You are on page 1of 16

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Dengue Haemoragic Fever (DHF) atau demam berdarah dengue adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh Virus Dengue dan ditulakan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti
(Nursalam dkk, 2008).

Menurut (Widagdo, 2011) Dengue Haemoragic Fever yaitu suatu sindrom bersifat akut
dan benigna disebabkan oleh arbovirus yang ditandai oleh demam bifasik, nyeri otot/sendi,
ruam kulit, savalgia, dan limfadenopati. Infeksi sekunder oleh virus dengue dengan serotype
berbeda merupakan factor resiko atas timbulnya demam berdarah dengue atau Dengue
Haemoragic Fever.

Penyakit demam berdarah adalah penyakit demam akut yang biasa menyebabkan
kematian dan disebabkan oleh empat serotype virus dari genus flavi virus, virus RNA dari
keluarga flaviviridae (Soedarto, 2012).

Klasifikasi DHF, menurut WHO berdasarkan tanda klinisnya, dibagimenjadi empat derajat yaitu:

1. Derajat 1
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Uji torniquet + trombosit dan
hemokonsentrasi
2. Derajat 2
Derajat 1 disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
3. Derajat 3
Ditemukan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah, gelisah,
sianosis sekitar mulut, hidung, dan ujung jari.
4. Derajat 4
Syok hebat dengan nadi tak teraba dan tekanan daraqh tidak dapat diukur, biasa disebut DSS
(Dengue Syock Syndrom).
B. Anatomi Fisiologi Sistem Sirkulasi

System sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigendari traktus
digestivus dan dari paru-paru ke seluruh sel-sel tubuh. Selain itu system sirkulasi merupakan
sarana untuk membuang sisa-sisa metabolisme dari sel-sel keginjal, paru-paru yang merupakan
tempat ekskresi sisa-sisa metabolisme.organorgansirkulasi (Pearce, 2006: 121).

1. Jantung
Merupakan organ yang berbentuk kerucut yang ada di dalam ronggathorax, di antara
paru-paru agak lebih ke arah kiri. Struktur jantung meliputi:atrium kanan, atrium kiri,
ventrikel kanan, ventrikel kiri, katup trikuspidalis,katup bikuspidalis, endokardium,
miokardium, dan perikardium (Pearce, 2006:121).
2. Pembuluh Darah
Pembuluh darah terdapat tiga macam (Pearce, 2006: 124), yaitu:
a. Pembuluh Darah Nadi (Arteri)
Arteri meninggalkan jantung pada ventrikel kiri dan kanan.Beberapa pembuluh arteri
yang berperan penting, antara lain: arterikoronaria (mendarai dinding jantung), arteri
subklavikula (arteri bawahselangka yang bercabang dan melewati aksila), arteri
brachialis (padalengan atas), arteri radialis (pada pangkal ibu jari), arteri karotis
(mendarahikepala dan otak), arteri temporalis (arteri yang teraba pada bagian
depantelinga), arteri facialis (teraba di sudut bawah rahang), arteri femoralis(berjalan
ke bawah mneyusuri paha menuju ke belakang lutut), arteri tibia(arteri pada kaki), dan
arteri pulmonalis (arterio yang menuju ke paru-paru).
b. Pembuluh kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang berasal daricabang terhalus
dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dibawahmikroskop. Kapiler membentuk
anyaman di seluruh jaringan tubuh yangselanjutnya bertemu membentuk pembuluh
darah vena.Fungsi kapiler adalah sebagai alat penghubung arteri dan vena,tempat
terjadinya pertukaran zat-zat antara darah dan cairan jaringan,mengambil hasil-hasil
dari kelenjar, menyerap hasil makanan yang terdapatdi usus, dan menyaring darah
yang terdapat di ginjal.

c. Pembuluh Darah Balik (Vena)


Vena adalah pembuluh yang membawa darah kembali ke jantung.Beberapa vena yang
penting adalah: Vena cava superior (membawa darahkotor dari kepala, thorax, dan
ekstrimitas atas ke atrium kanan), vena cavainferior (mengembalikan darah kotor dari
tubuh bagian bawah ke jantung),vena pulmonalis (vena yang membawa darah dari
paru-paru ke jantung),dan vena jugularis (vena yang membawa darah dari otak
kembali kejantung).

