You are on page 1of 31

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL DAN BEDAH

Nama Mahasiswa : Yunidar Dwi Puspitasari


NIM : 152310101087
Tempat Pengkajian : Ruang Mawar RS Paru
Tanggal : 24 Januari 2018

I. Identitas Klien
Nama : Sdr. T No. RM : 170063xx
Umur :22 tahun Pekerjaan : wiraswasta
Jenis : laki-laki Status Perkawinan : belum kawin
Kelamin
Agama : Islam Tanggal MRS : 24 Januari 2018
Pendidikan : SMA Tanggal : 27 Januari 2018
Pengkajian
Alamat : Dusun Tegalrejo RT 02 Sumber Informasi : Pasien dan keluarga
RW 13 Lingkungan tegal (Ayah)
rejo, Jember Lor, Patrang.

II. Riwayat Kesehatan


1. Diagnosa Medik:
TB Paru + B24 + Anemia + Hipokalemi.
2. Keluhan Utama:
Sesak Nafas
3. Riwayat penyakit sekarang:
Selama 2 minggu terakhir pasien mengalami sesak nafas dan batuk sehingga
keluarga memeriksakan di klinik sukorejo pada bulan Desember 2017 namun rasa sakit
yang dirasakan tidak kunjung sembuh sehingga pasien dirujuk di RS.Paru selama 4 hari.
Setelah itu, pasien dirujuk ke RS.Soebandi untuk menjalani pengobatan. Setelah KRS
dari RS DR.Soebandi pasien pulang dan merasakan sesak nafas lagi sehingga keluarga
memeriksakan keadannya kembali di RS.Paru. ketika di Instalasi Gawat Darurat pasien
terpasang oksigen nasal kanul dengan kecepatan 4 l/menit, infus NaCl 0,9% dengan
kecepatan 30 Tpm, dan di cek laboratorium meliputi pemeriksaan elektrolit,
hematologi,fungsi liver, fungsi renal, dan gula darah, serta injeksi ranitidine 50 mg dan
ondansentron 8 mg ekstra. Setelah keadaan pasien mulai stabil pasien dipindahkan ke
Ruang Mawar.

4. Riwayat kesehatan terdahulu:


a. Penyakit yang pernah dialami:
Keluarga mengatakan bahwa pasien mengalami sakit TBC sejak 2 bulan yang lalu
dan pernah menjalani pengobatan di RS. Soebandi, setelah itu pasien menjalani rawat
jalan di puskesmas. Keluarga juga mengatakan bahwa pasien pernah mengalami sakit
Thypoid.
b. Alergi (obat, makanan, plester, dll):
Pasien tidak memiliki alergi terhadap obat dan mengatakan tidak memiliki alergi
terhadap makanan
c. Imunisasi:
Keluarga mengatakan bahwa pasien tidak pernah mendapatkan imunisasi.
d. Kebiasaan/pola hidup/life style:
Sebelum sakit Sdr.T bekerja sebagai wiraswasta yaitu pedagang gorengan. Keluarga
mengatakan bahwa pasien tidak merokok, namun pasien selalu terpapar asap rokok
dari teman-temannya dan ayahnya. Keluarga mengatakan bahwa pasien jarang
melakukan olahraga.
e. Obat-obat yang digunakan:
Pasien mengatakan sebelum MRS sudah mengkonsumsi OAT, Cotrinocazole dan
curcuma sejak 2 bulan terakhir.
5. Riwayat penyakit keluarga:
Keluarga mengatkan bahwa ibunya mengalami hipertensi dan stroke.

Genogram:

Sdr. T 18 tahun

= laki-laki X = meninggal = pasien

= perempuan ---- = tinggal serumah

III. Pengkajian Keperawatan


1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
Sebelum MRS Saat MRS
Sebelum sakit pasien selalu memeriksakan klien melakukan anjuran petugas
kesehatannya ke petugas kesehatan kesehatan yang merawat
terdekat saat mengalami sesak nafas dan
teratur dalam mengkonsumsi obat.
Interpretasi : klien tidak mengalami gangguan persepsi kesehatan dan pemeliharaan
kesehatan

2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD) (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
- Antropometeri
Tinggi badan : 159 cm
Berat badan saat sakit : 31 kg
Berat badan saat sehat : 45 kg
a. Sebelum sakit
IMT = Berat Badan (kg)/(Tinggi Badan (cm)/100)2
IMT = 42 /(159/100 cm)2 = 42 /2,53 = 16,6
b. Saat sakit
IMT = Berat Badan (kg)/(Tinggi Badan (cm)/100)2
IMT = 31 /(159/100 cm)2 = 31 /2,53 = 12,25
Klasifikasi nilai IMT :
IMT Status Gizi Kategori
<17.0 Gizi kurang Sangat kurus
17.0-18.5 Gizi kurang Kurus
18.5-25.0 Gizi baik Normal
25.0-27.0 Gizi lebih Gemuk
>27.0 Gizi lebih Sangat gemuk

Interpretasi :
Berdasarkan hasil pengukuran IMT status gizi Sdr.T berada dalam rentang sangat kurus
(gizi kurang). Klien mengalami gangguan pemenuhan nutrisi.

