Professional Documents
Culture Documents
perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu
dengan (uniting with) perusahaan lain atau memperoleh kendali (control) atas aktiva dan
operasi perusahaan lain.
Berikut beberapa alasan dari penggabungan usaha sebagai alat perluasan adalah:
1) Manfaat biaya (cost advantage). Sering kali lebih murah bagi perusahaan untuk
memperoleh fasilitas yang dibutihkan melalui penggabungan dibandingkan melalui
pengembangan. Hal ini benar, terutama pada saat inflasi.
2) Risiko lebih rendah (lower risk). Membeli lini produk baru dan pasar yang telah
didirikan biasanya lebih kecil risikonya dibandingkan dengan mengembangkan
produk baru dan pasarnya. Penggabungan usaha kurang berisiko terutama ketika
tujuannya adalah diversifikasi.
3) Berkurangnya penundaan operasi (fewer operation delays). Membangun fasilitas
perusahaan yang baru mungkin menimbulkan sejumlah penundaan dalam
pembangunannya karena diperlukannya persetujuan pemerintah untuk memulai
operasi.
4) Mencegah pengambilalihan (avoidance of takeovers). Beberapa perusahaan
bergabung untuk diakuisisi oleh perusahaan lain. Karena perusahaan-perusahaan yang
lebih kecil cenderung lebih mudah diserang untuk diambil-alih, beberapa diantara
mereka memakai strategi pembeli yang agresif sebagai pertahanan terbaik melawan
usaha pengambilalihan oleh perusahaan lain.
5) Akuisisi harta tidak berwujud (acquisition of intangible assets). Penggabungan usaha
melibatkan penggabungan sumber daya tidak berwujud maupun berwujud. Maka,
akuisisi atas hak paten, hak atas mineral, database pelanggan, atau keahlian
manajemen mungkin menjadi faktor utama yang memotivasi suatu penggabungan
usaha.
1) Merger terjadi ketika sebuah perusahaan mengambil-alih semua operasi dari entitas
usaha lain dan entitas yang diambil-alih tersebut dibubarkan.
2) Konsolidasi terjadi ketika sebuah perusahaan yang baru dibentuk untuk pengambil-
alih aktiva-aktiva dan operasi dari dua atau lebih entitas usaha yang terpisah, dan
entitas –entitas yang terpisah tersebut dibubarkan.
3) Akusisi saham terjadi ketika sebuah perusahaan mengakuisisi saham berhak suara dari
perusahaan lain dan kedua perusahaan tersebut tetap beroperasi sebagai entitas hukum
yang terpisah, tetapi timbul hubungan induk-anak.
Ada dua metode akuntansi untuk penggabungan usaha yang diterima secara umum,
yaitu metode penyatuan kepemilikan (pooling of method) dan metode pembelian (purchase
method). Kedua metode tersebut bukan alternatif dalam akuntansi untuk penggabungan usaha
yang sama. Suatu penggabungan usaha yang memenuhi kriteria PSAK No. 22 untuk
penyatuan kepemilikan harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan metode penyatuan
(pooling method). Semua penggabungan usaha yang lain harus dipertanggungjawabkan
sesuai dengan metode pembelian (purchase method).
Ilustrasi
Asumsikan akun ekuitas pemegang saham PT Jernih dan PT Yuri sebelum penyatuan
kepemilikan adalah sebagai berikut:
Saham Biasa
Rp150.000.000
Saldo Laba
Rp80.000.000
CARA 1: Aktiva dan kewajiban suatu perusahaan dialihkan ke perusahaan lain dan
perusahaan yang melakukan pengalihan tersebut dibubarkan (merger).
NB: Dalam penggabungan usaha dengan bentuk merger, maka ayat jurnal yang dibuat oleh
perusahaan yang tidak dibubarkan (dalam contoh PT Jernih) adalah berdasarkan selisih antara
gabungan ekuitas-sesuadah penggabungan usaha dengan ekuitas awal PT Jernih.
