You are on page 1of 125

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBIASAAN

MAKAN ANAK USIA PRASEKOLAH (4-6 TAHUN) DI TK AL- AMANAH


KECAMATAN SINDANG JAYA KABUPATEN TANGERANG
TAHUN 2011

SKRIPSI

OLEH :

SUZAN KURNIAWATY

NIM : 106101003282

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :


1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 24 Juni 2011

Suzan Kurniawaty

i
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
GIZI
Skripsi, Juni 2011
Suzan Kurniawaty, NIM : 106101003282

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Makan Anak Usia Pra


Sekolah (4-6 Tahun) Di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang
Tahun 2011
xii, 86 halaman, 15 tabel, 2 lampiran

ABSTRAK

Kebiasaan makan adalah suatu pola perilaku konsumsi pangan yang diperoleh
karena terjadinya berulang-ulang. Kebiasaan makan seseorang terbentuk sejak masih
kecil. Suatu kebiasaan makan yang teratur dalam keluarga akan membentuk
kebiasaan yang baik bagi anak-anak. Berdasarkan studi pendahuluan diketahui empat
dari sepuluh anak memiliki kebiasaan makan buruk (Energi dan Protein < 80%).
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain
cross sectional. Penilaian kebiasaan makan anak menggunakan metode food recall
2x24 jam. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Mei 2011.
Diketahui dari hasil penelitian diketahui anak yang memiliki kebiasaan makan
buruk yaitu sebanyak 57 anak (51.8%), dan analisis bivariat diketahui bahwa faktor
yang berhubungan dengan kebiasaan makan anak adalah pengetahun ibu tentang gizi
dengan Pvalue 0.012, dan jumlah anggota keluarga dengan Pvalue 0.034.
Adapun saran yang bisa diberikan untuk mengubah kebiasaan makan yang
buruk pada anak yaitu ibu diharapkan lebih mengetahui lagi tentang pola makan dan
asupan konsumsi anak sesuai dengan kebutuhan gizinya, dalam mengkonsumsi
makanan sehari-hari biasakan dengan menu seimbang, berikan selingan dengan
kualitas gizi yang baik, mengadakan penyuluhan tentang kebiasaan makan yang baik,
mengadakan program penyediaan makanan di TK, dan mengadakan perlombaan
balita sehat antar TK se-Kecamatan Sindang Jaya.

Daftar bacaan : 47 (1986-2010)

ii
JAKARTA STATE ISLAMIC UNIVERSITY
MEDICINE AND HEALTH SCIENCES FACULTY
PUBLIC HEALTH PROGRAM
NUTRITION
Theses, June 2011
Suzan Kurniawaty, NIM : 106101003282

Factors related to the eating habits of pre-school age children (4-6 years old) in
kindergarten al-amanah Sindang Jaya subdistrict in Tangerang district in 2011
xii, 86 pages, 15 tables, 2 attachment

ABSTRACT

The habit of eating is a pattern of behavior food consumption obtained


because the occurrence of again and again. The habit of eating someone formed since
they were small. A habitual eating regular in family will form a custom that is good
for children. Based on the study of the prelude known four from ten children having
the habit of eating badly (Energy and Protein <80%).
This research is research quantitative by using design cross sectional.
Judgment the habit of eating child, using methods food recall 2x24 hours. Research
be implemented in April until May 2011.
Known from research results, children who have bad eating habits which is as
many as 60 children (51.8%), bivariat analysis and note that factors related to
children's eating habits is the mother's knowledge about nutrition with a Pvalue 0.012,
and number of family members with a Pvalue 0.034.
As for the advice that can be given to change bad eating habits in children that
mothers are expected to know more about dietary intake and consumption of the child
in accordance with the needs of its nutrition value, in daily food consumption a habit
with balanced menus, provide a distraction with a good nutritional quality,
conducting outreach about good eating habits, held a program providing food in
kindergarten, and held a healthy toddler race between Sindang Jaya kindergarten.

Bibliography : 47 (1986-2010)

iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBIASAAN MAKAN


ANAK USIA PRA SEKOLAH (4-6 TAHUN) DI TK AL-AMANAH
KECAMATAN SINDANG JAYA KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2011

Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi


Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 24 Juni 2011

Mengetahui

Minsarnawati, SKM. M.Kes Yuli Amran, SKM. MKM


Pembimbing I Pembimbing II

iv
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, 24 Juni 2011

Ketua

Minsarnawati, SKM. M.Kes

Anggota I

Yuli Amran, SKM. MKM

Anggota II

Meilani Anwar, M. Epid

v
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
GIZI
Skripsi, Juni 2011
Suzan Kurniawaty, NIM : 106101003282

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Makan Anak Usia Pra


Sekolah (4-6 Tahun) Di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang
Tahun 2011
xii, 86 halaman, 15 tabel, 2 lampiran

ABSTRAK

Kebiasaan makan adalah suatu pola perilaku konsumsi pangan yang diperoleh
karena terjadinya berulang-ulang. Kebiasaan makan seseorang terbentuk sejak masih
kecil. Suatu kebiasaan makan yang teratur dalam keluarga akan membentuk
kebiasaan yang baik bagi anak-anak. Berdasarkan studi pendahuluan diketahui empat
dari sepuluh anak memiliki kebiasaan makan buruk (Energi dan Protein < 80%).
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain
cross sectional. Penilaian kebiasaan makan anak menggunakan metode food recall
2x24 jam. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Mei 2011.
Diketahui dari hasil penelitian diketahui anak yang memiliki kebiasaan makan
buruk yaitu sebanyak 57 anak (51.8%), dan analisis bivariat diketahui bahwa faktor
yang berhubungan dengan kebiasaan makan anak adalah pengetahun ibu tentang gizi
dengan Pvalue 0.012, dan jumlah anggota keluarga dengan Pvalue 0.034.
Adapun saran yang bisa diberikan untuk mengubah kebiasaan makan yang
buruk pada anak yaitu ibu diharapkan lebih mengetahui lagi tentang pola makan dan
asupan konsumsi anak sesuai dengan kebutuhan gizinya, dalam mengkonsumsi
makanan sehari-hari biasakan dengan menu seimbang, berikan selingan dengan
kualitas gizi yang baik, mengadakan penyuluhan tentang kebiasaan makan yang baik,
mengadakan program penyediaan makanan di TK, dan mengadakan perlombaan
balita sehat antar TK se-Kecamatan Sindang Jaya.

Daftar bacaan : 47 (1986-2010)


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Suzan Kurniawaty

TTL : Tangerang, 19 Juni 1988

Jenis kelamin : Perempuan

Status : Menikah

Agama : Islam

No telepon : 081511238866

021-5908983

Alamat : Perumahan Permata Rajeg Blok A1 No.3 Rt.09 Rw.01 Ds.

Sukamanah Kec. Rajeg Kab. Tangerang

e-mail : suzankurniawaty@yahoo.com

PENDIDIKAN FORMAL

2006-2011 : Peminatan Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2003-2006 : MAN 1 Tangerang

2000-2003 : MTs Daar El-Qolam Balaraja

1994-2000 : SDN III Pasar Kemis, Tangerang

vi
KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah bagi Allah. Kami memuja-Nya, memohon

pertolongan-Nya. Kami berlindung kepada-Nya dari segala kejahatan diri dan

amal perbuatan jelek kami. Barang siapa yang diberi petunjuk Allah SWT, maka

tak seorang pun dapat menyesatkannya. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah

hamba dan Rasul-Nya.

Syukur Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Makan Anak Usia Pra

Sekolah (4-6 Tahun) Di TK Al Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang

Tahun 2011”, yang merupakan salah satu prasyarat untuk dapat meraih gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Sesungguhnya sesudah

kesulitan itu pasti ada kemudahan. Selama kita bersabar, berdoa, dan berusaha.

Di dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tentunya tidak akan

memberikan hasil yang memuaskan apabila tidak ada bantuan, bimbingan dari

berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT atas segala nikmat-Nya, baik nikmat Iman, Islam dan sehat.

2. Kedua orang tuaku, mama dan papa yang sangat penulis cintai, terima

kasih atas doa, dukungan dan kasih sayangnya. Ucan sayang kalian...untuk

suamiku, love you bee…dan anak-anakku tercinta juga adik-adikku

tersayang, makasih ya atas doa dan dukungannya untuk teteh.

vii
3. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar MARS, selaku ketua Program Studi

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (FKIK-UIN).

5. Ibu Minsarnawati, SKM, M.Kes, selaku pembimbing I yang telah banyak

meluangkan waktu memberikan dorongan, bimbingan dan pengarahan

dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Yuli Amran, SKM, MKM, selaku pembimbing II yang telah banyak

meluangkan waktu untuk memberi dorongan, bimbingan dan pengarahan

dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Para staf pengajar Program Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (FKIK-UIN), yang telah

memberi bekal ilmu pengetahuan.

8. Ibu Ade yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di TK Al-

Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang.

9. Para ibu guru yang telah membantu kelancaran penulis dalam penyebaran

kuesioner.

10. Seluruh ibu dari anak TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang

yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

11. Sahabat-sahabatku yang setia dan selalu mensupport penulis Teh Fifi,

Neng, Mpo’ Eka, Gytha, Apy, Anis ‘Ncim, Ranti, Nuri, De2f, Hasplah,

viii
dan Andri terima kasih atas bantuan kalian, ingat mimpi-mimpi indah kita

kawan. “were gonna be best friend forever”.

12. Teman-teman seperjuangan Kesehatan Masyarakat angkatan 3G FKIK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Semangat kawan-kawan!!

13. Dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima

kasih telah membantu proses penyusunan laporan skripsi.

Sebagai manusia biasa yang tak lepas dari salah dan khilaf, penulis sangat

sadar bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna.

Karena itu penulis sangat menghargai berbagai bentuk kritik dan saran dari

pembaca demi kesempurnaan dan perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga

Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan bagi pembaca

semuanya.

Hanya kepada-Nya syukur dipanjatkan, dan apabila terjadi kesalahan,

kepada-Nya kami mohon ampunan. Dialah yang menguasai dan menolong kami.

Sebagus –bagus penguasa dan penolong adalah Allah SWT.

Tangerang, Juni 2011

Penulis

Suzan Kurniawaty

ix
DAFTAR ISI

Lembar Pernyataan .....................................................................................................i

Abstrak ………………................................................................................................ii

Lembar Pengesahan …..………................................................................................iv

Daftar Isi ……………….………................................................................................x

Daftar Tabel ………………..……………………………………………………xvi

Daftar Bagan …………………………...………………………………………xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................................1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................6

C. Pertanyaan Penelitian ........................................................................................7

D. Tujuan Penelitian ..............................................................................................8

1. Tujuan Umum .............................................................................................8

2. Tujuan Khusus ............................................................................................8

E. Manfaat Penelitian ............................................................................................9

F. Ruang Lingkup Penelitian ..............................................................................10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Anak Pra Sekolah ............................................................................................11

1. Karakteristik Anak Usia Pra Sekolah .......................................................11

2. Zat Gizi dan Angka Kecukupan Gizi ........................................................14

x
3. Pengaturan Makan Anak Pra Sekolah ......................................................16

4. Makanan bagi Anak Pra Sekolah ..............................................................18

B. Masalah Gizi Anak Usia Pra Sekolah .............................................................19

C. Masalah Gizi di Wilayah Puskesmas Sindang Jaya …………………………20

D. Kebiasaan Makan ............................................................................................21

1. Pengertian Kebiasaan Makan ....................................................................21

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan .............................22

a. Jenis Kelamin ......................................................................................25

b. Umur ...................................................................................................26

c. Pendidikan Ibu ....................................................................................26

d. Pekerjaan Ibu ......................................................................................28

e. Tingkat Pendapatan Orang Tua ..........................................................28

f. Pengetahuan Ibu tentang Gizi .............................................................29

g. Sikap Ibu tentang Gizi ........................................................................31

h. Jumlah Anggota Keluarga ..................................................................35

i. Pantangan ............................................................................................37

E. Kerangka Teori ...............................................................................................39

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN

HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep ............................................................................................40

B. Definisi Operasional .......................................................................................42

xi
C. Hipotesis .........................................................................................................44

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ...............................................................................................45

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..........................................................................45

C. Populasi dan Sampel .......................................................................................45

1. Populasi .....................................................................................................45

2. Sampel ......................................................................................................45

D. Instrumen Penelitian .......................................................................................46

1. Uji Coba ....................................................................................................46

2. kuesioner ...................................................................................................47

E. Pengumpulan Data …………………………………………………………..48

F. Pengukuran Data ……………….....................................................................49

1. Kebiasaan Makan ......................................................................................49

2. Jenis Kelamin ............................................................................................49

3. Pendidikan Ibu …………………………………………………………..49

4. Pekerjaan Ibu ……………………………………………………………49

5. Pendapatan Orang Tua …………………………………………………..50

6. Pengetahuan Ibu tentang Gizi …………………………………………...50

7. Sikap Ibu tentang Gizi …………………………………………………..50

8. Jumlah Anggota Keluarga ………………………………………………50

9. Pantangan ………………………………………………………………..51

xii
G. Pengolahan dan Analisis Data ………………………………………………51

1. Pengolahan Data ………………………………………………………..51

2. Analisis Data ……………………………………………………………52

a. Analisis Univariat …………………………………………………...52

b. Analisis Bivariat …………………………………………………….52

BAB V HASIL

A. Analisis Univariat ...........................................................................................54

1. Gambaran Kebiasaan Makan Anak .........................................................54

2. Gambaran Jenis Kelamin Anak ...............................................................55

3. Gambaran Karakteristik Orang Tua .........................................................55

a. Pendidikan Ibu ....................................................................................55

b. Pekerjaan Ibu ......................................................................................56

c. Pendapatan Orang Tua ........................................................................56

d. Pengetahuan Ibu ..................................................................................57

e. Sikap Ibu .............................................................................................58

f. Gambaran Jumlah Anggota Keluarga ……………………………….58

4. Gambaran Pantangan ……………….......................................................59

B. Analisis Bivariat .............................................................................................59

1. Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin Anak dengan Kebiasaan Makan

Anak .........................................................................................................60

xiii
2. Analisis Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kebiasaan

Makan Anak .............................................................................................61

3. Analisis Hubungan antara Pekerjaan Ibu dengan Kebiasaan Makan Anak

..................................................................................................................62

4. Analisis Hubungan antara Tingkat Pendapatan Orang Tua dengan

Kebiasaan Makan Anak ...........................................................................63

5. Analisis Hubungan antara Pengetahuan Ibu tentang Gizi dengan

Kebiasaan Makan Anak ...........................................................................64

6. Analisis Hubungan antara Sikap Ibu tentang Gizi dengan Kebiasaan

Makan Anak .............................................................................................65

7. Analisis Hubungan antara Jumlah Anggota Keluarga dengan Kebiasaan

Makan Anak .............................................................................................66

8. Analisis Hubungan antara Pantangan dengan Kebiasaan Makan Anak ..67

BAB VI PEMBAHASAN

A. Gambaran Kebiasaan Makan Anak Usia Pra Sekolah ....................................68

B. Hubungan Variabel Independen dengan Variabel Dependen .........................70

1. Hubungan antara Jenis Kelamin Anak dengan Kebiasaan Makan Anak..70

2. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kebiasaan Makan Anak

..................................................................................................................71

3. Hubungan antara Pekerjaan Ibu dengan Kebiasaan Makan Anak ...........73

xiv
4. Hubungan antara Tingkat Pendapatan Orang Tua dengan Kebiasaan

Makan Anak .............................................................................................74

5. Hubungan antara Pengetahuan Ibu tentang Gizi dengan Kebiasaan Makan

Anak .........................................................................................................76

6. Hubungan antara Sikap Ibu tentang Gizi dengan Kebiasaan Makan Anak

..................................................................................................................77

7. Hubungan antara Jumlah Anggota Keluarga dengan Kebiasaan Makan

Anak .........................................................................................................79

8. Hubungan antara Pantangan dengan Kebiasaan Makan Anak ................80

C. Keterbatasan Penelitian ...................................................................................81

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan .........................................................................................................83

B. Saran ...............................................................................................................85

1. Bagi Ibu dari Anak TK ............................................................................85

2. Bagi Taman Kanak-kanak ........................................................................85

3. Bagi Puskesms/ Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang ........................85

4. Bagi Peneliti lain ......................................................................................86

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xv
Daftar Tabel

Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi bagi Anak Pra Sekolah ………………………..16

Tabel 2.2 Makanan bagi Anak Pra Sekolah ……………………………………….19

Tabel 2.3 Status Gizi Balita Kecamatan Sindang Jaya ……………………………20

Tabel 5.1 Distribusi Kebiasaan Makan Anak Di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya

Kab. Tangerang Tahun 2011 ...................................................................54

Tabel 5.2 Distribusi Jenis Kelamin Anak Di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya Kab.

