Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
tahun 2017 didapatkan kasus DBD di Kelurahan Tanjung Baru sebanyak 6
kasus (Profil Kesehatan Provinsi Lampung Tahun 2015, 2016).
2
Dalam perilaku penduduk, sebagian besar penduduk Indonesia belum
menyadari pentingnya memelihara kebersihan lingkungan.
b. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dari mini project ini sebagai berikut:
1. Apakah terdapat hubungan antara pendidikan dengan kejadian
demam dengue di Kelurahan Tanjung Baru Kecamatan Kedamaian
Kota Bandar Lampung?
2. Apakah terdapat hubungan antara pekerjaan dengan kejadian demam
dengue di Kelurahan Tanjung Baru Kecamatan Kedamaian Kota
Bandar Lampung?
3. Apakah terdapat hubungan antara perilaku PSN (3M plus) dan
kejadian demam dengue di Kelurahan Tanjung Baru Kecamatan
3
Kedamaian Kota Bandar Lampung, perilaku PSN (3M plus) dapat
mencegah kejadian demam dengue?
1.2.2 Manfaat
1.2.2.1 Manfaat bagi Penulis
- Dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan dalam menggali
hubungan perilaku PSN dengan kejadian demam dengue di Kelurahan
Tanjung Baru Kecamatan Kedamaian Kota Bandar Lampung.
- Melaksanakan mini project dalam rangka program internship dokter
Indonesia
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
DBD di setiap daerah berbeda. Hal ini kemungkinan adanya faktor geografik,
selain faktor genetik dari hospesnya. Selain itu berdasarkan macam manifestasi
klinik yang timbul dan tatalaksana DBD secara konvensional sudah berubah
(Akhsin Zulkoni, 2010: 165-166).
2.1.3. Penyebab
Penyebab penyakit (disease agent) adalah zat, baik hidup maupun tidak
hidup, baik jelas nyata maupun tidak jelas, dimana dalam jumlah yang melebihi
batas tertentu atau mungkin sebaliknya, dimana dalam jumlah yang terlalu
sedikit atau keadaan sama sekali tidak adanya zat tersebut, dapat menimbulkan
proses penyakit (Budioro B, 2001: 38).
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dengan tipe DEN 1, DEN 2,
DEN 3, dan DEN 4. Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne
viruses (arboviruses). Keempat type virus tersebut telah ditemukan di berbagai
daerah di Indonesia. Virus yang banyak berkembang di masyarakat adalah virus
dengue dengan tipe 1 dan 3. Virus dengue merupakan virus RNA rantai tunggal,
genus flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-
4. Struktur antigen ke-4 serotipe ini sangat mirip satu dengan yang lain, namun
antibodi terhadap masing-masing serotipe tidak dapat saling memberikan
perlindungan silang. Variasi genetik yang berbeda pada ke-4 serotipe ini tidak
hanya menyangkut antar serotipe, tetapi juga di dalam serotipe itu sendiri
tergantung waktu dan daerah penyebarannya (Akhsin Zulkoni, 2010: 166).
6
Pada protein non-struktural yang paling berperan adalah protein NS-1 (Akhsin
Zulkoni, 2010: 166).
7
2.1.4.2. Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti
Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti terdiri atas telur, larva, pupa, dan
nyamuk dewasa. Telur nyamuk Aedes aegypti biasa dijumpai di air jernih dan
terlindung dari cahaya. Telur itu berbentuk oval berwarna abu-abu atau hitam
dengan ukuran 0,80 mm yang diletakkan satu per satu seperti sarang lebah.
Telur itu biasanya berada di bawah permukaan air dalam jarak 2,5 cm dari
dinding tempat perindukan. Tempat air yang tertutup lebih disukai oleh nyamuk
betina untuk bertelur daripada tempat air yang terbuka (Frida N, 2008: 11).
Gambar 2.1. Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti (Sumber: Anonim, 2015)
8
Telur nyamuk Aedes aegypti dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu -2°C
sampai 42°C. Jika kelembaban lingkungan terlampau rendah, telur dapat
menetas dalam waktu 2 – 4 hari menjadi jentik-jentik. Jika berada di tempat
yang kering, telur dapat terus bertahan hingga 6 bulan. Embrio dalam telur
tersebut berada dalam keadaan tidur dan tidak akan menetas menjadi jentik-
jentik. Jika telur tersebut terendam air, akan menetas menjadi jentik (larva)
(Frida N, 2008: 12).
Larva yang berada di dalam air dapat berusia antara 4 – 10 hari bergantung
pada temperatur dan persediaan jasad renik sebagai makanannya.
Perkembangan larva terdiri atas empat tahapan yang disebut instar.
Perkembangan instar ke-1 hingga instar ke-4 membutuhkan waktu sekitar 6
hari. Larva mempertahankan hidupnya dan berkembang hingga menjadi pupa
(Frida N, 2008: 12).
