Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Agung Kurniawan
NIRM : 06 2 4 14 543
KEMENTERIAN PERTANIAN
Oleh :
Agung Kurniawan
NIRM : 06 2 4 14 543
Disetujui : 2018
Mengetahui,
Ketua Jurusan Penyuluhan Peternakan
ii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal
kajian ini dengan baik.
Penulisan proposal ini tentunya banyak mendapatkan bimbingan dan
arahan dari dosen maupun dari pihak lain sehingga dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ir. Ali Rachman, M.Si. selaku Ketua STPP Magelang.
2. Gatot Adiwinarto, S.Pt., M.Si. selaku Dosen dan Ketua Jurusan Penyuluhan
Peternakan STPP Magelang.
3. Nirboyo Soeharso, S.Pd. MM. Selaku Dosen dan Pembimbing Utama.
4. Dra. Suharti, MP. selaku Dosen dan Pembimbing Pendamping.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan proposal ini.
Penulis menyadari penulisan proposal ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
dari semua pihak.
Magelang, 2018
Penulis
iii
DAFTAR ISI
PRAKATA.........................................................................................................................iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iv
I. PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan Kajian.........................................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................3
A. Biogas....................................................................................................................3
B. Proses Pembentukan Biogas...................................................................................4
C. Digester Biogas......................................................................................................5
D. Bahan Penghasil Biogas.........................................................................................7
E. Faktor yang Mempengaruhi Produksi Biogas.......................................................10
III. METODOLOGI.................................................................................................13
A. Lokasi dan Waktu.................................................................................................13
B. Alat dan Bahan.....................................................................................................13
C. Jalannya Pengkajian.............................................................................................13
D. Rancangan Instalasi Biogas..................................................................................15
IV. DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................21
iv
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
2
C. Tujuan Kajian
Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan - bahan
limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri Anaerob
(bakteri yang dapat hidup tanpa oksigen) (Wahyuni, 2013).
Nilai kalor pada biogas 4800–6200 kkal/m3 nilai ini sedikit lebih rendah
dari nilai kalor gas metana murni 8900 kkal/m3(Surono, 2014). Kandungan biogas
didominasi oleh gas metana (CH4) yang merupakan hasil sampingan dari proses
degradasi bahan organik, seperti kotoran ternak, manusia, sampah, dan sisa-sisa
limbah lainnya. Pemanfaatan kotoran ternak selain dapat menghasilkan biogas
untuk bahan bakar, juga membantu kelestarian lingkungan dan memperoleh
manfaat-manfaat lain seperti pupuk yang baik untuk tanaman, mencegah lalat, dan
bau tidak sedap yang berarti ikut mencegah sumber penyakit (Wibowo dkk.,
2013). Komposisi jenis gas dan jumlahnya pada suatu unit biogas dipaparkan pada
tabel 1 berikut.
Table 1. Komposisi jenis gas dan jumlahnya pada suatu unit biogas
No Komponen %
1 Methana (CH4) 55-75
2 Karbondioksida (CO2) 25-45
3 Nitrogen (N2) 0-0,3
4 Hydrogen (H2) 1-5
5 Hydrogen Sulfida (H2S) 0-3
6 Oksigen (O2) 0,1-0,5
Sumber : (Fadli dkk., 2013)
2. Pengasaman (Asidifikasi)
Senyawa-senyawa yang terbentuk pada tahap hidrolisis akan dijadikan
sumber energi bagi mikroorganisme untuk tahap selanjutnya, yaitu
6
C. Digester Biogas
diproses sebelum unit yang besar dibangun. Miniatur tipe batch dirancang
oleh Henry Doubleay Research Association. Digester ini memiliki kapasitas
10 liter dan cocok digunakan sebagai percobaan di laboratorium (Fry, 1973).
Digester tipe batch memiliki kelebihan lain, yaitu dapat digunakan
ketika bahan tersedia pada waktu – waktu tertentu dan bila memiliki
kandungan padatan tinggi (sekitar 20%). Bila bahan berserat/sulit diproses,
tipe batch lebih cocok digunakan dibandingkan tipe aliran kontinyu
(continuous flow), karena lama proses dapat ditingkatkan dengan mudah.