3. Darah
Darah adalah jaringan cair yang terdiri dari dua bagian, yaitu plasma dansel-sel darah
((Pearce, 2006: 123). Sedangkan menurut Syaifudin (2002: 58),darah adalah jaringan
tubuh yang terdapat dalam pembuluh yang berwarnamerah.Proses pembentukan sel darah
terjadi di tiga tempat, yaitu sumsumtulang, hepar, dan limpa. Volume darah pada tubuh
yang sehat atau orangdewasa sekitar 1/3 dari berat badan atau kira-kira sebanyak 4-5
liter. Jumlahtersebut berbeda pada masing-masing orang tergantung pada umur,
jeniskelamin, pekerjaan, keadaan jantung, dan pembuluh darah.
a. Fungsi Darah
1) Alat pengangkut untuk mengambil O2 atau zat makanan dan diedarkanke seluruh
tubuh, mengangkut CO2 untuk dikeluarkan, mengambil zatzatmakanan dari usus
halus untyuk diedarkan ke seluruh jaringan, danmengangkat zat-zat yang yidak
dibutuhkan tubuh untuk dibuang.
2) Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan kuman penyakit dan racundmelalui
kerja leukosit,antibody, dan zat-zat anti racun.
3) Memberi panas ke seluruh tubuh.
b. Bagian-bagian Darah
1) Sel darah
Sel-sel darah terdiri dari:
- Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit merupakan cakram bikonkaf yang tidak berinti dantidak dapat bergerak.
Sel ini berwarna kuning kemerahan danmengandung Haemoglobin (Hb).
Berfungsi sebagai pengikat O2 dariparu-paru untuk diedarkan ke seluruh tubuh
dan mengikat CO2 darijaringan untuk dikeluarkan.

- Leukosit (sel darah putih)


Sel darah putih bentuknya dapat berubah-ubah dan dapatbergerak dengan
perantara kaki palsu. Leukosit berwarna beningdan memiliki inti yang
bermacam-macam. Berfungsi sebagipertahanan tubuh terhadap kuman atau bibit
penyakit. Terdiri darisel agranulosit (tidak mempunyai granula) berupa
limfosit(memakan dan membunuh bakteri yang masuk) dan monosit(sebagai
fagosit, berjumlah 34 %). Sel lain memiliki granula(granulosit) yang terdiri dari
neutrofil, eosinofil, dan basofil.
- Trombosit (sel plasma)
Merupakan benda-benda kecil yang ukurannya bermacammacam.Berwarna putih
dan normal berjumlah 150.000-450.000/mm3, trombosit berperan penting dalam
proses pembekuandarah.
2) Plasma darah
Bagian darah encer yang tanpa sel darah, warna bening kekuningan, jumlah
hampir 90 % plasma darah terdiri dari:
a. Fibrinogen yang berperan dalam pembekuan darah,
b. Garam-garam mineral,
c. Protein darah (albumin dan globulin),
d. Zat makanan (asam amino, glukosa lemak, mineral, dan vitamin),
e. Hormon, yaitu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh,
f. Antibody atau antitoksin.
C. Etiologi

Dengue Hemoragic Fever disebabkan oleh virus Dengue, yang termasuk dalam genus
Flavirus, keluarga Flafiviridae. Virus ini masuk ke dalam tubuh melalui vector berupa
nyamuk Aedes Aegipty dan beberapa spesies lainnya seperti Aedes Albopictus dan Aedes
Polynesiensis, (Hidayat, 2006: 123).

Seseorang yang digigit oleh nyamuk yang membawa virus ini akan tertulari dan akan
mengalami viremia yang menunjukkan tanda-tanda khas seperti demam, nyeri otot dan atau
sendi yang disertai leucopenia, ruam, limfadenopati, trombositipenia, dan diathesis
hemoragik (Sudoyo, 2006: 1732).