Tangerang Tahun 2011 ............................................................................55

Tabel 5.3 Distribusi Pendidikan Ibu Dari Anak TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya

Kab. Tangerang Tahun 2011 ...................................................................55

Tabel 5.4 Distribusi Pekerjaan Ibu Dari Anak Di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya

Kab. Tangerang Tahun 2011 ...................................................................56

Tabel 5.5 Distribusi Pendapatan Orang Tua Dari Anak TK Al-Amanah Kec. Sindang

Jaya Kab. Tangerang Tahun 2011 ...........................................................57

Tabel 5.6 Distribusi Pengetahuan Ibu tentang Gizi TK Al-Amanah Kec. Sindang

Jaya Kab. Tangerang Tahun 2011 ...........................................................57

Tabel 5.7 Distribusi Sikap Ibu tentang Gizi Di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya

Kab. Tangerang Tahun 2011 ...................................................................58

Tabel 5.8 Distribusi Jumlah Anggota Keluarga Dari Anak TK Al-Amanah Kec.

Sindang Jaya Kab. Tangerang Tahun 2011 .............................................58

Tabel 5.9 Distribusi Pantangan di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang

Tahun 2011 ..............................................................................................59


Tabel 5.10 Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin Anak dengan Kebiasaan Makan

Anak Di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang Tahun 2011

..................................................................................................................60

Tabel 5.11 Analisis Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kebiasaan

Makan Anak Di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang

Tahun 2011 ..............................................................................................61

Tabel 5.12 Analisis Hubungan antara Pekerjaan Ibu dengan Kebiasaan Makan Anak

Di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang Tahun 2011 ......62

Tabel 5.13 Analisis Hubungan antara Tingkat Pendapatan Orang Tua dengan

Kebiasaan Makan Anak Di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya Kab.

Tangerang Tahun 2011 ............................................................................63

Tabel 5.14 Analisis Hubungan antara Pengetahuan Ibu tentang Gizi dengan Kebiasaan

Makan Anak Di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang

Tahun 2011 ............................................................................64

Tabel 5.15 Analisis Hubungan antara Sikap Ibu tentang Gizi dengan Kebiasaan

Makan Anak Di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang

Tahun 2011 ..............................................................................................65

Tabel 5.16 Analisis Hubungan antara Jumlah Anggota Keluarga dengan Kebiasaan

Makan Anak Di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang

Tahun 2011 ..............................................................................................66

Tabel 5.17 Analisis Hubungan antara Pantangan dengan Kebiasaan Makan Anak Di

TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang Tahun 2011 ...........67

17
Daftar Bagan

Bagan 2.1 Kerangka Teori …………………………………………………………39

Bagan 3.1 Kerangka Konsep ……………………………………………………....41


1

BAB I
1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan

dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi ini berpengaruh pada pertumbuhan

fisik, perkembangan mental dan kecerdasan. Menurut Depkes (2003), status

gizi masyarakat merupakan salah satu faktor penentu kualitas Sumber Daya

Manusia (SDM).

Kualitas sumber daya manusia (SDM) memainkan peran penting

dalam pembangunan bangsa. Perkembangan ilmu dan pengetahuan (iptek)

yang kini berlangsung amat cepat dan menjadi barometer kemajuan suatu

bangsa, membutuhkan SDM berkualitas tinggi. Seiring dengan itu

peningkatan derajat kesehatan yang didukung status gizi yang baik menjadi

investasi SDM guna membangun keunggulan kompetitif itu. Sutikno (2009),

menyatakan bahwa:

“Sumber Daya Manusia merupakan faktor yang sangat


menentukan dalam upaya menciptakan pembangunan yang lebih
mantap dan maju. Karena manusialah sebagai pelaku yang secara
langsung akan memanfaatkan alam berikut isinya. Tanpa sumber daya
manusia yang baik tidak mungkin suatu bangsa bisa berkembang dan
mampu bersaing di tetengah-tengah percaturan ekonomi dunia
internasional.”

Kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia di masa mendatang

ditentukan oleh kualitas generasi penerus, yaitu anak dan cucu kita. Dalam

agama Islam anak didefinisikan sebagai manusia yang belum mencapai akil
baligh (dewasa). Laki-laki dikatakan dewasa jika telah mengalami mimpi

basah. Dan perempuan dikatakan dewasa jika telah mengalami menstruasi

(Solikhah, 2008).

Menurut Sunarwati (2009), anak adalah pewaris, penerus dan calon

pengemban bangsa. Olah karena itu, tumbuh kembang dan gizi anak harus

diperhatikan, karena tumbuh kembang dan gizi anak yang bagus akan

memberi kontribusi pada peningkatan kualitas SDM sejak dini. Sebaliknya,

akibat kurang gizi berdampak pada penurunan sumber daya manusia.

Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya

masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah

Anemia Besi, masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY),

masalah Kurang Vitamin A (KVA) dan masalah obesitas terutama di kota-kota

besar (Harahap, 2004).

Masalah gizi buruk di Indonesia memang harus mendapat perhatian

khusus. Sampai dengan November 2008, sedikitnya tercatat 4 juta anak

Indonesia yang menderita kurang gizi terancam jatuh derajatnya ke gizi buruk.

Sekurang-kurangnya ada 27 persen bayi di bawah lima tahun (balita) di

Indonesia mengalami gizi buruk (Raditya, 2008).

Hingga akhir 2009, penderita gizi buruk di Provinsi Banten mencapai

8.737 balita. Jumlah ini menurun sekitar 510 orang dibanding 2008 yang

mencapai 9.247 orang dari total 839.857 balita. Jika dilihat berdasarkan

jumlah penderita, Kabupaten Tangerang menduduki posisi terbanyak 2.598

orang. Selanjutnya di Kabupaten Pandeglang 1.689 orang, Kabupaten Serang


3

1.482 orang dan Kota Tangerang 1.314 orang (Admin, 2009).

Hasil penimbangan bayi usia di bawah lima tahun (balita) tahun 2005,

dari 291.634 balita di wilayah Kabupaten Tangerang sebanyak 1120 orang

bergizi buruk, dan 16.239 balita bergizi kurang. Sejumlah kecamatan di

wilayah (Pantai Utara) Pantura seperti Kronjo, Sepatan, Teluk Naga, atau

Pakuhaji menjadi daerah dengan tingkat kasus gizi buruk balita tertinggi. Dan

kecamatan Kronjo menjadi wilayah dengan kasus gizi buruk terbesar, di mana

terdapat 108 balita dengan gizi buruk dari 9.922 balita tertimbang. Disusul

Kecamatan Sepatan dengan 90 kasus dan Pasar Kemis dengan 75 kasus gizi

buruk (Siswono, 2006).

Menurut UNICEF (1998) gizi kurang pada anak balita disebabkan

oleh beberapa faktor yang kemudian diklasifikasikan sebagai penyebab

langsung, penyebab tidak langsung, pokok masalah dan akar masalah. Gizi

kurang secara langsung disebabkan oleh kurangya konsumsi makanan dan

adanya penyakit infeksi. Makin bertambah usia anak maka makin bertambah

pula kebutuhannya. Konsumsi makanan dalam keluarga dipengaruhi jumlah

dan jenis pangan yang dibeli, pemasakan, distribusi dalam keluarga dan

kebiasaan makan secara perorangan (Supariasa, 2002).

Penyebab tidak langsung yaitu tidak cukupnya persediaan pangan di

rumah tangga, pola asuh yang kurang memadai dan sanitasi atau kesehatan

lingkungan kurang baik serta akses pada pelayanan kesehatan yang terbatas.

Akar masalah dari faktor-faktor yang mempengaruhi gizi buruk tersebut

adalah masih rendahnya tingkat pendidikan, pendapatan dan kemiskinan


keluarga (Supariasa, 2002).

Di atas telah dikatakan bahwa salah satu penyebab timbulnya masalah

gizi pada anak yaitu kebiasaan makan yang salah. Menurut Suyatno (2010),

kebiasaan makan adalah suatu pola perilaku konsumsi pangan yang diperoleh

karena terjadinya berulang-ulang. Kebiasaan makan seseorang terbentuk sejak

masih kecil. Suatu kebiasaan makan yang teratur dalam keluarga akan

membentuk kebiasaan yang baik bagi anak-anak.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada

sepuluh sampel anak usia pra sekolah dalam menentukan kebiasaan makan

dengan menggunakan food recall 2x24 jam di TK Al Amanah Sindang Jaya

tahun 2010, terdapat 4 anak (40%) dengan kebiasaan makan buruk (Energi

dan Protein < 80%) dan anak dengan kebiasaan makan baik (Energi dan

Protein ≥ 80%) sebanyak 6 anak (60%).

Kebiasaan makan anak dipengaruhi multifaktor, salah satunya yaitu

peran ibu. Faktor kepercayaan dan pengetahuan ibu berpengaruh terhadap

macam bahan pangan yang dikonsumsi keluarga sehari-hari terutama

pemberian makan anak. Ada pula faktor ekonomi, seperti terbatasnya dana

untuk membeli makanan yang sarat gizi terutama sumber protein hewani

(Khomsan, 2003).

Dalam penelitian Hermina (1997) disebutkan bahwa kecenderungan

makanan modern banyak dikonsumsi oleh anak-anak pra sekolah. Lebih dari

60% anak-anak di TK favorit sudah biasa mengkonsumsi fried chicken,

burger, pizza, steak dan spagetti dengan frekuensi konsumsi yang bervariasi.
5

Penelitian lain yang dilakukan oleh Fatmawati (2001) disebutkan

bahwa rata-rata jumlah konsumsi sayuran pada anak sebesar 89,72 gram

masih lebih rendah dari anjuran. Selain itu, penelitian Munawaroh (2006),

tingkat pengetahuan gizi ibu berhubungan dengan pola makan balita. Tingkat

pengetahuan gizi ibu baik dengan pola makan balitanya tidak baik 41,5%, dan

pola makan balitanya baik 58,5%, sedangkan pengetahuan gizi ibu kurang

baik dengan pola makan balitanya tidak baik 89,8%, dan pola makan balitanya

baik 10,2%.

TK Al Amanah terletak di kelurahan Sukaharja dan masuk dalam

wilayah kerja Puskesmas Sindang Jaya, jaraknya pun sangat dekat yaitu

sekitar 100 m. Salah satu program Puskesmas Sindang Jaya yaitu Posyandu.

Para ibu aktif dalam mengikuti kegiatan Posyandu, seperti penyuluhan tentang

gizi dll. Dengan begitu, seharusnya para ibu telah mengetahui tentang gizi dan

hal lain terkait dengan kesehatan anak. Meskipun tidak semua ibu dari murid

TK Al Amanah tinggal di Kelurahan Sukaharja, tetapi sekitar 30% berdomisili

di Kelurahan Sukaharja. Dan setelah dilakukan penelitian pendahuluan

terhadap 10 orang anak di TK Al Amanah, 4 diantaranya memiliki kebiasaan

makan buruk.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan

kebiasaan makan anak usia pra sekolah di TK Al Amanah Kecamatan

Sindang Jaya Kabupaten Tangerang tahun 2011”.


B. Rumusan Masalah

Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang bahwa terdapat 280

ribu bayi di Tangerang dan sekitar 18 ribu bayi di bawah usia lima tahun

menderita kekurangan gizi. Sebanyak 17.150 bayi dengan gizi kurang dan

1.180 bayi lainnya mendapat gizi buruk. Hal ini akan mengakibatkan

terhambatnya pertumbuhan, ketidakseimbangan cairan tubuh dan penurunan

daya tahan tubuh terhadap infeksi karena makanan tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan tubuh untuk energi dan protein. Salah satu penyebab

timbulnya masalah gizi tersebut adalah kebiasaan makan yang salah.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada

sepuluh sampel anak usia pra sekolah dalam menentukan kebiasaan makan

dengan menggunakan food recall 2x24 jam di TK Al Amanah Kec. Sindang

Jaya Kab. Tangerang tahun 2010, terdapat 4 anak (40%) dengan kebiasaan

makan kurang (Energi dan Protein < 80%) dan anak dengan kebiasaan makan

cukup (Energi dan Protein ≥ 80%) sebanyak 6 anak (60%). Meskipun hanya 4

dari 10 anak yang kebiasaan makannya buruk, tetapi hal ini tetap menjadi

masalah. Karena jika hal ini dibiarkan dan tidak ditanggulangi segera akan

memperburuk keadaan, yang akhirnya dapat mengganggu tumbuh kembang

anak.

Kebiasaan makan anak dipengaruhi multifaktor. Adapun faktor-faktor

yang berhubungan dengan kebiasaan makan anak usia pra sekolah yaitu jenis

kelmain anak, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan sikap gizi ibu.

Pendapatan, jumlah anggota keluarga dan pantangan juga ikut mempengaruhi


7

kebiasaan makan anak usia pra sekolah. Oleh karena itu penelitian ini

dilakukan untuk membuktikan faktor-faktor yang berhubungan dengan

kebiasaan makan anak usia pra sekolah di TK Al Amanah Kec. Sindang Jaya

Kab. Tangerang tahun 2011.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran kebiasaan makan anak usia pra sekolah di TK Al

Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang tahun 2011?

2. Bagaimana gambaran jenis kelamin anak, tingkat pendidikan dan

pekerjaan ibu, pengetahuan dan sikap ibu tentang gizi, pendapatan orang

tua, jumlah anggota keluarga serta pantangan anak usia pra sekolah di TK

Al Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang tahun 2011?

3. Apakah ada hubungan antara jenis kelamin anak, pendidikan dan

pekerjaan ibu, pengetahuan dan sikap ibu tentang gizi, pendapatan orang

tua, jumlah anggota keluarga serta pantangan anak dengan kebiasaan

makan anak usia pra sekolah di TK Al Amanah Kec. Sindang Jaya Kab.

Tangerang tahun 2011?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan

makan anak usia pra sekolah (4-6 tahun) di TK Al Amanah Kecamatan


Sindang Jaya Kabupaten Tangerang tahun 2011.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran kebiasaan makan anak usia pra sekolah di TK

Al Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang tahun 2011.

b. Diketahuinya gambaran jenis kelamin anak, tingkat pendidikan dan

pekerjaan ibu, pengetahun dan sikap ibu tentang gizi, pendapatan

orang tua, jumlah anggota keluarga serta pantangan anak usia pra

sekolah di TK Al Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang tahun

2011.

c. Diketahuinya hubungan jenis kelamin anak dengan kebiasaan makan

anak usia pra sekolah di TK Al Amanah Kec. Sindang Jaya Kab.

Tangerang tahun 2011.

d. Diketahuinya hubungan tingkat pendidikan ibu dengan kebiasaan

makan anak usia pra sekolah di TK Al Amanah Kec. Sindang Jaya

Kab. Tangerang tahun 2011.

e. Diketahuinya hubungan pekerjaan ibu dengan kebiasaan makan anak

usia pra sekolah di TK Al Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang

tahun 2011.

f. Diketahuinya hubungan tingkat pendapatan orang tua dengan

kebiasaan makan anak usia pra sekolah di TK Al Amanah Kec.

Sindang Jaya Kab. Tangerang tahun 2011.

g. Diketahuinya hubungan pengetahuan ibu tentang gizi dengan


9

kebiasaan makan anak usia pra sekolah di TK Al Amanah Kec.

Sindang Jaya Kab. Tangerang tahun 2011.

h. Diketahuinya hubungan sikap ibu tentang gizi dengan kebiasaan

makan anak usia pra sekolah di TK Al Amanah Kec. Sindang Jaya

Kab. Tangerang tahun 2011.

i. Diketahuinya hubungan jumlah anggota keluarga dengan kebiasaan

makan anak usia pra sekolah di TK Al Amanah Kec. Sindang Jaya

Kab. Tangerang tahun 2011.

j. Diketahuinya hubungan pantangan dengan kebiasaan makan anak usia

pra sekolah di TK Al Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang

tahun 2011.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pihak Taman Kanak-kanak Al Amanah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

kebiasaan makan anak usia prasekolah di TK Al Amanah. Informasi

tersebut nantinya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam

membuat kebijakan untuk meningkatkan derajat kesehatan anak usia

prasekolah.

2. Bagi Orang Tua

Bagi orang tua, khususnya ibu dapat melakukan upaya-upaya

peningkatan asupan makanan demi mencapai status gizi yang optimal.


3. Bagi peneliti

Dapat mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan

makan anak usia pra sekolah. Selain itu, juga dapat menjadi bahan

pembelajaran untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan kebiasaan makan anak usia prasekolah (4-6 tahun) di TK

Al Amanah Ds. Sindang Jaya Kec. Sindang Jaya Kabupaten Tangerang tahun

2011. Karena salah satu penyebab timbulnya masalah gizi pada anak adalah

kebiasaan makan yang salah. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif

dengan desain cross sectional. Data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan data primer dan sekunder. Pengambilan data primer dengan

menggunakan kuisioner dan metode food recall 24 jam. Sedangkan data

sekunder berupa profil sekolah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Februari 2011 di TK Al Amanah Kec. Sindang Jaya, Kab. Tangerang.

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif

Hidayatullah, Jakarta.
11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anak Pra Sekolah

1. Karakteristik Anak Usia Pra Sekolah

Menurut Widjaja (2002), periode sesudah masa bayi hingga berusia 5

tahun disebut periode masa pra sekolah. Istilah pra sekolah memang tak

sepopuler balita (bawah lima tahun). Padahal keduanya membicarakan anak

dalam kurun waktu usia yang kurang lebih sama. Anak pra sekolah adalah

mereka yang berusia 3-6 tahun (Monks et al. 1994). Pada usia ini kebutuhan

gizinya yang semakin besar sejalan dengan perkembangan fisiknya harus

diperhatikan.