Pada tahap pupa ini tidak dibutuhkan makanan jasad renik atau mikro-
organisma lagi. Kulit pupa akan menghitam sejalan dengan perkembangan
nyamuk baru di dalamnya. Setelah 10 – 14 hari, kulit pupa akan membelah dan
perlahan-lahan akan muncul nyamuk generasi baru (Frida N, 2008: 13).
1. Telur
a. Setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat mengeluarkan telur sebanyak
100 butir.
b. Telur nyamuk Aedes aegypti berwarna hitam dengan ukuran sangat
kecil kira-kira 0,8 mm.
c. Telur ini menempel di tempat yang kering (tanpa air) dan dapat
bertahan sampai 6 bulan.
d. Telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu kurang lebih 2 hari
setelah terendam air.
9
Gambar 2.2. Telur Nyamuk Aedes aegypti (Sumber: Kemenkes RI, 2012: 30)
2. Jentik
a. Jentik kecil yang menetas dari telur akan tumbuh menjadi besar yang
panjangnya 0,5 – 1 cm.
b. Jentik selalu bergerak aktif dalam air. Gerakannya berulang-ulang dari
bawah ke atas permukaan air untuk bernafas (mengambil udara),
kemudian turun kembali ke bawah dan seterusnya. Pada waktu istirahat,
posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air. Biasanya berada di
sekitar dinding tempat penampungan air.
c. Setelah 6-8 hari jentik tersebut akan berkembang menjadi kepompong.
Gambar 2.3. Jentik Nyamuk Aedes aegypti (Sumber: Kemenkes RI, 2012: 31)
3. Kepompong
a. Berbentuk seperti koma
b. Gerakannya lamban
c. Sering berada di permukaan air
d. Setelah 1-2 hari berkembang menjadi nyamuk
Gambar 2.4. Kepompong Nyamuk Aedes aegypti (Sumber: Kemenkes RI, 2012:31)
10
4. Nyamuk Dewasa
a. Berwarna hitam dengan belang-belang (loreng) putih pada seluruh
tubuhnya.
b. Hidup di dalam dan di sekitar rumah, dan di tempat-tempat umum
(TTU) seperti sekolah, perkantoran, tempat ibadah, pasar dll.
c. Mampu terbang sampai kurang lebih 100 meter.
d. Hanya nyamuk betina yang aktif menggigit (menghisap) darah
manusia. Waktu menghisap darah pada pagi hari dan sore hari. Protein
darah yang dihisap tersebut diperlukan untuk pematangan telur yang
dikandungnya. Setelah menghisap darah nyamuk ini akan mencari
tempat untuk hinggap (istirahat).
e. Nyamuk jantan hanya menghisap sari bunga/tumbuhan yang
mengandung gula.
f. Umur nyamuk Aedes aegypti rata-rata 2 minggu, tetapi ada yang dapat
bertahan hingga 2-3 bulan.
Gambar 2.5. Nyamuk Aedes aegypti (Sumber: Kemenkes RI, 2012: 32)
11
2.1.4.4. Perilaku Nyamuk Aedes aegypti
Nyamuk Aedes betina mengisap darah manusia pada waktu siang hari,
dengan puncak kepadatan nyamuk pada jam 08.00-10.00 dan jam 15.00-17.00.
Nyamuk betina menghisap darah yang dipergunakan untuk pematangan telur.
Untuk mengenyangkan perutnya, nyamuk Aedes dapat menghisap darah
beberapa kali dari 1 orang atau lebih, sehingga potensi untuk menularkan
penyakit demam berdarah semakin banyak. Nyamuk Aedes aegypti lebih
banyak menghisap darah manusia di dalam rumah (Kementerian Kesehatan RI,
2014: 33).
12
5. Ember, dispenser, kulkas, ketiak daun, tempurung kelapa, lubang bambu,
ataupun pelepah daun (Kementerian Kesehatan RI, 2014: 32-33).
2.1.5. Penularan
1. Mendadak panas tinggi selama 2-7 hari, tampak lemah dan lesu.
2. Seringkali ulu hati terasa nyeri, karena terjadi perdarahan di lambung.
3. Tampak bintik-bintik merah pada kulit seperti bekas gigitan nyamuk
disebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler di kulit.
13
4. Untuk membedakannya kulit diregangkan apabila bintik merah itu
hilang, bukan tanda DBD.
14
2.1.7. Tata Laksana
15
bolus 10 ml/kg (1 atau 2x). Jika syok berlangsung terus dengan
hematokrit yang tinggi, larutan koloidal (dekstran dengan berat molekul
40.000 di dalam larutan normal garam faal atau plasma) dapat diberikan
dengan jumlah 10-20 ml/kg/jam.
