You are on page 1of 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT PES

1. Konsep Dasar Penyakit PES

a) Definisi

1. Penyakit PES adalah penyakit infeksi pada manusia dan hewan yang

disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis. Pes disebut juga penyakit sampar,

plague, atau black death. Penyakit ini ditularkan dari hewan pengerat

(terutama tikus) melalui perantara kutu (flea).

2. Penyakit PES merupakan penyakit zoonosa terutama hewan pengerat

biasanya tikus dan dapat ditularkan kepada manusia melalui perantara

kutu.

b) Etiologi

Disebabkan oleh kuman atau bakteri Yersinia Pestis

(Pasteurellapestis).Kuman ini berbentuk batang, ukuran 1,5-2 x 0,5-0,7

mikron, bipolar, pengecatan bersifat gram negatif.

Basil pes ini dapat dibunuh oleh sinar matahari, larutan karbol 1%

sublimate 1% dan susu kapur dapat membunuh basil ini dalam beberapa

menit, bila di atas tanah basil ini akan mati selama 24 jam.

Basil ini ditemukan oleh Kitasato dan Yersin di Hongkong pada tahun

1894. Setelah hasil itu (basil) diberi warna menurut Loefler terlihat, bahwa

pewarnan pada kedua ujungnya adalah lebih tebal, dan basil itu disebut

berkutub dua atau bipolar.

1
Vector dari penyakit pes ini adalah pinjal. Ada 4 jenis pinjal di

Indonesia yaitu Xenopsylla cheopis, Culex iritans, Neopsylla sondaica, dan

Stivalus cognatus.

c) Klasifikasi

Penyakit PES dapat di klasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

1) Bubonic plague: Masa inkubasi 2-7 hari. Gejalanya kelenjar getah

bening yang dekat dengan tempat gigitan binatang atau kutu yang

terinfeksi akan membengkak berisi cairan (disebut Bubo), terasa sakit

apabila ditekan, demam, pusing, menggigil, lemah, benjolan lunak

berisi cairan di di tonsil atau adenoid (amandel), limpa dan thymus.

Bubonic plague jarang menular pada orang lain.

2) Septicemic plague: Gejalanya demam, menggigil, pusing, lemah, sakit

pada perut, shock, pendarahan di bawah kulit atau organ-organ tubuh

lainnya, pembekuan darah pada saluran darah, tekanan darah rendah,

mual, muntah, organ tubuh tidak bekerja dengan baik. Tidak terdapat

benjolan pada penderita. Septicemic pes jarang menular pada orang

lain. Septicemic plague dapat juga disebabkan Bubonic plague dan

Pneumonic plague yang tidak diobati dengan benar.

3) Pneumonic plague : Masa inkubasi 1-3 hari. Gejalanya pneumonia

(radang paru-paru), napas pendek, sesak napas, batuk, sakit pada dada.

Ini adalah penyakit plague yang paling berbahaya dibandingkan jenis

lainnya. Pneumonic plague menular lewat udara, bisa juga merupakan

2
infeksi sekunder akibat Bubonic plague dan Septicemic plague yang

tidak diobati dengan benar.

d) Gejala Klinis

Gejala klinis dari penyakit PES dibagi menjadi tiga berdasarkan

Klasifikasinya:

1) Pes tipe kelenjar getah bening (bubonik)

Pes tipe ini paling sering ditemui (75% dari semua kasus pes).

Demam merupakan gejala awal, suhu dapat mencapai 41oC, disertai

gejala lain seperti nyeri otot, nyeri sendi, nyeri kepala, dan lemas.

Segera setelah gejala awal (umumnya dalam 24 jam), pasien merasakan

nyeri dan pembengkakan pada kelenjar getah bening.

Gejala khas pada tipe ini adalah adanya pembesaran kelenjar

getah bening (diameter 2-10 cm) yang bengkak dan merah. Kelenjar

getah bening yang paling sering terkena adalah kelenjar di

selangkangan karena gigitan kutu lebih sering terjadi di kaki. Pada

anak, dapat ditemui pembesaran kelenjar getah bening di ketiak atau

leher. Daerah pembengkakan berwarna merah, tegang, dan teraba

hangat.

