You are on page 1of 11

MAKALAH KESEHATAN MASYARAKAT

DISUSUN OLEH:
HANDRI KURNIAWAN
092090342

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2013

CV: RINEKA CIPTA

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, selayaknya segala puji kita panjatkan hanya
kepada Allah SWT. Dzat yang hanya kepadanya kita meminta
tolong dan meminta ampunan. Kita berlindung hanya kepada-
Nya dari buruknya jiwa dan kejelekan amal perbuatan kita.
Siapa saja orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, tidak ada
satu pun yang dapat menyesatkannya. Sebaliknya, siapa saja
yang telah disesatkan oleh Allah, tidak ada satu pun yang dapat
memberinya petunjuk.
Shalawat serta salam selayaknya kita curahkan kepada
baginda rasul, Muhammad SAW yang telah memberikan kita
teladan menuju jalan kebenaran, jalan kasih sayang, jalan
kedamaian, jalan kebahagian dunia akhirat, dan jalan menuju
kepada-Nya, yaitu islam. Shalawat dan salam semoga tercurah
pula kepada keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang
yang meniti jalannya dengan sungguh-sungguh hingga akhir
zaman.
Ahlamdulillah, penulis telah diberi kesempatan untuk
menyelesaikanmakalah kesehatan masyarakat. Dalam menjalani
penyusunan makalah kesehatan masyarakat ini tidak sedikit
kendala yang penulis hadapi.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan oleh karenanya penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi
perbaikan makalah ini. Atas bantuan, arahan, dan motivasi yang
senantiasa diberikan selama ini, dengan segala kerendahan hati
penulis menghaturkan segenap ucapan terima kasih .
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak lepas
dari kekurangan, oleh karena itu dengan terbuka penulis
mengharapakan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Semarang,
April 2013

Penu
lis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang........................................................................................
....1
BAB II : TINJAUAN TEORI
A. Definisi Kesehatan Masyarakat.....................................................6
B. Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat........................................6
BAB III : PENUTUP
A. KESIMPULAN...................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................10