Biomedical sign :
Tanggal 27 Januari 2018
Hb : 7,3 gr/dL
Eritrosit : 2,74 juta/uL
Leukosit : 9450 /uL
LED : 55 mm/jam
Limfosit : 2,5 %
Trombosit : 279000 /uL
Albumin : 1,9 mg/dL
Interpretasi : kadar Hb, Eritrosit, LED, limfosit dan Albumin dalam rentang nilai tidak
normal.

Clinical Sign :
TD: 77/53 mmHg T : 33,2 oC
SpO2: 99% RR : 24 x/menit
HR : 91 x/menit
Klien mengalami pusing, nafsu makan berkurang, lemas dan konjungtiva anemis.
Interpretasi :
Tekanan darah dan suhu pasien tidak dalam rentang normal dan terdapat gejala klinis
terjadi anemia.

Diet Pattern (intake makanan dan cairan):


Sebelum MRS Saat MRS
Pasien mengatakan tidak pernah Pasien menjalani diet TE (tinggi
mengatur pola makan. Pasien dapat energi) TP (tinggi protein) berupa
menghabiskan 1 porsi makan 350 gram nasi, telur sayur, tempe dan susu.
atau 452 kalori, 2 kali sehari. Pasien Pasien minum 11 gelas atau 2500 cc
minum sehari 5 gelas air mineral atau sejak MRS. Dalam sehari pasien
1100 cc. menghabiskan ¼ porsi makan atau
226 kalori. Klien mengatakan tidak
nasfu makan.

Interpretasi :
klien mengalami penurunan nafsu makan.

3. Pola eliminasi: (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)


BAK
Sebelum MRS Saat MRS
- Frekuensi : 4 kali/hari 6 kali/hari
- Jumlah : 1000 ml 1500 ml
- Warna : warna khas urin warna merah
- Bau : bau khas urin bau khas urin
- Alat Bantu : tidak ada tidak ada
- Kemandirian : mandiri dibantu

BAB
- Frekuensi : 1 kali/hari belum sejak 2 hari terakhir.
- Jumlah : 150 gram -
- Konsistensi : lembek -
- Warna : warna khas feces -
- Bau : bau khas feces -
- Alat Bantu : tidak ada -
- Kemandirian : mandiri -
Interpretasi :
klien tidak mengalami gangguan eliminasi.

4. Pola aktivitas & latihan (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
c.1. Aktivitas harian (Activity Daily Living)
Sebelum MRS Saat MRS
Kemampuan perawatan 0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
diri
Makan / minum V V
Toileting V V
Berpakaian V V
Mobilitas di tempat tidur V V
Berpindah V V
Ambulasi / ROM V V
Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu petugas, 3: dibantu alat, 4:
mandiri
Status Oksigenasi : SpO2 : 99% RR 24 x/menit
Fungsi kardiovaskuler : TD: 77/53 mmHg; HR: 91; klien tidak mengalami gangguan
tekanan darah dan denyut nadi
Terapi oksigen : klien mendapatkan terapi oksigen nasal kanul 4 LPM.
Interpretasi : klien mengalami sesak nafas.