Seiring waktu, pembesaran getah bening ini bisa berisi nanah

yang mengandung bakteri Y. pestis, nanah ini dapat mengalir ke luar

secara spontan. Di sekitar pembengkakan terkadang dapat ditemui

bekas gigitan kutu berupa tonjolan merah, luka dalam, atau seperti bisul

yang disertai jaringan mati berwarna kehitaman (pes kutaneus).

3
Bakteri penyebab pes dapat menghasilkan racun (toksin) yang

menyebar ke seluruh tubuh, sehingga jika penderita tidak diobati

dengan baik dapat terjadi komplikasi lanjut. Komplikasi ini dapat

berupa perdarahan di saluran napas, saluran pencernaan, saluran

kencing, dan rongga-rongga tubuh, penurunan kesadaran sampai koma,

kejang, kegagalan aliran darah dan kegagalan organ sampai kematian.

Pes bubonik yang sampai ke otak dan menyebabkan radang

selaput otak disebut pes meningitis, dengan gejala sakit kepala, kejang,

kaku leher, dan koma. Pes tipe bubonik umumnya menyebabkan gejala

berat, namun terdapat juga pes bubonik ringan yang disebut pes minor.

2) Pes tipe infeksi luas (septikemia)

Bakteri pada saluran getah bening dapat sampai ke aliran darah

dan menyebar ke seluruh tubuh. Pada tipe septikemia, tidak terdapat

pembesaran kelenjar getah bening. Gejala timbul dalam waktu sangat

singkat, berupa demam, pucat, lemah, bingung, penurunan kesadaran

hingga koma. Racun yang dihasilkan oleh bakteri dapat menyebabkan

gumpalan darah kecil-kecil di seluruh tubuh sehingga menyebabkan

hambatan aliran darah.

Tidak adanya aliran darah menyebabkan kematian jaringan

(gangrene) yang ditandai dengan warna kehitaman. Gumpalan darah ini

menghabiskan bahan-bahan pembeku darah sehingga terjadi perdarahan

di berbagai tempat, seperti perdarahan kulit yang tampak seperti bintik-

bintik merah keunguan, batuk darah, buang air besar disertai darah,

4
serta muntah darah. Jika tidak diobati, pes tipe ini fatal. Penderita dapat

meninggal dunia pada hari pertama sampai ketiga setelah timbulnya

demam.

3) Pes tipe paru – paru (pneumonik)

Pada pes tipe ini, bakteri terutama menginfeksi paru. Infeksi

pada paru dapat terjadi secara primer akibat penularan dari udara atau

titik-titik air liur (droplet) penderita lain atau secara sekunder dari

penyebaran bakteri melalui aliran darah pada tipe bubonik. Gejala tipe

ini adalah kelemahan, nyeri kepala, demam, batuk dan sesak napas.

Batuk umumnya berdahak cair dan disertai darah. Sejak awal dapat

terjadi penurunan kesadaran dan penderita dapat meninggal pada hari

keempat sampai kelima setelah gejala pertama timbul jika tidak diobati.

e) Patofisiologi

Pes adalah infeksi dari sistem limfatik, biasanya dihasilkan dari

gigitan kutu yang terinfeksi, Xenopsylla cheopis (kutu tikus). Para kutu

sering ditemukan pada hewan pengerat seperti tikus, dan mencari mangsa

binatang pengerat lainnya ketika tuan mereka mati. Bakteri membentuk

agregat dalam usus dari kutu yang terinfeksi dan hasil ini di loak muntah

darah tertelan, yang sekarang terinfeksi ke situs gigitan hewan pengerat atau

host manusia. Setelah didirikan, bakteri cepat menyebar ke kelenjar limfe

dan berkembang biak. Y.pestis basil bisa menahan fagositosis dan bahkan

mereproduksi dalam fagosit dan membunuh mereka.

5
Sebagai penyakit berlangsung, kelenjar getah bening

dapat perdarahan dan menjadi bengkak dan nekrotik . Pes dapat berkembang

menjadi mematikan septikemia dalam beberapa kasus. Wabah ini juga

diketahui menyebar ke paru-paru dan menjadi penyakit yang dikenal sebagai

wabah pneumonia. Bentuk penyakit ini sangat menular karena bakteri dapat

ditularkan dalam tetesan dikeluarkan saat batuk atau bersin, serta kontak

fisik dengan korban wabah tikus atau kutu yang membawa wabah.

