You are on page 1of 29

2017

Asuhan Keperawatan pada Klien Efusi Pleura

Bagan 1

Keperawatan Medikal Bedah


D-IV KEPERAWATAN REG III
18/09/17
i

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


EFUSI PLEURA

Untuk dosen pengampu Mata Kuliah :


Ns. Ester Inung
Ns. Alfeus Manuntung

Disusun oleh Kelompok 9 :


1. Erna Wati (PO.62.20.1.16.138)
2. Syifa Rizky Fitri (PO.62.20.1.16.161)
3. Zulfi Anan Winaldi (PO.62.20.1.16.169)
4. Raupini (PO.62.20.1.16.157)
5. Enrico Paska (PO.62.20.1.16.137)

POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA


D-IV KEPERAWATAN REGULER 3
2017
ii

KATA PENGANTAR
Kami kelompok 9 memanjatkan Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan karunia nya lah kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah yang diberikan oleh Ibu Ns.Ester sebagai dosen koordinator dan Ns.Alfeus
sebagai pembimbing matakuliah.
Dalam makalah ini kami membahas tentang Asuhan Keperawatan pada Klien Efusi
Pleura.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih memerlukan perbaikan
lagi, oleh sebab itu kami mengarapkan saran yang membangun dari pembaca. Kami
mengharapkan semoga makalah ini dapat dipergunakan dengan sebagaimana mestinya.
Sekian kata pengantar dari kami Kelompok 9. Terima Kasih.

Palangka Raya, September 2017

ttd

(Kelompok 9)
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN UTAMA................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. iii
TINJAUAN BAHAN AJAR...................................................................................................... 1
TUJUAN PENULISAN BAHAN AJAR.................................................................................... 2
TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS..................................................................................... 2
PENTUNJUK AWAL PENYUSUNAN BAHAN AJAR.......................................................... 3
POKOK BAHASAN EFUSI PLEURA...................................................................................... 4
BAHAN AJAR............................................................................................................................ 4
PERTANYAAN KUNCI............................................................................................................ 4
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................... 5
BAB II PENYAJIAN.................................................................................................................. 6
ANATOMI PLEURA................................................................................................................. 6
A. Definisi............................................................................................................................. 6
B. Anatomi Fisiologi.............................................................................................................. 7
C. Etiologi.............................................................................................................................. 8
D. Patologi.............................................................................................................................. 9
ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................................................... 11
A. Anamnesis......................................................................................................................... 11
B. Pemeriksaan Psikososial.................................................................................................... 12
C. Pemeriksaan Fisik.............................................................................................................. 12
D. Pemeriksaan Penunjang..................................................................................................... 14
E. Pemeriksaan Diagnostik.................................................................................................... 15
F. Pemeriksaan Medis............................................................................................................ 19
G. Diagnosis Keperawatan..................................................................................................... 19
BAB III PENUTUP..................................................................................................................... 25
A. Kesimpulan................................................................................................................. 25
B. Latihan......................................................................................................................... 25
1

TINJAUAN BAHAN AJAR

Bahan ajar ini akan menguraikan tentang asuhan keperawatan pada sistem pernafasan
khususnya Efusi Pleura beserta komplikasi-komplikasinya. Fokus pembahasan mencakup
beberapa konsep asuhan keperawatan Efusi Pleura baik mulai dari pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan hingga evaluasi, selain itu fokus pembahasan meliputi ketrampilan keperawatan
terkait Efusi Pleura.
2

TUJUAN PENULISAN BAHAN AJAR

TUJUAN INSTRUKSIONSL UMUM


Setelah menyelesaikan membaca bahan ajar ini, pembaca/mahasiswa mampu
memahami asuhan keperawatan pada klien Efusi Pleura.

TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS


Mahasiswa/pembaca mampu:
1. Menjelaskan pengertian dari Efusi Pleura.
2. Menjelaskan penyebab terjadinya Efusi Pleura.
3. Menjelaskan Etiolgi Efusi Pleura.
4. Menjelaskan Patofisiologi Efusi Pleura.
5. Menyusun asuhan keperawatan pada klien Efusi Pleura.
6. Mendemonstrasikan ketrampilan keperawatan:
3

PETUNJUK AWAL PENGGUNAAN BAHAN AJAR


MEMBACA SECARA RUNUT:

1. Bahan ajar ini disusun secara bertahap dari yang umum sampai khusus sehingga
mahasiswa/pembaca mudah memahami secara keseluruhan.
2. Bahan ajar ini disertai daftar istilah agar mahasiswa/ pembaca lebih mengerti
istilah-istilah yang digunakan dalam bahan ajar.
3. Setiap penyelesaian membaca satu bagian materi mahasiswa/ pembaca langsung
melakukan latihan yang berkaitan dengan teori yang dibaca.
4. Mahasiswa/ pembaca dapat mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban yang
disediakan pada bagian lampiran bahan ajar ini.
4

POKOK BAHASAN : EFUSI PLEURA

Deskripsi singkat: Perkuliahan pada sesi ini akan Saudara lalui dengan memahami tentang
Efusi Pleura dan komplikasinya. Dan dilanjutkan dengan menjawab soal yang telah di
selesaikan pada sesi akhir.

BAHAN AJAR

Baughman C Diane, Keperawatan medical bedah, Jakrta, EGC, 2000.


Doenges E Mailyn, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. Jakarta, EGC. 1999
Hudak,Carolyn M. Keperawatan kritis : pendekatan holistic. Vol.1, Jakarta.EGC. 1997
Mutaqqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan.
Jakarta: Salemba Medika.
Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan
(Edisi 2). Jakarta: Salemba Medika.

PERTANYAAN KUNCI
1. Apa yang dimaksudkan dengan Efusi Pleura ?
2. Bagaimanakah Patofisiologi pada Efusi Pleura ?
5

BAB I
PENDAHULUAN

Perkuliahan pada sesi ini membahas asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem pernafasan akibat terjadi penimbunan cairan dalam rongga pleura yaitu Efusi Pleura.
Pada akhir perkuliahan, diharapkan mahasiswa mampu mengkaji klien dengan Efusi Pleura,
menyusun diagnosa keperawatan pada klien dengan Efusi Pleura, menyusun perencanaan
keperawatan klien Efusi Pleura dan menyusun evaluasi asuhan keperawatan klien Efusi
Pleura. Perkuliahan ini bermanfaat nanti pada saat praktik klinik keperawatan di rumah sakit,
puskesmas, klinik dan di masyarakat.
6

BAB II
PENYAJIAN

ANATOMI PLEURA
Pleura adalah membra tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura visceralis dan parietalis. Secara
histologis kedua lapisan ini terdiri dari sel mesothelial, jaringaan ikat, dan dalam keadaan
normal, berisikan lapisan cairan yang sangat tipis. Membran serosa yang membungkus
parekim paru disebut pleura viseralis, sedangkan membran serosa yang melapisi dinding
thorak, diafragma, dan mediastinum disebut pleura parietalis. Rongga pleura terletak antara
paru dan dinding thoraks. Rongga pleura dengan lapisan cairan yang tipis ini berfungsi
sebagai pelumas antara kedua pleura. Kedua lapisan pleura ini bersatu pada hillus paru.
Dalam hal ini, terdapat perbedaan antara pleura viseralis dan parietalis, diantaranya :
Pleura visceralis :
 Permukaan luarnya terdiri dari selapis sel mesothelial yang tipis < 30mm.
 Diantara celah-celah sel ini terdapat sel limfosit
 Di bawah sel-sel mesothelial ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit
 Di bawahnya terdapat lapisan tengah berupa jaringan kolagen dan serat-serat elastik
 Lapisan terbawah terdapat jaringan interstitial subpleura yang banyak mengandung
pembuluh darah kapiler dari a. Pulmonalis dan a. Brakhialis serta pembuluh limfe
 Menempel kuat pada jaringan paru
 Fungsinya. untuk mengabsorbsi cairan. pleura
Pleura parietalis
 Jaringan lebih tebal terdiri dari sel-sel mesothelial dan jaringan ikat (kolagen dan
elastis)
 Dalam jaringan ikat tersebut banyak mengandung kapiler dari a. Intercostalis dan a.
Mamaria interna, pembuluh limfe, dan banyak reseptor saraf sensoris yang peka
terhadap rasa sakit dan perbedaan temperatur. Keseluruhan berasal n. Intercostalis
dinding dada dan alirannya sesuai dengan dermatom dada
 Mudah menempel dan lepas dari dinding dada di atasnya
 Fungsinya untuk memproduksi cairan pleura

A. Definisi
Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses
penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain.
7

Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat,
atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000).
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi
biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang
pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas
yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C
Suzanne, 2002).
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam
rongga pleura. (Price C Sylvia, 1995)
Efusi pleura adalah suatu keadaan di mana terdapat penumpukancairan dalam
pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan
antara produksi dan absorpsi di kapiler dan pleura viseralis.
Efusi pleura merupakan salah satu kelainan yang mengganggu sistem
pernapasan. Efusi pleura bukanlah diagnosis dari suatu penyakit, melainkan hanya
merupakan gejala atau komplikasi dari suatu penyakit. Efusi pleura adalah suatu
keadaan di mana terdapat cairan berlebihan di rongga pleura. Jika kondisi ini jika
dibiarkan akan membahayakan jiwa penderitanya.