Kasus 1
PT Jernih menerbitkan 5.000 lembar saham untuk memperoleh aktiva berih PT Yuri
Rp260.000.000 Rp260.000.000
Jika total nilai par saham biasa dari perusahaan-perusahaan hasil gabungan sama
dengan penjumlahan nilai par saham biasa dari perusahaan-perusahaan yang bergabung,
maka ekuitas pemegang saham perusahaan hasil gabungan adalah penjumlahan dari masing-
masing komponen ekuitas pemegang saham perusahaan-perusahaan yang bergabung.
Dalam diagram batang di atas, dapat dilihat tidak ada pergerakan garis batas.
Ayat jurnal:
(mencatat penerbitan 5.000 lembar saham dalam suatu penyatuan kepemilikan dengan PT
Yuri)
Penggunaan akun aktiva bersih hanya digunakan untuk memudahkan ilustrasi. Jika catatan
akuntansi yang terpisah dipertahankan oleh PT Yuri maka debit untuk ayat jurnal tersebut
adalah Investasi pada PT Yuri. Jika catatan akuntansi yang terpisah tidak digunakan PT Yuri
maka masing-masing akun aktiva dan kewajiban didebit atau dikredit, bukan menggunakan
akun aktiva bersih.
Kasus 2
PT Jernih menerbitkan 4.000 lembar saham untuk memperoleh aktiva bersih PT Yuri
Rp260.000.000 Rp260.000.000
Ayat jurnal:
Jika total nilai par saham biasa dari perusahaan-perusahaan hasil gabungan lebih kecil dari
penjumlahan nilai par saham biasa dari perusahaan-perusahaan yang bergabung, maka garis
batas antara saham biasa dan tambahan modal disetor bergerak ke atas. Sehingga jumlah
saham biasa berkurang dan jumlah tambahan modal disetor bertambah sebesar selisih total
nilai par tersebut.
Kasus 3
PT Jernih menerbitkan 7.000 lebar saham untuk memeperoleh aktiva bersih PT Yuri.
Jika total nilai par saham biasa dari perusahaan-perusahaan hasil gabungan lebih besar dari
penjumlahan nilai par saham biasa dari perusahaan-perusahaan yang bergabung, maka garis
batas antara saham biasa dan tambahan modal disetor bergerak ke bawah. Sehingga jumlah
saham biasa bertambah dan jumlah tambahan modal disetor berkurang sebesar selisih total
nilai par tersebut.
Rp260.000.000 Rp260.000.000
Ayat jurnal:
Kasus 4
PT Jernih menerbitkan 9.000 lembar saham untuk memperoleh aktiva bersih PT Yuri
Ayat jurnal:
(mencatat penerbitan 9.000 lembar saham dalam penyatuan kepemilikan dengan PT Yuri)
Gabungan Ekuitas – Sebelum Gabungan Ekuitas – Sesudah
Saham Biasa
Rp150.000.000 Saham Biasa
Tambahan Modal Disetor Rp190.000.000
Rp30.000.000
Rp260.000.000 Rp260.000.000
Jika total nilai par saham biasa dari perusahaan-perusahaan hasil gabungan jauh lebih besar
dari penjumlahan nilai par saham biasa dari perusahaan-perusahaan yang bergabung, maka
garis batas antara saham biasa dan tambahan modal disetor bergerak ke bawah melebihi
tambahan modal disetor. Sehingga tambahan modal disetor dari perusahaan-perusahaan yang
bergabung dieliminasi dan saldo laba gabungan berkurang sebesar selisih antara total nilai
par saham biasa perusahaan hasil gabungan dengan penjumlahan total modal disetor (saham
biasa ditambah tambahan modal disetor) perusahaan-perusahaan yang bergabung.
CARA 2: Aktiva dan kewajiban dari dua atau lebih perusahaan dialihkan ke perusahaan baru
dan kedua perusahaan yang melakukan pengalihan tersebut dibubarkan (konsolidasi).