16
a. Mengganti air vas bunga, minuman burung, dan tempat lainnya
seminggu sekali.
b. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak.
c. Menutup lubang-lubang pada potongan bambu, pohon, dan lain-lain
dengan tanah.
d. Membersihkan/mengeringkan tempat-tempat yang dapat menampung
air seperti pelepah pisang atau tanaman lainnya.
e. Mengeringkan tempat-tempat lain yang dapat menampung air hujan di
pekarangan, kebun, pemakaman, rumah-rumah kosong, dan lain
sebagainya. Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk. Beberapa ikan
pemakan jentik yaitu ikan kepala timah, ikan gupi, ikan cupang, ikan
mujair, dan ikan nila (Janet YP dkk (2011:52-57), Salim Usman dan
Soemarlan (1974: 1-3), Tatik Yuana S (2005), Yulian T dkk (2010:
215-224)).
f. Memasang kawat kasa. Menurut Frida N (2008: 43), memasang kawat
nyamuk (kasa) pada pintu, lubang jendela, dan ventilasi di rumah serta
menggunakan kelambu juga merupakan upaya pencegahan gigitan
nyamuk demam berdarah.
g. Tidak menggantung pakaian di dalam rumah. Menurut Frida N (2008:
14), nyamuk Aedes aegypti menggigit pada siang hari di tempat yang
agak gelap. Pada malam hari, nyamuk ini bersembunyi di sela-sela
pakaian yang tergantung di dalam kamar yang gelap dan lembab.
h. Tidur menggunakan kelambu.
i. Mengatur pencahayaan dan ventilasi yang memadai.
j. Menggunakan obat anti nyamuk untuk mencegah gigitan nyamuk.
Menurut Nur Purwoko Widodo (2012: 36), obat nyamuk semprot,
bakar, elektrik, serta obat oles anti nyamuk (repellent) masuk dalam
kategori perlindungan diri. Produk insektisida rumah tangga seperti
obat nyamuk semprot/aerosol, bakar dan elektrik, saat ini banyak
digunakan sebagai alat pelindung diri terhadap gigitan nyamuk.
17
k. Melakukan larvasidasi yaitu membubuhkan larvasida misalnya
temephos di tempat-tempat yang sulit dikuras atau di daerah yang sulit
air.
2. Larvasidasi
Larvasidasi adalah pengendalian larva (jentik) nyamuk dengan pemberian
insektisida yang bertujuan untuk membunuh larva tersebut. Pemberian
larvasida ini dapat menelan kepadatan populasi untuk jangka waktu 2
bulan. Jenis larvasida ada bermacam-macam, diantaranya adalah temephos,
piriproksifen, metopren, dan Bacillus thuringensis.
3. Fogging (Pengasapan)
Nyamuk dewasa dapat diberantas dengan pengasapan menggunakan
insektisida (racun serangga). Melakukan pengasapan saja tidak cukup,
karena dengan pengasapan itu yang mati hanya nyamuk dewasa saja. Jentik
nyamuk tidak mati dengan pengasapan. Selama jentik tidak dibasmi, setiap
hari akan muncul nyamuk yang baru menetas dari tempat
perkembangbiakannya (Kementerian Kesehatan RI, 2012: 39-42, 2014: 15-
17).
18
2.2. KERANGKA TEORI
19
BAB III
GAMBARAN UMUM
3.1.LATAR BELAKANG
Dengan diberlakukannya UU No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah maka seluruh upaya pembangunan bertumpu pada
kemampuan daerah Kabupaten/ Kota untuk membawa setiap penduduknya
mencapai tingkat kesehatan dan kesejahteraan yang setinggi-tingginya,
maka pemerintah daerah perlu memperhatikan aspek kesehatan dalam
kebijakan pembangunan sektoral serta mewujudkannya dalam Kabupaten /
Kota sehat.
MISI
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh BLUD UPT
Puskesmas Rawat Inap Satelit adalah mendukung tercapainya misi
pembangunan kesehatan Kota Bandar Lampung.