B. Anatomi dan Fisiologi


Dari segi anatomis, permukaan rongga pleura berbatasan dengan paru sehingga cairan
pleura mudah bergerak dari satu rongga ke rongga yang lainnya. Dalam keadaan
normal seharusnya tidak ada rongga kosong di antara kedua pleura, karena biasanya
hanya terdapat sekitar 10-20 cc cairan yang merupakan lapisan tipis serosa yang selalu
bergerak secara teratur. Setiap saat, jumlah cairan dalam rongga pleura bias menjadi
8

lebih dari cukup untuk memisahkan kedua pleura. Jika terjadi, maka kelebihan tersebut
akan dipompa keluar oleh pembuluh limtatik (yang membuka secara langsung) dari
rongga pleura ke mediastinum. Permukaan superior diafragma dan permukaaan lateral
pleura parietalis, memerlukan adanya keseimbangan antara produksi cairan pleura
disebut sebagai ruang potensial, karena ruang ininormalnya begitu sempit, sehingga
bukan merupakan ruang fisik yang jelas (Guyton dan Hall, 1997).

C. Etiologi
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi lagi menjadi transudat,
eksudat, dan hemoragi.
1. Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung
kiri), sindrom nefrotik, asites (oleh karena sirosis hepatis), sindrom vena kava
superior, tumor, dan sindrom Meigs.
2. Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonis, tumor infark paru, radiasi, dan
penyakit kolagen.
3. Efusi hemoragi dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru, dan
tuberculosis.

“Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam
pleura berupa transudat dan eksudat yag diakibatkan ketidakseimbangan antara
produksi dan absorpsi di kapiler dan pleura viseralis”

Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, efusi dibagi menjadi


unilateral dan bilateral. Efusi unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik
9

dengan penyakit penyebabnya akan tetapi efusi bilateral ditemukan pada penyakit
kegagalan jantung kongestif, sindrom nefrotik, asites, infark paru, lupus
eritematosus sistemis, tumor, dan tuberculosis.
Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik,
tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu
dari empat mekanisme dasar :
 Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik
 Penurunan tekanan osmotic koloid darah
 Peningkatan tekanan negative intrapleural
 Adanya inflamasi atau neoplastik pleura

D. Patofisiologi
Normalnya hanya terdapat 10-20 ml cairan dalam rongga pleura. Jumlah cairan di
rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis pleura parietalis sebesar 9
cm𝐻2 O. Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila tekanan osmotik koloid menurun
(misalnya pada penderita hipoalbuminemia dan bertambahnya permeabilitas kapiler
akibat ada proses peradangan atau neoplasma, bertambahnya tekanan hidrostatis akibat
kegagalan jantung) dan tekanan negatif intrapleura apabila terjadi atelektasis paru
(Alsagaf, 1995).
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila
keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat
inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena
(gagal jantung). Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan
eksudat pleura. Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena
disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan osmotic
koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi.
Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya
tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya transudat kadar
proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah.
Efusi pleura berarti terjadi penumpukan sejumlah besar cairan bebas dalam
kavum pleura. Kemudian proses akumulasi cairan di rongga pleura terjadi akibat
beberapa proses yang meliputi (Guyton dan Hall, 1997):
1) Adanya hambatan drainase limfatik dari rongga pleura.
10

2) Gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer
menjadi sangat tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan
ke dalam rongga pleura.
3) Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma juga memungkinkan terjadinya
transudasi cairan yang berlebihan.
4) Adanya proses infeksi atau setiap penyebab peradangan apa pun pada permukaan
pleura dari rongga pleura dapat menyebabkan pecahnya membran kapiler dan
memungkinkan pengaliran protein plasma dan cairan ke dalam rongga secara
cepat.
Infeksi pada tuberkulosis paru disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis yang masuk melalui saluran pernapasan menuju alveoli, sehingga
terjadilah infeksi primer. Dari infeksi primer ini akan timbul peradangan saluran getah
bening menuju hilus (limfangitis local) dan juga diikuti dengan pembesaran kelenjar
getah bening hilus (limfangitis regional).
Peradangan pada saluran getah bening akan memengaruhi permebilitas
membran. Permebilitas membran akan meningkat dan akhirnya menimbulkan
akumulasi cairan dalam rongga pleura. Kebanyakan terjadinya efusi pleura akibat dari
tuberkulosis paru melalui fokus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening.
Sebab lain dapat juga diakibatkan dari robrknya perkijuan kea rah saluran getah bening
yang menuju rongga pleura, iga, atau kolumna vertebralis.
Adapun bentuk cairan efusi akibat tuberkulosis paru adalah eksudat yang berisi protein
dan terdapat pada cairan pleura akibat kegagalan aliran protein getah bening. Cairan ini
biasanya serosa, namun kadang-kadang bisa juga hemarogi.