5. Pola tidur & istirahat (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
Sebelum MRS saat MRS
Durasi : 7 jam (malam) 5 jam (malam)
: 2 jam (siang) 3 jam (siang)
Gangguan tidur : tidak ada nyeri dada
Keadaan bangun tidur : lemas lemas
Interpretasi : klien tidak mengalami gangguan istirahat dan tidur
6. Pola kognitif & perceptual
Fungsi Kognitif dan Memori :
Kien mengalami gangguan orientasi orang dan tempat. Klien sempat tidak mengenali
ayah dan adiknya. Klien juga tidak mengetajui keadaanya sekarang dan ingin kabur.
Fungsi dan keadaan indera : pasien menggunakan alat bantu penglihatan karena rabun
jauh, pasien tidak menggunakan alat bantu pendengaran pendengaran,
Interpretasi : pasien mengalami gangguan dalam fungsi penglihatan, kognitif dan
memori.
7. Pola persepsi diri
Gambaran diri :
pasien menyadari kondisi kesehatannya.
Identitas diri :
pasien mampu memperkenalkan dirinya sesuai dengan identitasnya.
Harga diri :
pasien mampu mempertahankan kemampuannya dan eksistensi terhadap keluarga
Ideal Diri :
Pasien ingin segera sembuh dari penyakitnya dan ingin beraktivitas kembali seperti
sebelumnya yang senantiasa membantu kebutuhan ekonomi keluarga. Namun dengan
kondisinya seperti saat ini pasien merasa memperberat kondisi keluarga karena tidak
dapat beraktivitas dan bekerja untuk membantu kebutuhan ekonomi keluarga.
Peran Diri : pasien tidak mampu lagi untuk bekerja dan pasien berharap agar cepat
sembuh dan pulang kerumah.
Interpretasi :
Pasien tidak mengalami gangguan persepsi diri
8. Pola seksualitas & reproduksi
Pasien belum menikah
9. Sistem Genitourologi
Pasien tidak menggunakan alat bantu berkemih/kateter.
10. Pola peran & hubungan
Pasien tidak bekerja sejak sakit. Pasien memiliki hubungan dengan keluarga yang baik.
Pasien juga memiliki banyak teman.
Interpretasi : pasien mengalami gangguan dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
11. Pola manajemen koping-stress
Pasien mengatakan keluarga selalu menemani untuk menjalani pengobatan ketika sakit
Interpretasi : pola manajemen koping-stress pasien baik
12. System nilai & keyakinan
Pasien meyakini bahwa penyakitnya dapat disembuhkan dengan izin Tuhan, pasien selalu
berdoa namun tidak dapat melakukan shalat.
Interpretasi : pasien tidak mengalami gangguan sistem nilai dan keyakinan

IV. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum:
Keadaan umum klien pasien cukup, compos mentis (4-5-6)
Tanda vital:
Tekanan Darah : 77/53 mmHg
T : 33,2 oC
SpO2 : 99%
RR : 24 x/menit
HR : 91 x/menit
- Interpretasi :
Tanda-tanda vital pasien dalam rentang normal

Pengkajian Fisik Head to toe (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)