20
Misi tersebut adalah :
21
Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan yang bersifat
‘mutlak perlu’, yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar
masyarakat serta mempunyai nilai strtegis untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
22
Demi untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan pada
masyarakat maka mengacu pada Peraturan Wali Kota Bandar Lampung
Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Penataan Dan Pembentukan Kelurahan Dan
Kecamatan, serta Keputusan Wali Kota Bandar Lampung Nomor
217/IV.41/HK 2013 Tentang Penetapan Nama-Nama dan Wilayah Kerja
Puskesmas Dan Puskesmas Pembantu di Lingkungan Dinas Kesehatan Kota
Bandar Lampung. Maka wilayah kerja BLUD UPT Puskesmas Rawat Inap
Satelit juga mengalami perubahan yang semula berada di Kecamatan
Tanjung Karang Timur maka sesuai dengan ketentuan tersebut BLUD UPT
Puskesmas Rawat Inap Satelit berada di Kecamatan Kedamaian. Dengan
wilayah kerja yaitu :
23
BLUD UPT Puskesmas Rawat Inap Satelit sejak berdiri tahun 1960
sampai sekarang telah mengalami beberapa kali berganti pimpinan, yaitu :
24
Batas wilayah kerja BLUD UPT Puskesmas Rawat Inap Satelit :
Demografi
Data jumlah penduduk, jumlah KK, jumlah rumah dan luas wilayah kerja
BLUD UPT Puskesmas Rawat Inap Satelit tahun 2016.
Tabel 1
Data Riil Jumlah Penduduk, Jumlah KK, Jumlah Rumah dan Luas Wilayah Per
Kelurahan
di Wilayah Kerja BLUD UPT Puskesmas Rawat Inap Satelit Tahun 2016
Jumlah Jumlah Jumlah Luas
No Kelurahan
Penduduk Rumah KK Wilayah
1 Tanjung 3.903 780 1.005 165 Ha
2 Gading 6.037 1276 1.539 97 Ha
25
3 Tanjung 6.784 1929 1.731 120 Ha
4 Baru 534 457 91 Ha
5 Tanjung 8.675 1556 2.189 110 Ha
6 Raya 7.371 1538 1.794 155 Ha
7 Tanjung 8.315 2.026 15 Ha
Agung 1926
Raya
Kali Balau 436
Kencana
Bumi
Kedamaian
Kedamaian
Jumlah 41.619 9431 10.751 853 Ha
Tabel 2
Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
di Wilayah Kerja BLUD UPT Puskesmas Rawat Inap Satelit Tahun 2016
KELURAHAN
NO PEKERJAAN K K T JUMLAH
T T B T
D B A
G R K B
M K R
PNS 1.
6 2 2 1 1
1 1
6 6 6 2 2 0 3.767
. 8
0 9 8 0 3
9
TNI 4
2 1 3 2
/POLRI 0 1 0 6 581
. 1 3 5
6
TANI 1
3 4 4 2 1
1 0 0 208
. 2 9 9 2
9
TUKANG 1 3 2 3 2 1
4 4
7 0 9 5 3 5 1.459
. 9
4 2 7 3 1 5
BURUH 1. 2
6 1 7 6 3
5 2 4
8 0 4 9 0 6.071
. 1 3
5 3 6 1 2
4 4
PENSIUNAN 1 1 7 1 1
6 4 5
1 3 7 0 0 1.752
. 5 2
4 7 3 5 3
26
2.
4 2 7 2 2 1
7 1
PEDAGANG 2 5 0 7 4 3 4.074
. 9
7 0 5 3 8 7
9
4
1. 1. 3 1. 7
. 2
8 7 7 5 3 3
LAIN-LAIN 6 5 20.325
. 9 7 0 7 8
9 0
0 7 8 8 4
8
Tabel 3
Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan
di Wilayah Kerja BLUD UPT Puskesmas Rawat Inap Satelit Tahun 2016
KELURAHAN
NO PENDIDIKAN T T JUMLAH
K K
T R B T A
D B
G K B R
M K
3 1 3 6 3 5 2 6429
1 0 2 1 5 5 4 1
SARJANA
. 4 0 5 2 3 5 5
9 1
9 1 2 1 7 8 4918
2
2 SARJANA 0 1 4 4 4 6
9
. MUDA 3 2 5 2
7
0 8
1 1 5 1 9 1 1 8717
3 0 2 6 9 6 7 1
SLTA
. 6 7 3 1 5 8 5
5 5 8 1 0
6 1 8 1 7 2 1 7596
4 6 4 0 3 3 5 0
SLTP
. 5 2 7 2 3 3 5
7 9 0
6 1 5 1 6 2 2 7303
5 6 1 2 6 0 4 2
SD
. 5 8 5 0 1 9 5
7 9 1
6 1 1 5 4 2 4 1516
TK 0
. 3 2 5 0 5 1
27
7 7 4 5 2
9 5 3 8 3 3 1
7 BELUM
7 5 8 8 0 3 3 3574
. SEKOLAH
7 6 3 5 7 4 2
1
8 BUTA 2
0 0 0 2 0 0 155
. HURUF 8
7
Tabel 4
Jumlah Penduduk Menurut Agama
di Wilayah Kerja BLUD UPT Puskesmas Rawat Inap Satelit Tahun 2016
KELURAHAN
NO AGAMA T K K T JUMLAH
T R B T A
D B
G K B R
M K
3 5 7 5 4 7 1 36439
1 6 5 4 1 9 8 9
ISLAM
. 3 4 4 3 5 0 3
3 2 0 1 2 7 4
1 6 1 1 2 3 8 2638
2 9 2 4 0 5 7
PROTESTAN
. 2 0 7 4 7 3
1
5 5 1 1 4 1 7 2386
3 8 0 3 0 3 9
KHATOLIK
. 5 6 5 6 4
0
1 7 2 8 2 2 1 927
4
BUDHA 1 5 5 0 0 8 2
.
