You are on page 1of 28

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

BLOK KARDIOVASKULAR
Obat Hipertensi dan Gagal Jantung

Disusun Oleh:
Tim Farmakologi FK Unsoed

Asisten Farmakologi 2010


Asisten Farmakologi 2011
Asisten Farmakologi 2012:
Dara Aisyah Rahayu Abdurrachman
Farissa Utami (editor)
Revi Okta Pratiwi
Rahayu Nurmalia Fauziah
Weni Maulida R.
Wisnu Lisa Pratiwi (Koordinator)
Editor:
dr. Wahyu Kusdaryanto
I. HIPERTENSI

A. Klasifikasi Menurut JNC VII

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Normal < 120 dan < 80
Prehipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi
140-159 atau 90-99
Derajat 1
Hipertensi
≥ 160 atau ≥ 100
Derajat 2

Rekomendasi 1
 Pada populasi umum usia ≥60 tahun
 terapi farmakologis dimulai pada Sistolik ≥150 mm Hg atau Diastolik ≥90 mm
Hg
 Target TD : sistolik <150 mm Hg dan diastolik <90 mm Hg
 (Strong Recommendation – Grade A)

Rekomendasi 2
 Pada populasi umum <60 tahun
 Terapi farmakologis dimulai jika diastolik ≥90 mm Hg
 Target : diastolik <90 mm Hg.
 (Untuk usia 30-59 tahun, Strong Recommendation – Grade A; untuk usia18-29
years, Expert Opinion – Grade E)

Rekomendasi 3
 Pada populasi <60 years
 Terapi farmakologis dimulai pada sistolik ≥140 mm Hg
 Target sistolik <140 mm Hg
 (Expert Opinion – Grade E)

Rekomendasi 4
 ada populasi usia ≥18 tahun disertai chronic kidney disease (CKD)
 Terapi farmakologis dimulai : Sistolik ≥140 mm Hg atau diastolik ≥ 90
 Target TD : Sistolik <140 mm Hg dan diastolic <90 mm Hg
 (Expert Opinion – Grade E)

LABORATORIUM FARMAKOLOGI FK UNSOED 1


Rekomendasi 5
 Pada populasi usia ≥18 tahun disertai Diabetes
 Terapi farmakologis dimulai : Sistolik ≥140 mm Hg atau diastolik ≥90 mm Hg
 Target TD : Sistolik <140 mm Hg dan diastolik <90 mm Hg
 (Expert Opinion – Grade E)

Rekomendasi 6
 Pada populasi bukan kulit hitam, disertai diabetes
 Terapi antihipertensi : thiazide-type diuretic, calcium channel blocker (CCB),
angiotensin-converting enzyme inhibitor (ACEI) atau angiotensin receptor
blocker (ARB)
 (Moderate Recommendation – Grade B)

Rekomendasi 7
 Pada populasi kulit hitam, disertai diabetes
 Terapi antihipertensi :thiazide-type diuretic atau CCB.
 For general black population: Moderate Recommendation – Grade B;
 For black patients with diabetes: Weak Recommendation – Grade C

Rekomendasi 8
 Pada populasi usia ≥18 years disertai CKD
 Terapi antihipertensi : ACEI atau ARB untuk memperbaiki fungsi ginjal.
Diaplikasikan untuk semua pasien CKD dengan hipertensi tanpa memandang
ras atau status diabetes
 (Moderate Recommendation – Grade B)

Rekomendasi 9
 Jika tekanan darah tidak mencapai target dalam 1 bulan terapi tingkatkan
dosis obat awal atau tambahkan obat ke2 dari 4 golongan obat antihipertensi
(thiazide-type diuretic, CCB, ACEI, or ARB).
 Jika tekanan darah tidak mencapai target dg 2 jenis obat tambahkan obat ke
3 dan titrasi
 Jika TD belum tercapai jg, maka dapat ditambahkan dari kelas yg lain
 (Expert Opinion – Grade E)

LABORATORIUM FARMAKOLOGI FK UNSOED 2


ALGORITMA TERAPI HIPERTENSI

Dewasa ≥18 tahun


#diawali perubahan lifestyle

Usia >60 tahun Usia <60 tahun Semua usia Semua usia
diabetes
≠ diabetes ≠ diabetes GGK dengan/tanpa
≠GGK
diabetes
≠GGK ≠GGK

Goal TD : <150/<90 TD : <140/<90 TD : <140/<90


mmHg mmHg

Kulit hitam ≠Kulit hitam ACEI/ARB/ Kombinasi


dengan golongan lain

Diuretik Thiazid/CCB/dalam Diuretik/ACEI/ARB/CCB/


Kombinasi dalam kombinasi

Strategi pemberian obat:


A: maksimalkan dosis obat pertama sebelum dikombinasikan dengan obat ke-2
B: dikombinasikan dengan obat ke-2 sebelum obat pertama mencapai dosis maksimal
C: dimulai dengan obat kombinasi langsung bisa dengan obat terpisah atau menggunakan fixed
dose combination

*TD Target √ Lanjutkan pengobatan dan


monitoring

tambahkan diuretik thiazid/ACEI/ARB/CCB gunakan golongan yang sebelumnya


tidak digunakan, hindari kombinasi ACEI dan ARB

*
Lanjutkan pengobatan dan perubahan gaya hidup
A/B: tambahkan diuretik thiazid/ACEI/ARB/CCB gunakan golongan yang sebelumnya
tidak digunakan, hindari kombinasi ACEI dan ARB
C: penambahan initial dose hingga maksimal

*
Tambahkan obat kelas 4 (ex: Betablocker, aldosterone atau rujuk pada dokter yang ahli
dalam manajemen Hipertensi
LABORATORIUM FARMAKOLOGI FK UNSOED 3
Obat Anti
Hipertensi

Penghambat
Diuretik Simpatolitik Vasodilator
Angiotensin

Thiazid Beta Blocker Hidralazin ACEI

Diuretik Kuat Alpha Blocker Minoksidil ARB

Natrium
Hemat K+
Nitroprusid

Ca Channel
Blocker

A. Diuretik
Diuretik bekerja meningkatkan ekskresi natrium, air, dan klorida
sehingga menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Akibatnya terjadi
penurunan curah jantung dan tekanan darah. Diuretik mempunyai 5 golongan,
golongan tiazid, diuretik kuat, diuretik hemat kalium, carbonic anhidrase
inhibitor, dan diuretik osmotik. Penjelasan lebih mengenai 5 golongan ini akan
dipelajari pada blok NU. Berikut akan dibahas golongan-golongan dari diuretik
yang digunakan pada terapi antihipertensi :
1. Tiazid
a. Mekanisme kerja
Menghambat transport NaCl di tubulus distal ginjal  meningkatkan
ekskresi Na dan Cl  meningkatkan eksresi air  Volume darah
menurun  Cardiac Output menurun  Tekanan Darah turun
b. Indikasi
Sampai sekarang masih digunakan sebagai terapi utama dalam
pengobatan hipertensi.

LABORATORIUM FARMAKOLOGI FK UNSOED 4


c. ESO
- Hipokalemia, hipomagnesemia, hiponatremia, hiperkalsemia
- Hambat ekskresi asam urat
- Serangan gout akut (pada pasien hiperurisemia)
- Meningkatkan LDL dan trigliserida
- Hiperglikemi (pada DM)
- Gangguan fungsi seksual
d. Dosis dan contoh obat
Obat Dosis (mg) Pemberian Sediaan
HCT 12.5-25 1dd Tab 25 mg, 50
mg
Klortalidon 12.5-25 1dd Tab 50 mg
Indapamid 1.25-2.5 1dd Tab 2.5 mg
Bendroflumetiazid 2.5-5 1dd Tab 5 mg
Metolazon 2.5-5 1dd Tab 2.5 mg, 5
mg, 10 mg
2. Diuretik kuat
a. Mekanisme kerja
Bekerja di di ansa henle asenden bagian epitel yang tebal dengan
menghambat ko-transport Na, K, Cl dan hambat reabsorbsi air dan
elektrolit.
b. Indikasi
Hanya diperlukan pada hipertensi berat, adanya gangguan fungsi ginjal
dan payah jantung.
c. ESO
Hampir sama dengan tiazid, kecuali diuretik kuat menimbulkan
hiperkalsiuria dan menurunkan kadar kalsium darah.
d. Dosis dan contoh obat
Obat Dosis (mg) Pemberian Sediaan
Tab 40 mg, amp 20
Furosemid 20-80 2-3 dd
mg

LABORATORIUM FARMAKOLOGI FK UNSOED 5


Tab 5 mg, 10, 20, 100
Torsemid 2.5-10 1-2 dd
mg, amp 10mg/ml
Tab 0.5 mg, 1 mg, 2
Bumetanid 0.5-4 2-3 dd
mg
As.etakrinat 25-100 2-3dd Tab 25 dan 50 mg