Seorang anak yang sehat dan cerdas tentu menjadi dambaan setiap

orang tua. Untuk membentuk anak yang sehat dan cerdas memang tidaklah

mudah. Masa-masa yang sangat menentukan bagi kesehatan dan kecerdasan

manusia adalah pada usia 0 (nol) sampai dengan 5 (lima). Pada masa-masa

ini penting bagi seorang ibu untuk memberikan perhatiannya, seperti halnya

perawatan jasmani anak dalam bentuk pemberian gizi seimbang (Wahyuni,

2001).

Menurut Hardinsyah dan Martianto (1992), masa seorang anak yang

berada pada usia kurang dari lima tahun termasuk salah satu masa yang

tergolong rawan. Pada umumnya anak perempuan lebih susah makan atau

hanya suka pada makanan jajanan yang tergolong hampa kalori dan gizi.

11
12

Perhatian terhadap makanan dan kesehatan bagi anak pada usia ini sangat

diperlukan.

Papalia dan Olds (1987) membagi masa kanak-kanak dalam lima

tahap, yaitu :

a) Masa Prenatal, yaitu diawali dari masa konsepsi sampai masa lahir.

b) Masa Bayi atau Tatih, masa bayi 0-18 bulan sedang masa tatih 18-36

bulan.

c) Masa Kanak-kanak Pertama, yaitu rentang usia 3-6 tahun, masa ini

dikenal juga dengan masa prasekolah.

d) Masa Kanak-kanak Kedua, yaitu usia 6-12 tahun, dikenal pula sebagai

masa sekolah.

e) Masa Remaja, yaitu masa rentang usia 12-18 tahun.

Karakteristik anak pra sekolah ditinjau dari teori perkembangan

Psikososial Erikson adalah mampu melakukan partisipasi dalam berbagai

kegiatan fisik dan mampu mengambil inisiatif untuk suatu tindakan yang

akan dilakukan (Latifah & Hastuti 2004). Keinginan anak untuk mengambil

tindakan sendiri tidak selamanya disetujui oleh orangtuanya. Hal ini dapat

menghambat kebebasan mereka, sehingga mereka menjadi ragu dan timbul

perasaan bersalah.

Pasal 12 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989

tentang Sistem Pendidikan Nasional mencantumkan bahwa selain

pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi, juga terdapat

pendidikan pra sekolah (Mendikbud, 1989). Menurut Peraturan Pemerintah


13

Republik Indonesia Nomor 27 tahun 1990, tujuan pendidikan pra sekolah

adalah untuk meletakan dasar perkembangan sikap, pengetahuan,

keterampilan dan daya cipta anak didik di dalam menyesuaikan dirinya

dengan lingkungan (Mendikbud, 1990). Di samping hal tersebut, pendidikan

pra sekolah juga membantu untuk pertumbuhan dan perkembangan jasmani

dan rohani anak didik di luar lingkungan keluarga (Hawadi, 2001).

Pelchat dan Pliner menemukan beberapa masalah tentang konsumsi

makan pada anak yaitu :

a) Anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah bahan makanan yang

terbatas

b) Kebiasaan makan anak agar makanan secara teratur sangat sulit sekali

c) Anak tidak menyukai beberapa makanan seperti sayuran dan buah

d) Anak lebih suka mengkonsumsi makanan jenis junk food.

Suhardjo (1989) menyatakan anak yang makan 2 kali sehari

merupakan anak yang sering jajan. Di mana jajan yang sering digemari

anak-anak adalah jajan yang dibuat sebagian besar bahannya yaitu tepung

terigu dan gula yang hanya mendapatkan tambahan energi sedangkan

tambahan zat pembangun dan pengatur sangat sedikit.

Menurut Luke (1984) anak harus diperkenalkan variasi makanan

sejak dini. Variasi yang dimaksud tekstur, warna, dan jenis makanan.

Sehingga dapat merangsang makanan yang ditawarkan oleh anak dan

membuat suasana makan menjadi hal yang menyenangkan.


14

Berikan jumlah makanan yang normal pada anak, bukan merupakan

masalah jika makanan tersebut tidak dihabiskan. Orang tua terutama ibu

jangan memaksakan makanan pada anak, jika ia tidak menyukai makanan

tersebut, hilangkanlah dari menunya untuk sementara waktu, sebelum

mencobanya kembali (Addy, 1996).

Lund dan Burk dalam Suhrdjo (1989) mengatakan kebutuhan makan

pada anak terbentuk karena adanya motivasi yang ditentukan oleh beragam

proses kognitif mencakup persepsi, memori, berfikir dan memutuskan untuk

bertindak. Faktor yang berkaitan langsung dengan kognitif anak yaitu

pengetahuan dan kepercayaan anak terhadap makanan, sikap penilaian anak

terhadap makanan.

2. Zat Gizi dan Angka Kecukupan Gizi (AKG)

Angka kecukupan gizi (AKG) adalah banyak nya masing-masing zat

gizi yang harus dipenuhi dari makanan untuk mencukupi hampir semua

orang sehat. Untuk Indonesia, AKG yang digunakan saat ini secara nasional

adalah Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI Tahun 2004. Tujuan

utama penyusunan AKG ini adalah untuk acuan perencanaan makanan dan

menilai tingkat konsumsi makanan individu/ masyarakat (Almatsier, 2001).

Kebutuhan untuk bayi dan anak merupakan kebutuhan zat gizi yang

memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan. Anak yang tidak mendapat

gizi akan mengalami gangguan pertumbuhan sehingga menyebabkan

terjadinya sel otak dengan konsekuensi sel yang lebih sedikit. Sebaliknya
15

anak yang mendapat gizi lebih tinggi akan memperoleh kalori yang lebih

tinggi juga. Dengan kata lain konsumsi yang melebihi kebutuhan akan

menyebabkan gizi lebih, sebaliknya konsumsi gizi yang kurang

menyebabkan kondisi kurang atau defisiensi.

Kekurangan energi terjadi apabila masukan energi lebih sedikit dari

penggunaan energi, sehingga tubuh akan mengalami keseimbangan energi

negatif. Akibatnya, berat badan kurang dari berat badan yang seharusnya.

Bila hal ini terjadi pada bayi dan anak-anak akan menghambat pertumbuhan

(Almatsier, 2003).

Menurut Sediaoetama (2006), protein merupakan zat gizi yang sangat

penting, karena yang paling erat hubungannya dengan proses-proses

kehidupan. Protein merupakan asam amino dan zat yang penting bagi tubuh

disamping air, lemak, mineral, karbohidrat dan berbagai vitamin. Protein

berguna sebagai pembentuk energi dan asupan energi yang ditunjukkan

tergantung dari macam dan jumlah bahan makanan nabati dan hewani yang

dikonsumsi setiap harinya.

Kebutuhan kalori untuk anak usia pra sekolah (4-6 tahun) yang

dianjurkan oleh Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (2004) adalah 1550

Kkal dan 39 gram protein per hari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel berikut:
16

Tabel 2.1
Angka Kecukupan Gizi (AKG) bagi Anak Pra Sekolah

KELOMPOK USIA
JENIS ZAT GIZI
1-3 Tahun 4-6 Tahun
Energi (Kkal) 1000 1550
Protein (g) 25 39
Vitamin A (RE) 400 450
Vitamin D (µg) 5 5
Vitamin E (mg) 6 7
Vitamin K (µg) 15 20
Thiamin (mg) 0.5 0.6
Riboflavin (mg) 0.5 0.6
Niacin (mg) 6 8
Asam folat (µg) 150 200
Piridoksin (mg) 0.5 0.6
Vitamin B12 (µg) 0.9 1.2
Vitamin C (mg) 40 45
Kalsium (mg) 500 500
Fosfor (mg) 400 400
Magnesium (mg) 60 80
Besi (mg) 8 9
Yodium (µg) 90 120
Seng (mg) 8.2 9.7
Selenium (µg) 17 20
Mangan (mg) 1.2 1.5
Fluor (mg) 0.6 0.8
Sumber: Widyakarya Pangan dan Gizi Tahun, 2004

3. Pengaturan Makan Anak Pra Sekolah

Golongan umur ini masih rawan terhadap infeksi dan penyakit

kurang gizi. karena itu nutrisinya diutamakan terhadap kalori dan protein,

ditambah perlunya perhatian terhadap masukan vitamin A dan mineral besi.

Jenis makanan keras dapat diberikan seperti pada orang dewasa. Menu yang

dihidangkan hendaknya bervariasi dengan bahan makanan hewani dan nabati

yang selalu bergantian (Markum, 2002).


17

Agar dapat menumbuhkan minat dan nafsu makan anak, harus terus-

menerus diupayakan berbagai cara. Dalam memberikan makanan,

hendaknya diperhatikan hal-hal berikut: (Santoso, 2004)

a. Porsi makanan tidak terlalu besar. Untuk anak yang banyak makannya,

dapat diberikan tambahan makanan

b. Makanan cukup basah (tidak terlalu kering) agar mudah ditelan anak

c. Potongan makanan dan ukuran makanan cukup kecil sehingga mudah

dimasukkan ke dalam mulut anak dan mudah dikunyah

d. Tidak berduri atau bertulang kecil

e. Sedikit atau tidak terasa pedas, asam dan berbumbu tajam

f. Bersih, rapi dan menarik dari segi warna dan bentuk

g. Cukup bervariasi bahan dan jenis hidangannya sehingga anak tidak bosan

dan anak belajar mengenal berbagai jenis bahan makanan dan hidangan

h. Menggunakan alat makan dengan ukuran yang sesuai untuk anak TK.

Tidak berbahaya (dapat pecah dan tajam seperti kaca), dan juga dapat

dibersihkan dan disimpan dengan mudah dan baik.

Jadwal pemberian makan sama dengan orang dewasa, yaitu tiga kali

makanan utama (pagi, siang dan malam) dan dua kali makanan selingan (di

antara dua kali makanan utama). Makanan yang dikonsumsi, yang

dianjurkan adalah makan seimbang yang terdiri atas: (Santoso, 2004)

a. Sumber zat tenaga, misalnya nasi, roti, mie, bihun, jagung, ubi, singkong,

tepung-tepungan, gula dan sebagainya


18

b. Sumber zat pembangun, misalnya ikan, telur, ayam, daging, susu, kacang-

kacangan, tahu, tempe dan sebagainya

c. Sumber zat pengatur, misalnya sayur-sayuran dan buah-buahan terutama

yang berwarna hijau dan kuning.

4. Makanan bagi Anak Pra Sekolah

Menurut Pudjiadi (1993) penyakit gangguan gizi seperti KKP,

defisiensi vitamin A dan sebagainya terdapat terutama pada golongan umur

ini, karena anak-anak dari golongan sosial-ekonomi rendah jarang

mengunjungi balai pengobatan. Pemerintah berusaha agar anak prasekolah

dapat perawatan kesehatan yang baik dengan tersebarnya balai pengobatan

(puskesmas) di kota maupun desa dan posyandu, diantaranya untuk memberi

nasihat gizi.

Bagi anak-anak dari golongan sosio-ekonomi menengah ke atas,

umur permulaan masuk sekolah tidak 7 tahun melainkan jauh lebih muda.

Pada umur dua setengah atau tiga tahun mereka sudah dikirim ke play group,

untuk diteruskan ke Taman Kanak-kanak pada umur 4-6 tahun. Walaupun

jam sekolah hanya 2-3 jam sehari dan 3-4 kali seminggu, sebaiknya

diperhatikan jam-jam makn anak-anak tersebut jangan sampai merasa lapar.

Beberapa sekolahan play group menyediakan makanan bagi murud-

muridnya walaupun tidak saban hari sekolah. Mereka harus dapat makan

pagi sebelum pergi ke sekolah dan makan siang atau snack begitu pulang di

rumah (Pudjiadi, 1993).


19

Tabel 2.2
Makanan bagi Anak Pra Sekolah

Makan pagi Makan siang Makan malam


a) Bubur beras a) Nasi a) Nasi/ roti diolesi
atau roti b) Daging, ayam, dengan
diolesi ikan, telur, tahu mentega/
dengan atau tempe margarin
mentega/ c) Sayur seperti b) Daging, ayam,
margarin tomat, wortel, ikan, telur, tahu
b) Telur, daging bayam atau tempe
atau ikan d) Satu gelas susu c) Sayur mayur
c) Satu gelas d) Buah atau
susu puding
e) Satu gelas susu
Sumber: Ilmu Gizi Klinis pada Anak Tahun, 1993

Di antara makan pagi dan siang, juga antara makan siang dan malam

anak dapat diberi snack seperti biskuit, keju, kue basah, es krim. Jangan

memberikan makanan tersebut terlalu banyak hingga mengganggu nafsu

makannya di waktu makan siang atau malam (Pudjiadi, 1993).

B. Masalah Gizi Anak Usia Pra Sekolah

Ditinjau dari sudut masalah kesehatan dan gizi, maka anak usia pra

sekolah yaitu 4-6 tahun termasuk golongan masyarakat yang disebut kelompok

rentan gizi, yaitu kelompok masyarakat yang paling mudah terkena kelainan gizi,

sedangkan pada saat ini mereka sedang mengalami proses pertumbuhan yang

relatif pesat, dan memerlukan zt-zat gizi dalam jumlah yang relatif besar

(Santoso, 2004).
20

Menurut Santoso (2004), ada beberapa penyakit yang berhubungan

dengan gizi. penyakit-penyakit ini dapat dibagi dalam beberapa golongan, yaitu:

1) Penyakit gizi lebih (obesitas)

2) Penyakit gizi kurang (malnutrition, undernutrition)

3) Penyakit metabolik bawaan (inborn erros of metabolism)

4) Penyakit keracunan makanan (food intoxication).

C. Masalah Gizi di Wilayah Puskesmas Sindang Jaya

Masih tingginya gizi buruk diwilayah PKM Sindang Jaya yaitu sebanyak 66

balita (0.29%). Selain itu, masih rendahnya kesadaran keluarga bahwa anak

adalah aset keluarga yang bernilai ekonomi juga membuat masyarakat yang

mempunyai balita dengan gizi buruk sulit untuk diajak berobat karena

keterbatasan biaya dan tidak adanya pemahaman bahwa anak sehat adalah aset

yang baik bagi keluarga.

Tabel 2.3
Status Gizi Balita Kecamatan Sindang Jaya

Tahun Gizi Buruk Kurang Gizi Gizi Baik Gizi Lebih


2005 73 459 5325 36
2006 36 384 11015 59
2007 24 218 4630 7
2008 66 483 6021 23
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Sindang Jaya
21

D. Kebiasaan Makan

1. Pengertian Kebiasaan Makan

Kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia terhadap makanan

meliputi sikap, kepercayaan, pemilihan dalam mengkonsumsi makanan yang

diperoleh secara berulang-ulang. Kebiasaan makan terbentuk dalam dua

tahun pertama kehidupan anak dan berpengaruh terhadap kebiasaan makan

pada tahun-tahun berikutnya. Kebiasaan makan anak sangat tergantung pada

kebiasaan makan keluarga di rumah (Khumaidi, 1989).

Menurut Sanjur (1982), terdapat dua dasar pemikiran mengenai

kebiasaan makan yang terdapat pada diri seseorang yaitu:

a) Kebiasaan makan yang terbentuk pada seseorang sebagai faktor budaya

karena dipelajari

b) Kebiasaan makan yang sengaja dipelajari.

Menurut Husaini (1988) dalam Wahyuningsih (2004), terdapat 3 hal

pokok yang dapat memepengaruhi kebutuhan makan yaitu pengetahuan,

sikap, dan praktek. Beberapa ahli berpendapat bahwa sikap berdasarkan nilai

akan bersifat resisten terhadap perubahan, sebaliknya pengetahuan dan

praktek lebih bersifat dinamik sehingga lebih mudah terjadi modifikasi,

karena itu pengetahuan dan praktek lebih dahulu berubah yang akan

membawa perubahan pada sikap seseorang terhadap makanan.

Dalam hubungannya dengan perubahan kebiasaan makan, pendidikan

gizi sangat diperlukan, karena dapat membentuk sikap mental dan perilaku

positif terhadap gizi. Menurut Mead dalam Ritchie (1973), kebiasaan makan
22

seseorang atau sekelompok masyarakat itu tidak dapat diubah, melainkan

bisa berubah. Perubahan kebiasaan makan sangat dipengaruhi oleh tiga hal,

yaitu:

a) Perubahan lingkungan,

b) Penerimaan/penolakan individu terhadap makanan, dan

c) Perubahan makanan itu sendiri.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan

Menurut Khumaidi (1989), sikap orang terhadap makan dapat

bersifat positif atau negatif. Sifat positif dan negatif terhadap makanan

bersumber pada nilai-nilai yang bisa langsung dirasakan karena kesukaan

seseorang akan sesuatu hal yang berasal dari faktor eksternal dan internal.

Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kebiasaan makan yaitu :

a) Lingkungan Alam

Pola makanan masyarakat pedesaan di Indonesia pada umumnya

diwarnai oleh jenis-jenis bahan makanan yang umum dan dapat

diproduksi setempat. Misalnya pada masyarakat nelayan di daerah-

daerah pantai, ikan merupakan makanan sehari-hari yang dipilih karena

dapat dihasilkan sendiri. Pola pangan pokok menggambarkan salah satu

ciri dari pola makan.

b) Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial memberikan gambaran yang jelas tentang

perbedaan- perbedaan pola makan. Tiap-tiap bangsa dan suku bangsa


23

mempunyai pola makan yang berbeda-beda sesuai dengan kebudayaan

yang telah dianut turun temurun.

c) Lingkungan Budaya dan Agama

Lingkungan budaya yang berkaitan dengan pola makan biasanya

meliputi nilai-nilai kehidupan rohani dan kewajiban-kewajiban sosial.

Pada masyarakat Jawa ada kepercayaan bahwa nilai-nilai spiritual yang

tinggi akan dapat dicapai oleh seorang ibu atau anaknya apabila ibu

tersebut sanggup memenuhi pantangan-pantangan dalam hal

makanannya.

d) Lingkungan Ekonomi

Distribusi pangan banyak ditentukan oleh kelompok-kelompok

masyarakat menurut taraf ekonominya. Golongan masyarakat ekonomi

kuat mempunyai pola makan yang cenderung beras, dengan konsumsi

rata-rata melebihi angka kecukupannya. Sebaliknya, golongan

masyarakat ekonomi paling lemah mempunyai pola makan yang

memberikan nilai gizi di bawah kecukupan jumlah maupun mutunya.

Adapun yang termasuk faktor-faktor internal yaitu :

1) Asosiasi Emosional

Kenangan manis dalam bentuk cara pemberian makanan oleh ibu

akan mendasari pola makan anak dalam kehidupan anak selanjutnya.

Seumur hidup anak akan benci kepada telur, apabila pada waktu
24

kecilnya dipaksa orang tuanya untuk makan telur rebus setiap hari

meskipun sudah bosan.

2) Keadaan Jasmani dan Kejiwaan yang Sedang Sakit

Keadaan (status) kesehatan sangat mempengaruhi pola makan.

Bosan,lelah, kecewa, putus asa adalah ketidakseimbangan kejiwaan

yang dapat mempengaruhi pola makan. Pengaruhnya dapat berupa

berkurangnya nafsu makan sebagai tempat pelarian.

3) Penilaian yang Lebih terhadap Mutu Makanan

Pola pangan yang sudah berurat-berakar diikuti, mempunyai

ikatan kuat dengan tradisi kehidupan masyarakat meskipun kadang-

kadang dituntut usaha yang lebih berat untuk memenuhinya atau

tambahan pengeluaran. Dari segi gizi, pola makan ada yang baik yaitu

yang menunjang terpenuhinya kecukupan gizi, tetapi tak kurang pula

yang jelek yaitu yang menghambat terpenuhinya kecukupan gizi. Pola

makan yang jelek antara lain ialah adanya tabu (pantangan) yang justru

berlawanan dengan konsep-konsep gizi seperti anak-anak dilarang

makan daging / ikan dengan alasan menyebabkan cacingan.

Sejak zaman dahulu kala, makanan selain untuk kekuatan/

pertumbuhan, memenuhi rasa lapar, dan selera, juga mendapat tempat sebagai

lambang yaitu sebagai lambang kemakmuran, kekuasaan, ketentraman dan


25

persahabatan. Semua faktor bercampur membentuk suatu ramuan yang

kompak yang disebut dengan pola konsumsi (Santoso, 2004).

Menurut Krondl dan Lau (1985) dalam Susanto (1995) dalam upaya

memperkenalkan kebiasaan makan yang baik perlu diperhatikan berbagai

faktor yang mempengaruhi yaitu persepsi (wawasan konsumsi makanan

termasuk pengetahuan, sistem kepercayaan, prestise, rasa dan kebutuhan),

faktor dalam (jenis kelamin, umur, kegiatan) dan faktor luar (budaya, ekonomi

dan ciri masyarakat). Faktor-faktor tersebut pada gilirannya akan

mempengaruhi seseorang dalam memilih makanan dan dilakukan tindakan

makanan yang selanjutnya kebiasaan makan tersebut akan berpengaruh pada

status gizi. Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan

anak usia pra sekolah:

a. Jenis Kelamin

Menurut Apriadji (1986) dalam Widiyaningsih (2006), jenis

kelamin merupakan faktor internal yang menentukan besar kecilnya

kebutuhan gizi bagi seseorang. Laki-laki lebih banyak membutuhkan zat

tenaga dan protein daripada perempuan. Menurut Guthrie (1995) dalam

Widiyaningsih (2006), anak laki-laki memiliki kebutuhan energi yang

lebih besar dibandingkan dengan perempuan, sehingga mereka lebih

banyak makan.
26

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Herawati (1998) di Jakarta

Timur menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin

dengan kebiasaan makan anak.

b. Umur

Menurut Apriadji (1986) salah satu faktor internal yang

mempengaruhi konsumsi makanan adalah umur, dimana umur dapat

menentukan kebutuhan gizi seseorang. Sehingga dengan semakin

bertambahnya umur akan semakin meningkat pula kebutuhan gizi

seseorang.

Golongan usia anak meliputi anak prasekolah (1-6 tahun), anak

sekolah (7-12 tahun), dan golongan remaja (13-18 tahun). Tiap golongan

mempunyai kebutuhan gizi berbeda sesuai dengan kecepatan dan aktifitas

yang dilakukan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Herawati (1998) di Jakarta

Timur menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan

kebiasaan makan anak.

c. Pendidikan Ibu

Tingkat pendidikan yang tinggi akan mempermudah seseorang

untuk mendapatkan pengetahuan dan informasi khususnya tentang

makanan yang baik untuk kesehatan. Tetapi pendidikan yang tinggi tidak

selalu diikuti dengan pengetahuan yang memadai tentang gizi.


27

Pengetahuan gizi ibu yang baik diharapkan dapat diwujudkan dalam

penyediaan makan sehari-hari dalam keluarga dan memberi pendidikan

gizi pada anak (Suhardjo, 1989).

Seseorang yang hanya berpendidikan sekolah dasar belum tentu

tidak dapat menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi, karena

bila rajin mendengar penyuluhan-penyuluhan gizi tidak mustahil tingkat

pengetahuan gizi menjadi lebih baik, walaupun demikian memang dapat

menerima informasi khususnya gizi (Apriadji, 1986). Tingkat pendidikan

berpengaruh terhadap pemilihan makanan sehari-hari, hal ini terjadi

karena semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi

pengetahuannya yang memungkinkan seseorang mempunyai kesadaran

lebih tinggi terhadap suatu hal (Husaini, 1989).

Tingkat pendidikan ibu merupakan faktor penting yang mampu

menggambarkan status sosial dan merupakan dasar pengambilan

keputusan dan bertindak. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka

semakin tinggi tingkat pengetahuan gizinya yang berpengaruh terhadap

pemilihan bahan makanan yang dikonsumsi dalam keluarga (Irawati,

1999 dalam Wahyuningsih 2004 ).

Penelitian Wahyuningsih (2004) di Jakarta Pusat menyatakan

bahwa sebagian besar ibu berpendidikan tinggi dan sebagian kecilnya

masih berpendidikan rendah. Penelitian lain yang dilakukan Mazarina

(2004) menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu

dengan kebiasaan makan anak.


28

d. Pekerjaan Ibu

Menurut Senduk (2000), keluarga dengan satu orang pencari nafkah

(pendapatan) dalam hal ini ibu tidak bekerja akan memiliki biaya hidup

yang lebih sedikit dibandingkan dengan keluarga dengan dua orang yang

bekerja tetapi mereka memiliki keuntungan lebih, dimana ibu tinggal di

rumah untuk lebih memperhatikan anak-anaknya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Wahyuningsih (2004),

menunjukkan sebagian besar ibu tidak bekerja dan sebagian kecilnya

bekerja. Penelitian lain yang dilakukan Herawati (1998) menyatakan

bahwa tidak terdapat hubungan antara kebiasaan makan anak dengan

pekerjaan ibu.

e. Tingkat Pendapatan Orang Tua

Pendapatan merupakan faktor tidak langsung yang mempengaruhi

konsumsi pangan, dimana terdapat hubungan yang positif antara

pendapatan dan gizi karena pendapatan merupakan faktor penting bagi

pemilihan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Keluarga

yang berpendapatan rendah sering kali tidak mampu membeli pangan

dalam jumlah yang diperlukan sehingga kebutuhan gizi anggota keluarga

kurang tercukupi (Berg, 1986). Hal senada diungkapkan oleh Soehardjo

(1989) bahwa jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi keluarga

dipengaruhi oleh status ekonomi.


29

Namun demikian Soehardjo (1989) menambahkan bahwa

pengeluaran uang yang lebih banyak untuk pangan tidak menjamin lebih

beragamnya konsumsi pangan. Berg (1986) juga mengatakan bahwa

peningkatan pendapatan tidak selalu membawa perbaikan pada konsumsi

pangan karena walaupun banyak pengeluaran untuk pangan, belum tentu

kualitas makanan yang dikonsumsi lebih baik. Perlu juga diketahui

bahwa peningkatan pendapatan walaupun meningkatkan pengeluaran

belum tentu pengeluaran itu digunakan untuk pangan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Wahyuningsih (2004)

didapatkan sebagian besar orang tua berpendapatan rendah dan sebagian

kecilnya berpendapatan tinggi. Penelitian lain yang dilakukan Yudi

(2007) menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan makan

anak dengan pendapatan orang tua.

f. Pengetahuan Ibu tentang Gizi

Menurut Depdikbud (1994), pengetahuan adalah segala sesuatu

yang diketahui; kepandaian. Gizi adalah zat makanan pokok yang

diperlukan bagi pertumbuhan dan kesehatan badan (Depdikbud, 1994).

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu sebagai berikut :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini


30

adalah mengingat kembali (recall) suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh

sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai mengingat suatu kemampuan

untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagi kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipejari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di

dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama

lain.

5) Sintesisi (synthetis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.


31

Menurut Suhardjo (1989), suatu hal yang meyakinkan tentang

pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada tiga kenyataan :

1) Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan

kesejahteraan.

2) Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya

mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan

tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energi.

3) Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk

dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan

gizi.

Berdasarkan penelitian Wahyuningsih (2004) didapatkan bahwa ibu

yang berpengetahuan kurang dan cukup sebesar 50%. Penelitian lain

yang dilakukan Munawaroh (2006) menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan kebiasaan makan

anak.

g. Sikap Ibu tentang Gizi

Sikap pada dasarnya tidak bisa dilihat secara langsung. Guna

mengetahui sikap seseorang terhadap objek tertentu, maka harus dilihat

dari ketiga komponen sikap yaitu pengetahuan (kognisi), perasaan

(afeksi) dan perilakunya (konasi). Pengukuran sikap dapat dilakukan

dengan menggunakan metode Likert (Purwanisari, 2005).


32

Skala Likert dikembangkan oleh Rensis Likert tahun 1932 dikenal

juga dengan nama skala sikap. Pada skala likert variabel yang akan diukur

dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut

dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang

dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item instrumen

yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi yaitu sangat positif

dan negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain : sangat setuju,

setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju.

Untuk penilaian pada pernyataan sikap positif maka jawaban itu

dapat diberi skor yaitu :

1. Sangat setuju :4

2. Setuju :3

3. Ragu-ragu :2

4. Tidak setuju :1

5. Sangat tidak setuju :0

Sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu

terhadap hal-hal tertentu. Sikap dapat bersifat positif dan negatif. Dalam

sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,

mengharapkan obyek tertentu. Dalam sikap negatif, terdapat

kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, dan tidak

menyukai obyek tertentu (Sarwono, 2000).


33

Ciri-ciri dari sikap menurut Sarwono (2000) adalah :

1) Dalam sikap selalu terdapat hubungan subjek objek.

2) Sikap tidak dibawa sejak lahir, melainkan dipelajari dan dibentuk

melalui pengalaman.

3) Sikap dapat berubah-ubah sesuatu dengan keadaan lingkungan di

sekitar individu.

4) Sikap tidak menghilang meskipun kebutuhan sudah terpenuhi.

Beberapa anggapan dan kondisi orang tua dan masyarakat yang

justru merugikan penyediaan makanan bagi anak pra sekolah yaitu :

1) Anak prasekolah masih dalam periode transisi dari makanan bayi ke

makanan orang dewasa sehingga masih memerlukan adaptasi.

2) Anak balita dianggap kelompok umur yang belum berguna bagi

keluarga, karena belum sanggup ikut dalam membantu menambah

pendapatan keluarga. Anak tidak begitu diperhatikan baik kebutuhan

gizinya ataupun kebutuhan lainya.

3) Ibu sudah mengandung atau mempunyai anak kecil lagi, atau sudah

bekerja secara penuh sehingga kurang perhatian kepada anak.

4) Berbagai pantangan mengenai makanan banyak dikenalkan pada

anak jauh di bawah kebutuhannya.

5) Ibu sering menyamakan makanan anak dengan yang lain, seringkali

makanan diolah dengan bumbu pedas dan merangsang sehingga anak

tidak dapat mengkonsumsinya.


34

Anak pra sekolah umumnya bersikap aktif, mereka sangat tertarik

untuk mencoba makanan baru dan menikmati rasa tekstur yang berbeda.

Para orang tua dalam hal ini dijadikan modal dalam membuka pikiran

anak untuk memperkenalkan berbagai jenis makanan dan menjelaskan

bahaya yang ditimbulkan jika anak tidak mengkonsumsi.

Tingkatan sikap (Sarwono, 2000) yaitu :

1) Menerima (receiving)

Diartikan bahwa anak (subyek) mau dan memperhatikan stimulus

diberikan obyek.

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3) Menghargai (valving)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendistribusikan

dengan orang lain terhadap suatu masalah.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala yang telah dipilih dengan segala

resikonya.

Sikap manusia terhadap makanan banyak dipengaruhi oleh

pengalaman dan respon-respon yang diperlihatkan orang lain terhadap

makanan sejak masa kanak-kanak. Pengalaman yang diperoleh ada yang

dirasakan menyenangkan atau sebaliknya, sehingga setiap individu dapat

mempunyai sikap suka dan tidak suka terhadap makanan. Para ibu
35

mengatakan sikapnya terhadap anaknya melalui pemberian makanan,

kasih sayang, memberi dorongan, memarahi, mencemaskan memberi

perlindungan, di mana hal tersebut meninggalkan inpresi yang lama

hilangnya dalam memori anak (Suhardjo, 1989).

Dari hasil penelitian Herawati (1998) didapatkan bahwa terdapat

hubungan antara kebiasaan makan anak dengan sikap ibu tentang gizi.

Penelitian lain yang dilakukan Wahyuningsih (2004) menyatakan bahwa

sebagian besar ibu memiliki sikap yang positif tentang gizi dan sebagian

kecilnya bersikap negatif tentang gizi.

h. Jumlah Anggota Keluarga

Menurut Soehardjo (1989), jumlah anggota keluarga merupakan

salah satu faktor yang dapat mempengaruhi jenis dan jumlah makanan

yang tersedia di dalam keluarga. Selain itu jumlah anggota keluarga

merupakan penentu dalam memenuhi kebutuhan makanan. Apabila

anggota keluarga bertambah maka semakin tinggi pula kebutuhan akan

pangan. Antara jumlah anggota keluarga dan kurang gizi juga mempunyai

hubungan yang sangat nyata pada hubungan masing-masing keluarga.

Terutama pada keluarga yang berpenghasilan rendah, pemenuhan

makanan akan lebih mudah jika yang harus diberi makan jumlahnya

sedikit. Pangan yang tersedia untuk suatu keluarga besar mungkin hanya

cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut.


36

Sediaoetama (1993) menambahkan, dengan semakin bertambahnya

anggota keluarga, maka pengaturan pengeluaran untuk pangan sehari-hari

relative semakin sulit. Hal ini menyebabkan kuantitas dan kualitas pangan

yang diperoleh semakin tidak mencukupi untuk masing-masing anggota

keluarga, termasuk anak-anak.

Sumber pangan keluarga, terutama mereka yang sangat miskin,

akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makanannya jika yang harus

diberi makan jumlahnya sedikit. Anak yang tumbuh dalam suatu keluarga

yang miskin adalah paling rawan terhadap kurang gizi diantara seluruh

anggota keluarga dan anak yang paling kecil biasanya paling terpengaruh

oleh kekurangan pangan. Sebagian memang demikian, sebab seandainya

besarnya keluarga bertambah, maka pangan untuk setiap anak berkurang

dan banyak orang tua tidak menyadari bahwa anak-anak yang sangat

muda memerlukan pangan relatif lebih banyak daripada anak-anak yang

lebih tua (Suhardjo, 1989).

Berdasarkan penelitian Wahyuningsih (2004) menyatakan bahwa

sebagian besar anak memiliki jumlah anggota keluarga ≤ 4 dan sebagian

kecilnya memiliki jumlah anggota keluarga > 4. Dari hasil penelitian

Herawati (1998) di Jakarta Timur didapatkan bahwa tidak terdapat

hubungan antara kebiasaan makan anak dengan jumlah anggota keluarga.