NB: Dalam penggabungan usaha dengan bentuk konsolidasi, maka ayat jurnal yang dibuat
oleh perusahaan baru (dalam contoh PT Segar) adalah berdasarkan gabungan ekuitas –
sesudah penggabungan usaha.
Kasus 5
PT Segar menerbitkan 15.000 lembar saham untuk memperoleh aktiva bersih PT Jernih dan
PT Yuri.
Rp260.000.000 Rp260.000.000
Ayat jurnal:
Kasus 6
PT Segar menerbitkan 14.000 lembar saham untuk memperoleh aktiva bersih PT Jernih dan
PT Yuri.
Rp260.000.000 Rp260.000.000
Ayat jurnal:
Kasus 7
PT Segar menerbitkan 17.000 lembar saham untuk memperoleh aktiva bersih PT Jernih dan
PT Yuri.
Ayat Jurnal:
Aktiva bersih Rp260.000.000
Rp260.000.000 Rp260.000.000
Kasus 8
PT Segar menerbitkan 19.000 lembar saham untuk memperoleh aktiva bersih PT Jernih dan
PT Yuri.
Rp260.000.000 Rp260.000.000
Ayat jurnal:
Ikhtisar Neraca
Ikhtisar neraca untuk entitas yang tetap beroperasi pada keenam penggabungan usaha dengan
penyatuan kepemilikan.
Merger Konsolidasi
Buku PT Jernih Buku PT Segar
Kasus 1 Kasus 2 Kasus 3 Kasus 4 Kasus 5 Kasus 6 Kasus 7 Kasus 8
Aktiva Bersih 260.000 260.000 260.000 260.000 260.000 260.000 260.000 260.000
Modal saham, @Rp10.000 150.000 140.000 170.000 190.000 150.000 140.000 170.000 190.000
Tambahan modal disetor 30.000 40.000 10.000 - 30.000 40.000 10.000 -
Saldo laba 80.000 80.000 80.000 70.000 80.000 80.000 80.000 70.000
Ekuitas pemegang saham 260.000 260.000 260.000 260.000 260.000 260.000 260.000 260.000
Tampilan 1-1 Ikhtisar Neraca untuk Keenam Kasus Penyatuan Kepemilikan (dalam 000)
Saham dari Satu Perusahaan yang Bergabung Dimiliki oleh Perusahaan yang
Bergabung Lainnya
Ilustrasi
PT Palma mempunyai 200 lembar saham biasa PT Sari pada saat pelaksanaan merger antara
PT Palma dan PT Sari. PT Palma membawa akun investasinya pada PT Sari sebesar biaya
perolehannya Rp3.000.000. Ikhtisar data untuk PT Palma dan PT Sari adalah sebagai berikut:
PT Palma PT Sari
Investasi pada PT Sari Rp 3.000.000 -
Aktiva lain 197.000.000 Rp300.000.000
Total 200.000.000 300.000.000
Modal saham, @Rp10.000 100.000.000 200.000.000
Tambahan modal disetor 50.000.000 30.000.000
Saldo laba 50.000.000 70.000.000
Total 200.000.000 300.000.000
Jika PT Palma adalah entitas yang tetap beroperasi dan menetapkan 19.800 lembar saham
kepada PT Sari (rasio pertukaran 1:1), merger melalui penyatuan kepemilikan dicatat pada
buku PT Palma:
Pada setiap contoh ini, aktiva bersih dari perusahaan yang tetap beroperasi adalah
Rp3.000.000 lebih rendah dibandingkan dengan aktiva yang tercatat pada perusahaan-
perusahaan yang bergabung. Dampak pada ekuitas pemegang saham gabungan adalah
mengurangi modal disetor apabila investasi dilakukan pada perusahaan yang bergabung dan
mencatat saham diperoleh kembali apabila investasi dilakukan pada entitas yang tetap
beroperasi.