3. Diuretik Hemat Kalium


a. Mekanisme kerja
Hambat reabsorbsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan antagonis
kompetitif (spironolakton) atau secara langsung (triamteren dan
amilorid) di hilir tubuli distal dan duktus koligentes daerah korteks.
b. Indikasi
Digunakan kombinasi dengan diuretik lain untuk mencegah
hipokalemia
c. ESO
- Ginekomastia
- Mastodinia
- Gangguan menstruasi
- Penurunan libido pada pria
d. Dosis dan contoh obat
Obat Dosis (mg) Pemberian Sediaan
Amilorid 5-10 mg 1-2 dd
Tab 25 mg,
Spironolakton 25-100 mg 1 dd
100 mg
Tab 50 mg
Triamteren 25-300 mg 1 dd
100 mg

LABORATORIUM FARMAKOLOGI FK UNSOED 6


Mekanisme dan Tempat Kerja Obat Diuretik :

B. Simpatolitik
1. β-bloker
a. Mekanisme
Menghambat reseptor beta adrenergik sehingga :
- Terjadi penurunan frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas
miokard  menurunkan curah jantung
- Hambatan sekresi renin  penurunan produksi angiotensi II
- Menekan aktivitas saraf simpatis
b. Penggunaan
Terutama pada pasien hipertensi dengan penyakit jantung koroner,
aritmia supraventrikel dan angina pektoris.
c. Kontraindikasi
- Pasien asma
- PPOK
- Bradikardi
- Blokade AV derajat 2 dan 3
- Sick sinus syndrome
- Gagal jantung yang belum stabil
- DM
d. ESO
- Bronkospasme

LABORATORIUM FARMAKOLOGI FK UNSOED 7


- Bradikardi
- Menurunkan kekuatan kontraksi miokard
- Hambatan nodus SA
- Efek sentral : mimpi buruk, depresi, halusinasi
- Gangguan fungsi seksual
- Menutupi gejala hipoglikemi
e. Sediaan dan dosis
Dosis awal Dosis maks
Sediaan
Obat (mg/hr) (mg/hr)
1. Kardioselektif
a. Atenolol 25 100 Tab 50 mg, 100 mg
b. Metoprolol 50-100 200 Tab 50 mg, 100 mg
2. Nonselektif
a. Karvedilol 12.5 50 Tab 25 mg
b. Labetolol 100 300 Tab 100 mg
2. α-blocker
a. Mekanisme kerja
Antagonis reseptor α-1 di perifer  vasodilatasi arteri dan vena 
menurunkan resistensi perifer
b. Penggunaan
- Cocok untuk pasien hipertensi dengan dislipidemia dan atau DM
- Baik untuk pasien hipertensi dengan hipertrofi prostat
c. ESO
- Hipertensi ortostatik pada pemberian dosis awal atau peningkatan
dosis
- Sakit kepala
- Palpitasi
- Edema perifer
- Hidung tersumbat
- Mual

LABORATORIUM FARMAKOLOGI FK UNSOED 8


d. Dosis dan sediaan
Obat Dosis awal Dosis Sediaan
(mg/hr) maksimal
(mg/hr)
Prazosin 0.5 4 Tab 1 mg, 2 mg
Terazosin 1-2 4 Tab 1 mg, 2 mg
Bunazosin 1-5 3 Tab 0.5 mg, 1 mg
Doksazosin 1-2 4 Tab 1 mg, 2 mg

C. Angiotensin Receptor Blocker (ARB)


1. Mekanisme kerja
Menghambat reseptor angiontensin I (AT1) dan tipe II (AT2).
Obat2 golongan ini tidak memiliki efek terhadap metabolism bradikinin
dan memiliki potensi menghamat kerja angiotensin secara lebih
menyeluruh. Penghambatan pada AT1 akan menyebabkan
pengurangan vasokontriksi dan penurunan pengeluaran aldosteron dan
ADH. Bioavailabilitas obat golongan ini secara umum sangat rendah
<50% kecuali irbesartan, namun obat ini tinggi terikat dengan protein
>90%

LABORATORIUM FARMAKOLOGI FK UNSOED 9


off the inactive precursor decapeptide angiotensin I. Angiotensin I is then converted, primarily by endothelial ACE, to the arterial
vasoconstrictor octapeptide angiotensin II (Figure 11â! “5), which is in turn converted in the adrenal gland to angiotensin III.
Angiotensin II has vasoconstrictor and sodium-retaining activity. Angiotensin II and III both stimulate aldosterone release. Angiotensin
may contribute to maintaining high vascular resistance in hypertensive states associated with high plasma renin activity, such as renal
arterial stenosis, some types of intrinsic renal disease, and malignanthypertension, as well as in essential hypertension after treatment
with sodium restriction, diuretics, or vasodilators. However, even in low-renin hypertensive states, these drugs can lower blood pressure

(see below).