1. Kepala
Inspeksi : kulit kepala ada ketombe atau kurang bersih, rambut warna hitam
Palpasi : tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan
2. Mata
Inspeksi : Conjungtiva anemis, sclera putih pucat
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
3. Telinga
Inspeksi : Telinga luar bersih, kedua telinga simetris, tidak ada lesi.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan atau massa
4. Hidung
Inspeksi : Lubang hidung simetris, ada secret di lubang hidung, pernafasan cuping
hidung
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada sinus maksilaris, frontalis dan etmoidalis
5. Mulut
Inspeksi : Membran mukosa bibir kering, pucat, gusi ada lesi, lidah dipenuhi jamur
atau kandisiasis
6. Leher
Inspeksi : Tidak ada pembengkakan, tidak tampak pelebaran vena jugularis
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjaran tiroid
7. Dada
Paru:
Inspeksi : diameter anterior posterior-transversal = 1:2, ekspansi simetris kanan dan
kiri, sifat pernafasan dada dan perut, frekuensi pernapasan 25x/menit (tachypneu),
ritmenya kusmaul (cepat dan dalam), suara batuk produktif,
Palpasi : tidak ada nyeri tekan di bagian kiri dan kanan,
Perkusi : suara sonor
Auskultsasi : ronchi (suara tidak terputus, akibat adanya getaran dalam lumen saluran
pernafasan karena penyempitan : ada secret kental/lengket)
+ +
+ +
Jantung:
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : teraba denyut jantung apeks meningkat dan cepat di ics 5 midklavikula
kiri, ictuscordis tidak teraba
Perkusi : terdengar redup
Auskultsasi : S1 dan S2 Tunggal regular.
8. Abdomen
Inspeksi : warna kulit merata, tidak ada retraksi, dan bentuk simetris
Auskultasi : bising usus 5 kali/menit.
Palpasi : tidak ada tonjolan atau pembengkakkan di hati dan lambung
Perkusi : tidak ada nyeri tekan
9. Ekstremitas
Look : ada kelainan cara berjalan atau menggerakkan di bagian ekstremitas
bawah
Feel : tidak ada benjolan atau pembengkakkan
Move : klien bisa menggerakkan dibagian ekstremitasnya atas skala derajat
kekuatan otot 5 (kekuatan utuh) dan pada ekstremitas bawah dengan skala kekuatan otot
4 (Kekuatan kurang dibandingkan sisi lain)
Ekstremitas atas 5 5
Ekstremitas bawah 4 4
10. Kulit dan kuku
Inspeksi : tidak ada jejas tapi ada lesi dibagian mulut dan ekstremitas atas dan
bawah dan tidak berminyak
Palpasi : kulit kering dan ada sisik jamur pada daerah ektremitas, tubuh terasa
panas, CRT<2 detik
11. Keadaan lokal
Kesadaran pasien composmentis. Namun pasien mengalami disorientasi sikap ketika ada
perawat mengeluh sakit dibagian anggota tubuhnya, namun ketika perawat tidak ada
pasien bersikap biasa saja. Mulut pasien penuh dengan luka dan jamur.
V. Terapi
Farmakokinetik dan dinamik Dosis dan Implikasi
N Jenis
Rute Indikasi dan Kontraindikasi Efek Samping Keperawata
o Terapi
Pemberian n
1 Amin Farmakokinetik : 240 mg dan Indikasi : a. Mual Memonitor,
opilin Diabsorbsi minimal dari drip dalam 1) Aminofilin digunakan b. Muntah. Terampil
saluran cerna, tidak melintasi infuse untuk meringankan c. Sakit kepala dan tepat
blood-brain barier, (Intravena) gejala bronkitis dengan d. Gangguan saat
dimetabolisme secara ekstensif merileksasi otot polos asam/basa. memberikan
dalam hepar menjadi metabolit bronkial dan pembuluh Insomnia obat dan
in aktif; dieksresi secara cepat darah paru-paru. e. Gelisah merespon
melalui urin dan feses. 2) Menstimulasi f. Kebingungan klien
Farmakodinamik: zat—zat ini pernapasan pusat dan g. Vertigo terhadap
bekerja selektif terhadap meningkatkan kontraksi h. Tremo pemberian
reseptor beta 2 adrenergik diafragma i. Kejang obat
(bronchospasmolysis) dan Kontraindikasi : j. Diare
praktis tidak terhadap reseptor a. Memiliki riwayat k. Pendarahan GI
bet 1 (stimulasi jantung). hipersensitif/ alergi l. Haus yang ekstrim
terhadap kandungan Beberapa efek samping
obat ini baik teofilin Aminofilin juga dapat
maupun etilenadiamin. berakibat fatal,
b. Mengalami porfirian diantaranya:
akut. a. Aritmia jantung
Sedang mengonsumsi obat b.Henti jantung.
dari jenis santin lainnya c.Ensefalopati hipoksik
2 Strept Farmakokinetik: 750 mg dan Indikasi Gangguan kulit/alergi: Terampil
omici Streptomisin sulfat menembus Intramuscul a. tuberkulosis dalam a. ruam, dan tepat
n dengan cepat ke dalam aliran ar kombinasi dengan b. indurasi, saat
darah dari tempat suntikan atau obat lain; c. atau abses di memberikan
aplikasi.Pada pemberian oral( tularemia, plague, pe sekitar lokasi obat dan
oleh konsumsi) sangat buruk ngobatan brusellosis, suntikan, mati merespon
diserap di lambung dan usus, pengobatan glanders rasa dan klien
adalah output tidak berubah , enterokokal kesemutan di terhadap
dengan tinja.Oleh karena itu endokarditis dan sekitar mulut, pemberian
hampir ditugaskan untuk streptokokal d. vertigo. obat
pemberian oral, kecuali untuk endokarditis.
infeksi usus. Kontraindikasi
Farmakodinamik: a. kehamilan; lihat
efek antibakteri ini disebabkan aminoglikosida.
penghambatan produksi protein
dalam organisme bakteri
3 Onda Farmakokinetik: 4 mg dan Indikasi a. Sakit kepala, Terampil
nsentr Setelah pemberian per oral, Intravena a. Penanggulangan b. konstipasi, dan tepat
on Ondansetron yang diberikan mual dan muntah akibat c. rasa panas pada saat
dengan dosis 8 mg akan kemoterapi dan epigastrium, memberikan
diserap dengan cepat dan radioterapi serta operasi. d. sedasi dan diare. obat dan
konsentrasi maksimum (30 ng / Kontraindikasi merespon
ml) dalam plasma dicapai a. Penderita yang klien
dalam waktu 1,5 jam. hipersensitif terhadap terhadap
Konsentrasi yang sama dapat ondansetron. pemberian
dicapai dalam 10 menit dengan obat
pemberian Ondansetron 4 mg
IV.
Farmakodinamik:
Mekanisme kerja obat ini
sebenarnya belum diketahui
dengan pasti. Meskipun
demikian yang saat ini sudah
diketahui adalah bahwa
Ondansetron bekerja sebagai
antagonis selektif dan bersifat
kompetitif pada reseptor 5HT3,
dengan cara menghambat
aktivasi aferen-aferen vagal
sehingga menekan terjadinya
refleks muntah.
4 Raniti Farmakokinetik: 50 mg dan Indikasi lihat keterangan di atas; Terampil
din 1. Absorpsi. Intravena a. tukak lambung dan tukak a. takikardi dan tepat
Ranitidin duodenum, (jarang), saat
b. refluks esofagitis, b. agitasi, memberikan
diabsorpsi dengan baik dari
c. dispepsia episodik c. gangguan obat dan
saluran cerna maupun pada
kronis, penglihatan, merespon
pemberian secara
d. tukak akibat AINS, d. alopesia, klien
intramuskular.
e. tukak duodenum e. nefritis terhadap
Bioavailabilitas absolut
karena H.pylori, interstisial pemberian
ranitidin pada pemberian
sindrom Zollinger- (jarang sekali) obat
secara oral adalah sekitar
Ellison,
50%, demikian pula pada
f. kondisi lain dimana
anak-anak. Sedangkan pada
pengurangan asam
geriatrik bioavailabilitasnya
lambung akan
rata-rata 48%.
bermanfaat.
2. Distribusi. Ranitidin
Kontraindikasi
terdistribusi secara luas pada
a. penderita yang
cairan tubuh dan sekitar 10-
diketahui hipersensitif
19% berikatan dengan
terhadap ranitidin
protein serum. Volume
distribusi ranitidin rata-rata
1,7 L/Kg dengan kisaran 1,2-
1,9 L/Kg. Sedangkan volume
distribusi pada anak sekitar
2,3-2,5 L/Kg dengan kisaran
1,1-3,7 L/Kg. Pada
pemberian secara oral
ranitidin juga terdistribusi ke
CSF. Ranitidin juga
terdistribusi ke susu.
3. Eliminasi. Waktu paruh
eliminasi rata-rata pada orang
dewasa adalah 1,7-3,2 jam,
dan dapat berkorelasi positif
dengan usia. Waktu paruh
eliminasi akan meningkat
pada pasien dengan
gangguan fungsi ginjal. Pada
pasien lanjut usia waktu
paruh eliminasi umumnya
meningkat seiring
berkurangnya fungsi ginjal.
Ranitidin sebagian besar
diekskresikan dalam urin
melalui filtrasi glomerular
dan sekresi tubular.
4. Metabolisme. Ranitidin
dimetabolisme dihati menjadi
ranitidin N-oksida, desmetil
ranitidin, dan ranitidin S-
oksida. Pada pemberian oral,
ranitidin juga mengalami
metabolisme lintas pertama
dihati. Pada pasien dengan
sirosis hati, konsentrasi
serum akan meningkat akibat
rendahnya metabolisme lintas
pertama dihati dan
bioavailabilitasnya rata-rata
70%.