Kasus 1
Merger PT Maksi, entitas yang tetap beroperasi, menerbitkan 22.000 lembar saham biasa
dengan nilai nominal Rp10.000 untuk memperoleh aktiva bersih PT Mini pada tanggal 1 Juli
20X5. Ayat jurnal pada buku PT Maksi untuk mencatat merger tersebut adalah:
1 Juli 20X5
Beban-beban Rp60.000.000
Pendapatan Rp100.000.000
(mencatat penerbitan 22.000 lembar saham dengan merger secara penyatuan dengan
PT Mini)
Segera setelah ayat jurnal ini dicatat, neraca saldo PT Maksi adalah sebagai berikut:
Debit Kredit
Aktiva-aktiva lain Rp1.040.000.000
Beban-beban 210.000.000
Modal saham Rp720.000.000
Saldo laba 230.000.000
Pendapatan 300.000.000
Rp1.250.000.000 Rp1.250.000.000
Perhatikan bahwa jumlah maksimum saldo laba sebesar Rp250.000.000 yang dapat disatukan
telah dikurangi dengan Rp20.000.000 yaitu kelebihan modal saham perusahaan yang tetap
beroperasi (Rp720.000.000) terhadap modal disetor dari perusahaan-perusahaan yang
bergabung (Rp700.000.000).
Semua penggabungan usaha yang tidak memenuhi kondisi untuk penyatuan harus
dicatat berdasarkan metode pembelian. Secara umum, metode pembelian mengikuti prinsip
akuntansi yang sama untuk pencatatan penggabungan usaha seperti yang diikuti dalam
akuntansi untuk aktiva – aktiva dan kewajiban – kewajiban berdasarkan .prinsip akuntansi
yang berlaku secara umum, biaya perolehan bagi entitas pembeli atas pemerolehan
perusahaan lain dalam suatu penggabungan usaha secara pembelian diukur dengan jumlah
kas yang dikeluarkan atau nilai wajar aktiva lain yang didistribusikan atau surat berharga
yang diterbitkan. Biaya perolehan juga meliputi biaya langsung penggabungan selain dari
biaya-biaya untuk pendaftaran atau penerbitan surat berharga ekuitas. Sebagai ilustrasi
anggaplah PT Popi menerbitkan 100.000 lembar saham biasa dengan nominal Rp. 10.000,-
untuk memperoleh aktiva bersih PT Sani dalam suatu penggabungan usaha secara pembelian
pada tanggal 1 Juli 20X3. Harga saham biasa PT Popi pada tanggal tersebut Rp. 16.000,-
perlembar saham. Tambahan biaya langsung untuk penggabungan usaha terdiri dari biaya
Bapepam sebesar Rp. 5.000.000,-, biaya akuntan sehubungan dengan pencatatan di Bapepam
sebesar Rp. 10.000.000,-, biaya percetakan dan penerbitan sertifikat saham biasa sebesar Rp.
25.000.000,-, dan biaya-biaya pendiri dan konsultan sebesar Rp. 80.000.000,-. Penerbitan
100.000 lembar saham dicatat pada buku PT Popi :
Investasi pada PT Sani Rp.1.600.000.000
Modal saham @Rp.10.000 Rp.1.000.000.000
Tambahan modal disetor 600.000.000
Untuk mencatat penerbitan 100.000 lembar saham biasa (nilai nominal Rp10.000) dengan nilai pasar
Rp.16.000 per lembar saham dalam suatu penggabungan usaha secara pembelian dengan PT Sani.
