kepada janin selama dalam kandungan ibu
maupun kepada bayi selama beberapa bulan terakhir lahir.
Penyuntikan diberikan intra muscular, dilakukan di daerah deltoid atau paha
antrolateral dengan dosis Hevac B dewasa 5mg, anak 2,5 mg, hepaccine deweasa 3 mg, anak
1,5 mg, anak 1,5 mg, B hepavac II dewasa 10 mg dan engerix-B dewasa 20 mg, anak 10 mg
dan engerix-B dewasa 20 mg, anak 10 mg.
2.2.5.Jadwal Pemberian Imunisasi
9
2.3.Tujuan Program Imunisasi
Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini penyakit-penyakit tersebut
adalah difteri, tetanus, batuk rejan (pertusius), campak (measles), polio dan tuberkulose
10
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1.Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang berbentuk
penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu
keadaan secara obyektif.
3.2.Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan peneliti, sering kali
di katakan variabel penelitian itu sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau
gejala yang akan di teliti (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini variabelnya adalah
pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada bayi.
3.3.Definisi Operasional
(Arikunto,2006)
3.4.1.Populasi
Adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan di teliti (Arikunto, 2006) . Berdasarkan
pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa populasi adalah semua objek yang di amati
dalam penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu yang mempunyai bayi
umur 0-12 bulan. Dalam penelitian ini populasinya adalah 17 orang.
3.4.2.Sampel
Adalah sebagian dari keseluruhan objek yang di teliti dan di anggap mewakili seluruh
populasi (Arikunto,2006). Besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 17 orang.
11
3.5.Lokasi dan Waktu Penelitian
3.6.Kerangka Kerja
Populasi
Seluruh ibu yang mempunyai bayi usia 0 – 12 bulan di Dusun Gunung Amal,
wilayah kerja Puskesmas Batang Beruh. sebanyak 17 orang.
Sampel
Sebagian ibu yang mempunyai bayi usia 0 – 12 bulan di, Posyandu Kembang
Buton wilayah kerja Puskesmas Hative Kecil sebanyak 17 orang.
Teknik Sampling
Consecutive Sampling
Pengumpulan data
Melakukan penyebaran kuesioner terhadap responden yang menjadi sampel
penelitian
Kesimpulan
Bagan 1.Kerangka kerja tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar di Posyandu Kembang
Buton wilayah kerja Puskesmas Hative Kecil Posyandu Kembang Buton
12
3.7.Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini proses pengumpulan data dilakukan dengan cara pemberian
kuesioner oleh peneliti kepada responden yang dijadikan sampel penelitian sesuai kriteria
inklusi dan eksklusif.
13
BAB IV
HASIL PELAKSANAAN
3 >35 tahun 1 6%
Jumlah 17 100 %
1 SD 8 47,0%
2 SMP 2 11,7 %
3 SMA 6 35,2 %
Jumlah 17 100 %
14
5.1.3 Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan
2 Petani/Buruh 0 0%
4 PNS 0 0%
Jumlah 17 100 %
a. Tingkat Tahu
1 Baik 6 35,2 %
2 Cukup 9 52,9%
3 Kurang 2 11,7%
Jumlah 17 100 %
15
Tabel 5 : Distribusi frekuensi Pengetahuan responden berdasarkan tingkat
paham mengenai pemberian imunisasi di posyandu kembang buton wilayah
kerja Puskesmas Puskesmas Hative Kecil
No Tingkat Pengetahuan Frekuensi Prosentase
Ibu tentang Imunisasi
1 Baik 4 23,5 %
2 Cukup 4 23,5%
3 Kurang 9 52,9%
Jumlah 17 100 %
1 Baik 2 11,7 %
2 Cukup 3 17,6%
3 Kurang 12 70,5%
Jumlah 17 100 %
16
PEMBAHASAN
1. Tingkat Tahu
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tabel 4 bahwa dari 17 responden yang
mempunyai pengetahuan berdasarkan tingkat tahu terbanyak pada pengetahuan kategori
cukup sebesar 9 orang (52,9), pengetahuan baik 6 (35,2%) dan pengetahuan kurang sebesar
2 orang (11,7%) . Menurut Notoadmojo, teori determinan perilaku yang disampaikan WHO
(World Health Organitation), menganalisa bahwa yang menyebabkan seseorang itu
berperilaku tertentu salah satunya disebabkan karena adanya pemikiran dan perasaan
dalam diri seseorang yang terbentuk dalam pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-
kepercayaan dan penilaian-penilaian seseorang terhadap obyek tersebut, dimana seseorang
dapat mendapatkan pengetahuan baik dari pengalaman pribadi maupun pengalaman orang
lain.
2. Tingkat Paham
3. Tingkat aplikasi
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 17 responden yang mempunyai
pengetahuan berdasarkan tingkat aplikasi terbanyak pada pengetahuan kategori kurang
sebesar 12 orang (70,5%), pengetahuan cukup sebesar 4 orang (17,5%) dan penget
pengetahuan baik (11,7%)
17
Berdasarkan teori yang di kemukakan bahwa aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi real
18
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Peneliti:
Diharapkan untuk memperluas wawasan tentang imunisasi agar penelitian
selanjutnya dapat lebih baik dan lebih bermanfaat.
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dengan hasil penelitian ini, dapat memperkaya data mengenai
program imunisasi dasar untuk kemajuan program kesehatan selanjutnya.
5.2.3 Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan bagi petugas kesehatan untuk lebih meningkatkan kinerja dan
promosi kesehatan mengenai imunisasi dasar.
5.2.4 Bagi Masyarakat
Diharapkan bagi masyarakat untuk lebih aktif berpartisipasi dalam program-
program kesehatan sehingga dapat meningkatkan taraf hidup keluarga dan
masyarakat sekitarnya.
19