5 Norag Norages injeksi mengandung 1 gr dan Indikasi a. Reaksi Terampil


es Metamizole sodium suatu Intravena a. Meringankan nyeri anafilaktik, dan tepat
senyawa yang memiliki efek kronis & akut berat b. serangan asma, saat
analgesik. Norages injeksi seperti penyakit c. reaksi memberikan
dapat diberikan secara IV, hal rematik, hipersensitif obat dan
ini memungkinkan untuk b. sakit kepala, pada kulit. merespon
mendapatkan efek analgesik c. sakit gigi, klien
yang kuat untuk berbagai d. nyeri kanker, terhadap
kondisi. Metamizole e. nyeri pasca operasi pemberian
merupakan suatu derivat atau pasca cedera, obat
metansulfonat aminopirin. f. kejang otot,
Pengaruhnya terhadap susunan g. nyeri kolik.
saraf pusat (sentral) dan Kontraindikasi
perifer. Secara sentral diduga a. Hipersensitif
bekerja pada hipotalamus dan terhadap analgesik &
secara perifer menghambat antireumatik.
pembentukan prostaglandin di b. Kehamilan &
tempat inflamasi, mencegah menyusui, tekanan
sensitisasi reseptor rasa sakit darah sistolik < 100
terhadap rangsang mekanik mmHg.
atau kimiawi.
6 NaCl Farmakokinetik: 500 cc dan Indikasi : a. Demam Terampil
0,9% Injeksi NaCl langsung masuk Intravena a. Pengganti cairan plasma b. iritasi atau infeksi dan tepat
ke dalam pembuluh darah. • isotonik yang hilang. pada tempat injeksi saat
Setelah diinjeksi, NaCl akan b. Pengganti cairan pada trombosis atau flebitis memberikan
terdistribusi cepat ke dalam kondisi alkalosis yang meluas dari obat dan
jaringan melalui pembuluh hipokloremia. tempat injeksi, merespon
darah, serta dieliminasi melalui Kontraindikasi : ekstravasasi. klien
urine. a. Hipernatremia, terhadap
Farmakodinamik: b. Asidosis pemberian
Natrium merupakan kation hipokalemia. obat
utama dalam cairan
ekstraseluler dan memegang
peranan penting pada regulasi
tekanan osmotisnya. Sering
digunakan dalam infus dengan
elektrolit lain.
Defisiensi natrium dapat terjadi
akibat kerja fisik yang
terlampau berat dengan banyak
berkeringat dan banyak minum
air tanpa tambahan garam
ekstra. Gejalanya berupa mual,
muntah, sangat lelah, nyeri
kepala, kejang otot betis dan
juga kejang otot lengan dan
perut.
VI. Pemeriksaan Penunjang & Laboratorium