Figure 11â! “5

2. Indikasi
Sites of action of drugs that interfere with the renin-angiotensin-aldosterone system. ACE, angiotensin-converting enzyme; ARBs, angiotensin
receptor blockers.
a. Hipertensi
A parallel system for angiotensin generation exists in several other tissues (eg, heart) and may be responsible for trophic changes such
as cardiac hypertrophy. The converting enzyme involved in tissue angiotensin II synthesis is also inhibited by ACE inhibitors.
b. Mengurangi risiko stroke pada orang yang memiliki penyakit
Three classes of drugs act specifically on the renin-angiotensin system: ACE inhibitors; the competitive inhibitors of angiotensin at its
receptors, including losartan and other nonpeptide antagonists; and aliskiren, an orally active renin antagonist (see Chapter 17). A
jantung
fourth group of drugs, the aldosterone receptor inhibitors (eg, spironolactone, eplerenone) are discussed with the diuretics. In addition,
blockers, as noted earlier, can reduce renin secretion.
c. Memperlambat kerusakan ginjal jangka panjang pada penderita
ANGIOTENSIN-CONVERTING ENZYME (ACE) INHIBITORS
DM tipe 2 yang hipertensi.
Captopril and other drugs in this class inhibit the converting enzyme peptidyl dipeptidase that hydrolyzes angiotensin I to angiotensin II
and (under the name plasma kininase) inactivates bradykinin, a potent vasodilator, which works at least in part by stimulating release of
d. Pasien hipertensi yang batuk menggunakan ACEI
nitric oxide and prostacyclin. The hypotensive activity of captopril results both from an inhibitory action on the renin-angiotensin system
and a stimulating action on the kallikrein-kinin system (Figure 11â! “5). The latter mechanism has been demonstrated by showing that a
3. Kontraindikasi
bradykinin receptor antagonist, icatibant (see Chapter 17), blunts the blood pressure-lowering effect of captopril.

a. Riwayat angioedema pada terapi sebelumnya


b. Kehamilan trimester kedua dan ketiga
c. Wanita menyusui
d. Stenosis arteri renalis bilateral.

1
LABORATORIUM FARMAKOLOGI FK UNSOED
0
4. ESO
a. Angioedema (insiden angioedema lebih kecil dibandingkan dengan
ACEI)
b. Hipotensi
c. Oliguria
d. Progressive azotemia
e. Acute renal failure
5. Contoh obat

a. Kandesartan tablet 4 mg, 8 mg, 16 mg


b. Losartan tablet 50mg
c. Eprosartan tablet 400mg
d. Irbesartan tablet 600mg

D. Angiotensin Converting Enzyme–Inhibitor (ACE-I)


1. Mekanisme kerja
Menghambat converting enzyme yang menghidrolisis
angiotensin I menjadi angiotensin II dan meningkatkan bradikinin
(vasodilator poten). Penghambat angiotensin II menurunkan tekanan
darah terutama dengan mengurangi tahanan vaskuler perifer. Obat-obat
ini tidak mengaktifkan reflex simpatis dan dapat digunakan dengan
aman untuk penderita jantung iskemik.
2. Indikasi
Hipertensi sedang atau berat, gagal jantung, infark miokard,
penyakit ginjal kronik.

1
LABORATORIUM FARMAKOLOGI FK UNSOED
1
3. Kontraindikasi
Wanita hamil trimester kedua dan ketiga, insufisiensi ginjal, syok
kardiogenik, hipotensi parah
4. ESO
Paling sering adalah batuk dan angioedema. ESO lainnya : hipotensi
berat, gagal ginjal akut, hiperkalemia, dll.
ESO lainnya : hipotensi berat, gagal ginjal akut, hiperkalemia, dll
5. Contoh obat
Captopril, enalapril, lisinopril, benazepril, ramipril, dll
Captopril : 2-3 kali sehari 6,25 mg - 12,5 mg 1 jam sebelum makan,
sediaan tablet 12,5 mg , 25 mg, 50 mg

Enalapril : 2 kali sehari 1,25 mg. Sediaan tablet 5 mg dan 10 mg

Lisinopril : 1 kali sehari 2,5 mg. Sediaan tablet 5 , 10, dan 20 mg.

Benazepril : 5 – 80 mg per hari

Ramipril : 1,25-20 mg per hari (dosis tunggal atau terbagi)


6. Interaksi obat :
 Suplemen kalium atau diuretic hemat kalium  hiperkalemia.
 Antiinflamasi non steroid  mengganggu efek hipotensi.