Bila saat proses terjadi kesalahan, misalnya karena bahan beracun, proses
dapat dihentikan dan dimulai dengan yang baru.
2. Tipe Aliran Kontinyu (Continuous Flow)
Pada tipe aliran kontinyu, bahan organik dimasukan ke dalam digester
secara teratur pada satu ujung dan setealh memulai fermentasi, keluar di
ujung yang lain. Tipe ini mengatasi masalah pada proses pemasukan dan
penggosongan pada tipe batch. Terdapat dua jenis dari tipe aliran kontinyu,
diantaranya:
hanya bagain penahan gas yang menonjol di permukaan tanah. Hal ini
dimaksudkan untuk menjaga kestabilan temperatur. Keuntungan unit
pencerna ini adalah umur pakai yang panjang (sekitar 20 tahun), rancangan
stabil, sehingga dapat menciptakan lapangan kerja lokal. Kesulitan yang
dihadapi tidak kedap air karena terbuat dari beton, tekanan gas tidak konstan,
hanya dapat dibuat dengan baik apabila dikerjakan oleh tenaga ahli. Digester
floating drum terdiri dari ruang pencerna berbentuk silinder atau kubah yang
dapat bergerak, penahan gas mengapung atau drum. Pergerakan penahan gas
dipengaruhi oleh proses fermentasi dan pembentukan gas. Bagian drum
sebagai tempat tersimpannya gas yang terbentuk mempunyai rangka pengarah
agar pergerakan drum stabil Keuntungan unit pencerna floating drum adalah
mudah dioperasikan, produksi gasnya dapat dimonitor dan tekanan konstan.
Kerugiannya adalah umur pakai pendek (<5 tahun), karena drum terbuat dari
logam mudah berkarat dan bersifat inhibitor terhadap pertumbuhan
bakteri/mikroorganisme. Bila substratnya mengandung bahan berserat,
pengeluaran gas akan terhambat, karena pembentukan buih yang banyak.
Kotoran hewan lebih sering dipilih sebagai bahan pembuat gas bio karena
ketersediaannya yang sangat besar di seluruh dunia. Bahan ini memiliki
keseimbangan nutrisi, mudah diencerkan dan relatif dapat diproses secara biologi.
Kotoran sapi merupakan substrat yang dianggap paling cocok sebagai sumber
9
pembuat gas bio, karena substrat tersebut telah mengandung bakteri penghasil gas
metan yang terdapat dalam perut hewan ruminansia. Potensi produksi gas dari per
kg feses Sapi/kerbau mencapai 0,023 – 0,040 m3 (Meylinda Mulyati. 2010).
Keberadaan bakteri di dalam usus besar ruminansia tersebut membantu
proses fermentasi, sehingga proses pembentukan gas bio pada tanki pencerna
dapat dilakukan lebih cepat. Walaupun demikian, bila kotoran tersebut akan
langsung diproses di dalam tangki pencerna, perlu dilakukan pembersihan terlebih
dahulu. Kotoran tersebut harus bersih dari jerami dan bahan asing lainnya untuk
mencegah terbentuknya buih (Sufyandi, 2001).
III. METODOLOGI
2. Bahan
Bahan yang digunakan yaitu : plastik polyethilen 0,8 mm merk Tomat, pipa PVC
0.5 inch merk Wafin, PVC sambungan L 0.5 inch, PVC sambungan T 0.5 inch, PVC ulir
luar dan dalam 0.5 inch, lem PVC, stop kran 0,5 inchi, pipa PVC 4 inchi, selang water
pass, ember, gorong-gorong diameter 0,6 m, tali karet ban dalam, bambu, tali tambang
plastik, paku. Serta bahan sebagai masukan kedalam digester (slurry) yaitu kotoran sapi
dan air.