No Jenis pemeriksaan Nilai normal (rujukan) Hasil


(hari/tanggal)
Nilai Satuan 27/01/18
LED 1-15 Mm/jam 55
Hb 11,2-17,3 Gr/dL 7,3
Eritrosit 4,4-5,9 Juta/uL 2,74
Hematokrit 40-52 % 22
MCV 80-100 fL 81,0
MCH 26-34 Pg 26,6
MCHC 32-36 Gr/dL 32,9
Lekosit 3800-10600 /uL 9450
Eosinofil 2-4 % 0,8
Basofil 0-1 % 0,2
Neutrofil 50-70 % 93,5
Monosit 2-8 % 2,5
Limfosit 25-40 % 3,0
Trombosit 15.000-44.000 u/L 279.000
Albumin 3,5-5,2 Mg/dl 1,9
BUN 8,41-25,7 Mg/dL 7,2
Kreatinin 0,7-1,2 Mg/dl 0,8
27 Januari 2018
Pengambil Data,

(Yunidar Dwi Puspitasari)


NIM. 152310101087
Lampiran 11
ANALISA DATA
NO DATA PENUNJANG ETIOLOGI MASALAH
1 DS : klien mengatakan sesak Penurunan ekspansi paru Ketidakefektifan pola nafas b.d
DO : pernafasan cuping hidung, batuk, terpasang deformitas dinding dada yang
nasal kanul 4 lpm; Tekanan Darah : TD: 77/53 ditandai dengan klien mengatakan
mmHg; T : 33,2 oC; SpO2: 99%; RR : 24 x/menit; sesak; barrel chest; pernafasan
HR : 91 x/menit; Perkusi : da ka: sonor; da ki: sonor; Ventilasi terganggu, sesak cuping hidung, batuk, terpasang
auskultasi : rhonki +/-, wheezing -/-, vesiuler nasal kanul 4 lpm; Tekanan Darah :
menurun 115/76 mm/Hg; Nadi : 112 X/mnt;
RR : 20 X/mnt; Suhu : 36,3 C
Ketidakefektifan pola nafas Perkusi : da ka: sonor; da ki: sonor;
auskultasi : rhonki +/-, wheezing -/-
, vesiuler menurun

2 DS : klien mengatakan tidak nafsu makan inflamasi Ketidakseimbangan nutrisi kurang


DO : perut pasien tampak cekung; Tekanan Darah : dari kebutuhan tubuh b.d faktor
115/76 mm/Hg; Nadi : 112 X/mnt; RR : 20 X/mnt; biologis yang ditandai dengan klien
Suhu : 36,3 C; terdapat sisa ½ porsi makan setiap jam Respon inflamasi, mengatakan tidak nafsu makan;
makan, IMT sebelum MRS 16,6 dan sesudah MRS peningkatan produksi cairan, perut pasien tampak cekung;
12,25 penumpukan cairan Tekanan Darah : 115/76 mm/Hg;
Nadi : 112 X/mnt; RR : 20 X/mnt;
Suhu : 36,3 C; terdapat sisa ½ porsi
Batuk produktif makan setiap jam makan, IMT
sebelum MRS 16,6 dan sesudah
MRS 12,25
Menekan diafragma

Hcl meningkat

Mual, muntah, anoreksia

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
Lampiran 12

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Daftar Diagnosa Keperawatan (sesuai prioritas):