1
LABORATORIUM FARMAKOLOGI FK UNSOED
2
7. Potensi obat:

E. Calsium Channel Bloker (CCB)


1. Mekanisme kerja
Obat golongan ini berikatan pada kanal Ca di sisi dalam membrane
 menghambat Ca masuk ke dalam sel otot polos pembuluh darah atau
jantung  relaksasi otot polos pembuluh darah  resistensi perifer <<
 tekanan darah <<. Obat golongan ini juga mengakibatkan penurunan
kontraktilitas otot jantung dan penurunan kecepatan konduksi jantung.
2. Farmakokinetik
Sebagian besar memiliki waktu paruh 3-8 jam setelah dosis oral.
Pengobatan memerlukan 3 x sehari untuk mempertahankan konrol
hipertensi yang bagus.
3. Indikasi
Angina, hipertensi, takiaritmia supraventrikular, kardiomiopati
hipertrofik.
4. Kontraindikasi
Hipotensi

1
LABORATORIUM FARMAKOLOGI FK UNSOED
3
5. Contoh obat
 Golongan dihidropiridin (amlodipin, nifedipin, nikardipin,
felodipin dll) : bekerja efektif di pembuluh darah tapi efek depresi
jantung lebih lemah.
 Golongan non-dihidropiridin (verapamil, diltiazem): bekerja
spesifik di otot jantung.
6. ESO
Konstipasi, pusing, sakit kelapa, lesu, edema perifer, depresi jantung
berat ( henti jantung, bradikardia dll).
F. Vasodilator
1. Mekanisme kerja secara umum : vasodilator menimbulkan efek
relaksasi pada otot polos arteriol atau vena-vena  mengurangi tahanan
vascular sistemik  stimulasi respon kompensasi (baroreseptor, saraf
simpatis, dan sistem RAA).
2. Indikasi : gagal jantung, penyakit jantung iskemik, insufisiensi mitral
atau aorta, kardiomiopati, hipertensi
3. Kontraindikasi : Hipotensi
4. Contoh obat :
a. Hidralazin
Menimbulkan efek relaksasi arteriol, tetapi vena tidak.
Hidralazin digunakan sebagai terapi kombinasi untuk terapi
hipertensi berat.
Indikasi : gagal jantung kongestif, penanganan kedaruratan
hipertensi pada wanita hamil,
Kontraindikasi : digunakan dengan sangat hati-hati pada pasien
berusia tua dan pasien hipertensi yang juga menderita penyakit
arteri koroner karena kemungkinan dapat memicu iskemia
miokardial akibat takikardia refleks.
b. Minoksidil
Efek vasodilator arteriol dihasilkan oleh pembukaan kanal
kalium pada membrane otot polos oleh metabolit aktifnya.

1
LABORATORIUM FARMAKOLOGI FK UNSOED
4
Indikasi : hipertensi parah dan resisten terhadap obat
c. Natrium nitroprussid
Vasodilator kuat yang diberikan secara parenteral untuk
hipertensi emergency dan gagal jantung berat. Nitroprussid
dapat melebarkan pembuluh darah arteri dan vena  <<
tahanan vascular perifer dan << venous return.

II. GAGAL JANTUNG

A. Klasifikasi CHF menurut NYHA:


I : telah terjadi disfungsi namun tidak ada tanda dan gejala meskipun
beraktivitas
II : adanya tanda dan gejala ketika melakukan aktivitas moderate, ex: menaiki
tangga
III : terdapat gangguan ketika melakukan aktivitas ringan sekalipun, berkurang
ketika istirahat
IV : istirahat total
B. Patofisiologi dan tempat kerja obat secara garis besar

1
LABORATORIUM FARMAKOLOGI FK UNSOED
5
NYHA class I

Nonmedikamentosa: ACEI Disease spesific treatment:


Perubahan gaya hidup Beta blocker -CHD: aspirin, beta-blocker,
statin
-HT: obat gol.II jika diperlukan

NYHA class II-III

Pencegaha serangan akut, farmakologi


*loop diuretic paling sering digunakan seperti Perubahan
furosemide, meskipun belumgaya
ada hidup
bukti
ex: iskemik/infark
bawa loop diuretic lebih efektif dan lebih aman ketimbang tiazid
** jika alergi terhadap ACEI gunakan antagonis reseptor angiotensin II ≠
Cairan berlebih