7 5 7
9 4 4 6 1 1 3 304
5
HINDU 2 9 6 4
.
3
28
B. SASARAN
Data penduduk sasaran BLUD UPT Puskesmas Rawat Inap Satelit
Tahun 2016, berdasarkan Proyeksi Data sasaran kegiatan Bidang
Kesehatan Dinkes Kota Bandar Lampung 2016.
Tabel 5
Data Penduduk Sasaran BLUD UPT Puskesmas Rawat Inap Satelit Tahun 2016
KELURAHAN
NO SASARAN T K K T JUMLAH
T R B T A
D B
G K B R
M K
1 BAYI 1 2 2 1 2 1 5 1142
0 0 4 9 2 1 7
2 BALITA 5672
6 3 8 8 0 0
2
3 APRAS 2894
5 1 1 9 1 4 8
4 USIA SKLH 2 1 2 8 0 3 4 16088
9 1 3 7 9 6
5 REMAJA 1 4835
0 2 4
2 4 5 3
6 PUS 4 4 5 5 5 2 1 7895
7 BUMIL 4 6 6 5 0 4 1445
7
6 9 5
8 BURISTI 1 2 2 2 288
3 2 3 5 2 9 8
9 BULIN 5 5 1 3 8 1 1323
2
7 9 6 1 0 1
10 BUSUI 1 2519
2 1 8
4 7 8 8
11 WUS 14084
0 7 9 5 8 7
3
12 LANSIA 7 8 4 9 4 3 3064
5
8 8 2
13 BATITA 6 1 1 9 2705
6 1 1 2 1 4
14 BBLR 6 138
9 2 5 4 3 3
5
7 5 8 4 5
1
8 8 8 1
2 2 2
3
2 2 2 2 2 6
3 8 7 5 2 6
2
3 4 2 0
4 4 5
4 5 5 5 2 1
1
7 7 0 1
1 2 2
29
2 2 2 0 2 3 4
1 6 8 3 9
2 6
3 0 1
1 3 4 3
2 4 4 9 4 5 7
0 9 6 4 6
1 1
6 5 0
1 2 2 0
8 2 2 2 2 5 1
8 2 7 1 4 4
1
6 6 6 5 9
1 0
9 7 8
8 5 4 9
8 7 4 8 6 0
6
1 3 0 4 3
5
0 8 4
2 3 4
9 3 4 7 3 3
8 7 9 8 6
1
9 4 9
2 2 2
2 2 2 2 5
2 7 4
Tabel 6
Data Penduduk Miskin di Wilayah Kerja BLUD UPT Puskesmas Rawat Inap
Satelit tahun 2016
Jumlah
No Kelurahan Jumlah Penduduk Miskin
Penduduk
30
2.3 SARANA DAN PRASARANA
PENDIDIKAN
Untuk sarana pendidikan yang terdapat di wilayah kerja BLUD UPT
Puskesmas Rawat Inap Satelit dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7
Jumlah Sarana Pendidikan
di Wilayah Kerja BLUD UPT Puskesmas Rawat Inap Satelit Tahun 2016
KELURAHAN
SARANA
T T JUMLAH
K K
PENDIDIKAN T R B T A
D B
G K B R
M K
TK 3 2 7 6 3 7 3 31
SD 3 1 1 2 4 3 1 15
SLTP 1 0 1 0 2 1 2 7
SMA 1 0 2 0 1 0 1 5
PT 0 1 0 0 0 0 0 1
AGAMA
Untuk sarana ibadah yang terdapat di wilayah kerja BLUD UPT
Puskesmas Rawat Inap Satelit dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 8
Jumlah Sarana Ibadah
di Wilayah Kerja BLUD UPT Puskesmas Rawat Inap Satelit Tahun 2016
SARANA KELURAHAN
IBADAH JUMLAH
T T K B T K T
G R D K B B A
31
M K R
Masjid 3 5 6 2 3 5 1 25
Mushola 4 3 5 4 5 4 3 28
Vihara 0 0 0 0 0 0 0 0
Gereja 0 0 0 0 0 0 0 0
Pura 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Poskeskel 7
3 Puskesmas Pembantu 3
4 Dokter Gigi 4
7 Klinik Swasta 3
9 Posyandu 30
11 Rumah Sakit 1
32
PERHUBUNGAN
Letak BLUD UPT Puskesmas Rawat Inap Satelit sangat strategis karena
terletak di jalan raya, dekat dengan perumahan penduduk yang terdekat
cukup jalan kaki dan yang terjauh sesuai wilayah kerja dapat diakses
dengan kendaraan roda 4 , roda 2 dalam waktu kira-kira 30 menit.