”Normalnya hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam rongga pleura. Jumlah cairan di
rongga pleura tetap karena adanya tekanan hidrostatis pleura parietalis sebesar 9
cmH2O.
11

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Anamnesis
Identitas yang harus diketahui perawat meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat
rumah, agama, atau kepercayaan , suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan,
pekerjaan klien, dan asuransi kesehatan.

1. Riwayat Penyakit Saat Ini


Klien dengan efusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya keluhan seperti
batuk, sesaak napas, nyeri pleuritis, rasa berat pada dada, dan berat badan
menurun. Perlu juga ditanyakan sejak kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan
yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangan keluhan-keluhan
tersebut.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
12

Perlu ditanyakan pula, apakah klien pernah menderita penyakit seperti TB paru,
pneunomia, gagal jantung, trauma, asites, dan sebagainya. Hal ini perlu diketahui
untuk melihat ada tidaknya kemungkinan faktor predisposisi.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit
yang mugkim dapat menyebabkan efusi pleura seperti kanker paru, asma, TB
paru, dan lain sebagiannya.

B. Pemeriksaan Psikososial
Pengkajian psikososial meliputi apa yang dirasakan klien terhadap penyakitnnya,
bagaimana cara mengatasinya, serta bagaimana perilaku klien terhadap tindakan yang
dilakukan kepada dirinya.

”Klien dengan efusi pleura biasanya akan mengalami batuk, sesak nafas, nyeri
pleuritis, rasa berat pada dada, dan berat badan menurun.”

C. Pemeriksaan Fisik.
1. B1 (Breathing)
 Inspeksi
Peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan yang disertai penggunaan obat
bantu pernapasan. Gerakan pernapasan ekspansi dada yang asimetris
(pergerakan dada tertinggal pada sisi yang sakit), iga melebar, rongga dada
asimetris (cembung pada sisi yang sakit). Pengkajian batuk yang produktif
dengan sputum purulen.
 Palpasi
Pendorongan mediastinum ke arah hemithoraks kontralateral yang diketahui
dari posisi trakhea dam octus cordis. Taktil fremitus menurun terutama
untuk efusi pleura yang jumlah cairannya >300cc. Di samping itu, pada
palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang sakit.
 Palpasi
Suara perkusi redup hingga pekak tergantung dari jumlah cairannya
 Auskultasi
Suara napas menurun sampai menghilang pada sisi yang sakit. Cairan
semakin keatas semakin tipis.
13

2. B2 (Blood)
Pada saat dilakukannya inspeksi, perlu diperhatikan letak ictus cordis normal
yang berada pada ICS 5 pada linea medio claviculaus kiri selebar 1 cm.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pergeseran jantung.
Palpasi dilakukan untuk menghitung frekuensi jantung (heart rate) dan
harus memerhatikan kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung. Selain itu,
perlu juga memeriksa adanya thrill, yaitu getaran ictus cordis.Tindakan perkusi
dilakukan untuk menentukan batas jantung daerah mana yang terdengar pekak.
Hal ini bertujuan untuk menentukan apakah terjadi pergeseran jantung karena
pendorongan cairan efusi pleura. Auskultasi dilakukan untuk menentukan bunyi
jantung I dan Il tunggal atau gallop dan adakah bunyi jantung Ill yang merupakan
gejala payah jantung, serta adakah murmur yang menunjukkan adanya
peningkatan arus turbulensi darah.
3. B3 (Brain)
Pada saat dilakukannya inspeksi, tingkat kesadaran perlu dikaji, setelah
sebelumnya diperlukan pemeriksaan GCS untuk menentukan apakah klien berada
14