*** jika pasien telah stabil berikan beta-blocker

Diuretic* + ACEI** ACEI **


1
LABORATORIUM FARMAKOLOGI FK UNSOED
6

Oedem
membaik
+Beta-Blocker***
Obat Gagal Jantung

ACE-I

Angiotensin
Receptor Blocker

Diuretik
Obat Gagal
Jantung
Beta Blocker

Digitalis

Antagonis
Aldosteron

A. ACE-I
a. Mekanisme Kerja
Secara klinis, bila digunakan untuk pasien gagal jantung maka ACEI
akan bekerja dengan (Klabunde, 2010):

1) Mengurangi afterload, yang meningkatkan stroke volume ventrikel dan


meningkatkan fraksi ejeksi.
2) Mengurangi preload, yang menurunkan kongesti paru dan sistemik dan
mengurangi edema.
3) Menurunkan aktivasi simpatik, yang telah terbukti merugikan pada gagal
jantung.
4) Meningkatkan rasio suplai oksigen dengan permintaan dengan
menurunkan permintaan melalui pengurangan afterload dan preload.
5) Mencegah angiotensin II dari memicu remodeling jantung yang
merugikan.

1
LABORATORIUM FARMAKOLOGI FK UNSOED
7
B. Angiotensin Receptor Blocker (ARB)
a. Mekanisme Kerja
ARB merupakan antagonis reseptor angiotensin II tipe 1 (AT1) reseptor
pada pembuluh darah dan jaringan lainnya seperti jantung. Reseptor ini
digabungkan ke Gq - protein dan sinyal IP3 jalur transduksi yang
merangsang kontraksi otot polos pembuluh darah. Karena ARB tidak
menghambat ACE, mereka tidak menyebabkan peningkatan bradikinin
yang menyebabkan vasodilatasi yang dihasilkan oleh inhibitor ACE dan
juga beberapa efek samping dari ACE inhibitor (batuk dan angioedema)
(Klabunde, 2007).

b. ESO
Efek samping dari ARB relatif rendah dan dapat ditoleransi dengan
baik. Obat ini tidak meningkatkan kadar bradikinin seperti ACE inhibitor,
sehingga tidak timbul efek samping seperti batuk kering dan angioedema.
ARB merupakan kontraindikasi pada kehamilan. Pasien dengan stenosis
arteri ginjal bilateral mungkin mengalami gagal ginjal jika ARB diberikan.
Alasannya adalah bahwa peningkatan sirkulasi dan angiotensin II intrarenal
dalam kondisi ini akan menyempitkan arteriol eferen lebih dari arteriol
aferen dalam ginjal, yang membantu untuk menjaga tekanan kapiler
glomerulus dan filtrasi (Klabunde, 2007).

Menghilangkan penyempitan ini dengan memblokir reseptor


angiotensin II pada arteriol eferen dapat menyebabkan penurunan mendadak
dalam laju filtrasi glomerulus. Namun tidak menjadi masalah dengan
stenosis arteri ginjal unilateral karena ginjal yang tidak terpengaruh
biasanya dapat mempertahankan filtrasi yang cukup setelah At1 reseptor
diblokir (Klabunde, 2007).

C. Diuretik
a. Loop Diuretic
1) Farmakokinetik
Loopdiuretic diabsorbsi secara cepat. Mereka dieliminasi oleh
ginjal melalui filtrasi glomerular dan sekresi tubular. Obat ini bekerja

1
LABORATORIUM FARMAKOLOGI FK UNSOED
8
di sisi luminal tubulus, aktivitas diuretik mereka berkorelasi dengan
sekresi mereka ditubulus proksimal. Pengurangan sekresi diuretik loop
dapat terjadi karena adanya pemberian obat seperti NSAID atau
probenesid, yang bersaing untuk disekresi di tubulus proksimal.

b. Tiazid
1) Farmakokinetik
Biasanya semua Tiazid diberikan peroral. Klortiazid merupakan
obat yang kurang larut dalam lemak sehingga harus diberikan dalam
jumlah yang cukup besar.Klortalidon diabsorbsi perlahan dan masa
kerjanya panjang.Pada indapamid, betuk ekskresinya dapat
menimbulkan efek diuretik pada tubulus kontortus distal. Semua Tiazid
diekskresikan oleh sistem asam organik dan bersaing pada eksresi asam
urat. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin banyak kadar Tiazid
dalam darah, semakin tinggi kadar asam urat darah karena ekskresinya
yang bersaing dengan asam urat.