C. Jalannya Pengkajian
Dari beberap jenis dan tipe reaktor biogas, yang mudah dan terjangkau
harga dalam pembuatan adalah menggunakan digester plastik POLYETHELINE
(PE) dengan jenis Continuous Flow dengan tipe Baloon Plan.
1. Digester
Peternak pedesaan umumnya memiliki ternak sapi 1-3 ekor, dan dirata-
ratakan memiliki 2 ekor. Setiap satu ekor sapi dewasa menghasilkan kotoran
ternak ±25 kg/hari. Dari kepemilikan 2 ekor feses yang dihasilkan setiap
harinya adalah 50 kg. Setiawan (1996), menyebutkan untuk pengisian kotoran
ternak kedalam biogas dengan volume 400 ltr (2 buah drum) diperlukan isian
setiap hari sebanyak 22 ltr, yang berasal dari kotoran sapi 10 kg/ltr dan air 12
liter. Jika dihitung kedalam persen (%) maka jumlah isian tersebut adalah :
17
V = 22/400 x 100 %
= 5,5 %
Jadi jumlah 5,5% per hari dari total slurry yang ada didalam drum .
= 100/5,5 x 100
= 1.818 liter, atau 1,8 m³
1,8 = 0,32 x t
t = 1,8 / 0,32
t = 5,6 m
Jadi tinggi atau panjang digester untuk pengkajian KIPA untuk memenuhi
kapasitas 1,8 m3 adalah 5,6 m.
dari pada bagian outlet, tujuannya agar slurry yang masuk dapat mengalir
kelobang outlet. Sebelum penempatan digester terlebih dahulu dilapisi dengan
plastik.
2. Penampung Gas
Potensi produksi gas dari per kg feses Sapi/kerbau mencapai 0,023 – 0,040
m3. Bahan isian per hari yang dimasukan kedalam digester terdiri dari 50 kg feses
dan 50 liter air, berarti potensi gas yang dihaslkan dari 50 kg feses adalah 1,1 m 3 –
2 m3. Banyak factor yang mempengaruhi produksi biogas, diantaranya : suhu,
pakan ternak, dan pH, angka diatas merupakan kisaran untuk menentukan panjang
plastic yang dibutuhkan untuk penampung gas.
Penampung gas juga terbuat dari bahan plastic PE dengan diameter 0,96
m. Dengan diketahui produksi setiap satu kilogram feses menghasiklan 0,023 –
0,040 m3, sementara total feses yang dimasukan nantinya adalah 50 kg, maka
dibuat penampung gas dengan volume 1.1 m3 dengan rumus Volume tabung V =
πr² . t
1,1 = 0,72 x t
t = 1,1 / 0,72
t = 1,5
Jadi tinggi atau panjang penampung gas untuk pengkajian KIPA untuk memenuhi
kapasitas 1,1 m3 adalah 1,5 m.
yang lebih rendah. Penampung gas terbuat dari plastik polyethylene seperti halnya
pada bahan pembuat digester. Penampung gas dirancang horisontal berada tepat
diatas digester, namun penempatan penampung gas bisa didalam rumah atau
tempat lainnya yang dirasa tepat dan aman, tergantung keinginan pengguna.
3. Bak Pencampur
Total isian slurry yang masuk kedalam digester setiap harinya berjumlah
100 liter, maka bak pencampur yang dipasang dalam instalasi biogas volumenya
harus diatas 100 liter agar ada dinding penyangga untuk menjaga tertumpahnya
slurry pada saat pengadukan.
Bak pencampur berbentuk silinder dan terletak sebelum inlet digester, bak
pencampur berfungsi sebagai tempat mencampur bahan/feses dengan air (1:1)
sebelum dimasukkan ke dalam digester.
Inlet berfungsi sebagai jalan masuk bagi bahan baru yang akan diproses
menjadi biogas. Mekanisme kerjanya yaitu bahan segar yang akan dimasukkan
dialirkan melalui inlet dan dengan bantuan gaya gravitasi masuk kedalam digester.