dalam aan compos mentis, somnolen, atau koma. Selain itu fungsi-fungsi sensorik
juga perlu dikaji seperti pendengaran, penglihatan penciuman, perabaan, dan
pengecapan.
4. B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine dilakukan dalam hubungannya dengan intake
cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria, karena itu
merupakan tanda awal syok.
5. B5 (Bowel)
Pada saat inspeksi, hal yang perlu diperhatikan adalah apakah abdomen
membuncit atau datar, te nerut menonjol atau tidak, umbilikus menonjol atau
tidak, selain itu juga perlu diinspeksi ada tidaknya ben benjolan atau massa. Pada
klien biasanya didapatkan indikasi mual dan muntah, penurunan nafsu makan,
dan penurunan berat badan.
6. B6 (Bone)
Hal yang perlu diperhatikan adalah adakah edema peritibial. feel pada kedua
ekstremitas untuk mengetahui tingkat perfusi perifer, serta dengan pemeriksaan
capillary time. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan kekuatan otot untuk kemudian
dibandingkan antara bagian kiri dan kanan.

D. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisi saja, tetapi kadang-
kadang sulit juga, sehingga perlu pemeriksaan penunjang seperti sinar tembus dada.
Diagnosis yang pasti bisa didapatkan melalui tindakan torakosentesis dan biopsi pleura
pada beberapa kasus
1. Sinar Tembus Dada Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan
membentuk bayangan seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral lebih tinggi
daripada bagian medial. Bila permukaannya horizontal dari lateral ke medial,
pasti terdapat udara dalam rongga tersebut yang bisa berasal dari luar atau dari
dalam paru-paru itu sendiri.
Hal lain yang dapat terlihat dalam foto dada efusi pleura adalah terdorongnya
mediastinum pada sisi yang berlawanan dengan cairan. Akan tetapi,bila terdapat
atelektasis pada sisi yang bersamaan dengan cairan, mediastinum akan tetap pada
tempatnya.
2. Torakosentesis
15

Aspirasi cairan pleura berguna sebagai sarana untuk diagnostik maupun


terapeutik. Torakosentesis sebaiknya dilakukan pada posisi duduk. Lokasi
aspirasi adalah pada bagian bawah paru di sela iga ke-9 garis aksila posterior
dengan memakai jarum abbocath nomor 14 atau 16. Pengeluaran cairan
sebaiknya tidak lebih dari 1.000-1.500 cc pada setiap kali aspirasi. Jika aspirasi
dilakukan sekaligus dalam jumlah banyak, maka akan menimbulkan syok pleural
(hipotensi) atau edema paru. Edema paru terjadi karena paru-paru terlalu cepat
mengembang.
3. Biopsi Pleura
Pemeriksaan histologis satu atau beberapa contoh jaringan pleura dapat
menunjukkan 50-75% diagnosis kasus pleuritis tuberkulosis dan tumor pleura.
Bila hasil biopsi pertama tidak memuaskan dapat dilakukan biopsi ulangan.
Komplikasi biopsi adalah pneumotorak, hemotorak, penyebaran infeksi atau
tumor pada dinding dada.
4. Pendekatan pada Efusi yang tidak terdiagnosis
Pemeriksaan penunjang lainnya:
 bronkoskopi: pada kasus-kasus neoplasma, korpus alienum, abses
 scanning isotop: pada kasus-kasus dengan emboli paru.
 torakoskopi (fiber-optic pleuroscopy): pada kasus dengan neoplasma atau
TBC.

E. Pemeriksaan Diagnostik.
Pemeriksaan Radiologi Pada Fluoroskopi maupun foto thoraks PA cairan yang kurang
dari 300 cc tidak bisa terlihat. Mungkin yang tampak hanya berupa penumpukkan efusi
subpulmonal. meskipun cairan pleura lebih dari 300 cc, frenicocostalis tampak tumpul
dan diafragma kelihatan meninggi. Untuk memastikannya, dilakukan dengan foto
thoraks lateral dari sisi yang sakit dekubitus). Foto ini akan memberikan hasil yang
memuaskan bila cairan pleura sedikit Pemeriksaan radiologi foto thoraks juga
diperlukan sebagai monitor atas intervensi yang telah diberikan di mana keadaan
keluhan klinis yang membaik dapat lebih dipastikan dengan penuriang pemeriksaan
foto thoraks.
1. Biopsi Pleura
16

Biopsi ini berguna untuk mengambil spesimen laringan pleura melalui biopsi
jalur perkutaneus. Biopsi ini dilakukan untuk mengetahui adanya sel sel ganas
atau kuman kuman penyakit (biasanya kasus ris ruberculosi dan tumor pleura).