2) ESO
a) Alkalosis metabolik hipokalemia dan hiperurisemia
b) Toleransi gangguan karbohidrat
c) Hiperlipidemia
d) Hiponatremia
e) Reaksi alergi
D. Beta Blocker
a. Farmakokinetik
Golongan ini mudah diserap secara oral. Kadar puncak di plasma
sekitar 1-3 jam pasca menelan obat. Bioavaibilitas obat ini tergolong
rendah karena melewati metabolisme lintas pertama di hepar. Beta
blocker didistribusikan dalam jumlah besar, dengan waktu paruh rata-
rata 3-10 jam.
b. Mekanisme Kerja
Secara farmakodinamik, obat golongan ini bersaing dalam menempati
reseptor beta adrenergik. Pada pasien dengan hipertensi, beta blocker

1
LABORATORIUM FARMAKOLOGI FK UNSOED
9
bekerja menurunkan tekanan darah. Selain itu, pada organ jantung, obat
golongan ini juga memiliki efek penurunan kecepatan denyut
jantung (kronotropik negatif) dan memperkuat kontraktilitas
(inotropik positif).
c. Indikasi
Efektif digunakan sebagai obat hipertensi dan gagal jantung.
d. Kontraindikasi
Pasien asma dikontraindikasikan dengan obat ini. Dahulu beta blocker
dilarang pada kasus gagal jantung, namun sekarang digunakan secara
hati-hati pada pasien gagal jantung kronis, namun tidak pada gagal
jantung akut.
e. Efek samping
Hipotensi, Bradikardi, Rasa lelah, Retensi urin.
f. Contoh dan Bentuk Sediaan Obat
Esmolol
Parenteral: 10 mg/mL for IV injection; 250 mg/ mL for IV infusion
Labetalol
Oral: 100, 200, 300 mg tablets
Parenteral: 5 mg/mL for injection
Metoprolol (generic, Lopressor, Toprol)
Oral: 50, 100 mg tablets
Oral sustained-release: 25, 50, 100, 200 mg
tablets Parenteral: 1 mg/mL for injection
Nadolol
Oral: 20, 40, 80, 120, 160 mg tablets
Nebivolol
Oral: 2.5, 5, 10 mg tablets
Penbutolol
Oral: 20 mg tablets
Pindolol
Oral: 5, 10 mg tablets
Propranolol

Oral: 10, 20, 40, 60, 80, 90 mg tablets; 4, 8, 80 mg/mL solutions

2
LABORATORIUM FARMAKOLOGI FK UNSOED
0
Parenteral: 1 mg/mL for injection
E. Kardiotonik/Digitalis/Glikosida Jantung
a. Farmakokinetik
65-80% diabsorbsi pada pemberian oral.Saat berada di dalam peredaran
darah, seluruh glikosida jantung didistribusikan ke banyak jaringan,
termasuk sistem saraf pusat.Digoksin tidak dimetabolisme secara luas
oleh manusia.Sebagian besar diekskresikan tanpa perubahan oleh ginjal.
b. Mekanisme Kerja
Digitalis memiliki dua efek besar, yaitu
1) Meningkatkan curah jantung dengan efek inotropik positif.
2) Menurunkan kecepatan konduksi melalui nodus AV dan nodus SA
pada jantung.
c. Indikasi
Gagal jantung dan atrial fibrilasi.
d. Kontraindikasi
Hipersensitivitas, AV blok.
e. Efek Samping
Nyeri kepala, kelemahan, gangguan penglihatan, mual, anoreksia,
aritmia.
f. Contoh dan Bentuk Sediaan Obat
Digoxin

Oral: 0.125, 0.25 mg tablets; 0.05, 0.1, 0.2 mg capsules*; 0.05 mg/mL
elixir

Parenteral: 0.1, 0.f 25 mg/mL for injection

F. Antagonis aldosteron
a. Farmakokinetik
Sebagian besar diinaktivasi di hepar. Onsetnya cenderung lambat,
membutuhkan beberapa hari sampai efek penuh tercapai.
b. Mekanisme kerja

2
LABORATORIUM FARMAKOLOGI FK UNSOED
1
Obat yang juga tergolong diuretik ini menurunkan absorbs Na+ di tubulus
dan ductus colligentes, sehingga menahan retensi Na+, air dan beberapa
zat lainnya.
c. Indikasi
Gagal jantung, hipertensi dan beberapa penyakit ginjal.
d. Kontraindikasi
Pasien dengan insufisiensi ginjal, dan keadaan hiperkalemia.
e. Efek samping
Ginekomastia, hiperkalemia, asidosis metabolik, gagal ginjal akut, batu
ginjal.