No Diagnosa Tanggal perumusan Tanggal pencapaian
01. Ketidakefektifan pola nafas b.d deformitas dinding dada yang 27 Januari 2018 29 Januari 2018
ditandai dengan klien mengatakan sesak; barrel chest; pernafasan
cuping hidung, batuk, terpasang nasal kanul 4 lpm; Tekanan
Darah : 115/76 mm/Hg; Nadi : 112 X/mnt; RR : 20
X/mnt; Suhu : 36,3 C
Perkusi : da ka: sonor; da ki: sonor; auskultasi : rhonki +/-,
wheezing -/-, vesiuler menurun
2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d 27 Januari 2018 29 Januari 2018
faktor biologis yang ditandai dengan klien mengatakan tidak
nafsu makan; perut pasien tampak cekung; Tekanan Darah :
115/76 mm/Hg; Nadi : 112 X/mnt; RR : 20 X/mnt; Suhu : 36,3
C; terdapat sisa ½ porsi makan setiap jam makan, IMT sebelum
MRS 16,6 dan sesudah MRS 12,25
Lampiran 13

PERENCANAAN KEPERAWATAN

N DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


O KRITERIA HASIL
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas Manajemen jalan nafas
pola nafas b.d perawatan selama 2. Posisikan klien untuk memaksimalkan 1. Posisi semi fowler dapat
deformitas dinding 3x24 jam, klien ventilasi memaksimalkan
dada yang ditandai menunjukkan 3. Motivasi klien untuk bernafas pelan pengembangan dada dan
dengan klien keefektifan pola nafas dan dalam mengurangi tekanan
mengatakan sesak; dengan kriteria hasil : 4. Intruksikan bagaimana untuk diafragma oleh abdomen
barrel chest; a. Mampu melakukan batuk efektif 2. Bernafas pelan dan dalam
pernafasan cuping mengeluarkan supaya oksigen yang masuk
hidung, batuk, sputum, bernafas dapat diserap optimal
terpasang nasal dengan mudah, 3. Batuk efektif dapat
kanul 4 lpm; b. Menunjukkan jalan mengurangi sekret dan
Tekanan Darah : nafas yang paten mengoptimalkan tenaga klien
115/76 mm/Hg; (klien tidak merasa sehingga tidak kelelahan.
Nadi : 112 tercekik, irama
X/mnt; RR : 20 nafas = reguler, Monitor pernafasan Monitor pernafasan (nomor 1-6)
X/mnt; Suhu : 36,3 frekuensi 1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman 1. Mengetahui perkembangan
C pernafasan = 16-24 dan kesulitan bernafas kondisi klien setelah
Perkusi : da ka: x/menit, tidak ada 2. Monitor suara nafas tambahan dilakukan perawatan
sonor; da ki: sonor; suara nafas 3. Monitor pola nafas
auskultasi : rhonki abnormal) 4. Monitor saturasi oksigen
+/-, wheezing -/-, c. Mampu 5. Monitor keluhan sesak klien
vesiuler menurun mengidentifikasika 6. Monitor tanda-tanda vital
n dan mencegah
faktor yang
penyebab.
d. Saturasi O2 = 95-
100%.

2. Ketidakseimbanga Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi Manajemen Nutrisi


asuhan keperawatan 1. Kaji status nutrisi pasien 1. Pengkajian penting
n nutrisi kurang
selama ×24 jam 2. Jaga kebersihan mulut, anjurkan dilakukan untuk
dari kebutuhan diharapkan untuk selalu melalukan oral mengetahui status nutrisi
pemenuhan hygiene. pasien sehingga dapat
tubuh b.d faktor
kebutuhan pasien 3. Delegatif pemberian nutrisi yang menentukan intervensi
biologis yang tercukupi dengan sesuai dengan kebutuhan pasien yang diberikan.
kriteria hasil : 4. Berian informasi yang tepat 2. Mulut yang bersih dapat
ditandai dengan
Status Nutrisi terhadap pasien tentang kebutuhan meningkatkan nafsu
klien mengatakan  Intake nutrisi nutrisi yang tepat dan sesuai. makan
tercukupi. 5. Anjurkan pasien untuk 3. Untuk membantu
tidak nafsu makan;
 Asupan makanan mengkonsumsi makanan tinggi zat memenuhi kebutuhan
perut pasien dan cairan besi seperti sayuran hijau nutrisi yang dibutuhkan
tercukupi Manajemen Mual pasien.
tampak cekung;
Keparahan Mual 1. Kaji frekuensi mual, durasi, tingkat 4. Informasi yang diberikan
Tekanan Darah : dan Muntah keparahan, faktor frekuensi, dapat memotivasi pasien
 Penurunan presipitasi yang menyebabkan mual. untuk meningkatkan
115/76 mm/Hg;
intensitas 2. Anjurkan pasien makan sedikit intake nutrisi.
Nadi : 112 X/mnt; terjadinya mual demi sedikit tapi sering. 5. Zat besi dapat membantu
muntah 3. Anjurkan pasien untuk makan selagi tubuh sebagai zat
RR : 20 X/mnt;
 Penurunan hangat penambah darah sehingga
Suhu : 36,3 C; frekuensi 4. Delegatif pemberian terapi mencegah terjadinya
terjadinya mual antiemetik : anemia atau kekurangan
terdapat sisa ½
muntah.  Ondansentron 2×4 (k/p) darah
porsi makan setiap Berat badan :  Sucralfat 3×1 CI Manajemen Mual
massa tubuh Manajemen Berat Badan 1. Penting untuk
jam makan, IMT
Pasien mengalami 1. Diskusikan dengan keluarga dan mengetahui karakteristik
sebelum MRS 16,6 pasien pentingnya intake nutrisi mual dan faktor-faktor
peningkatan berat
dan hal-hal yang menyebabkan yang menyebabkan mual.
dan sesudah MRS
badan penurunan berat badan. Apabila karakteristik
12,25 Timbang berat badan pasien jika mual dan faktor
penyebab mual diketahui
memungkinan dengan teratur.
maka dapat menetukan
intervensi yang
diberikan.
2. Makan sedikit demi
sedikit dapat
meningkatkn intake
nutrisi.
3. Makanan dalam kondisi
hangat dapat menurunkan
rasa mual sehingga intake
nutrisi dapat
ditingkatkan.
4. Antiemetik dapat
digunakan sebagai terapi
farmakologis dalam
manajemen mual dengan
menghamabat sekres
asam lambung.
Manajemen Berat Badan
1. Membantu memilih
alternatif pemenuhan
nutrisi yang adekuat.
Dengan menimbang
berat badan dapat
memantau peningkatan
dan penrunan status gizi.
LAMPIRAN 14