2. Pengukuran Fungsi Paru (Spirometri)


Penurunan kapasitas vital, peningkatan rasio udara residual ke kapasitas total
paru, dan penyakit pleural pada tuberkulosis kronis tahap lanjut.

3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang spesifik adalah dengan memeriksa cairan pleura
agar dapat menunjang intervensi lanjutan. Analisis cairan pleura dapat dinilai
untuk mendeteksi kemungkinan penyebab dari efusi pleura. Pemeriksaan cairan
pleura hasil thorakosentesis secara makroskopis biasanya dapat berupa cairan
hemoragi, eksudat, dan transudat (dapat dilihat pada Gambar 4-5).
● Haemorrhagic pleural efusion, biasanya terjadi pada klien dengan adanya
keganasan paru atau akibat infark paru terutama disebabkan oleh tuberkulosis.
● Yellow exudate pleural efusion, terutama terjadi pada keadaan gagal jantung
kongestif, sindrom nefrotik, hipoalbuminemia, dan perikarditis konstriktif
● Clear transudate pleural efusion, sering terjadi pada klien den keganasan
ekstrapulmoner.

Penatalaksanaan Medis Pengelolaan efusi pleura ditujukan untuk pengobatan


penyakit dasar dan pengosongan cauran (thorakosentesis). Indikasi untuk
melakukan thorakosentesis adalah
a. Menghilangkan sesak napas yang disebabkan oleh akumulasi cairan dalam
rongga pleura
b. Bila terapi spesifik pada penyakit primer tidak efektifatau gagal
c. Bila terjadi reakumulasi cairan. Metsitr penusukan jarum pada
tharakosentetis (sematr Nanak dan Hantard, 2004).
Pengambilan pertama cairan pleura, tidak boleh lebih dari l000 cc karena
pengambilan cairan pleura dalam waktu dan dalam jumlah yang banyak dapat
menimbulkan edema paru yang ditandai dengan batuk dan sesak Kerugian t
sentesis adalah:
- Dapat menyebabkan kehilangan protein yang berada dalam cairan pleura
17

- Dapat menimbulkan infeksi di rongga pleura


- Dapat terjadi pneumothoraks.
- Diagnosis Keperawatan Ketidakefektifan pola pernapasan yang
berhubungan dengan menurunnya ckspansi paru sekunder terhadap
penumpukan cairan dalam rongga pleura.
18

Hasil Kemungkinan Penyebab/Penyakit


Leukosit 25.000 (mm3) Empiema
Banyak Neutrofil Pneumonia, infark paru, pankreatitis, dan TB
paru.
Banyak Limfosit Tuberkulosis, limfoma, dan keganasan.
Eosinofil meningkat Emboli paru, Polyathritis nodosa, parasit, dan
jamur.
Eritrosit Mengalami peningkatan 1000-10.000/mms,
cairan tampak hemograsis dan sering
dijumpai pada penderita pankreatitis atau
pneumonia. Bila eritrosit >100.000 mm
menunjukkan adanya infark paru, trauma
dada, dan keganasan.
Misotel banyak Jika terdapat mesotel kecurigaan TB bisa
disingkirkan.
Sitologi Hanya 50-60% kasus-kasus keganasan dapat
ditemukan keberadaan sel ganas. Sisanya
kurang lebih terdeteksi karena akumulasi
cairan pleura lewat mekanisme obstruksi,
preamonitas, atau atelektasis.s
Tabel 4-1 Perhitungan Sel dan Sitologi Cairan Pleura
19

F. Penatalaksanaan Medis
Pengelolaan efusi pleura ditujukan untuk pengobatan penyakit dasar dan pengosongan
cauran (thorakosentesis). Indikasi untuk melakukan thorakosentesis adalah
a. Menghilangkan sesak napas yang disebabkan oleh akumulasi cairan dalam
rongga pleura
b. Bila terapi spesifik pada penyakit primer tidak efektifatau gagal
c. Bila terjadi reakumulasi cairan
Pengambilan pertama cairan pleura, tidak boleh lebih dari l000 cc karena
pengambilan cairan pleura dalam waktu dan dalam jumlah yang banyak dapat
menimbulkan edema paru yang ditandai dengan batuk dan sesak.
Kerugian thorakosintesis adalah :
 Dapat menyebabkan kehilangan protein yang berada dalam cairan pleura
 Dapat menimbulkan infeksi di rongga pleura
 Dapat terjadi pneumothoraks.