37

i. Pantangan

Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan

tertentu masih sering dijumpai terutama di daerah pedesaan, misalnya

larangan terhadap anak untuk makan telur, ikan ataupun daging hanya

berdasarkan kebiasaan yang tidak ada dasarnya dan hanya diwarisi secara

turun temurun, padahal anak sangat memerlukan bahan makanan tersebut

guna keperluan pertumbuhan tubuhnya (Moehji, 2002).

Unsur-unsur budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan makan

penduduk yang kadang-kadang bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmu

gizi. Misalnya bahan-bahan makanan tertentu oleh sesuatu budaya

masyarakat dapat dianggap tabu untuk dikonsumsi karena alasan-alasan

tertentu (Suhardjo, 2003). Dikemukakan juga oleh Nency dan Thohar

(2005), bahwa kebiasaan, mitos atau kepercayaan/ adat istiadat

masyarakat tertentu yang tidak benar dalam pemberian makan akan

sangat merugikan anak.

Berg (1986) dalam Peranan Gizi dalam Pelaksanaan Pembangunan

Nasional yang dikutip oleh Kartasapoetra dan Marsetyo (2002),

mengatakan bahwa diberbagai negara atau daerah terdapat tiga kelompok

masyarakat yang biasanya mempunyai makanan pantangan, yaitu anak

kecil, ibu hamil dan ibu menyusui. Khusus mengenai hal itu di Indonesia

antara lain dikemukannya bahwa pada anak kecil di banyak daerah,

makanan yang bergizi dijauhkan dari anak, karena takut akan akibat-

akibat yang sebaliknya. Di berbagai daerah ikan dilarang untuk anak-anak


38

karena menurut kepercayaan, ikan dapat menyebabkan cacingan, sakit

mata atau sakit kulit. Di tempat lain kacang-kacangan yang kaya dengan

protein seringkali tidak diberikan kepada anak-anak karena khawatir perut

sang anak akan kembung.

Berdasarkan penelitian Wahyuningsih (2004) diketahui bahwa

sebagian sebesar anak tidak mempunyai pantangan terhadap makanan dan

sebagian kecil anak mempunyai pantangan terhadap makanan. Selain itu

dalam penelitian tersebut juga dijelaskan sebagian besar makanan yang

dipantang yaitu MSG, es, pewarna dan pengawet dan sebagian kecil

makanan yang dipantang yaitu telur, daging dan udang. Penelitian lain

yang dilakukan Yudi (2007) menyatakan bahwa tidak ada hubungan

antara pantangan dengan kebiasaan makan anak.


39

E. Kerangka Teori

Berdasarkan Khumaidi (1989), Krondl dan Lau (1985) dalam Susanto

(1995) diperoleh kerangka teori dibawah ini.

Bagan 2.1
Kerangka Teori

Jenis kelamin

Umur

Pantangan

Pendidikan ibu

Pekerjaan ibu

Kebiasaan makan

Pengetahuan ibu
tentang gizi

Sikap ibu
tentang gizi

Tingkat pendapatan
orang tua

Jumlah anggota
keluarga
BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan kebiasaan makan anak usia pra sekolah di TK Al

Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang. Variabel dependen yang diteliti

dalam penelitian ini adalah kebiasaan makan anak usia pra sekolah, sedangkan

variabel independen dari penelitian ini adalah jenis kelamin anak, pendidikan

dan pekerjaan ibu, tingkat pendapatan orang tua, pengetahuan dan sikap ibu

tentang gizi, jumlah anggota keluarga serta pantangan. Sedangkan variabel

yang tidak diteliti yaitu umur, karena bersifat homogen.

Berdasarkan kerangka teori yang ada, maka disusun kerangka konsep

penelitian seperti pada bagan 3.1.

Bagan 3.1
Tingkat
Sikap Pantangan
ibupendapatan
Pengetahuan
Jumlah ibugizi
tentang
Pendidikan ibu
anggota
Jenis kelaminibu
Pekerjaan anak
orang
tentang tua
gizi
keluarga Kebiasaan makan anak usia 41
pra sekolah

Kerangka Konsep
Faktor-faktor yang Berhubungan
dengan Kebiasaan Makan Anak Usia Pra
Sekolah (4-6 tahun) di TK Al Amanah Kec.
Sindang Jaya Kab. Tangerang tahun 2011

B. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Cara ukur Alat ukur Hasil Ukur Skala
Ukur

Kebiasaan Cara anak dalam Food recall Form food 1. Buruk Ordinal
makan anak memilih dan 2x24 jam recall 24 Jika energi
mengkonsumsi jam dan protein
makanan yang <80% AKG
diperoleh secara 2. Baik
berulang-ulang Jika energi
sehingga Energi dan dan protein
Protein anak ≥80% AKG
terpenuhi (Supariasa,
2001)

Jenis Perbedaan sex anak Angket Kuesioner 1. Peremp Nomina


kelamin yang didapat sejak uan l
anak lahir 2. Laki-
laki

Pendidikan Tingkat sekolah Angket Kuesioner 1. Rendah Ordinal


ibu formal terakhir yang Menempuh
pernah diselesaikan pendidikan
oleh ibu SD dan
SMP
2. Tinggi
Menempuh
pendidikan
SMA dan
Perguruan
Tinggi
(BPS, 2001)

Pekerjaan Pekerjaan atau Angket Kuesioner 1. Bekerja Ordinal


ibu kegiatan ibu baik di 2. Tidak
dalam/ di luar rumah bekerja
untuk mendapatkan (Matondang,
penghasilan 2003)
43

Definisi Operasional (Lanjutan)

Variabel Definisi Operasional Cara ukur Alat ukur Hasil Ukur Skala
Ukur

Tingkat Pendapatan bapak Angket Kuesioner 1. Rendah Ordinal


pendapatan dan ibu (jika bekerja) Jika < Rp
orang tua setiap bulan 1.243.000,-
2. Tinggi
Jika ≥ Rp
1.243.000,-
(UMR Kab.
Tangerang,
2010)
Pengetahun Kemampuan ibu Angket Kuesioner 1. Kurang Ordinal
ibu tentang dalam menjawab Jika jawaban
gizi pertanyaan- benar < 80%
pertanyaan tentang 2. Cukup
zat gizi dalam Jika jawaban
makanan serta benar ≥ 80%
kegunaannya bagi (Khomsan,
tubuh anak yang telah 2003)
disediakan
Sikap ibu Pernyataan setuju Angket Kuesioner 1. Negatif Ordinal
tentang gizi atau tidak setuju ibu , jika
tentang gizi terkait jumlah
kebiasaan makan skor
anaknya sikap <
mean
2. Positif,
jika
jumlah
skor >
mean
Jumlah Jumlah seluruh Angket Kuesioner 1. Besar : > 4 Ordinal
anggota keluarga yang tinggal 2. Kecil : ≤ 4
keluarga dalam satu rumah (Ratnawati,
1997)
Pantangan Makanan yang Angket Kuesioner 1. Ada, jika ada Ordinal
dihindari karena satu jenis atau
dikhawatirkan dapat lebih makanan
menimbulkan yang tidak boleh
gangguan kesehatan dikonsumsi anak
pada anak
2. Tidak ada,
jika tidak ada
satu jenispun
makanan yang
dipantang
C. Hipotesis

1. Ada hubungan antara jenis kelamin anak dengan kebiasaan

makan anak usia pra sekolah di TK Al Amanah

2. Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan kebiasaan makan

anak usia pra sekolah di TK Al Amanah

3. Ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan kebiasaan makan

anak usia pra sekolah di TK Al Amanah

4. Ada hubungan antara tingkat pendapatan orang tua dengan

kebiasaan makan anak usia pra sekolah di TK Al Amanah

5. Ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan

kebiasaan makan anak usia pra sekolah di TK Al amanah

6. Ada hubungan antara sikap ibu tentang gizi dengan kebiasaan

makan anak usia pra sekolah di TK Al Amanah

7. Ada hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan

kebiasaan makan anak usia pra sekolah di TK Al Amanah

8. Ada hubungan antara pantangan makanan dengan kebiasaan

makan anak usia pra sekolah di TK Al Amanah


45

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
45

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross

sectional study dimana informasi data dan pengukuran variabel independen

dan variabel dependen diambil pada waktu yang sama untuk mengetahui

faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan makan anak usia pra

sekolah (4-6 tahun) di TK Al Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di TK Al Amanah Kec. Sindang Jaya Kab.

Tangerang. Waktu pelaksanaan penelitian ini pada bulan Februari 2011.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh murid di TK Al Amanah

Ds. Sindang Jaya Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah anak usia pra sekolah yaitu murid

kelas A, B1, B2, B3, B4 dan B5 yang dipilih secara simple random

sampling. Responden dalam penelitian ini yaitu para ibu dari anak usia pra

sekolah tersebut. Perhitungan sampel menggunakan uji hipotesis dua


proporsi dengan rumus sebagai berikut (Ariawan, 2008) :

n = [Z1-α/2 √2P(1-P) + Z1-ß√P1(1-P1)+P2(1-P2)]2

(P1-P2)2

n = Jumlah sampel

Z1α/2 = Drajat kepercayaan = 1,96 pada 95% CI

Z1-ß = Kekuatan uji 80%= 0.84

P1 = Proporsi sikap gizi negatif dengan kebiasaan makan buruk 0,633

(Herawati, 1998)

P2 = Proporsi sikap gizi positif dengan kebiasaan makan buruk 0,367

(Herawati, 1998)

P = Rata-rata P1 dan P2 atau (P1+P2)/2 = 0,5

Hasil perhitungan sampel berjumlah 55 x 2 = 110 orang. Untuk

menghindari drop out atau missing jawaban dari responden maka

ditambahkan 10 % dari jumlah sampel yang didapat sehingga jumlah

sampel yang diperlukan yaitu 121 orang.

D. Instrumen Penelitian

1. Uji Coba

Kuisioner yang digunakan terlebih dahulu dilakukan uji coba. Uji coba

dilakukan di TK Pertiwi Kec. Pasar Kemis, dan dilakukan pada para ibu

sebanyak 10 orang. Dari hasil uji coba kuisioner tersebut tidak diadakan

perbaikan, karena tidak ditemukan masalah. Pertanyaan-pertanyaan setiap


47

variabel dalam kuisioner yang telah diisi dilakukan uji validitas dan uji

reabilitas.

2. Kuesioner

Isi dari kuisioner memuat pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan

dengan variabel independen berupa faktor yang berhubungan dengan

kebiasaan makan anak usia prasekolah seperti faktor jenis kelamin,

pendidikan, pengetahuan dan sikap ibu tentang gizi, pekerjaan ibu,

pendapatan orang tua, jumlah anggota keluarga dan pantangan.

a. Data identitas responden, jenis kelamin anak,

pendidikan dan pekerjaan ibu, pendapatan orang tua

dan jumlah anggota keluarga diperoleh melalui

kuesioner form identitas responden pada bagian A.

b. Kebiasaan makan diperoleh dengan menggunakan

form food recal 24 jam yang dilakukan sebanyak 2 kali

dengan selang waktu 3 hari.

c. Pantangan, data diperoleh melalui kuesioner bagian B

yang berjumlah 3 pertanyaan.

d. Pengetahuan gizi, data pengetahuan gizi diperoleh

melalui kuesioner, jenis pilihan ganda dengan memberi

tanda ”X” pada jawaban yang dianggap benar pada

kuesioner bagian C yang berjumlah 20 pertanyaan.

Data teresebut meliputi pertanyaan-pertanyaan tentang


kegunaan makanan bagi tubuh, fungsi zat gizi bagi

tubuh, pemberian makanan selingan yang baik dll.

Skor jawaban yang benar diberi nilai 1 sedangkan skor

jawaban salah diberi nilai 0. Nilai keseluruhan dari

total jawaban adalah 20.

e. Sikap gizi diperoleh melalui kuesioner bagian D

berjumlah 10 pertanyaan. Penilaian dilakukan

berdasarkan pilihan responden terhadap pernyataan

yang disediakan. Jika pernyataan bersifat negatif, maka

pernyatan dinilai 1 jika responden sangat setuju (SS)

dengan pernyataan yang ada, nilai 2 jika responden

setuju (S), nilai 3 jika responden tidak setuju (TS), dan

nilai 4 jika responden sangat tidak setuju (STS).

Sedangkan jika pernyataan bersifat positif, maka

jawaban sangat setuju (SS) diberi nilai 4, setuju (S)

bernilai 3, tidak setuju (TS) bernilai 2, dan sangat tidak

setuju (STS) bernilai 1. Kemudian semua nilai

responden dijumlahkan.

E. Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer. Data primer adalah data yang

didapat melalui kuesioner yang meliputi variabel jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan, pengetahuan dan sikap ibu tentang gizi, pendapatan orang tua,
49

jumlah anggota keluarga serta pantangan yang diambil melalui kuesioner

sebagai instrumen penelitian. Kuesioner diisi oleh ibu yaitu mengenai faktor-

faktor yang berhubungan dengan kebiasaan makan anak usia pra sekolah yang

meliputi variabel independen dan variabel dependen yang disajikan dalam

bentuk kuesioner. Sedangkan untuk varabel kebiasaan makanan menggunakan

formulir recall 2 x 24 jam. Pada saat pengisian kuesioner responden

dibimbing oleh peneliti dan dibantu oleh 1 mahasiswi dari Fakultas Ilmu

Komunikasi. Kemudian kuesioner yang sudah diisi oleh responden, dicek

kembali oleh peneliti karena dikhawatirkan ada pertanyaan yang

terlewati/tidak terisi oleh responden.

F. Pengukuran Data

1. Kebiasaan Makan

Kebiasaan makan diketegorikan menjadi 2 yaitu “buruk” dan “baik”.

Kebiasaan makan “buruk” jika energi dan protein < 80% AKG dan

kebiasaan makan “baik” jika energi dan protein ≥ 80% AKG.

2. Jenis Kelamin

Variabel jenis kelamin dalam penelitian ini dibagi menjadi dua

kategori yaitu “laki-laki” dan “perempuan”.

3. Pendidikan Ibu

Pendidikan ibu dikategorikan menjadi 2 yaitu “rendah” dan “tinggi”.


Pendidikan ibu “rendah” jika menempuh pendidikan SD dan SMP dan

pendidikan ibu “tinggi” jika menempuh pendidikan SMA dan Perguruan

Tinggi.

4. Pekerjaan Ibu

Pekerjaan ibu dikategorikan menjadi 2 yaitu “bekerja” dan “tidak

bekerja”.

5. Pendapatan Orang Tua

Pendapatan orang tua dikategorikan menjadi 2 yaitu “rendah” dan

“tinggi”. Pendapatan orang tua “rendah” jika pendapatan < Rp

1.243.000,- dan pendapatan orang tua “tinggi” jika pendapatan ≥ Rp

1.243.000,-

6. Pengetahuan Ibu tentang Gizi

Pengetahuan ibu tentang gizi dikategorikan menjadi 2 yaitu “kurang”

dan “cukup”. Pengetahuan ibu tentang gizi “kurang” jika jawaban benar

<80% dan pengetahuan ibu tentang gizi “cukup” jika jawaban benar

≥80%.

7. Sikap Ibu tentang Gizi

Sikap ibu tentang gizi dikategorikan menjadi 2 yaitu “negatif” dan

“positif”. Jika nilai < mean maka sikap ibu tentang gizi dikategorikan

”negatif” dan jika > mean maka sikap ibu tentang gizi dikategorikan

“positif”.
51

8. Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga dikategorikan menjadi 2 yaitu “kecil” dan

“besar”. Dikategorikan “besar” jika jumlah anggota keluarga > 4 dan

“kecil” jika ≤ 4.

9. Pantangan

Pantangan dikategorikan menjadi 2 yaitu “tidak ada” dan “ada”. Jika

ada satu jenis atau lebih makanan yang tidak boleh dikonsumsi anak

maka dikategorikan “ada” dan dikategorikan “tidak ada” jika tidak ada

satu jenispun makanan yang dipantang.

G. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti kemudian akan diolah

dengan menggunakan program komputer meliputi:

a. Editing

Sebelum diolah data diteliti apabila ada kesalahan diteliti lagi

dan dibetulkan apabila masih ada kesalahan.

b. Coding

Data yang sudah dikumpulkan berupa angka, kalimat pendek

data tersebut diberi kode untuk memudahkan dalam mengelompokan


data.

c. Entry

Data yang sudah dikode kemudian dimasukkan dalam program

computer untuk diolah.

d. Cleaning

Proses pengecekan kembali data yang sudah dientry apakah

ada kesalahan atau tidak, sehingga data tersebut telah siap diolah dan

dianalisis.