D. Dana BPJS
Dana BPJS Tahun 2016 sebesar Rp 2.046.900.600,-
F. Dana Retribusi
Dana Retribusi Tahun 2016 sebesar Rp 307.040.819,-
33
2.5 KEADAAN TENAGA
Upaya kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil guna apabila
didukung oleh sumber daya manusia yang mencukupi. Berikut ini adalah
keadaan tenaga kesehatan di BLUD UPT Puskesmas Rawat Inap Satelit.
34
BAB IV
Metode Penelitian
4.2.Variabel Penelitian
4.2.1 Variabel
4.2.1.1 Variabel bebas
Perilaku PSN (3M plus).
4.2.1.2 Variabel tergantung
Kejadian demam dengue.
4.3.Waktu dan Tempat Penelitan
4.3.1 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan September Tahun 2017.
4.3.2 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Satelit Kota Bandar
Lampung.
4.4 Populasi Dan Sampel
35
lampung. Teknik sampling yang di gunakan dengan cara purposive
ditentukan sebelumnya.
4.5.Definisi Operasional
Variabel
Bebas
1. Menguras Frekuensi Kuesioner 1. Buruk, jika Ordinal
TPA pengurasan tidak
tempat menguras
penampungan air TPA satu
seperti bak minggu
mandi/WC, sekali
drum, dan 2. Baik, jika
36
tempat menguras
penampungan air TPA
lain (*) minimal
satu
minggu
sekali
37
bekas, dan Bekas
barang bekas lain
yang dapat
menampung air 2. Baik, jika
(*) menyingkir
kan atau
mendaur
Ulang
Barang
bekas atau
kedua-
duanya
38
ventilasi
rumah
2. Baik, jika
memasang
kawat kasa
pada lubang
ventilasi
rumah
39
mengguna- tidur pada pukul mengguna-
kan 08.00-10.00 dan kan
kelambu 15.00-17.00 (*) kelambu
saat tidur
pada pukul
08.00-10.00
dan 15.00-
17.00
2. Baik, jika
mengguna-
kan
kelambu
saat tidur
pada pukul
08.00-10.00
dan 15.00-
17.00 atau
tidak tidur
pada pukul
08.00-10.00
dan 15.00-
17.00
40
nyamuk bakar, pada pukul
semprot, atau 08.00-10.00
elektrik pada dan 15.00-
pukul 08.00- 17.00
10.00 dan 15.00- 2. Baik, jika
17.00 (*) mengguna-
kan obat
anti
nyamuk
pada pukul
08.00-10.00
dan 15.00-
17.00
4.5.1. Kuesioner
penampungan air.
penampungan air.
41
4.5.1.1.4. Bagian keempat mengenai kebiasaan
menggantung pakaian.
menggunakan kelambu.
anti nyamuk.
4.6.1. Perencanaan
42
teori. Jumlah responden yang diteliti sebagai responden
sebanyak 30 orang.
pertanyaan kuesioner.
43
Lalu diolah dengan menggunakan sistem komputerisasi
pekerjaan responden.
44
BAB V
didapatkan 30 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Dari 30
responden dibagi dalam 15 orang penderita demam dengue dan 15 orang bukan
HASIL
Pada hasil penelitian ini di dapatkan, dari kelompok bukan penderita demam
dengue yang jumlahnya sebanyak 15 orang terdapat 7 orang berperilaku baik dan
orang berperilaku buruk. Jika dihitung dalam persentase, terdapat 47% orang
berperilaku baik dan 53% orang berperilaku buruk pada kelompok bukan
berperilaku baik dan 67% orang berperilaku buruk. Hasil tersebut dapat di lihat
45
HASIL
12
10
8
6
4
2
0
BUKAN PENDERITA PENDERITA
BAIK BURUK
BUKAN PENDERITA
BAIK BURUK
47%
53%
PENDERITA
BAIK BURUK
33%
67%
46
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
PENDIDIKAN
17% 10%
TIDAK PERNAH SEKOLAH
TIDAK TAMAT SD
10%
TAMAT SD
(17%), tamat sekolah menengah pertama (10%), dan sebagian kecil tidak
PEKERJAAN
Buruh Pedagang Tidak bekerja Lain-lain
20%
43%
27%
10%
47
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden
PENDERITA BUKAN
PENDERITA
BAIK A B
BURUK C D
Hasil penelitian akan dituangkan dalam rumus berikut untuk mencari prevalensi
rate:
𝐴 𝐶
:
𝐴+𝐵 𝐶+𝐷
Jika dituangkan dalam rumus tersebut maka didapatkan hasil:
5 10
: = 0,75
12 18
Hal ini menyatakan bahwa prevalensi rate pada penelitian ini kurang dari 1,
sehingga dapat dinyatakan bahwa perilaku PSN (3M plus) mencegah kejadian
demam dengue.