CATATAN PERKEMBANGAN

WAK IMPLEMENTASI DX RESPON PAR EVALUASI PAR


TU AF AF
28/01/ S : pasien mengatakan
nyeri di bagian
18
epigastric, sesak napas
15.00 1) Kolaborasi pemberian injeksi DX 1 1. Saat pemberian klien berkurang
O : klien tampak lebih
analgesik antrain tampak kooperatif
nyaman, turgor kering,
16.00 2) Jaga kebersihan mulut, DX 2 2. Keluarga pasien bibir pecah – pecah,
sariawan
anjurkan untuk selalu membersihkan mulut pasien
TD : 83/55
melalukan oral hygiene. HR : 99
RR : 26
16.10 3) memberikan informasi yang DX 2 3. pasien tetap tidak mau
t : 34
tepat terhadap pasien tentang makan, keluarga mengerti SaO2 : 97 %
A : masalah nutrisi
kebutuhan nutrisi yang tepat dan mengatakan akan
kurang dari kebutuhan
dan sesuai. mencoba membujuk pasien teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
17.00 4) menganjurkan pasien makan DX 2 4. keluarga pasien mengatakan
sedikit demi sedikit tapi mengerti, pasien mencoba
sering. makan sedikit (5 sendok)
17.10 5) menganjurkan pasien untuk DX 2 5. pasien tidak mau
makan selagi hangat kooperatif, pasien meminta
makanan instan
17.30 6) Memotivasi asupan nutrisi DX 3 6. Klien mengeluh mual dan
klien mulut panas
17.35 7) Memonitor Tanda – Tanda DX 1 7. TD : 83/55; HR : 99; RR :
Vital 26; T : 34; SaO2 : 97 %
17.40 8) memposisikan klien untuk DX 1 8. Pasien berada pada posisi
memaksimalkan ventilasi semifowler

17.45 9) mengintruksikan bagaimana DX 1 9. bisa membatukkan dahak


untuk melakukan batuk namun sedikit.
efektif
17.50 10) membatasi aktivitas merokok DX 1 10. Klien dan keluarga tidak
merokok dilingkungan
pasien
17.55 11) Memonitor kecepatan, irama, DX 1 11. RR 24x/menit; klien
kedalaman dan kesulitan mengatakan masih merasa
bernafas sakit dada
18.00 12) Memonitor suara nafas DX 1 12. Tidak terdengar suara nafas
tambahan rh -/-; wh -/-
tambahan
18.30 13) Memonitor pola nafas DX 1 13. Klien bernafas cepat,
dangkal, reguler
19.00 14) Memonitor saturasi oksigen DX 1 14. SaO2 98%

19.30 15) memberikan posisi yang DX 1 15. Klien berada pada posisi

tepat semifowler

19.45 16) Memonitor keluhan sesak DX 1 16. Klien mengatakan sesaknya


sudah berkurang
klien
21.00 17) mendorong istirahat yang DX 1 17. Klien tidur lebih awal

adekuat

You might also like