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi

frekuensi dari variabel jenis kelamin anak, pengetahuan dan sikap

ibu tentang gizi, pendidikan dan pekerjaan ibu, pendapatan orang

tua, jumlah anggota keluarga serta pantangan anak.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk membuktikan hipotesis

dalam penelitian ini dengan menggunakan uji chi-square untuk data

berupa kategorik. Uji Chi-square merupakan analisis hubungan

variabel kategorik dengan batas kemaknaan α= 0,05 estimasi

Confidential Interval (CI) 95%. Persamaan chi-square:


53

X2 = ∑ (O-E)2

Keterangan:

X2 = Chi-square

O = Efek yang diamati

E = Efek yang diharapkan

Analisis bivariat ini digunakan untuk melihat probabilitas

suatu kejadian. Jika Pvalue ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima

yang berarti ada hubungan antara variabel independen dengan

variabel dependen. Sebaliknya jika Pvalue > 0,05 maka Ho diterima

dan Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen.


54

BAB V

HASIL

A. Analisis Univariat

1. Gambaran Kebiasaan Makan Anak

Dalam penelitian ini kebiasaan makan merupakan variabel terikat

(dependen). Penilaian kebiasaan makan yang digunakan yaitu dengan

menggunakan metode food recall 24 jam, dimana pengukurannya

dilakukan sebanyak dua kali dengan selang waktu 3 hari. Kebiasaan

makan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu kebiasaan makan buruk (energi

dan protein < 80% AKG) dan kebiasaan makan baik (energi dan protein ≥

80% AKG). Untuk lengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut.

Tabel 5.1
Distribusi Kebiasaan Makan Anak Di TK Al-Amanah
Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang Tahun 2011

Kebiasaan Makan n %
Buruk 57 51,8
Baik 53 48,2
Total 110 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa di TK Al-Amanah Kec.

Sindang Jaya Kab. Tangerang kebiasaan makan anak, baik atau buruk

jumlahnya tidak jauh berbeda, yaitu yang memiliki kebiasaan makan

buruk sebesar 51,8% sedangkan yang memiliki kebiasaan makan baik

sebesar 48,2%.
55

2. Gambaran Jenis Kelamin Anak

Analisis univariat berdasarkan jenis kelamin anak di TK Al-Amanah

Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang tahun 2011 diperoleh hasil yang

disajikan dalam bentuk tabel 5.2 berikut ini.

Tabel 5.2
Distribusi Jenis Kelamin Anak Di TK Al-Amanah
Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang Tahun 2011

Jenis Kelamin N %
Perempuan 68 61,8
Laki-laki 42 38,2
Total 110 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.2 dari 110 anak, diketahui bahwa jumlah anak

perempuan lebih banyak yaitu 68 orang atau 61,8% dibandingkan dengan

anak laki-laki yaitu 42 orang atau 38,2%.

3. Gambaran Karakteristik Orang Tua

a. Pendidikan Ibu

Analisis univariat berdasarkan pendidikan ibu dari anak TK Al-

Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang tahun 2011 diperoleh hasil

yang disajikan dalam tabel 5.3 berikut ini.

Tabel 5.3
Distribusi Pendidikan Dari Anak TK Al-Amanah
Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang Tahun 2011

Pendidikan Ibu N %
Rendah (< SMA) 47 42,7
Tinggi (≥ SMA) 63 57,3
Total 110 100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa dari 110 anak, lebih
banyak anak yang memiliki ibu berpendidikan tinggi yaitu sebanyak

63 orang atau 57,3% dibandingkan dengan anak yang memiliki ibu

berpendidikan rendah yaitu 47 orang atau 42,7% .

b. Pekerjaan Ibu

Analisis univariat berdasarkan pekerjaan ibu dari anak TK Al-

Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang tahun 2011 diperoleh

hasil yang disajikan dalam bentuk tabel 5.4 berikut ini.

Tabel 5.4
Distribusi Pekerjaan Ibu Dari Anak TK Al-Amanah
Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang Tahun 2011

Pekerjaan Ibu N %
Bekerja 62 56,4
Tidak bekerja 48 43,6
Total 110 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa dari 110 anak, lebih

banyak anak yang memiliki ibu bekerja yaitu sebanyak 62 orang atau

56,4% dibandingkan dengan anak yang memiliki ibu tidak bekerja

yaitu 48 orang atau 43,6%.

c. Pendapatan Orang Tua

Analisis univariat berdasarkan pendapatan orang tua dari anak

TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang tahun 2011

diperolah hasil yang disajikan dalam bentuk tabel 5.5 berikut ini.

Tabel 5.5
Distribusi Pendapatan Orang Tua Dari Anak TK Al-Amanah
Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang Tahun 2011
57

Pendapatan Orang Tua n %


Rendah 33 30
Tinggi 77 70
Total 110 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa dari 110 anak, lebih

banyak anak yang memiliki orang tua dengan pendapatan tinggi yaitu

sebanyak 77 orang atau 70% dibandingkan dengan anak yang memiliki

orang tua dengan pendapatan rendah yaitu 33 orang atau 30%.

d. Pengetahuan Ibu

Analisis univariat berdasarkan pengetahuan ibu tentang gizi di

TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang tahun 2011

diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk tabel 5.6 berikut ini.

Tabel 5.6
Distribusi Pengetahuan Ibu tentang Gizi Di TK Al-Amanah Kec.
Sindang Jaya Kab. Tangerang Tahun 2011

Pengetahuan Ibu n %
Kurang 48 43,6
Cukup 62 56,4
Total 110 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa dari 110 ibu, lebih

banyak ibu yang memiliki pengetahuan cukup tentang gizi yaitu

sebanyak 62 orang atau 56,4% dibandingkan dengan ibu yang

memiliki pengetahuan kurang tentang gizi yaitu 48 orang atau 43,6%.

e. Sikap Ibu

Analisis univariat berdasarkan sikap ibu tentang gizi dari anak


TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang tahun 2011

diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk tabel 5.7 berikut ini.

Tabel 5.7
Distribusi Sikap Ibu tentang Gizi Dari Anak TK Al-Amanah
Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang Tahun 2011

Sikap Ibu tentang Gizi n %


Negatif 39 35,5
Positif 71 64,5
Total 110 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa dari 110 ibu, lebih

banyak ibu yang memiliki sikap positif yaitu sebanyak 71 orang atau

64,5% dibandingkan dengan ibu yang memiliki sikap negatif yaitu 39

orang atau 35,5%.

f. Gambaran Jumlah Anggota Keluarga

Analisis univariat berdasarkan jumlah anggota keluarga dari anak TK

Al-Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang tahun 2011 diperoleh hasil

yang disajikan dalam bentuk tabel 5.8 berikut ini.

Tabel 5.8
Distribusi Jumlah Anggota Keluarga Dari Anak TK Al-Amanah
Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang tahun 2011

Jumlah Anggota Keluarga N %


Besar 45 40,9
Kecil 65 59,1
Total 110 100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 5.8 dari 110 anak, diketahui bahwa lebih banyak

anak yang memiliki jumlah anggota keluarga kecil yaitu sebesar 59,1%

dibandingkan dengan anak yang memiliki jumlah anggota keluarga besar


59

yaitu 40,9%.

4. Gambaran Pantangan

Analisis univariat berdasarkan pantangan di TK Al-Amanah Kec.

Sindang Jaya Kab. Tangerang tahun 2011 diperoleh hasil yang disajikan

dalam bentuk tabel 5.9 berikut ini.

Tabel 5.9
Distribusi Pantangan Di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya
Kab. Tangerang Tahun 2011

Pantangan n %
Ada 48 43,6
Tidak ada 62 56,4
Total 110 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.9 dari 110 anak, diketahui bahwa anak yang tidak

memiliki pantangan lebih banyak yaitu sebanyak 62 orang atau 56,4%

dibandingkan dengan anak yang memiliki pantangan sebanyak 48 orang

atau 43,6%.

B. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

variabel independen dengan dependen dengan menggunakan uji Chi Square.

Dikatakan signifikan ada hubungan jika nilai p ≤ 0,05 dan tidak signifikan jika

mempunyai nilai p > 0,05.

1. Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin Anak dengan Kebiasaan


Makan Anak
Analisis hubungan antara jenis kelamin anak dengan kebiasaan makan

pada anak TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang tahun 2011

diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk tabel 5.10 berikut ini.

Tabel 5.10
Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin Anak dengan Kebiasaan
Makan Anak di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya
Kab. Tangerang Tahun 2011

Kebiasaan Makan Total


Jenis P-value
Kelamin
Buruk Baik
n % n % n %
Perempuan 38 55,9 30 44,1 68 100 0,328
Laki-laki 19 45,2 23 54,8 42 100
Total 57 51,8 53 48,2 110 100
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.10 hasil analisi hubungan antara jenis kelamin

anak dengan kebiasaan makan anak diperoleh bahwa di antara 68 anak,

terdapat 38 anak perempuan yang memiliki kebiasaan makan buruk

(55,9%). Sedangkan di antara 42 anak, terdapat 19 anak laki-laki yang

memiliki kebiasaan makan buruk (45,2%). Dari hasil uji statistik

didapatkan Pvalue 0,328. Hal ini menunjukkan Pvalue > 0,05, artinya

tidak ada hubungan antara jenis kelamin anak dengan kebiasaan makan

anak.

2. Analisis Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kebiasaan


Makan Anak

Analisis hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kebiasaan


61

makan anak di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang tahun

2011 diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk tabel 5.11 berikut ini.

Tabel 5.11
Analisis Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan
Kebiasaan Makan Anak di TK Al-Amanah
Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang
Tahun 2011

Kebiasaan Makan Total


Pendidikan P-value
Ibu
Buruk Baik
n % N % n %
Rendah 26 55,3 21 44,7 47 100 0,567
Tinggi 31 49,2 32 50,8 63 100
Total 57 51,8 53 48,2 110 100
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.11 hasil analisis hubungan antara tingkat

pendidikan ibu dengan kebiasaan makan anak diperoleh bahwa di antara

47 ibu yang berpendidikan rendah, terdapat 26 ibu yang memilik anak

dengan kebiasaan makan buruk (55,3%). Sedangkan di antara 63 ibu

berpendidikan tinggi, terdapat 31 ibu yang memiliki anak dengan

kebiasaan makan buruk (49,2%). Dari hasil uji statistik didapatkan Pvalue

0,567. Hal ini menunjukkan Pvalue > 0,05, artinya tidak ada hubungan

antara pendidikan ibu dengan kebiasaan makan anak.

3. Analisis Hubungan antara Pekerjaan Ibu dengan Kebiasaan Makan


Anak

Analisis hubungan antara pekerjaan ibu dengan kebiasaan makan anak


di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang tahun 2011

diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk tabel 5.12 berikut ini.

Tabel 5.12
Analisis Hubungan antara Pekerjaan Ibu dengan Kebiasaan
Makan Anak Di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya
Kab. Tangerang Tahun 2011

Kebiasaan Makan Total


Pekerjaan P-value
Ibu
Buruk Baik
n % N % n %
Bekerja 35 56,5 27 43,5 62 100 0,337
Tidak bekerja 22 45,8 26 54,2 48 100
Total 57 51,8 53 48,2 110 100
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.12 hasil analisis hubungan antara pekerjaan ibu

dengan kebiasaan makan anak diperoleh bahwa di antara 62 ibu yang

bekerja, terdapat 35 ibu (56,5%) yang memiliki anak dengan kebiasaan

makan buruk. Sedangkan di antara 48 ibu yang tidak bekerja, terdapat 22

ibu memiliki anak dengan kebiasaan makan buruk (45,8%). Dari hasil uji

statistik didapatkan Pvalue 0,337. Hal ini menunjukkan Pvalue > 0,05,

artinya tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan kebiasaan makan

anak.

4. Analisis Hubungan antara Tingkat Pendapatan Orang Tua dengan


Kebiasaan Makan Anak

Analisis hubungan antara tingkat pendapatan orang tua dengan


63

kebiasaan makan anak di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya Kab.

Tangerang tahun 2011 diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk tabel

5.13 berikut ini.

Tabel 5.13
Analisis Hubungan antara Tingkat Pendapatan Orang Tua
dengan Kebiasaan Makan Anak Di TK Al-Amanah
Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang Tahun 2011

Kebiasaan Makan Total


Pendapatan P-value
Orang Tua
Buruk Baik
n % N % n %
Rendah 21 63,6 12 36,4 33 100 0,145
Tinggi 36 46,8 41 53,2 77 100
Total 57 51,8 53 48,2 110 100
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.13 analisis hubungan antara tingkat pendidikan

orang tua dengan kebiasaan makan anak diperoleh bahwa di antara 33

orang tua yang berpendapatan rendah, terdapat 21 orang tua yang

memiliki anak dengan kebiasaan makan buruk (63,6%). Sedangkan di

antara 77 orang tua yang berpendapatan tinggi, terdapat 36 orang tua yang

memiliki anak dengan kebiasaan buruk (46,8%). Dari hasil uji statistik

didapatkan Pvalue 0,145. Hal ini menunjukkan Pvalue > 0,05, artinya

tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan orang tua dengan kebiasaan

makan anak.

5. Analisis Hubungan antara Pengetahuan Ibu tentang Gizi dengan


Kebiasaan Makan Anak

Analisis hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan


kebiasaan makan anak di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya Kab.

Tangerang tahun 2011 diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk tabel

5.14 berikut ini.

Tabel 5.14
Analisis Hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan Kebiasaan
Makan Anak di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya
Kab. Tangerang Tahun 2011

Kebiasaan Makan Total


Pengetahuan P-value
Ibu
Buruk Baik
n % N % n %
Kurang 18 37,5 30 62,5 48 100 0,012
Cukup 39 62,9 23 37,1 62 100
Total 57 51,8 53 48,2 110 100
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.14 hasil analisis hubungan antara pengetahuan ibu

dengan kebiasaan makan anak diperoleh bahwa di antara 48 ibu yang

berpengetahuan kurang, terdapat 18 ibu yang memiliki anak dengan

kebiasaan makan buruk (37,5%). Sedangkan di antara 62 ibu yang

berpengetahuan cukup, terdapat 39 ibu memiliki anak dengan kebiasaan

makan buruk (62,9%). Dari hasil uji statistik didapatkan Pvalue 0,012. Hal

ini menunjukkan Pvalue < 0,05, artinya ada hubungan antara pengetahuan

ibu dengan kebiasaan makan anak.

6. Analisis Hubungan antara Sikap Ibu tentang Gizi dengan Kebiasaan


Makan Anak

Analisis hubungan antara sikap ibu tentang gizi dengan kebiasaan


65

makan anak di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang tahun

2011 diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk tabel 5.15 berikut ini.

Tabel 5.15
Analisis Hubungan antara Sikap Ibu tentang Gizi dengan
Kebiasaan Makan Anak di TK Al-Amanah Kec.
Sindang Jaya Kab. Tangerang Tahun 2011

Kebiasaan Makan Total


P-value
Sikap Ibu
Buruk Baik
n % N % n %
Negatif 23 59 16 41 39 100 0,320
Positif 34 47,9 37 52,1 71 100
Total 57 51,8 53 48,2 110 100
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.15 hasil analisis hubungan antara sikap ibu tentang

gizi dengan kebiasaan makan anak diperoleh bahwa di antara 39 ibu yang

bersikap negatif, terdapat 23 ibu yang memiliki anak dengan kebiasaan

makan buruk (59%). Sedangkan di antara 71 ibu yang bersikap positif,

terdapat 34 ibu yang memiliki anak dengan kebiasaan makan buruk

(47,9%). Dari hasil uji statistik didapatkan Pvalue 0,320. Hal ini

menunjukkan Pvalue > 0,05, artinya tidak ada hubungan antara sikap ibu

tentang gizi dengan kebiasaan makan anak.

7. Analisis Hubungan antara Jumlah Anggota Keluarga dengan


Kebiasaan Makan Anak

Analisis hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan kebiasaan


makan anak di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang tahun

2011 diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk tabel 5.16 berikut ini.

Tabel 5.16
Analisis Hubungan antara Jumlah Anggota Keluarga
dengan Kebiasaan Makan Anak di TK Al-Amanah
Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang Tahun 2011

Kebiasaan Makan Total


Jumlah
P-value
anggota
keluarga
Buruk Baik
n % N % n %
Besar 29 64,4 16 35,6 45 100 0,034
Kecil 28 43,1 37 56,9 65 100
Total 57 51,8 53 48,2 110 100
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.16 hasil analisis hubungan antara jumlah anggota

keluarga dengan kebiasaan makan anak diperoleh bahwa di antara 45 anak

yang memiliki jumlah anggota keluarga besar, tedapat 29 anak memiliki

kebiasaan makan buruk (64,4%). Sedangkan di antara 65 anak yang

memiliki jumlah anggota keluarga kecil, terdapat 28 anak memiliki

kebiasaan makan buruk (43,1%). Dari hasil uji statistik didapatkan Pvalue

0,034. Hal ini menunjukkan Pvalue < 0,05, artinya ada hubungan antara

jumlah anggota keluarga dengan kebiasaan makan anak.

8. Analisis Hubungan antara Pantangan dengan Kebiasaan Makan


Anak
67

Analisis hubungan antara pantangan dengan kebiasaan makan anak di

TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang tahun 2011 diperoleh

hasil yang disajikan dalam bentuk tabel 5.17 berikut ini.