48
PEMBAHASAN
baik dan 8 orang berperilaku buruk. Sedangkan dari kelompok penderita demam
dengue yang jumlahnya sebanyak 15 orang terdapat 5 orang berperilaku baik dan
10 orang berperilaku buruk. Jika dihitung dalam persentase, terdapat 47% orang
berperilaku baik dan 53% orang berperilaku buruk pada kelompok bukan
berperilaku baik dan 67% orang berperilaku buruk. Salah satu faktor yang
dengan hal yang diajarkan. Menurut Sunaryo (2004), pengetahuan adalah hasil
dari tahu yang terjadi malalui proses sensori khususnya mata dan telinga terhadap
objek tertentu. Pengetahuan adalah berbagai gejala yang di terima dan di peroleh
menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian
tertentu yang belum pernah dilihat atau di rasakan sebelumnya. Sebagian besar
49
1) Tingkat Pendidikan
2) Informasi
tepat, yang berujung pada pemilihan sikap yang kurang tepat pula.
3) Budaya
50
4) Pengalaman
berulang tahun.
5) Sosial Ekonomi
faktor pokok yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor dari luar perilaku
(non- behavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk
51
sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat
sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan
sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan
menerapkan perilaku PSN (3M plus) dapat disebabkan karena orang tersebut tidak
tahu atau belum mengetahui manfaat dari perilaku tersebut bagi dirinya dan
PENDIDIKAN
17% 10%
TIDAK PERNAH SEKOLAH
TIDAK TAMAT SD
10%
TAMAT SD
52
TINGKAT PENDERITA BUKAN PENDERITA
PENDIDIKAN
TIDAK SEKOLAH 2 1
TIDAK TAMAT SD 8 6
SD 2 3
SMP 2 1
SMA 1 4
Dari hasil tabel diatas didapatkan bahwa tingkat pendidikan tidak merata,
sehingga tidak dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini apakah ada hubungan
(Sukanto, 2000).
Penderita Bukan
Pekerjaan penderita Jumlah
Buruh 2 4 6
Pedagang 5 3 8
Tidak 1 2
bekerja 3
Lain-lain 7 6 13
Dari hasil tabel diatas didapatkan bahwa jenis pekerjaan tidak merata,
sehingga tidak dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini apakah ada hubungan
53
Pada tanggal 17 Oktober 2017 dilakukan follow up kembali untuk melihat
ada tidaknya perubahan perilaku dari yang buruk menjadi baik pada responden
lebih baik dalam beberapa aspek, seperti perilaku menguras tempat penampungan
air, menutup tempat penampungan air, menyingkirkan barang bekas, dan tidak
penyuluhan tentang cara pemeriksaan jentik nyamuk juga memiliki efek yang
baik. Para responden diminta untuk memeriksa ada tidaknya jentik nyamuk di
pencatatan data maka kegiatan tersebut dilakukan serentak setiap hari jumat.
Namun masih terdapat perilaku responden yang kurang baik. Seperti belum
adanya kesadaran untuk memasang kawat kasa, memelihara ikan pemakan jentik,
tidak menggunakan kelambu saat tidur, dan tidak menggunakan obat anti nyamuk.
faktor pokok yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor dari luar perilaku
54
Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor,
yakni :
sebagainya.
pada domain kognitif, dalam arti, subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus
baru pada subjek tersebut. Ini selanjutnya menimbulkan respon batin dalam
55
bentuk sikap subjek terhadap objek yang diketahui itu. Akhirnya rangsangan
yakni objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut akan
menimbulkan respon lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan terhadap atau
terlebih dahulu makna stimulus yang diterimanya. Dengan kata lain tindakan
seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan atau sikap (Notoatmodjo, 2007).
yang dilakukan. Bisa jadi pengetahuan yang baik, tindakan yang dilakukan justru
plus), tetapi masih banyak faktor lain selain pengetahuan yang turut
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan
untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum
56
Sikap yang positif atau baik terhadap perilaku PSN (3M plus) belum tentu
menerapkan perilaku PSN (3M plus). Bisa jadi sikap yang positif tindakan yang
dilakukan adalah negatif, begitupun sebaliknya sikap negatif atau kurang baik,
tetapi tindakannya positif. Peneliti menyimpulkan dari hal ini bahwa sikap dapat
berpengaruh pada responden dalam menentukan perilaku PSN (3M plus), akan
tetapi hal-hal lainnya seperti pemahaman, pengaruh dari luar dan faktor lainnya
Pembentukan sikap yang positif menuju suatu tindakan yang positif tidak
dapat diwujudkan dalam waktu yang singkat. Respon seseorang dimulai dari
57
BAB VI
1.1. Kesimpulan
diambil kesimpulan:
Bandar Lampung.