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
a. Sekelumit Sejarah Kesehatan Masyarakat
Membicarakan kesehatan masyarakat tidak terlepas dari
dua tokoh metologi Yunani, yakni Asclepius dan Higeia.
Berdasarkan cerita mitos Yunani tersebut asclepius disebutkan
sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai
meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang
telah ditempuhnya, tetapi diceritakan bahwa ia dapat mengobati
penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur-
prosedur tertentu (surgical procedure) dengan baik.
Higeia, seeorang asistennya, yang kemudian diceritakan
sebagai istrinya, juga telah melakukan upaya-upaya kesehatan.
Beda antara Asclepius dengan Higeia dalam
pendekatan/penanganan masalah kesehatan sebagai berikut: 1)
Asclepius melakukan pendekatan (pengobatan penyakit) setelah
penyakit tersebut terjadi pada seseorang. 2) Higeia mengajarkan
kepada pengikutnya ddalam pendekatan masalah kesehatan
melalui ‘hidup seimbang’, yaitu menghindari makanan/minuman
beracun, makan makanan yang bergizi (baik), cukup istirahat
dan melakukan olahraga. Apabila orang sudah jatuh sakit,
Higeia lebih menganjurkan melakukan upaya-upaya secara
alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut, antara lain
lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan makanan yang
baik, daripada dengan pengobatan.pembedahan.
Dari cerita mitos Yunani, Asclepius dan Higeia tersebut
akhirnya muncul dua aliran atau pendekatan dalam menangani
masalah masalah kesehatan. Kelompok atau aliran pertama
cenderung menunggu terjadinya penyakit (setelah sakit), yang
selanjutnya disebut pendekatan kuratif (pengobatan). Kelompok
ini pada umumnya terdiri dari dokter, dokter gigi, psikiater,
praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan penyakit
seperti halnya pendekatan Higeia, cenderung melakukan upaya-
upaya pencegahan penyakit dan meningkatkan kesehatan
(promosi) sebelum terjadinya penyakit. Kedalam kelompok ini
termasuk para petugas kesehatan masyarakat lulusan-lulusan
sekolah atau institusi kesehatan masyarakat dari berbagai
jenjang.
Dalam perkembangan selanjutnya, seolah-olah timbul garis
pemisah antara kedua kelompok profesi, yakni pelayanan
kesehatan kuratif (curative health care). Kedua pencegahan atau
preventif (preventive health care). Kedua kelompok ini dapat
dilihat perbedaan pendekatan yang dilakukan antara lain sebagai
berikut. Pertama, pendekatan kuratif pada umumnya dilakukan
terhadap sasaran secara individual, kontak terhadap sasaran
(pasien) pada umumnya hanya sekali saja. Jarak antara petugas
kesehatan (dokter, drg, dan sebagainya) dengan pasien atau
sasaran cenderung jauh. Sedangkan penddekatan preventif,
sasaran atau pasien adalah masyarakat (bukan perorangan)
masalah-masalah yang ditangani pada umumnya juga masalah-
masalah yang menjadi masalah masyarakat, bukan masalah
individu. Hubungan antara petugas kesehatan dengan
masayarakat (sasaran) lebih bersifat kemitraan, tidak seperti
dokter-pasien.
Kedua, pendekatan kuratif cenderung bersifat reaktif
artinya pada kelompok ini pada umumnya hanya menunggu
masalah datang. Seperti dokter yang menunggu pasien datang di
Puskesmas atau tempat praktek. Kalau tidak ada pasien datang
berarti tidak ada masalah maka selesailah tugas mereka bahwa
masalah kesehatan adalah adannya penyakit. Sedangkan
kelompok preventif lebih menggunakan pendekatan proaktif,
artinya tidak menunggu adanya masalah, tetapi mencari
masalah. Petugas kesehatan masyarakat tidak hanya menunggu
pasien datang di kantor atau di tempat praktik mereka, tetapi
harus turun ke masyarakat mencari dan mengidentifikasi
masalah yang ada di masyarakat, dan melakukan tindakan.
Ketiga, pendekatan kuratif cenderung melihat dan
menangani klien atau pasien lebih kepada sistem biologis
manusia atau pasien hanya dilihat secara partial, padahal
manusia terdiri dari kesehatan bio-psikologis dan sosial, yang
terlihat antara aspek satu dengan yang lainnya. Sedangkan
pendekatan preventif melihat klien sebagai mahluk yang utuh,
dengan pendekatan yang holistik. Terjadinya penyakit tidak