Tabel 5.17
Analisis Hubungan antara Pantangan dengan Kebiasaan Makan
Anak Di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya
Kab. Tangerang Tahun 2010

Kebiasaan Makan Total


P-value
Pantangan
Buruk Baik
n % N % n %
Ada 23 47,9 25 52,1 48 100 0,565
Tidak ada 34 54,8 28 45,2 62 100
Total 57 51,8 53 48,2 110 100
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.17 hasil analisis hubungan antara pantangan

dengan kebiasaan makan anak diperoleh bahwa di antara 48 anak yang

memiliki pantangan, terdapat 23 anak yang mempunyai kebiasaan makan

buruk (47,9 %). Sedangkan di antara 62 anak yang tidak memiliki

pantangan, terdapat 34 anak yang mempunyai kebiasaan makan buruk

(54,8%). Dari hasil uji statistik didapatkan Pvalue 0,565. Hal ini

menunjukkan Pvalue > 0,05, artinya tidak terdapat hubungan antara

pantangan dengan kebiasaan makan anak.


BAB VI

68 PEMBAHASAN

A. Gambaran Kebiasaan Makan Anak Usia Pra Sekolah

Anak yang termasuk kategori pra sekolah adalah anak dengan usia 3-6

tahun (Taufik, 2006). Sedangkan menurut Widjaja (2002), periode sesudah

masa bayi hingga berusia 5 tahun disebut periode masa pra sekolah. Istilah pra

sekolah memang tak sepopuler balita (bawah lima tahun). Pada usia ini

kebutuhan gizinya yang semakin besar sejalan dengan perkembangan fisiknya

harus diperhatikan.

Masa-masa yang sangat menentukan bagi kesehatan dan kecerdasan

manusia adalah pada usia 0 (nol) sampai dengan 5 (lima). Pada masa-masa ini

penting bagi seorang ibu untuk memberikan perhatiannya, seperti halnya

perawatan jasmani anak dalam bentuk pemberian gizi seimbang (Wahyuni,

2001). Hal ini dapat dilakukan dengan membentuk kebiasaan makan anak

yang baik sedini mungkin.

Menurut Suyatno (2010), kebiasaan makan adalah suatu pola perilaku

konsumsi pangan yang diperoleh karena terjadinya berulang-ulang. Kebiasaan

makan terbentuk dalam dua tahun pertama kehidupan anak dan berpengaruh

terhadap kebiasaan makan pada tahun-tahun berikutnya.

Penilaian kebiasaan makan anak dalam penelitian ini menggunakan

metode food recall 2×24 jam. Berdasarkan hasil penelitian di TK Al-Amanah

Kecamatan Sindang Jaya Kabupaten Tangerang tahun 2011, diperoleh bahwa


69

dari 110 anak, lebih banyak yang memiliki kebiasaan makan buruk, namun

perbedaan proporsinya tidak terlalu jauh dengan anak yang memiliki

kebiasaan makan baik. Menurut Suyatno (2010), kebiasaan makan seseorang

terbentuk sejak kecil, dan suatu kebiasan makan yang teratur dalam keluarga

akan membentuk kebiasaan yang baik bagi anak-anak. Selain itu, Hermina

(1997) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa banyak anak-anak pra

sekolah cenderung mengkonsumsi makanan modern. Lebih dari 60% anak di

TK favorit sudah biasa mengkonsumsi fried chicken, burger, pizza, dsb

dengan frekuensi yang bervariasi.

Pada penelitian ini kebiasaan makan yang banyak dilakukan oleh anak

yang mempunyai kebiasaan makan buruk yaitu makan tidak dengan menu

seimbang, bekal yang lebih banyak dibawa yaitu mie instan, dan selingan

yang dikonsumsi merupakan jajanan yang kurang kandungan gizinya. Selain

itu, ada pula anak yang kebutuhan energinya terpenuhi hanya dari susu kental

manis.

Kebiasaan makan yang salah adalah satu penyebab timbulnya masalah

gizi. Jika hal ini dibiarkan akan memperburuk keadaan anak, yang akhirnya

dapat mengganggu tumbuh kembang anak (Suyatno, 2010). Menurut

Sunarwati (2009), anak adalah pewaris, penerus dan calon pengemban bangsa.

Oleh karena itu, tumbuh kembang dan gizi anak harus diperhatikan, karena

tumbuh kembang dan gizi anak yang baik akan memberi kontribusi pada
peningkatan kualitas SDM sejak dini.

B. Hubungan Variabel Independen dengan Variabel Dependen

Penelitian ini dilakukan di TK Al-Amanah Kecamatan Sindang Jaya

Kabupaten Tangerang dengan sampel sebanyak 110 anak. Variabel yang

dianalisis dalam penelitian ini yaitu jenis kelamin anak, pendidikian dan

pekerjaan ibu, tingkat pendapatan orang tua, pengetahuan dan sikap ibu

tentang gizi, jumlah anggota keluarga dan pantangan dengan kebiasaan makan

anak di TK Al-Amanah Kecamatan Sindang Jaya Kabupaten Tangerang tahun

2010. Adapun hasil penelitian mengenai hubungan antara variabel independen

dan variabel dependen akan diuraikan sebagai berikut:

1. Hubungan antara Jenis Kelamin Anak dengan Kebiasaan Makan


Anak

Menurut Apriadji (1986) dalam Widiyaningsih (2006), jenis

kelamin merupakan faktor internal yang menentukan besar kecilnya

kebutuhan gizi bagi seseorang. Laki-laki lebih banyak membutuhkan zat

tenaga dan protein daripada perempuan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan di TK Al-Amanah Kec.

Sindang Jaya Kab. Tangerang tahun 2011 menunjukkan bahwa lebih


71

banyak perempuan dibandingkan laki-laki. Selain itu, diketahui juga

sebagian besar kebiasaan makan buruk terjadi pada perempuan.

Berdasarkan hasil uji chi-square didapatkan bahwa jenis kelamin anak

tidak signifikan berhubungan dengan kebiasaan makan. Hasil penelitian

ini sejalan dengan Herawati (1998) yang menyatakan bahwa tidak ada

hubungan antara jenis kelamin anak dengan kebiasaan makan anak.

Tidak adanya hubungan antara jenis kelamin anak dengan

kebiasaan makan anak diasumsikan dapat terjadi karena ibu tidak

membedakan dalam pemberian makanan, baik pada perempuan maupun

laki-laki. Meskipun kebiasaan makan buruk lebih banyak ditemukan pada

anak perempuan, hal ini dimungkinkan karena anak perempuan lebih sulit

makannya dibandingkan laki-laki. Menurut Hardinsyah dan Martianto

(1992), masa seorang anak yang berada pada usia kurang dari lima tahun

termasuk salah satu masa yang tergolong rawan. Pada umumnya anak

perempuan lebih susah makan atau hanya suka pada makanan jajanan

yang tergolong hampa kalori dan gizi.

Dengan demikian perlu adanya perhatian terhadap makanan dan

kesehatan bagi anak pada usia ini. Sebaiknya anak harus diperkenalkan

variasi makanan sejak dini. Variasi yang dimaksud tekstur, warna, dan

jenis makanan. Sehingga dapat merangsang makanan yang ditawarkan

oleh anak dan membuat suasana makan menjadi hal yang menyenangkan.

2. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kebiasaan Makan


Anak
Tingkat pendidikan yang tinggi akan mempermudah seseorang

untuk mendapatkan pengetahuan dan informasi khususnya tentang

makanan yang baik untuk kesehatan. Tetapi pendidikan yang tinggi tidak

selalu diikuti dengan pengetahuan yang memadai tentang gizi.

Pengetahuan gizi ibu yang baik diharapkan dapat diwujudkan dalam

penyediaan makan sehari-hari dalam keluarga dan memberi pendidikan

gizi pada anak (Suhardjo, 1989).

Menurut Irawati (1999) dalam Wahyuningsih (2004), menyatakan

bahwa tingkat pendidikan ibu merupakan faktor penting yang mampu

menggambarkan status sosial dan merupakan dasar pengambilan

keputusan dan bertindak.

Dari hasil penelitian di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya

Tangerang tahun 2011 diperoleh bahwa lebih banyak responden yang

pendidikannya tinggi dibandingkan dengan pendidikannya rendah. Selain

itu, diketahui juga anak yang mempunyai kebiasaan makan buruk lebih

banyak terdapat pada anak yang memiliki ibu dengan pendidikan tinggi.

Berdasarkan hasil uji chi-square didapatkan bahwa tingkat pendidikan ibu

tidak signifikan berhubungan dengan kebiasaan makan. Penelitian ini

sejalan dengan Edyson (2008) yang menyatakan bahwa tidak ada

hubungan antara pendidikan ibu dengan kebiasaan makan.

Hal ini dimungkinkan karena pendidikannya. Meski ibu


73

berpendidikan tinggi, namun karena kesibukannya dalam bekerja sehingga

membuatnya tidak dapat memberikan perhatian lebih kepada anak-

anaknya, khususnya dalam pemilihan dan penyediaan makanan bergizi

untuk anak dan keluarga sehari-hari. Selain itu, dimungkinkan juga karena

pendidikan yang tinggi tersebut tidak diikuti pengetahuan di bidang gizi.

hal tersebut didukung oleh pernyataan Suhardjo (1989), yang menyatakan

bahwa pendidikan yang tinggi tidak selalu diikuti dengan pengetahuan

yang memadai tentang gizi. Sehingga akan berpengaruh terhadap

pemilihan dan penyediaan makanan sehari-hari dalam keluarga.

Dengan demikian perlu diadakan penyuluhan tentang gizi, sehingga

dapat terwujudnya kebiasaan makan anak yang baik sejak dini.

3. Hubungan antara Pekerjaan Ibu dengan Kebiasaan Makan Anak

Berdasarkan hasil penelitian di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya

Kab. Tangerang tahun 2011 menunjukkan bahwa sebagian besar

responden memiliki status bekerja. Selain itu, diketahui juga bahwa

sebagian besar ibu yang bekerja memiliki anak dengan kebiasaan makan

buruk. Dari hasil uji chi-square didapatkan bahwa pekerjaan ibu tidak

signifikan berhubungan dengan kebiasaan makan pada anak. Hasil

penelitian ini sejalan dengan Herawati (1998) dan Wahyuningsih (2004)


yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara pekerjaan ibu

dengan kebiasaan makan anak.

Hal ini dimungkinkan karena ibu yang bekerja tidak mempunyai

banyak waktu di rumah. Sehingga dalam mengasuh anak, mengontrol

asupan makanan dan memperhatikan anak-anaknya sangat kurang

dibandingkan ibu yang tidak bekerja.

Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Senduk (2000), yang

menyatakan bahwa keluarga dengan satu orang pencari nafkah

(pendapatan) dalam hal ini ibu tidak bekerja akan memiliki biaya hidup

yang lebih sedikit dibandingkan dengan keluarga dengan dua orang yang

bekerja. Akan tetapi, mereka memiliki keuntungan lebih, dimana ibu

tinggal di rumah untuk lebih memperhatikan anak-anaknya. Dengan

demikian, perlu adanya program penyediaan makanan yang bergizi di TK

sesuai dengan kebutuhan anak. Sehingga meskipun ibu bekerja, tetapi

kualitas makanan anak tetap terjaga.

4. Hubungan antara Tingkat Pendapatan Orang tua dengan Kebiasaan


Makan Anak

Pendapatan merupakan faktor tidak langsung yang mempengaruhi

konsumsi pangan, dimana terdapat hubungan yang positif antara


75

pendapatan dan gizi karena pendapatan merupakan faktor penting bagi

pemilihan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Keluarga

yang berpendapatan rendah sering kali tidak mampu membeli pangan

dalam jumlah yang diperlukan sehingga kebutuhan gizi anggota keluarga

kurang tercukupi (Berg, 1986).

Hasil penelitian di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya Kab.

Tangerang menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua memiliki

pendapatan tinggi (≥ UMK tangerang). Selain itu, diperoleh pula bahwa

anak yang mempunyai kebiasaan makan buruk lebih banyak ditemukan

pada responden yang berpendapatan tinggi. Berdasarkan hasil uji chi-

square didapatkan bahwa pendapatan tidak signifikan berhubungan

dengan kebiasaan makan. Hasil penelitian ini sejalan dengan Yudi (2007)

yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan orang tua

dengan kebiasaan makan anak.

Hal ini dimungkinkan karena pendapatan yang tinggi, sehingga

orang tua lebih sering membelikan makanan siap saji bagi anak, tanpa

menghiraukan kandungan gizinya. Hal ini sesuai dengan pendapat

Soehardjo (1989), menyatakan bahwa pengeluaran uang yang lebih

banyak untuk pangan tidak menjamin lebih beragamnya konsumsi pangan.

Selain itu, penulis berasumsi bahwa sebagian besar dari pendapatan

tersebut tidak digunakan untuk penyediaan makanan dan pemenuhan gizi

yang baik bagi keluarga. Hal tersebut didukung oleh pendapat Berg (1986)
dalam Soehardjo (1989), yang menyatakan bahwa peningkatan

pendapatan tidak selalu membawa perbaikan pada konsumsi pangan

karena walaupun banyak pengeluaran untuk pangan, belum tentu kualitas

makanan yang dikonsumsi lebih baik. Perlu juga diketahui bahwa

peningkatan pendapatan walaupun meningkatkan pengeluaran belum tentu

pengeluaran itu digunakan untuk pangan. Dengan demikian, perlu adanya

perhatian dalam hal pengeluaran, terutama pengeluaran untuk pangan.

5. Hubungan antara Pengetahuan Ibu tentang Gizi dengan Kebiasaan


Makan Anak

Menurut Depdikbud (1994), pengetahuan adalah segala sesuatu

yang diketahui; kepandaian. Gizi adalah zat makanan pokok yang

diperlukan bagi pertumbuhan dan kesehatan badan.

Hasil penelitian yang dilakukan di TK Al-Amanah Kec. Sindang


77

Jaya Kab. Tangerang menunjukkan bahwa lebih banyak ibu yang

berpengetahuan cukup dibandingkan dengan ibu berpengetahuan kurang.

Selain itu, diketahui juga bahwa anak yang mempunyai kebiasaan makan

buruk lebih banyak terjadi pada ibu berpengetahuan cukup. Berdasarkan

hasil uji chi-square didapatkan bahwa pengetahuan ibu tentang gizi

signifikan berhubungan dengan kebiasaan makan. Hasil penelitian ini

sejalan dengan Munawaroh (2006) menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan kebiasaan makan

anak.

Meskipun responden mempunyai pengetahuan zat-zat gizi dan

bahan makanan yang bergizi belum tentu diterapkan dalam memilih

hidangan untuk keluarga. Selain itu, hal ini dimungkinkan karena

responden hanya sebatas tahu dan memahami tanpa mengaplikasikannya

dalam pemilihan dan penyediaan makanan sehari-hari dalam keluarga.

Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003), yang

menyatakan bahwa pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif

mempunyai 6 tingkatan yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis

dan evaluasi.

Walaupun hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu

sudah cukup tetapi pada kenyataannya pengetahuan yang sudah dimiliki

tersebut tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang


dilakukan oleh sebagian besar responden yaitu membolehkan anak-anak

mereka memilih makanan yang mereka inginkan, dengan alasan mareka

akan menangis jika tidak dituruti keinginannya. Adapun makanan yang

mereka pilih yaitu mie instan dan jajanan yang mengandung MSG juga

lebih banyak mengandung kalori. Meskipun responden mengetahui dan

paham akan kandungan dan bahaya yang dapat ditimbulkan makanan

tersebut, tetapi mereka tetap saja membolehkan anak-anak mereka untuk

mengonsumsinya. Dengan demikian, perlu adanya penyuluhan bagi ibu

dan anak mengenai makanan bergizi.

6. Hubungan antara Sikap Ibu tentang Gizi dengan Kebiasaan Makan


Anak

Menurut Purwanisari (2005), menyatakan bahwa sikap pada

dasarnya tidak bisa dilihat secara langsung. Guna mengetahui sikap

seseorang terhadap objek tertentu, maka harus dilihat dari ketiga

komponen sikap yaitu pengetahuan (kognisi), perasaan (afeksi) dan

perilakunya (konasi).

Hasil penelitian yang dilakukan di TK Al-Amanah Kec. Sindang

Jaya Kab. Tangerang tahun 2011 menunjukkan bahwa lebih banyak ibu

yang memiliki sikap positif dibandingkan sikap negatif. Selain itu,

diketahui juga bahwa anak yang mempunyai kebiasaan makan buruk lebih
79

banyak terjadi pada responden yang memiliki sikap positif. Berdasarkan

hasil uji chi-square didapatkan bahwa sikap ibu tentang gizi tidak

signifikan berhubungan dengan kebiasaan makan. Hasil penelitian ini

sejalan dengan Atik (2004) menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan

antara sikap ibu tentang gizi dengan kebiasaan makan anak.