Investasi pada PT Sani Rp.80.000.000
Tambahan modal disetor 40.000.000
Kas (atau aktiva bersih) Rp. 120.000.000
Untuk mencatat tambahan biaya – biaya langsung penggabungan dengan PT Sani, biaya pendiri dan
konsultan sebesar Rp.80.000.000 dan untuk pencatatan dan penerbitan surat berharga sebesar
Rp.40.000.000
Langkah pertama dalam mengalokasikan biaya dari perusahaan yang diperoleh adalah
menentukan nilai wajar dari semua aktiva nerwujud dan tidak berwujud yang diperoleh dapat
diidentifikasi dan kewajiban ditanggung yang daapt diidentifikasi. Pedoman umum dlam
menentukan nilai wajar aktiva dan kewajiaban yang diakuisisi adalah sebagai berikut :
a. Surat berharga yang dapat diperjual belikan dinilai berdasarkan harga pasar yang
berlaku:
b. Surat berharga yang tidak dapat diperjualbelikan dinilai berdassarkan nilai estimasi
dengan memepertimbangkan ukuran seperti price earning ratio, pembagian defiden
dan tingkat pertumbuhan yang diharapkan dngan membandingkan perusahaan yang
mempunyai karakteristik yang sama;
c. Piutang dinilai berdasarkan nilai sekarang dari jumalah yang akan diterima dengan
menggunakan tingkat bunga yang sesuai, dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu dan
biaya penagihan sesuai keadaan;
d. Persediaan :
i. Barang jadi dan barang dagang dinilai berdasarkan harga jual dikurangi : (a)
penjumlahan biaya penjualan dan (b) taksiran keuntungan yang wajar atas
penjualan yang ditentukan berdasarkan tingkat keuntungan sejenis;
ii. Barang dalam proses dinilai berdasarkan harga jual barang dikurangi : (a)
penjumlahan biaya untuk penyelesaian, (b) penjualan, dan (c) taksiran
keuntungan yang wajar atas penjualan yang ditentukan berdasarkan tingkat
keuntungan sejenis;
iii. Bahan baku dinilai berdasarkan nilai pengganti scat itu;
e. Tanah dan bangunan:
i. Apabila akan digunakan sesuai dengan tujuan penggunaan sebelumnya, dinilai
berdasarkan nilai pasar untuk tujuan penggunaan tersebut;
ii. Apabila akan digunakan untuk tujuan yang berbeda dengan tujuan penggunaan
sebelumnya, dinilai berdasarkan nilai pasar sesuai dengan tujuan yang
diharapkan;
iii. Apabila akan dijual atau sementara ditahan dan selanjutnya akan dijual
kembali, dinilai berdasarkan nilai realisasi bersih;
f. Pabrik dan peralatan
i. Jika akan digunakan, dinilai berdasarkan nilai pasar yang ditentukan oleh
perusahaan;
ii. Jika akan digunakan untuk sementara waktu, dinilai berdasasarkan harga
terendah antara biaya pengganti saat itu untuk kapasitas yang sebanding dan
nilai realisasi bersih;
iii. Apabila akan dijual atau sementara ditahan untuk selanjutkan akan dijual
kembali, dinilai berdasarkan nilai realisasi bersihnya.
g. Aktiva tidak berwujud seperti paten dan lisensi dinilai berdasarkan nilai taksiran;
h. Aktiva bersih atau kewajiban program pensiun manfaat pasti, ditentukan berdasarkan
nilai sekarang aktuaria dari manfaat pensiun yang dijanjikan dikurangi nilai wajar
aktiva yang tersedia untuk program pensiun;
i. Tagihan dan kewajiban pajak, ditentukan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku berkenaan dengan terjadinya penggabungan usaha;
j. Utang usaha, wesel bayar, utang jangka panjang, kewajiban akrual, dan utang lainnya
dinilai berdasarkan nilai sekarang jumlah yang akan dibayar yang didiskontokan
dengan menggunakan nilai wajar saat itu
k. Kewajiban sehubungan penutupan pabrik danb emmutuskan kontrak akiubat akuisiis
dinilai berdasararkan nilai waktu sekarang jumlah yang akan didiskontokan
berdasarkan tingkat bunga wajar saat itu.