Bahan yang digunakan sebagai inlet berupa pipa PVC 4”. Bahan yang telah
diaduk diusahakan secepat mungkin masuk ke dalam biodigester. Untuk itu inlet
diatur dengan kemiringan 45°, dengan adanya gaya gravitasi bahan akan turun ke
dalam digester.
20
Outlet berfungsi sebagai jalan keluar untuk bahan yang telah diproses atau
sludge yang selanjutnya dimanfaatkan untuk pupuk. Mekanisme pengeluaran
adalah memanfaatkan ketinggian outlet yang sama dengan permukaan bahan di
dalam digester, ujung outlet memiliki ketinggian yang sama dengan permukaan
bahan yang terdapat di dalam digester. Dengan adanya bahan segar yang masuk
dan tekanan dari gas yang dihasilkan di dalam digester sludge akan mengalir
keluar. Bahan yang digunakan untuk selang outlet berupa pipa PVC 4”.
6. Manometer
Manometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan udara
atau gas didalam ruang tertutup. Prinsip kerjanya dimana adanya perbedaan
ketinggian air yang menandakan adanya tekanan. Air dimasukan kedalam selang
bening yang berbentuk U, ujung selang pertama dihubungkan kedalam pipa
biogas kemudian ujung selang yang satunya dibiarkan terbuka berhubungan
dengan udara luar
Manometer dibuat sendiri dengan bahan dari potongan bambu kemudian
dibuat skala dalam sentimeter (cm), dan selang water pass yang diisi air.
7. Atap
Atap berfungsi melindungi digester dari kerusakan mekanis akibat
jatuhnya benda dari atas, atap dibuat dari plastik transparan dengan tujuan agar
21
sinar matahari tetap bisa masuk kedalam digester untuk menghangatkan proses
fermentasi.
8. Luas Unit Biogas
Luas lahan yang dibutuhkan untuk unit biogas berukuran panjang 4 meter dan
lebar 3 meter. Kebutuhan panjang didasarkan pada panjang digester 2,5 m + panjang
pipa inlet dan outlet 0,7 m dan total diameter gorong-gorong 0,8 m, sedangkan
kebutuhan lebar didasarkan pada lebar kuda-kuda atap 2 m dan lebar sisi-sisi kanopi
masing-masing 0,5 m.
22
Andianto. 2011. Aliran Slurry di dalam Digester Biogas Tipe Aliran Kontinyu.
Skripsi Fakultas Teknik Program Studi Teknik Mesin Universitas
Indonesia. Depok
Ahmad B. 2017. Forum LPG Indonesia. http://www.pertamina.com/news-
room/siaran-pers/lpg-sebagai-energi-alternatif-pengganti-bbm/. Diakses
pada tamggal 30 Desember 2017.
Fry, L.J. 1973. Practical Building of Methane Power Plant For Rural Energy
Independence, 2nd edition. Chapel River Press, Hampshire-Great Britain
Price, dkk. 1981. Biogas production and utilization. Michigan: Ann Arbor Science
Publishers, Inc.
Said. 2007. Membuat Biogas dari Kotoran Hewan. Indocamp. Jakarta.
Shinkun, dkk. 2014. Development And Application Of Prefabricated Biogas
Digesters In Developing Countries. Renewable and Sustainable Energy
Reviews. Vol 34. China
Wahyuni, Sri. 2011. Menghasilkan Biogas dari Aneka Limbah. Jakarta: PT.
Agromedia Pustaka. 104 hal
___________. 2012. Menghasilkan biogas dari Aneka Limbah. P.T. Agromedia
Pustaka. Yogyakarta.
___________. 2013. Panduan Praktis Biogas. Penebar Swadaya. Jakarta
___________. 2013. Biogas Energi Alternatif Pengganti BBM, Gas, dan Listrik.
PT. Agro Media Pustaka. Jakarta Selatan. 117 hlm.
___________. 2015. Panduan Praktis Biogas. Penebar Swadaya. Jakarta Timur.
116 hlm.
23