III. OBAT ANTI ARITMIA

Aritmia adalah gangguan irama jantung, suatu kondisi dimana jantung berdenyut
tidak menentu, baik kecepatan, irama, maupun tempat asal impuls dan gangguan
konduksi yang menyebabkan perubahan aktivasi atrium dan ventrikel. Kelainan
yang terjadi adalah pembentukan impuls, konduksi impuls, atau pembentukan dan
konduksi impuls. Obat antiaritmia dapat digolongkan kedalam beberapa kelas
berdasarkan efek obatnya, yaitu:
a. Golongan 1
- Penghambat kanal natrium
- Golongan 1A : kuinidin, prokainamid, disopiramid
- Golongan 1B : lidokain, fenitoin, tokainid, meksiletin
- Golongan 1C : flekainid, enkainid, propafenon

2
LABORATORIUM FARMAKOLOGI FK UNSOED
2
b. Golongan 2
- Mengurangi aktivitas adrenergik-β
- Propanolol, asebutolol, esmolol
c. Golongan 3
- Blokade kanal kalium
- Bretilium, amoidaron, sotalol
d. Golongan 4
- Blokade kanal kalsium
- Verapamil, diltiazem

2
LABORATORIUM FARMAKOLOGI FK UNSOED
3
IV. OBAT ANTIANGINA

Angina pectoris merupakan kondisi iskemia jaringan yang ditandai dengan nyeri
dada hebat yang disebabkan karena ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen
miokard dengan pasokan oksigen melalui pembuluh darah koroner. Obat antiangina
berperan dalam mengurangi kebutuhan oksigen miokard dengan menurunkan
faktor-faktor penentu kebutuhan oksigen (frekuensi jantung, volume ventricular,
tekanan darah dan kontraktilitas). Kelompok obat yang digunakan untuk terapi
angina adalah :
a. Nitrat organic (nitrogliserin, ISDN ).
Nitrogliserin merupakan terapi utama yang berefek cepat untuk angina.
Nitrogliserin menyebabkan aktivasi guanilil siklase dan peningkatan cGMP
yang memicu relaksasi semua jenis otot polos. Efek langsung nitrogliserin
adalah relaksasi vena dan >> kapasitas vena  << aliran balik vena dan <<
proload ventrikel. selain itu relaksasi arteri akan menyebabkan <<
vasokonstriksi dan spasme koroner  >> perfusi ke miokard.
b. Ca-Channel Blocker (nifedipin, verapamil, diltiazem)
(lihat materi sebelumnya).
c. β - blocker
Menghambat reseptor β adrenergic secara kompetitif  penurunan
denyut jantung, tekanan darah, dan kontraktilitas jantung  menurunkan
kebutuhan oksigen jantung saat istirahat maupun aktivitas fisik.
d. Obat antiangina baru  modulator metabolic ( ranolazin, trimetazidin).
Menghambat jalur oksidasi asam lemak di miokard  kebutuhan oksigen << .

2
LABORATORIUM FARMAKOLOGI FK UNSOED
4
2
LABORATORIUM FARMAKOLOGI FK UNSOED
5
Cara Kerja Praktikum

A. Capaian pembelajaran
1. Umum
Mahasiswa dapat menjelaskan perubahan jantung katak setelah pemberian
sulfas atropin
2. Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh kelistrikan jantung
2. Mahasiswa mampu menjelasakan peran syaraf autonom dalam
mengatur jantung
3. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme sulfas atropin terhadap
perubahan fisiologis jantung

B. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Beaker Glass
b. Spuit Tuberculin
c. Pinset
d. Gunting
e. Perusak SSP Katak
f. Isolasi
g. Papan
h. Penggantung Katak
2. Bahan
a. Sulfas Atropin 0,5 cc
b. Ringer Laktat
3. Binatang percobaan
a. 2 Ekor Katak

C. Rencana Kerja
1. Rusak SSP masing – masing katak.
2. Terlentangkan masing – masing katak di atas papan.

2
LABORATORIUM FARMAKOLOGI FK UNSOED
6
3. Gunting kulit bagian ventral katak untuk membuka abdomen sampai
thoraks dari katak.
4. Buka selaput perikardium dari katak.
5. Jaga agar jantung katak tetap basah dengan diberikan larutan ringer laktat.
6. Pada katak pertama berikan 1 tetes larutan ringer laktat tiap 1 menit,
sedangkan pada katak kedua berikan sulfas atropin 1 tetes.
7. Catat denyut, ukuran, warna, irama atrium dan ventrikel selama 5 menit
selama 15 menit.

2
LABORATORIUM FARMAKOLOGI FK UNSOED
7

You might also like