D. Patofisiologi

Penyebab utama dari DHF adalah virus Dengue, virus ini ditularkan melalui faktor
nyamuk aedes aegypty virus dengue ini masuk kedalam sirkulasi darah menyebar sehingga
terjadi piremia/beredarnya kuman dalam darah. Virus dengue dianggap sebagai antigen
sehingga akan meransang tubuh untuk mengeluarkan antibody. Virus ini tidak langsung
menimbulkan gejala melainkan proses inkubasi (2 minggu). Setelah masa inkubasi dilalui,
terjadi penyebaran virus dalam darah selama 2 hari dan puncak penyebarannya pada hari ke
6/ke 7 bersamaan dengan timbulnya antibody yang memiliki aktivitas untuk
menetralisasi/aktivitas complema n, sehingga banyak virus dihilangkan dan penderita
mengalami penyembuhan. Jika tubuh mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dalam
sirkulasi darah yang berlebihan maka akan menyebabkan pengaktivan sistem komplemen dan
dilepaskannya anavilaktosin ( C3a & C5a) dan melepaskan histamin yang bersifat faso aktif
sehingga terjadi peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah. Peningkatan
permeabilitas dinding pembuluh darah menyebabkan merembesnya plasma darah keluar dari
pembuluh darah dan mengurangi volume plasma. Selain mengurangi volume plasma
perembesan plasma mengakibatkan terjadinya hepatomegali dan kerusakan dihepar karena
adanya peningkatan kerja hepar.

Peningkatan kerja hepar mengakibatkan penderita mengalami nyeri akibat perdarahan


yang terjadi pada lobulus hati dan sel-sel kapiler. Beredarnya virus dalam sirkulasi darah
mengakibatkan terbentuknya kompleks antibody sehingga menyebabkan umur trombosit
semakin pendek dengan kata lain terjadinya trombositopenia. Trombositopenia
mengakibatkan perdarahan pada pembuluh darah kapiler sehingga tampak bercak-bercak
merah pada kulit penderita DHF. Terbentuknya kompleks antibody dalam sirkulasi darah
meransang sel-sel monosit, eosinovil, untuk mengeluarkan zat patogen dan endogen berupa
Pge2/prostaglandin E 2 untuk mengirimkan inpuls ke hipotalamus dan terjadi peningkatan
suhu tubuh. Didalam zat-zat pirogen ini, terdapat IU dan TNF yang mengakibatkan
peningkatan leptin. Peningkatan leptin meransang medula vomiting dan terjadilah negativ
feedback di hipotalamus ventromedial dan mengakibatkan penurunan napsu makan.

E. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnostik DHF perlu dilakukan berbagai pemeriksaan penunjang,
diantaranya adalah pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi, (Hadinegoro, 2006:
17).
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
 IgG dengue positif (dengue blood)
 Trombositipenia
 Hemoglobin meningkat >20%
 Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)
 Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinema, hiponatremia,
hypokalemia
 SGOT dan SGPT mungkin meningkat
 Ureum dan pH darah mungkin meningkat
 Waktu perdarahan memanjang
 Pada analisa gas darah arteri menunjukkan asidois metabolik PCO2 <35-40 mmHg,
HCO3 rendah.
2) Pemeriksaan urine
Pada pemeriksaan urine dijumpai albumin ringan.
3) Pemeriksaan serologi
Beberapa pemeriksaan serologis yang biasa dilakukan pada klien yang diduga terkena
DHF adalah:
 Uji hemaglutinasi inhibisi (HI test)
 Uji komplemen fiksasi (CF test)
 Uji neutralisasi (N test)
 IgM Elisa (Mac. Elisa)
 IgG Elisa

Melakukan pengukuran antibodi pasien dengan cara HI test (Hemoglobin Inhibiton test)
atau dengan uji pengikatan komplemen (komplemen fixation test) pada pemeriksaan serologi
dibutuhkan dua bahan pemeriksaan yaitu pada masa akut dan pada masa penyembuhan.
Untuk pemeriksaan serologi diambil darah vena 2-5 ml, (Hadinegoro, 2006: 19).

4) Pemeriksaan radiology
 Foto thorax
Pada foto thorax mungkin dijumpai efusi pleura.
 Pemeriksaan USG
Pada USG didapatkan hematomegali dan splenomegali.

F. Penatalaksanaan
1. Medis
Pada dasarnya pengobatan pasien DHF bersifat simtomatis dan suportif
a. DHF tanpa renjatan
Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan haus. Pada
pasien ini perlu diberi banyak minum, yaitu 1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh
manis, sirup, susu, dan bila mau lebih baik oralit. Cara memberikan minum sedikit demi sedikit
dan orang tua yang menunggu dilibatkan dalam kegiatan ini. Jika anak tidak mau minum sesuai
ang dianjurkan tidak dibenarkan pemasangan sonde karena merangsang resiko terjadi
perdarahan.
Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik dan kompres dingin. Jika terjadi kejang
diberi luminal atau anti konfulsan lainnya. Luminal diberikan dengan dosis : anak umur kurang 1
tahun 50 mg IM, anak lebih 1 tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang belum berhenti lminal
diberikan lagi dengan dosis 3 mg/kg BB. Anak diatas 1 tahun diveri 50 mg, dan dibawah 1 tahun
30 mg, dengan memperhatikan adanya depresi fungsi vital.
Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila :
a) Pasien terus-menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam
terjadinya dehidrasi.