1.1.3. Terdapat hubungan antara perilaku PSN (3M plus) dan kejadian
1.2. Saran
Puskesmas Satelit
58
1.2.2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi terhadap perilaku PSN (3M
59
DAFTAR PUSTAKA
1. Alma, Lucky Radita, 2013, Pengaruh Status Penguasaan Tempat Tinggal dan
Perilaku PSN DBD terhadap Keberadaan Jentik di Kelurahan Sekaran Kota
Semarang. Skripsi, Universitas Negeri Semarang.
2. Budioro B, 2001, Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat, Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang.
3. Departemen Kesehatan RI, 2004, Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di
Indonesia, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
4. Deswara, Primadatu, 2012, Hubungan Kepadatan Nyamuk Aedes aegypti di dalam
Rumah dengan Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) pada Masyarakat
di Kota Metro Provinsi Lampung Tahun 2012, Skripsi, Universitas Indonesia.
5. Frida N, 2008, Mengenal Demam Berdarah Dengue, CV Pamularsih, Jakarta.
6. Jatin, M Vyas. 2013. Medline Plus.
7. Kementerian Kesehatan RI, 2012, Petunjuk Teknis Pemberantasan Sarang Nyamuk
Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) oleh Juru Pemantau Jentik (Jumantik),
Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
8. Notoatmojo, Soekidjo, 2007, Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku, Rineka Cipta,
Jakarta.
9. Profil Kesehatan Provinsi Lampung, 2015, 2016.
10. Pulungtana, JY, Acep Effendi, dan Yendris K. Syamruth, 2011, Uji Beda Kemampuan
Ikan Kepala Timah (Aplocheilus panchax), Ikan Mujair (Tilapia mossambica), dan
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dalam Memakan Jentik Nyamuk Aedes aegypti,
MKM, Vol. 6, No. 1, Desember 2011.
11. Rahman, Deni Abdul, 2012, Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah dan Praktik 3M
dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas
Blora Kabupaten Blora, Vol. 1, No.2, 2012.
12. Rini, AS, Ferry Efendi, dan Eka Misbahatul M Has, 2012, Hubungan Pemberdayaan
Ibu Pemantau Jentik (Bumantik) dengan Indikator Keberhasilan Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) di Kelurahan Wonokromo Surabaya, Indonesian Journal of
Community Health Nursing, Vol. 1, No. 1, 2012-10.
60
13. Safar, Rosdiana, 2010, Parasitologi Kedokteran: Protozoologi, Helmintologi,
Entomologi, CV. Yrama Widya, Bandung.
14. Salawati, Trixie, dkk, 2010, Kejadian Demam Berdarah Dengue Berdasarkan Faktor
Lingkungan dan Praktik Pemberantasan Sarang Nyamuk (Studi Kasus di Wilayah
Kerja Puskesmas Srondol Kecamatan Banyumanik Kota Semarang), Jurnal
Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. 6, No. 1, 2010.
15. Sari, Puspita, Martini, dan Praba Ginanjar, 2012, Hubungan Kepadatan Jentik Aedes
sp dan Praktik PSN dengan Kejadian DBD di Sekolah Tingkat Dasar di Kota
Semarang, Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume 1, No 2, 2012, hlm. 413-422.
16. Soedarmo, SSP, 1998, Demam Berdarah (Dengue) pada Anak, UI Press, Jakarta.
17. Soegijanto, Soegeng, 2002, Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa & Penatalaksanaan,
Salemba Medika, Jakarta.
18. Staf Pengajar Departemen Parasitologi FKUI, 2008, Parasitologi Kedokteran Edisi
Keempat, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
19. Taviv, Yulian, Akhmad Saikhu, dan Hotnida Sitorus, 2010, Pengendalian DBD
melalui Pemanfaatan Pemantauan Jentik dan Ikan Cupang di Kota Palembang,
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 38, No. 4, 2010, hlm. 215-224.
20. Widodo, NP, 2012, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun
2012, Tesis, Universitas Indonesia, Jakarta.
21. Winarsih, Sri, 2012, Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah dan Perilaku PSN
dengan Kejadian DBD, Unnes Journal of Public Health, Vol. 2, No. 1, 2013.
22. Yatim, Faisal, 2008, Macam-Macam Penyakit Menular dan Cara Pencegahannya
Jilid 2, CV. Pamularsih, Jakarta.
23. Zulkoni, Akhsin, 2010, Parasitologi, Nuda Medika, Yogyakarta.
61