Vektor pes adalah pinjal, di Indonesia saat ini ada 4 jenis pinjal yaitu:

Xenopsylla cheopis, Culex iritans, Neopsylla sondaica, dan Stivalus

cognatus. Reservoir utama dari penyakit pes adalah hewan-hewan rodent

(tikus, kelinci).

Secara alamiah penyakit pes dapat bertahan atau terpelihara pada

rodent. Kuman-kuman pes yang terdapat di dalam darah tikus sakit, dapat

ditularkan ke hewan lain atau manusia, apabila ada pinjal yang menghisap

darah tikus yang mengandung kuman pes tadi, dan kuman-kuman tersebut

akan dipindahkan ke hewan tikus lain atau manusia dengan cara yang sama

yaitu melalui gigitan. Pada penularan pes melalui gigitan pinjal akan

mengakibatkan pes bubo. Pes bubo dapat berlanjut menjadi pes paru-paru

(sekunder pes).

Bila pinjal menggigit hewan pengerat yang terinfeksi dengan Y.

pestis, organisme yang termakan akan berkembang biak dalam usus pinjal

itu dan dibantu oleh koagulase menyumbat proventrikulusnya sehingga tidak

ada makanan yang dapat lewat. Karena itu, pinjal lapar dan ususnya

6
tersumbat sehingga akan menggigit dengan ganas dan darah yang dihisapnya

terkontaminasi Y. pestis dari pinjal, darah itu dimuntahkan dalam luka

gigitan. Organisme yang diinokulasi dapat difagositosis, tetapi bakteri ini

dapat berkembang biak secara intra sel atau ekstra sel. Y. pestis dengan

cepat mencapai saluran getah bening, dan terjadi radang haemorrogic yang

hebat dan kelenjar-kelenjar getah bening yang membesar, yang dapat

mengalami nekrosis. Meskipun infasinya dapat berhenti di situ Y. pestis

sering mencapai ke aliran darah dan tersebar luas.

Pinjal merupakan salah satu parasit yang paling sering ditemui pada

hewan kesayangan baik anjing maupun kucing. Meskipun ukurannya yang

kecil dan kadang tidak disadari pemilik hewan karena tidak menyebabkan

gangguan kesehatan hewan yang serius, namun perlu diperhatikan bahwa

dalam jumlah besar kutu dapat mengakibatkan kerusakan kulit yang parah

bahkan menjadi vektor pembawa penyakit tertentu.

Pinjal yang biasa dikenal kutu loncat atau fleas ada 2 jenis, yaitu kutu

loncat pada anjing dan kucing, namun di lapangan lebih sering ditemukan

kutu loncat kucing yang juga dapat berpindah dan berkembang biak pada

anjing. Y. pestis awalnya menginfeksi dan menyebar ke hewan pengerat

rumah (misalnya tikus) dan hewan lain (misalnya kucing), dan manusia

dapat terinfeksi karena gigitan pinjal atau dengan kontak. Vektor pes yang

paling lazim adalah pinjal tikus (Xenopsylla cheopis), tetapi pinjal lain dapat

juga menularkan infeksi.

7
f) Web Of Caution

Bakteri atau kuman


Yersinia Pestis

Tikus, kelinci,
kucing, anjing yang
menderita PES

Digigit oleh kutu


Droplet penderita (Xenopsylla cheopis,Culex Penanganan bangkai
iritans, Neopsylla
PES sondaica,dan Stivalus hewan penderita PES
cognatus).

Masuk melalui
Manusia
saluran pernafasan

Loak muntah darah


Paru-paru tertelan oleh kutu

Terjadi proses
Kuman masuk
inflamasi pada paru
kedalam tubuh
manusia
Peningkatan
produksi sekret

Kelenjar getah Aliran darah


Batuk dan sesak
bening
nafas
Kuman
Reaksi menghasilkan
Ketidak efektifan
peradangan racun
pola nafas
KGB

Gumpalan darah
kecil-kecil
Nyeri Hipertermi Intoleransi diseluruh tubuh
aktifitas

Kelemahan

8
g) Cara Penularan

Berikut ini adalah cara-cara penularan plague pada manusia:

1) Gigitan oleh kutu.