b) Hematokrit yang cenderung meningkat

Hematokrit mencerminkan kebocoran plasma dan biasanya mendahului mnculnya secara


klinik perubahan fungsi vital (hipotensi, penurunan tekanan nadi), sedangkan turunya
nilai trombosit biasanya mendahului naiknya hematokrit. Oleh karena itu, pada pasien
yang diduga menderita DHF harus diperiksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari mlai hari
ke-3 sakit sampai demam telah turun 1-2 hari. Nilai hematokrit itlah yang menentukan
apabila pasien perlu dipasang infus atau tidak.

b. DHF disertai renjatan (DSS)


Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera sipasang infus sebagai penganti cairan yang
hilang akibat kebocoran plasma. Caiaran yang diberikan bisanya Ringer Laktat. Jika pemberian
cairan tidak ada respon diberikan plasma atau plasma ekspander, banyaknya 20-30 ml/kgBB.
Pada pasien dengan renjatan berat diberikan infs harus diguyur dengan cara membuka klem
infus.
Apabila renjatan telah teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitudo nadi besar, tekanan sistolik 80
mmHg /lebih, kecepatan tetesan dikurangi 10 l/kgBB/jam. Mengingat kebocoran plasma 24-48
jam, maka pemberian infus dipertahankan sampai 1-2 hari lagi walaupn tanda-tanda vital telah
baik.
Pada pasien renjtan berat atau renjaan berulang perlu dipasang CVP (Central Venous Pressure)
untuk mengukur tekanan vena sentral melalui vena magna atau vena jugularis, dan biasanya
pasien dirawat di ICU. Tranfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal
yang berat. Kadang-kadang perdarahan gastrointestinal berat dapat diduga apabila nilai
hemoglobin dan hematokrit menutun sedangkan perdarahanna sedikit tidak kelihatan. Dengan
memperhatikan evaluasi klinik yang telah disebut, maka engan keadaan ini dianjurkan pemberian
darah.

Prinsip etika keperawatan yang akan diberikan


Beneficience (berbuat baik)
Beneficience berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik. Kebaikan juga memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan. Penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikkan oleh diri dan orang lain. Kadang-kadang dalam situasi pelayanan
kesehatan kebaikkan menjadi konflik dengan otonomi.

Autonomy
Prinsip otonomy didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
memutuskan. Orang dewasa dianggap kompoten dan memiliki kekuatan membuat keputusan
sendiri, prinsip otonomy ini adalah bentuk respek terhadap seseorang, juga dipandang sebagai
persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomy merupakan hak kemandirian
dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan
otonomy saat perawat menghargai hak-hak pasien dalam membuat keputusan tentang perawatan
dirinya.

Advokasi
Adalah pemberian saran dalam upaya melindungi dan mendukung hak-hak pasien. Hal tersebut
merupakan suatu kewajiban moral bagi perawat dalam mempraktekan keperawatan profesional.

G. Komplikasi
Adapun komplikasi dari DHF (Hadinegoro, 2006: 23) adalah:
1. Perdarahan
Disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit dan koagulopati, dan
trombositopeni dihubungkan meningkatnya megakoriosit muda dalam sel-sel tulang dan
pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi perdarahan dapat dilihat pada uji torniquet positif,
ptekie, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis, dan melena (Hadinegoro, 2006:
24).
2. Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi pada hari ke 2-7 yang disebabkan oleh peningkatan
permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura
dan peritoneum, hiponatremia, hemokonsentrasi, dan hipovolemi yang mengakibatkan
berkurangnya aliran balik vena, penurunan volume sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi
disfungsi atau penurunan perfusi organ. DSS juga disertai kegagalan hemeostasis yang
mengakibatkan aktivitas dan integritas sistem kardiovaskular, perfusi miokard dan curah jantung
menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel secara
progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan meninggal
dalam wakti 12-24 jam (Hadinegoro, 2006: 25).

3. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang dihubungkan dengan nekrosis karena
perdarahan yang terjadi pada lobulus hati dan sel-sel kapiler. Terkadang tampak sel metrofil dan
limphosit yang lebih besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus
antibody (Hadinegoro, 2006: 15).

4. Efusi Pleura
Terjadi karena kebocoran plasma yang mngekibatkan ekstrasi cairan
intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga
pleura dan adanya dipsnea (Hadinegoro, 2006: 23).

H. Pathway
I. Pengkajian Fokus

Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utamadan hal yang penting
dilakukan, baik saat penderita baru pertama kali datingmaupun selama klien dalam masa
perawatan ((Hadinegoro, 2006: 10). Data yangdiperoleh dari pengkajian klien dengan DHF dapat
diklasifikasikan menjadi:

Data dasar

1. Pola nutrisi dan metabolik


Tanda : Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor, nyeri tekanpada ulu hati.
2. Pola eliminasi
Tanda : Konstipasi, penurunan berkemih, melena, hematuri, (tahap lanjut).
3. Pola aktifitas dan latihan
Tanda : Dispnea, pola nafas tidak efektif, karena efusi pleura.
4. Pola istirahat dan tidur
Gejala : Kelelahan, kesulitan tidur, karena demam/ panas/ menggigil.
Tanda : Nadi cepat dan lemah, dispnea, sesak karena efusi pleura, nyeriepigastrik, nyeri otot/
sendi.
5. Pola persepsi sensori dan kognitif
Gejala : Nyeri ulu hati, nyeri otot/ sendi, pegal-pegal seluruh tubuh.
Tanda : Cemas dan gelisah.
6. Persepsi diri dan konsep diri
Tanda : Ansietas, ketakutan, gelisah.
7. Sirkulasi
Gejala : Sakit kepala/ pusing, gelisah
Tanda : Nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, dispnea,perdarahan nyata (kulit
epistaksis, melena hematuri), peningkatanhematokrit 20% atau lebih, trombosit kurang dari
100.000/mm.
8. Keamanan
Gejala : Adanya penurunan imunitas tubuh, karena hipoproteinemia.
9. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi :
 Keadaan umum pasien : lemah.
 Kesadaran : kompomentis, apatis, somnolen, soporocoma, koma refleks,sensibilitas,
nilai gasglow coma scale (GCS).
 Tanda-tanda vital : tekanan darah (hipotensi), suhu (meningkat), nadi(takikardi),
pernafasan (cepat).
 Keadaan : kepala (pusing), mata, telinga, hidung (epistaksis), mulut(mukosa kering,
lidah kotor, perdarahan gusi), leher, rektum, alat
kelamin, anggota gerak (dingin), kulit (ptekie).
 Sirkulasi : turgor (jelek).
 Keadaan abdomen :
Inspeksi : datar
Palpasi : teraba pembesaran pada hati
Perkusi : bunyi timpani
Auskultasi : peristaltik usus