Kewajiban
Utang uasaha Rp 60.000.000 Rp 60.000.000
Wesel bayar 150.000.000 135.000.000
Kewajiban lain – lain 40.000.000 45.000.000
Total kewajiban Rp 250.000.000 Rp 240.000.000
Aktiva bersih Rp 750.000.000 Rp 1.200.000.000
Jumlah yang diterapkan pada aktiva dan kewajiban ditetapkan berdasarkan nilai
wajar, kecuali goodwill. Goodwill ditentukan dengan mengurangkan nilai wajar aktiva bersih
yang diperoleh yang diidentifikasi sebesar Rp. 1.200.000.000,- dari harga beli aktiva bersih
PT Salju sebesar Rp. 1.400.000.000,-.
Kasus 2 : goodwill negatif PT Putih menerbitkan 40.000 lembar saham biasa dengan
nila nominal Rp. 10.000,- nilai pasar Rp. 20.000,- persaham, dan juga memberikan wesel
bayar 5 tahun, bungan 10% dengan nilai nominal Rp. 200.000.000,- untuk aktiva bersih PT
Salju. Ayat jurnal pada buku PT Putih untuk mencatat penggabungan usaha PT Putih dan PT
Salju pada tanggal 27 Desember 20X3 adalah sebagai berikut :
Karena nilai wajar sebesar Rp. 1.200.000.000,- dari aktiva bersih yang diperoleh
dapat diidentifikasi melebihi harga beli Rp.1.000.000.000,- sebesar Rp. 200.000.000,-,
jumlah yang dapat ditetapkan atas aktiva tidak lancar dikurangkan sebesar 20% (kelebihan
sebesar Rp. 200.000.000,-/ nilai wajar aktiva tidak lanacar Rp. 1.000.000.000,-). Pengurangan
pada aktiva tidak lancar adalah sebagai berikut :
Kurang 20%
Jumlah yang dapat
Nilai wajar aktiva tidak pengurangan atas
ditetapkan untuk aktiva
lancar kelebihan nilai wajar
tidak lancar
terhadap biaya*
Tanah Rp 100.000.000 Rp 20.000.000 Rp 80.000.000
Bangunan 500.000.000 100.000.000 400.000.000
Peralatan 350.000.000 70.000.000 280.000.000
Hak Paten 50.000.000 10.000.000 40.000.000
Total Rp 1.000.000.000 Rp 200.000.000 Rp 800.000.000
*alternatif lain, pengurangan kelebihan nilai wajar terhadap biaya untuk tiap – tiap aktiva tidak lancar
juga dapat dihitung dengan cara :
Tanah Rp 100.000.000/Rp 1.000.000.000 × Rp200.000.000 = Rp 20.000.000
Bangunan Rp 500.000.000/Rp 1.000.000.000 × Rp200.000.000 = Rp 100.000.000
Peralatan Rp 350.000.000/Rp 1.000.000.000 × Rp200.000.000 = Rp 70.000.000
Hak Paten Rp 50.000.000/Rp 1.000.000.000 × Rp200.000.000 = Rp 10.000.000
Rp 200.000.000
Pada beberapa hal, kelebihan nikai wajar terhadap biaya dapat sedemikian besar
sehingga sisa saldo setelah aktiva tidak lanacar dikurangi menjadi 0 (nol). Sias kelebihan
pada kasus ini harus dilaporkan sebagai pendapatan ditangguhkan sebagai istilah pengganti
dari goodwill negatif.
Kontroversi Goodwill
Neraca saldo komparatif untuk PT Hitam dan PT Putih pada tanggal 30 Desember
20X4 sebelum merger antara PT Hitam dan PT Putih, beserta nilai buku aktiva dan kewajiban
PT Putih yang dapat diidentifikasi. Merger antara PT Hitam dan PT Putih dilaksanakan pada
31 Desember 20x4. Dimana PT Hitam sebagai entitas yang tetap beroperasi menerbitkan
50.000 lembar saham biasa dengan nilai nominal Rp. 10.000,-, total nilai pasar Rp.