semata-mata karena terganggunya sistem biologi, individual,
tetapi dalam konteks yang luas, aspek biologis, psikologis dan
sosial. Dengan demikian pendekatannya pun tidak individual
dan partia, tetapi harus secara menyeluruh atau holistik.
b. Kesehatan Masyarakat di Indonesia
Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di
Indonesia dimulai sejak pemerintahan Belanda abad ke-
16. Kesehatan masyarakat di Indonesia pada waktu itu
dimulai dengan adanya upaya pemberantasan cacar dan
kolera yang sangat ditakuti masyarakat pada waktu itu.
Kolera masuk di Indonesia tahun 1927, dan tahun 1837
terjadi wabah kolera eltor di Indonesia, kemudian pada
tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura
dan mulai berkembang di Indonesia. Sehingga berasal
dari wabah kolera tersebut maka pemerintah Belanda
pada waktu itu melakukan upaya-upaya kesehatan
masyarakat.
Namun demikian di bidang kesehatan masyarakat yang
lain, pada tahun 1807 pada waktu pemerintahan Gubernur
Jenderal Daendels, dilakukan pelatihan dukun bayi dalam
praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka
penurunan angka kematian bayi yang tinggi pada waktu
itu. Akan tetapi upaya ini tidak berlangsung lama, karena
langkanya tenaga pelatih kebinaan, kemudian baru pada
tahun 1930 dimulai lagi dengan didaftarnya para dukun
bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan.
Selanjutnya baru pada tahun 1952 pada zaman
kemerdekaan pelatihan secara cermat dukun bayi
tersebut dilaksanakan lagi.
Pada tahun 1851 sekolah dokter jawa didirikan oleh dr.
Bosch, kepalan pelayanan kesehatan sipil dan militer, dan
dokter Bleeker di Indonesia. Sekolah ini terkenal dengan
nama STOVIA (School Tot Oplelding Van Indiche
Arsten) atau sekolah untuk pendidikan dokter pribumi.
Pada tahun 1913 didirikan sekolah dokter yang kedua di
Surabaya dengan nama NIAS (Nederland Indische Arsten
School). Pada tahun 1927 Stovia berubah menjadi
sekolah kedokteran dan akhirnya sejak berdirinya
Universitas Indonesia tahun 1947 berubah menjadi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kedua
sekolah dokter tersebut mempunyai andil yang sangat
besar dalam menghasilkan tenaga dokter yang
mengembangkan kesehatan masyarakat Indonesia.
Pada bulan November 1967, dilakukan seminar yang
membahas dan merumuskan program kesehatan
masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi dan
kemampuan rakyat Indonesia. Pada waktu itu dibahas
konsep puskesmas yang dibawakan oleh dr. Achmad
Dipodilogo, yang mengacu kepada konsep Bandung dan
Proyek Bekasi. Kesimpulan seminar ini adalah
disepakatinya sistem puskesmas yang terdiri dari tipe A,
B, dan C. Dengan menggunakan hasil-hasil seminar
tersebut. Departemen Kesehahtan menyiapkan rencana
induk pelayanan kesehatan terpadu di Indonesia. Akhirnya
pada tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional,
dicetuskan bahwa Puskesmas merupakan sistem
pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian
dikembangkan oleh pemerntah (Departemen Kesehatan)
menjadi pusat pelayanan Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas). Puskesmas disepakati sebagai suatu unit
pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif
dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan mudah
dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian
kecamatan dikota madya atau kabupaten. Kegiatan
pokok puskesmas mencakup:
1) Kesehatan ibu dan anak
2) Keluarga berencana
3) Gizi
4) Kesehatan lingkungan
5) Pencegahan penyakit menular
6) Penyuluhan kesehatan masyarakat
7) Pengobatan
8) Perawatan kesehatan masyarakat
9) Usaha kesehatan gizi
10) Usaha kesehatan sekolah
11) Usaha kesehatan jiwa
12) Laboratorium
13) Pencatatan dan pelaporan.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Kesehatan Masyarakat
Sudah banyak ahli kesehatan membuat batasan
kesehatan masayarakat. Secara kronologis batasan-
batasan kesehahtan masyarakat mulai dengan batasan
yang sangat sempit sampai batasan yang luas seperti
yang kita anut saat ini dapat diringkas seperti berikut ini.
Batasan yang paling tua, dikatakan bahwa kesehatan
adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah
sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan kata lain
kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi.
Upaya memperbaiki dan meningkatkan sanitasi
lingkungan merupakan kegiatan kesehatan masyarakt.
Kemudian pada akhir abad ke-18 dengan diketemukan
bakteri-bakteri penyebab penyakit dan beberapa jenis
imunisasi, kegiatan kesehatan masyarakat adalah
pencegahan penyakit yang terjadi dalam masyarakat
melalui perbaikan sanitasi lingkungan dan pencegahan
penyakit melalui imunisasi.
B. Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat
Seperti disebutkan diatas bahwa kesehatan
masyarakat adalah ilmu dan seni. Oleh sebab itu, ruang
lingkup kesehatan masyarakat dapat dilihat dari dua hal
tersebut. Sebagai ilmu, kesehatan masyarakat pada
mulanya hanya mencakup 2 disiplin keilmuan, yakni ilmu
bio-medis (medical biologi) dan ilmu-ilmu sosial.
Akan tetapi sesuai dengan perkembangan ilmu, maka
disiplin ilmu yang mendasri ilmu kesehatan masyarakat
pun berkembang. Sehingga sampai pada saat ini disiplin
ilmu yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat antara
lain, mencakup: ilmu biologi, ilmu kedokteran, ilmu kimia,
ilmu fisika, ilmu lingkungan, sosiologi, antropologi,
psikologi, ilmu pendidikan, dan sebagainya.
Secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu
kesehatan masyarakat, atau sering disebut sebagai pilar
utama ilmu kesehatan masyarakat ini, antara lain:
a) Epidemiologi
b) Biostatistik/statistik kesehatan
c) Kesehatan lingkungan
d) Pendidikan kesehahtan dan ilmun perilaku
e) Administrasi kesehatan masyarakat
f) Gizi masyarakat
g) Kesehatan kerja.
Masalah kesehatan masyarakat adalah multi kausal maka
pemecahannya harus secara multi disiplin. Oleh sebab itu,
kesehatan masyarakat sebagai seni atau praktiknya
mempunyai bentanngan yang luas. Semua kegiatan baik
yang langsung maupun tidak langsung untuk mencegah
penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan (promotif),
terapi (terapi fisik, mental, dan sosial) atau kuratif, maupun
pemulihan (rehabilitatif) kesehatan (fisik, mental, sosial)
adalah upaya kesehatan masyarakat. Misalnya:
pembebrsihan lingkungan, penyediaan air bersih,
pengawasan makanan, perbaikan gizi, penyelenggaraan
pelayanan kesehatan masyarakat, cara pembuangan tinja,
pengelolaan sampah dan air limbah, pengawasan sanitasi
tempat-tempat umum, pemberantasan sarang nyamuk,
lalat, kecoa, dan sebagainya.
Secara garis besar, upaya-upaya yang dapat
dikategorikan sebagai seni atau penerapan ilmu
kesehahtan masyarakat antara lain:
a) Pemberantasan penyakit, baik menular maupun tidak
menular.
b) Perbaikan sanitasi lingkungan.
c) Perbaikan lingkungan pemukiman.
d) Pemberantasan vektor.
e) Pendidikan (penyuluhan) kesehatan masyarakat.
f) Pelayanan kesehatan ibu dan anak.
g) Pembinaan gizi masyarakat.
h) Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum.
i) Pengawasan obat dan minuman.
j) Pembinaan peran serta masyarakat, dan sebagainya.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa sudah banyak ahli kesehatan membuat batasan
kesehatan masyarakat. Secara kronologis batasan-
batasan kesehatan masyarakat mulai dengan batasan
yang sangat sempit samapi batasan yang luas seperti
yang kita anut saat ini dapat diringkas seperti berikut ini.
Batasan yang paling tua, dikatakan bahwa kesehatan
adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah
sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan kata lain
kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi.
Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni.

DAFTAR PUSTAKA
Elmi, Bachrul. 2002. Keuangan pemerintah Daerah otonom di
Indonesia. Jakarta: UI-Press.
Utami, Sri Tjahyani Budi, 2003. Modul Mata Pencemaran Udara dan
Kesehatan. Depok: FKM-UI.
Yanuarta, Hendra. 2002. Skripsi: Kesiapan Pembiayaan Kesehatan di
Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Barat pada Pelaksanaan
Otonomi Daerah. Depok: FKM-UI (S. 2562).
Yurisca, Ariend. 2002. Skripsi: Pola Pembiayaan Kesehatan OKI
Jakarta Setelah Otonomi Daerah. Depok: FKM-UI (S. 2586).

You might also like