G. Diagnosis Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan menurunnya
ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan sekresi mukus
yang kental. kelemahan, upaya batuk buruk, dan edema trakheal/faringeal
3. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan penurunan kemampuan
ekspansi paru dan kerusakan membran alveolar kapiler.
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan
akibat sesak napas sekunder terhadap penekanan struktur abdomen.
5. Gangguan ADL (Activity Daily Living) yang berhubungan dengan kelemahan
fisik umum dan keletihan sekunder akibat adanya sesak napas.
6. Cemas yang berhubungan dengan adanya ancaman kematian yangdibayangkan
(ketidakmampuan untuk bernapas)
20

7. Gangguan pola tidur dan istirahat yang berhubungan dengan batuk yang menetap
dan sesak napas serta perubahan suasana lingkungan
8. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat
mengenal proses penyakit dan pengobatan.

Pola napas tidak efektif, yang berhubungan dengan:


 penurunan ekspansi paru (akumulasi dari udara/cairan);
 proses radang Ditandai dengan:
 dispnea, takipnea, perubahan kedalaman pernapasan;
 penggunaan otot bantu pernapasan, nasal faring;
 sianosis, ABGs abnormal;
 perubahan pergerakan dinding dada.
Risiko tinggi terhadap trauma, yang berhubungan dengan :
 ketergantungan alat eksternal;
 proses penyakit saat ini;
Nyeri akut, yang berhubungan dengan:
 terangsangnya saraf intratorak sekunder terhadap iritasi pleura;
 inflamasi parenkim paru
Kerusakan pertukaran gas, yang berhubungan dengan
 penurunan kemampuan rekoil paru, gangguan transportasi oksigen.

Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan menurunnya ekspansi


paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.
Tujuan
Dalam waktu 2 x 24 jam setelah diberikan intervensi klien mampu mempertahankan fungsi
paru secara norma
Kriteria evaluasi
Irama, frekuensi, dan kedalaman pernapasan berada dalam batas normal. pada pemeriksaan
Rontgen thoraks tidak ditemukan adanya akumulasi cairan, dan bunyi napas terdengar jelas.
Rencana Intervensi Rasional
Identifikasi faktor penyebab.
Dengan mengidentifikasikan penyebab, kita
dapat menentukan jenis efusi pleura sehingga
21

dapat mengambil tindakan yang tepat.


Kaji kualitas, frekuensi, dan kedalaman Dengan mengkaji kualitas, frekuensi, dan
pernapasan, serta melaporkan setiap kedalaman pernapasan, kita dapat
perubahan yang terjadi. mengetahui sejauh mana perubahan kondisi
klien.
Baringkan klien dalam posisi yang nyaman, Penurunan diafragma dapat memperluas
dalam posisi duduk, dengan kepala tempat daerah dada sehingga ekspansi paru bisa
tidur ditinggikan 60-900 atau miringkan ke maksimal. Miring ke arah sisi yang sakit
arah sisi yang sakit. dapat menghindari efek penekanan gravitasi
cairan sehingga ekspansi dapat maksimal.
Observasi tanda-tanda vital (nadi dan Peningkatan frekuensi napas dan takikardi
pernapasan). merupakan indikasi adanya penurunan fungsi
paru.
Lakukan auskultasi suara napas tiap 2-4 jam. Auskultasi dapat menentukan kelainan suara
napas pada bagian paru.
Bantu dan ajarkan klien untuk batuk dan Menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau
napas dalam yang efektif napas dalam Penekanan otot-otot dada serta
abdomen membuat batuk lebih efektif.
Kolaborasi dengan tim medis lain untuk Pemberian O2 dapat menurunkan beban
pemberian 0, dan obat- obatan serta foto pernapasan dan mencegah terjadinya sianosis
thoraks. akibat hipoksia. Dengan foto thoraks dapat
dimonitor kemajuan dari berkurangnya cairan
dan kembalinya daya kembang paru.
Kolaborasi untuk tindakan thorakosentesis. Tindakan thorakosentesis atau pungsi pleura
bertujuan untuk menghilangkan sesak napas
yang disebabkan oleh akumulasi cairan
dalam rongga plera.

Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan sekresi mukus yang
kental, kelemahan, upaya batuk dan edema trakheal/faringeal.
Tujuan: Dalam waktu 2 x 24 jam setelah diberikan intervensi, bersihan ialan napas
Kriteria evaluasi:
22

- Klien mampu melakukan batuk efektif


- Pernapasan klien normal (16-20 x/menit) tanpa ada penggunaan otot bantu napas. Bunyi
napas normal, Rh -/- dan pergerakan pernapasan normal.
Rencana Intervensi Rasional
Kaji fungsi pernapasan bunyi napas, Penurunan menunjukkan atelektasis,
kecepatan, irama, kedalaman, dan menunjukkan akumulasi sekret dan
penggunaan otot bantu napas) ketidakefektifan pengeluaran sekresi yang
selanjutnya dapat menimbulkan penggunaan
otot bantu napas dan peningkatan kerja
pernapasan
Kaji kemampuan mengeluarkan sekresi, catat Pengeluaran akan sulit bila sekret sangat
karakter dan volume sputum. kental (efek infeksi dan hidrasi yang tidak
adekuat)
Berikan posisi semifowler/fowler tinggi dan Posisi fowler memaksimalkan ekspansi paru
bantu klien latihan napas dalam dan batuk dan menurunkan upaya bernapas. Ventilasi
efektif. maksimal membuka area atelektasis dan
meningkatkan gerakan sekret ke dalam jalan
napas besar untuk dikeluarkan
Pertahankan intake cairan sedikitnya 2500 Hidrasi yang adekuat membantu
ml/hari kecuali tidak diindikasikan. mengencerkan sekret dan mengefektifkan
pembersihan jalan napas.
Bersihkan sekret dari mulut dan trakhea, bila Mencegah obstrsuksi dan aspirasi.
perlu lakukan pengisapan (suction). Pengisapan diperlukan bila klien tidak
mampu mengeluarkan sekret. Eliminasi
lendir dengan suction sebaiknya dilakukan
dalam jangka waktu kurang dari 10 menit,
dengan pengawasan efek samping suction.
Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi Pengobatan antibiotik yang ideal adalah
Obat antibiotik dengan adanya dasar dari tes uji resistensi
kuman terhadap jenis antibiotik sehingga
lebih mudah mengobati pneumonia.
Agen mukolitik Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan
perlengketan sekret paru untuk memudahkan
24

pembersihan.
Bronkodilator: jenis aminofilin via intravena Bronkodilator meningkatkan diameter lumen
percabangan trakheobronkhial sehingga
menurunkan tahanan terhadap aliran udara.
Kortikosteroid Kortikosteroid berguna pada hipoksemia
dengan keterlibatan luas dan bila reaksi
inflamasi mengancam kehidupan.
25

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN :
Efusi pleura terbanyak bersifat eksudat dan disebabkan oleh malignansi dan tuberkulosis.
Karakteristik efusi eksudatif adalah unilateral, melibatkan hemitoraks kanan dan bersifat
masif. Karakteristik efusi transudatif adalah bilateral, melibatkan hemitoraks kanan dan
bersifat tidak masif. Efusi pleura tuberkulosis mempunyai median LDH dan protein cairan
pleura serta rasio protein cairan pleura terhadap serum lebih tinggi tetapi tidak berbeda
bermakna dibandingkan efusi pleura ganas sedangkan efusi pleura ganas memiliki median
leukosit lebih tinggi. Gradien albumin EPG lebih tinggi dan berbeda bermakna dibandingkan
efusi TB.

B. LATIHAN

1. Secara patologis efusi pleura terjadi karena . . .


1. Meningkatnya tekanan hidrostatik
2. Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma
3. Meningkatnya permeabilitas kapiler
4. Berkurangnya absorbsi limfatik

2. Cairan pleura diproduksi oleh . . .


A. Pleura visera
B. Pleura parietalis
C. Kelenjar getah bening
D. Pembuluh kapiler
E. Pleura visera dan parietalis

3. Sedangkan cairan pleura diabsorbsi oleh . . .


A. Pleura viseralis
B. Pleura parietalis
C. Pembuluh limfe
D. Kelenjar getah bening
E. Pembuluh kapiler
26

4. Cairan yang terbentuk dari filtrasi plasma melalui endotel kapiler akan diabsorbsi oleh..
A. Pembuluh limfe dan venula pleura
B. Pleura viseralis
C. Pleura parietalis
D. Kelenjar getah bening
E. Pembuluh kapiler
5. Pada pleura normal dapat terjadi efusi pleura jika terjadi . . .
A. Gagal jantung kongestif
B. Asma
C. Adanya defek atau lubang katub jantung
D. Pembesaran jantung
E. Anomali pada jantung kongestif

KUNCI JAWABAN :
Jawaban 1 : E. Benar semua
Jawaban 2 : B. Pleura parietalis
Jawaban 3 : A. Pleura viseralis
Jawaban 4 : A. Pembuluh limfe dan venula pleura
Jawaban 5 : A. Gagal jantung kongestif

You might also like