1. Data khusus, meliputi:


a. Data subyektif
Pada pasien DHF data subyektif yang sering ditemukan adalah :
1. Lemah
2. Panas atau demam
3. Sakit kepala
4. Anoreksia (tidak mafsu makan, mual, sakit saat makan)
5. Nyeri ulu hati
6. Nyeri pada otot dan sendi
7. Pegal-pegal pada seluruh tubuh
8. Konstipasi
b. Data obyektif
Data obyektif yang dijumpai pada penderita Dengue Haemoragic
Fever adalah :
1. Suhu tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan
2. Mukosa kering, perdarahan pada gusi, lidah kotor
3. Tampak bintik merah pada kulit (ptekie) uji tournikuet positif,epistaksis,
(perdarahan pada hidung), ekimosis, hematoma,hematemesis, melena.
4. Nyeri tekan pada epigastrik
5. Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limfa
6. Pada renjatan nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstrimitas dingin,gelisah, sianosis
perifer, nafas dangkal.
2. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnostik DHF perlu dilakukan berbagaipemeriksaan penunjang,
diantaranya adalah pemeriksaan laboratorium danpemeriksaan radiologi, (Hadinegoro,
2006: 17).
3. Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
a. IgG dengue positif (dengue blood)
b. Trombositipenia
c. Hemoglobin meningkat >20%
d. Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinema,hiponatremia,
hipokalemia
f. SGOT dan SGPT mungkin meningkat
g. Ureum dan pH darah mungkin meningkat
h. Waktu perdarahan memanjang
i. Pada analisa gas darah arteri menunjukkan asidois metabolik PCO2<35-40
mmHg, HCO3 rendah.(Hadinegoro, 2006: 44).
2. Pemeriksaan urine
Pada pemeriksaan urine dijumpai albumin ringan.
3. Pemeriksaan serologi
Beberapa pemeriksaan serologis yang biasa dilakukan pada klienyang diduga terkena
DHF adalah:
a. Uji hemaglutinasi inhibisi (HI test)
b. Uji komplemen fiksasi (CF test)
c. Uji neutralisasi (N test)
d. IgM Elisa (Mac. Elisa)
e. IgG Elisa(Hadinegoro, 2006: 19).Melakukan pengukuran antibodi pasien
dengan cara HI test(Hemoglobin Inhibiton test) atau dengan uji pengikatan
komplemen.(komplemen fixation test) pada pemeriksaan serologi dibutuhkan
duabahan pemeriksaan yaitu pada masa akut dan pada masa penyembuhan.Untuk
pemeriksaan serologi diambil darah vena 2-5 ml, (Hadinegoro,2006:19).
4. Pemeriksaan radiology
a. Foto thorax
Pada foto thorax mungkin dijumpai efusi pleura.
b. Pemeriksaan USG
Pada USG didapatkan hematomegali dan splenomegali.
J. Intervensi
1. Ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan kurangnya volume plasma
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….volume cairan dapat terpenuhi
KH :
 Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan perilaku yang, perlu untuk
memperbaiki defisit cairan
 Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan oleh haluaran urine
adekuat, tanda-tanda vital stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.
 Volume cairan cukup, input cukup, output tidak berlebih.
Intervensi :
a. Kaji keadaan umum pasien (lemah pucat, tachicardi) serta tanda-tanda vital.
Rasional : Menetapkan data dasar pasien, untuk mengetahui dengan cepat
penyimpangan dari keadaan normalnya
b. Observasi adanya tanda-tanda syok.
Rasional : Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok yang dialami
pasien.
c. Berikan cairan intravaskuler sesuai program dokter.
Rasional : Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang mengalami defisit
volume cairan dengan keadaan umum yang buruk karena cairan langsung masuk
kedalam pembuluh darah.
d. Anjurkan pasien untuk banyak minum
Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh.
e. Kaji tanda dan gejala dehidrasi atau hipovolemik (riwayat muntah diare, kehausan
turgor jelek).
Rasional : Untuk mengetahui penyebab devisit volume cairan, jika haluaran urine <
25 ml/jam, maka pasien mengalami syok
f. Kaji perubahan haluaran urine dan monitor asupan haluaran
Rasional :Untuk mengetahui keseimbangan cairan dan tingkatan dehidrasi.

2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (viremia)


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….. temperatur suhu dalam batas
normal (36°-37° C).
KH:
a. Klien tidak menunjukkan kenaikan srihu tubuh.
b. Suhu tubuh dalam batas normal (36°-37° C)
Intervensi :
a. Kaji saat timbulnya demam
Rasional : Untuk mengidentifikasi pola demam pasien
b. Observasi tanda-tanda vital
Rasional : Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum
pasien.
c. Tingkatkan intake cairan.
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat
sehingga perlu diimbangi asupan cairan
d. Catat asupan dan keluaran
Rasional : untuk mengetahui ketidakseimbangancairan tubuh
e. Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter
Rasional : pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.
3. Deficit nutrisi b.d penurunan napsu makan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
KH : Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang dibutuhkan atau
diberikan .
Intervensi :
a. Kaji keluhan mual dan muntah yang dialami oleh pasien
Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya.
b. Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
Rasional : Untuk menghindari mual dan muntah
c. Jelaskan manfaat nutrisi bagi pasien terutama saat pasien sakit.
Rasional : Meningkatkan Pengetahuan pasien tentang nutrisi sehingga motivasi pasien
untuk makan meningkat.
d. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur dan dihidangkan saat masih
hangat.
Rasional : membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan
makanan.
e. Catat jumlah dan porsi makanan yang dihabiskan
Rasional : untuk mengetahui pemenuhan nutrisi pasien.
f. Ukur berat badan pasien setiap hari.
Rasional : untuk mengetahui status gizi pasien

You might also like