Hal ini dimungkinkan karena berubahnya kesiapan ibu untuk

bertindak dalam hal pemilihan dan penyediaan makanan. Misalnya, ketika

anak menangis menginginkan sesuatu, sikap ibu dapat berubah asalkan

anak tidak menangis lagi. Hal ini pun sesuai dengan pernyataan Sarwono

(2002), yang menyatakan bahwa sikap dapat berubah-ubah sesuai dengan

keadaan lingkungan di sekitar individu. Meskipun pengetahuan dan sikap

ibu tentang gizi baik juga positif tetapi karena hal tersebut dalam

prakteknya ibu tidak dapat mengontrol juga memperhatikan anak-anaknya

terutama mengenai asupan makanan, sehingga dapat menyebabkan

kebiasaan makan yang buruk. Dengan demikian, ibu harus bersikap tegas

mengenai asupan makanan anak, dengan memberikan pengertian kepada

mereka akan baik dan buruknya makanan yang akan dikonsumsi.

Sehingga akan berdampak baik pada kebiasaan makan anak.

7. Hubungan antara Jumlah Anggota Keluarga dengan Kebiasaan


Makan Anak
Menurut Soehardjo (1989), jumlah anggota keluarga merupakan

salah satu faktor yang dapat mempengaruhi jenis dan jumlah makanan

yang tersedia di dalam keluarga. Selain itu jumlah anggota keluarga

merupakan penentu dalam memenuhi kebutuhan makanan. Apabila

anggota keluarga bertambah maka semakin tinggi pula kebutuhan akan

pangan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di TK Al-Amanah Kec.

Sindang Jaya Kab. Tangerang tahun 2011 menunjukkan bahwa lebih

banyak responden yang memiliki anggota keluarga dalam jumlah besar

dibandingkan dengan jumlah anggota keluarga yang kecil. Selain itu,

diketahui juga bahwa anak yang mempunyai kebiasaan makan buruk lebih

banyak dengan jumlah anggota keluarga besar. Berdasarkan hasil uji chi-

square didapatkan bahwa jumlah anggota keluarga signifikan

berhubungan dengan kebiasaan makan. Hasil penelitian ini sejalan dengan

Nurliasari (2004) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jumlah

anggota keluarga dengan kebiasaan makan anak.

Hal ini dimungkinkan karena dengan jumlah anggota keluarga yang

besar anak tidak diperhatikan kebutuhan gizinya ataupun lainya. Dimana

lebih mendahulukan kebutuhan anggota keluarga lainnya. Selain itu,

kemungkinan orang tua kesulitan dalam pengaturan keuangan. Hal ini

sesuai dengan Sediaoetama (1993), menyatakan bahwa dengan semakin

bertambahnya anggota keluarga, maka pengaturan pengeluaran untuk


81

pangan sehari-hari relatif semakin sulit. Hal ini menyebabkan kuantitas

dan kualitas pangan yang diperoleh semakin tidak mencukupi untuk

masing-masing anggota keluarga, termasuk anak-anak. Dengan demikian,

perlu adanya pengaturan jarak kelahiran. Sehingga masa depan anak akan

terjamin, yang dapat dimulai dengan memperhatikan kebiasaan makannya.

8. Hubungan antara Pantangan dengan Kebiasaan Makan Anak

Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan

tertentu masih sering dijumpai terutama di daerah pedesaan, misalnya

larangan terhadap anak untuk makan telur, ikan ataupun daging hanya

berdasarkan kebiasaan yang tidak ada dasarnya dan hanya diwarisi secara

turun temurun, padahal anak sangat memerlukan bahan makanan tersebut

guna keperluan pertumbuhan tubuhnya (Moehji, 2002).

Unsur-unsur budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan makan

penduduk yang kadang-kadang bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmu

gizi. Misalnya bahan-bahan makanan tertentu oleh sesuatu budaya

masyarakat dapat dianggap tabu untuk dikonsumsi karena alasan-alasan

tertentu (Suhardjo, 2003).

Hasil penelitian yang dilakukan di TK Al-Amanah Kec. Sindang

Jaya Kab. Tangerang tahun 2011 menunjukkan bahwa lebih banyak anak
yang tidak memiliki pantangan dibandingkan yang memiliki pantangan.

Adapun makanan yang dipantang yaitu udang dengan alasan alergi. Selain

itu, diketahui juga bahwa anak yang mempunyai kebiasaan makan buruk

lebih banyak terjadi pada anak yang tidak memiliki pantangan.

Berdasarkan hasil uji chi-square didapatkan bahwa pantangan tidak

signifikan berhubungan dengan kebiasaan makan. Hasil penelitian ini

sejalan dengan Yudi (2007) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

antara pantangan dengan kebiasaan makan anak.

Hal ini dimungkinkan karena meski tidak ada makanan yang

dipantang, tetapi kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi masih

kurang dari yang seharusnya. Adapun makanan yang lebih banyak

dipantang yaitu udang, dengan alasan kesehatan yaitu menimbulkan alergi

pada anak. Alasan mereka melakukan pantangan pada anak bukan karena

tabu, tetapi hanya karena alasan kesehatan. Dengan demikian, perlu

diberikan penyuluhan kepada ibu mengenai alergi maknan pada anak.

Sehingga meski anak memiliki riwayat alergi akan makanan tertentu ibu

dapat mengganti makanan tersebut dengan makanan lain yang memiliki

kandungan gizi yang sama.

C. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini terdapat beberapa kelemahan yang menjadi

keterbatasan penelitian, yaitu sebagai berikut:


83

1. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional (potong lintang) yang

bertujuan untuk mengetahui hubungan jenis kelamin anak, pendidikan ibu,

pekerjaan ibu, tingkat pendapatan orang tua, pengetahuan dan sikap ibu

tentang gizi, jumlah anggota keluarga dan pantangan dengan kebiasaan

makan anak di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya di Kabupaten

Tangerang. Kelemahan menggunakan desain penelitian cross sectional

adalah adanya kerancuan urutan waktu antara hubungan sebab akibat

mengingat variabel-variabel yang diperkirakan sebagai sebab dan sebagai

akibat diselidiki secara bersamaan sehingga sulit memastikan mana yang

terjadi terlebih dahulu. Hubungan atau perbedaan yang ditemukan antar

variabel bukan merupakan hubungan kausal. Pada studi dengan desain

cross sectional, faktor resiko sulit di ukur secara akurat dan kurang valid

untuk meramalkan suatu kecenderungan dan korelasi faktor resiko, desain

ini paling lemah dibandingkan dengan desain studi kohort dan kasus

kontrol.

2. Metode yang digunakan untuk pengambilan data kebiasaan makan dalam

penelitian ini adalah recall 2x24 jam. Metode recall ini sangat erat

hubungannya dengan kemampuan responden untuk mengingat kembali

(bias recall). Oleh karena itu, ketepatannya sangat tergantung pada daya

ingat responden. Selain itu, pengolahan data recall konsumsi pangan

dilakukan dengan menggunakan program perhitungan asupan zat gizi

yang memiliki kelemahan antara lain, tidak semua jenis makanan yang

dikonsumsi oleh anak bisa dianalisis dengan program tersebut. Hal yang

bisa dilakukan adalah mencoba memperkirakan kandungan zat gizi


dengan makanan yang sejenis, sehingga hasil yang diperoleh bisa kurang

atau lebih dari nilai gizi yang sebenarnya.


83

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 110 anak di TK Al-

Amanah Kecamatan Sindang Jaya Kabupaten Tangerang tahun 2011 tentang

hubungan jenis kelamin anak, pendidikan dan pekerjaan ibu, tingkat

pendapatan orang tua, pengetahuan dan sikap ibu tentang gizi, jumlah anggota

keluarga, dan pantangan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Anak usia prasekolah di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya tahun 2011

sebagian besar (51,8%) memiliki kebiasaan makan buruk.

2. Anak usia prasekolah di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya tahun 2011

sebagian besar (61,8%) berjenis kelamin perempuan.

3. Anak usia prasekolah di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya tahun 2011

sebagian besar (57,3%) memiliki ibu berpendidikan tinggi.

4. Anak usia prasekolah di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya tahun 2011

sebagian besar (56,4%) memiliki ibu dengan status bekerja.

5. Anak usia prasekolah di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya tahun 2011

sebagian besar (70%) memiliki orang tua dengan pendapatan tinggi.

6. Anak usia prasekolah di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya tahun 2011

sebagian besar (56,4%) memiliki ibu dengan pengetahuan tentang gizi


cukup.

7. Anak usia prasekolah di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya tahun 2011

sebagian besar (64,5%) memiliki ibu dengan sikap positif.

8. Anak usia prasekolah di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya tahun 2011

sebagian besar (59,1%) memiliki anggota keluarga dengan jumlah kecil.

9. Anak usia prasekolah di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya tahun 2011

sebagian besar (56,4%) tidak memiliki pantangan terhadap makanan.

10. Tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin anak dengan kebiasaan

makan anak dengan Pvalue 0,328 (p > 0,05).

11. Tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kebiasaan

makan anak dengan Pvalue 0,567 (p > 0,05).

12. Tidak terdapat hubungan antara pekerjaan ibu dengan kebiasaan makan

anak dengan Pvalue 0,337 (p > 0,05).

13. Tidak terdapat hubungan antara pendapatan orang tua dengan kebiasaan

makan anak dengan Pvalue 0,145 (p > 0,05).

14. Tidak terdapat hubungan antara sikap ibu tentang gizi dengan kebiasaan

makan anak dengan Pvalue 0,320 (p > 0,05).

15. Tidak terdapat hubungan antara pantangan dengan kebiasaan makan anak

dengan Pvalue 0,565 (p > 0,05).


85

16. Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan kebiasaan

makan anak dengan Pvalue 0,012 (p < 0,05).

17. Terdapat hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan kebiasaan

makan anak dengan Pvalue 0,034 (p < 0,05).

B. Saran

1. Bagi Ibu dari Anak TK

a. Memperkenalkan variasi makanan sejak dini pada anak

b. Memperhatikan pengeluaran (keuangan), terutama

pengeluaran untuk pangan

c. Bersikap tegas mengenai asupan makanan anak,

dengan memberikan pengertian kepada mereka akan

baik dan buruknya makanan yang akan dikonsumsi.

Sehingga akan berdampak baik pada kebiasaan makan

anak.

2. Bagi Taman Kanak-kanak

a. Mengadakan program penyediaan makanan yang bergizi sesuai

dengan kebutuhan anak.


3. Bagi Puskesmas/ Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang

a. Memberikan penyuluhan mengenai makanan bergizi

kepada anak TK, guna menurunkan prevalensi kebiasaan

makan buruk di TK Al-Amanah Kecamatan Sindang Jaya

Kabupaten Tangerang.

b. Sosialisai program pengaturan jarak kelahiran

c. Memberikan penyuluhan kepada ibu mengenai alergi

makanan pada anak

4. Bagi Peneliti lain

Kepada peneliti lainnya yang melakukan penelitian yang sama

diharapkan untuk menggunakan metode FFQ dalam pengambilan data

kebiasaan makan agar memperoleh hasil yang lebih maksimal.


87

DAFTAR PUSTAKA

Addy. 1996. Kesehatan anak 1-5 tahun. Jakarta: Arcan

Aditio, Ruli. 2010. Mengatasi Masalah Kebiasaan Makan yang Tidak Baik pada
Anak-anak. Diakses tanggal 31 Juni 2010 pukul 10.00 WIB dari
http://www.suaramerdeka.com
87

Admin. 2009. Kabupaten Tangerang Rekor Gizi Buruk. Diakses 7 Januari 2010 pukul
20.00 WIB dari http://www.tangerangkab.go.id

Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama

______________. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama

Apriadji, WH. 1986. Gizi Keluarga. Jakarta: Penebar Swadaya

Berg, A. 1986. Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: CV Rajawali

Depdikbud. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Depkes. 2003. Gizi dalam Angka. Direktorat Gizi Masyarakat. Jakarta


87

Fatmawati, Dewi. 2001. Hubungan antara Pengetahuan Gizi dengan Konsumsi


Sayuran pada Anak SDN 01 Ngesrep dan SDN 02 Ngesrep Semarang. . Diakses
tanggal 20 Juni 2010 pukul 10.00 WIB dari http://eprints.undip.ac.id
87

Harahap, Heryudarini. 2004. Masalah Gizi Mikro Utama dan Tumbuh Kembang Anak
di Indonesia. Diakses pada tanggal 14 Oktober 2010 pukul 09.26 WIB dari
http://docs.google.com

Hawadi, R.A. 2001. Psikologi Perkembangan Anak, Mengenal Sifat, Bakat, dan
Kemampuan Anak. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Herawati. 1998. Kebiasaan makan Anak Prasekolah Di Tk Negeri Pembina dan Tk


Islam Asy-Syakirin Jakarta Timur. UI
87

Hermina. 1997. Kecenderungan Konsumsi Makanan Modern pada Anak Prasekolah


di TK Islam Al Azhar Pusat dan TK Islam Mutia, Kec. Kebayoran Baru, Jakarta
Selatan. Diakses tanggal 20 Juni 2010 pukul 10.00 WIB dari
http://didilib.litbang.depkes.go.id

Khomsan, Ali. 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Bogor: Jurusan Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor

Khumaidi M. 1989. Gizi Masyarakat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,


Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan Pusat Antar Universitas Pangan dan
Gizi IPB, Bogor

Latifah, M. & D. Hastuti. 2004. Perkembangan Anak Usia Prasekolah. [Diktat] Mata
Kuliah Tumbuh Kembang Manusia yang tidak dipublikasikan. Bogor : Jurusan
gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakulatas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor

Luke, Barbara. 1984. Principles of Nutritin and Diet Therapy. Little brown and
Company, Boston

Markum, A.H. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Bagian Ilmu Kesehatan
Anak FKUI. Penerbit Rineka Cipta

[Mendikbud] Menteri Pendidikan dan kebudayaan. 1989. Undang-undang Republik


Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendididkan Nasional. Kantor
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta

Moehji, Sjahmien. 2002. Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Bhratara

Monks, F.J., A.M.P. Knoers, & S.R. Haditono. 1994. Psikologi Perkembangan.
Yogyakarta: UGM Press
87

Munawaroh, Lailatul. 2006. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu dan
Pola Makan Balita dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Kedungwuni II Kabupaten Pekalongan. Diakses tanggal 19 Juni 2010 pukul
21.00 WIB dari http://docs.google.com

Notoatmodjo, Soekidjo. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku


Kesehatan. Andi Offset, Yogyakarta

_________________. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rieneka Cipta

_________________. 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rieneka Cipta

Papilia D.E. & S.W. Olds. 1987. Human Development 3th ed. USA: Mc-Hill
Publishing

Pudjiadi, Solihin. 1993. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Balai penerbit FKUI. Jakarta

Raditya, Karno. 2008. Posyandu dan Gizi Buruk di Indonesia. Diakses pada tanggal
11 oktober 2010 pukul 13.30 WIB dari http://kabarindonesia.com

Santoso dkk. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta

Sarwono, W. 2000. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang

Sediaoetama, A. D. 1993. Ilmu Gizi. Jakarta : Dian Rakyat

. 2006. Ilmu Gizi. Jakarta : Dian Rakyat

Senduk, S. 2000. Pengelolaan Keuangan Keluarga. Gramedia. Jakarta

Siswono. 2006. Tangerang Bentuk Tim Masalah Gizi. Diakses tanggal 22 Juni 2010
pukul 12.00 WIB dari http://www.gizi.net
87

Solikhah, aris. 2008. Menggugat Definisi Anak. Diakses pada tanggal 7 November
2010 pukul 13.00 WIB dari http://www.hizbut-tahrir.or.id

Suhardjo. 1989. Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak. Bogor : Pusat Antar
Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor

Suhardjo. 1989. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tingkat Pusat antar Universitas
Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor
87

Sunarwati, Titi. 2009. Prakti Pengasuhan dalam Menyiapkan Anak Berkualitas.


Diakses tangga 22 Juni 2010 pukul 10.00 WIB dari http://nurulfikri.sch.id

Supariasa, I Dewa Nyoman. 2002. Penilaina Status Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC

Susanto, 1995. Pengorganisasian Masyarakat Memperkenalkan Kebiasaan Makanan


yang Baik dalam Era Globalisasi. Dalam F.G Winarno, NL, Puspitasari F
Kusnandar (Eds) Prosiding W. N Khasiat makanan tradisional. Kantor menteri
negara urusan pangan. Jakarta
87

Sutikno, Sobri. 2009. Mewujudkan SDM yang Unggul. Diakses pada tanggal 11
Oktober 2010 pukul 13.40 WIB dari http://www.sobrycenter.com

Wahyuni, E. 2001. Cara Praktis Mengasuh dan Membimbing Anak, agar Menjadi
Cerdas dan Bahagia. Jakarta : Pionir Jaya

Wahyuningsih, U. 2004. Gambaran Kebiasaan Makan Pada Anak Usia Prasekolah


(4-6 Tahun) Di TK Patra II dan TK Al Wildan. UI
Widjaja, M.C. 2002. Gizi Tepat untuk Perkembangan Otak dan Kesehatan Balita.
Jakarta : Kawasan Pustaka

Widiyaningsih, Ratna. 2006. Hubungan antara Karakteristik Anak dan Orang tua
dengan Konsumsi Makan Pagi pada Anak Usia Pra Sekolah (4-6 Tahun) Di TK
Barunawati II Jakarta Barat Tahun 2006. UI

Yetty Nency dan Muhamad Thohar Arifin. 2006. Gizi Buruk, Ancaman Generasi
yang Hilang

You might also like