885.000.000,- untuk memperoleh aktiva bersih PT Putih. Biaya pencatatan dan penerbitan
saham biasa Rp. 20.000.000,- dan biaya langsung lainnya atas penggabungan usaha sebesar
Rp. 40.000.000,-. Biaya-biaya ini dibayar oleh PT Hitam pada tanggal 31 Desember 20X4.
NERACA KOMPARATIF
30 DESEMBER 20X4 (DALAM 000)
Nilai Buku Nilai Buku Nilai Wajar
PT Hitam PT Putih PT Putih
Kas Rp 475.000 Rp 125.000 Rp 125.000
Piutang bersih 600.000 300.000 300.000
Persediaan 800.000 200.000 250.000
Pabrik dan peralatan bersih 1.200.000 350.000 450.000
Harga pokok penjualan 1.000.000 325.000
Beban lain – lain 325.000 100.000
Total debit Rp 4.400.000 Rp 1.400.000
Ayat – ayat jurnal. Ayat – ayat jurnal untuk mencatat merger antara PT Hitam dan
PT Putih sebagai penyatuan kepemilikan dibandingkan dengan ayat – ayat jurnal yang
diperlukan untuk mencatat merger sebagai pembelian. Kelompok ayat jurnal yang pertama
membandingkan perbedaan – perbedaan dalam mencatat saham yang diterbitkan oleh PT
Hitam dalam merger. Berdasarkan metode penyatuan, investasi pada PT Putih dicatat sebesar
Rp 650.000.000, yaitu nilai buku dari aktiva bersih PT Putih pada tanggal 1 Januari 20X4.
Berdasarkan metode pembelian, investasi pada PT Putih dicatat sebesar Rp 885.000.000,
yaitu nilai pasar saham yang diterbitkan oleh PT Hitam pada tanggal 31 Desember 20X4,
tanggal dimana penggabungan usaha dilaksanakan. Saldo laba PT Hitam dan PT Putih
digabung dalam ayat jurnal tersebut untuk mencatat penerbitan saham berdasarkan metode
penyatuan kepemilikan, tetapi tidak ada perubahan pada saldolaba PT Hitam ketika
penggabungan dicatat secara pembelian.
Penyatuan kepemilikan
Pembelian
penerbitan surat berharga
Investasi pada PT Putih Rp 650.000 Rp 885.000
Modal saham Rp 500.000 Rp 500.000
Tambahan modal disetor 40.000 385.000
Saldo laba 110.000 -
PT HITAM
LAPORAN KEUANGAN PERBANDINGAN
UNTUK TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 20X4
Metode penyatuan
kepemilikan Metode Pembelian
Laporan laba rugi Rp 1.550.000.000
Penjualan Rp.2.000.000.000 Rp 1.550.000.000
Harga pokok penjualan 1.325.000.000 1.000.000.000
Beban – beban lainnya 485.000.000 325.000.000
Laba bersih Rp 190.000.000 Rp 225.000.000
Neraca
Aktiva
Kas Rp 540.000.000 Rp 540.000.000
Piutang usaha 900.000.000 900.000.000
Persediaan 1.000.000.000 1.050.000.000
Pabrik dan peralatan bersih 1.550.000.000 1.650.000.000
Goodwill - 100.000.000
Total aktiva Rp 3.990.000 Rp 4.240.000.000
Kewajiban dan ekuitas pemegang saham
Utang usaha Rp 480.000.000 Rp 480.000.000
Kewajiban lain – lain 320.000.000 320.000.000
Modal saham nominal Rp 10.000 2.000.000.000 2.000.000.000
Tambahan modal disetor 240.000.000 565.000.000
Saldo laba 950.000.000 875.000.000
Total kewajiban dan ekuitas pemegang saham 3.990.000.000 4.240.000.000
Referensi :
Beams, Floyd A dan Jusuf, Amir Abadi. 2000. Akuntansi Keuangan Lanjutan di Indonesia.
Jakarta: Penerbitan Salemba Empat