2) Paparan terhadap manusia dengan sampar pneumonic.

3) Penanganan bangkai terinfeksi.

4) Goresan atau gigitan dari kucing domestik yang terinfeksi.

5) Paparan aerosol mengandung basil penyebab pes.

h) Pemeriksaan diagnostik

1) Keluhan pokok

a. Nyeri di daerah inguinal.

b.Demam tiba-tiba, kadang-kadang sampai delirium.

c. Mialgi berat.

d.Menggigil.

e. Ada riwayat terpapar tikus.

2) Tanda penting

a. Bentuk bubonic: Bubo atau pembesaran kelenjar limfe terutama daerah

inguinal dan femoral.

b.Bentuk septikemik: Pucat, lemah sampai koma.

c. Bentuk pneumonik: batuk-batuk, sesak nafas dengan sputum yang cair.

d.Bentuk meningeal: Sefalgi, Kaku kuduk, Kejang sampai koma.

i) Pemeriksaan penunjang

1) Hapusan aspirat bubo ditemukan basil Gram negatif.

2) Titer antibody.

9
3) Lekosistosis sampai memberi gambaran reaksi lekomoid (100.000/mm3)

j) Komplikasi

1) Meningitis

k) Penatalaksanaan

Upaya pengobatan terhadap penderita penyakit pes, baik yang

menularkan maupun yang tertular adalah sebagai berukut:

1) Untuk tersangka pes

a. Tetracycline 4x250 mg biberikan selama 5 hari berturut-turut atau

Cholamphenicol 4x250 mg diberikan selama 5 hari berturut-turut.

2) Untuk Penderita Pes

a. Streptomycine dengan dosis 3 gram/hari (IM) selama 2 hari berturut-

turut, kemudian dosis dikurangi menjadi 2 garam/hari selama 5 hari

berturut-turut. Setelah panas hilang, dilanjutkan dengan pemberian:

Tetracycline 4-6 gram/hari selama 2 hari berturut-turut, kemudian

dosis diturunkan menjadi 2 gram/hari selama 5 hari berturut-turut atau

Chloramphenicol 6-8 gram/hari selama 5 hari berturut –turut,

kemudian dosis diturunkan menjadi 2 gram/hari selama 5 hari berturut-

turut.

3) Untuk pencegahan terutama ditujukan pada: Penduduk yang kontak

(serumah) dengan penderita pes bubo dan Seluruh penduduk desa jika ada

penderita pes paru.

10
l) Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pasien PES

a) Pengkajian

1. Data Perawatan

Pada pengkajian hal-hal yang perlu di kaji meliputi: Identitas pasien

dan identitas penanggung jawab pasien (Nama, umur, jenis kelamin,

agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, status marital, alamat dan

tanggal masuk RS), Alasan dirawat (Keluhan utama, riwayat penyakit

sekrang, riwayat penyakit dahulu, riwayat keluarga dan riwayat alergi

terhadap obat), Kebutuhan dasar pasien (bernafas, nutrisi, eleminasi, tidur

gerak dan keseimbangan tubuh, kebutuhan berpakaian, temperature tubuh

dan sirkulasi, personal hygiene, rasa aman dan nyaman, berkomunikasi,

kebutuhan spiritual, kebutuhan bekerja, bermain dan berekreasi, kebutuhan

belajar), Data pemeriksaan fisik ( keadaan umum dan hasil pemeriksaan

fisik dari ujung kepala sampai ujung kaki), Pemerisaan penunjang, terapi

medis, Dari data yang sudah terkumpul baru kita analisa sehingga di

dapatkan data subyektif dan obyektif, dari DO dan DS dirumuskan

masalah, kemudian dari rumusan masalah dibuatlah diagnose

keperawatannya.

2. Diagnosa Keperawatan

1) Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan penumpukan secret

dan hipoventilasi.

2) Nyeri berhubungan dengan proses peradangan pada kelenjar getah

bening.

11
3) Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan pada kelenjar getah

bening.

4) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan dan pembengkakan

kelenjar getah bening pada paha.

b) Perencanaan

Dx.
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Ketidak Setelah 1. Memberi posisi 1. Untuk
efektifan pola dilakukan yang nyaman. mempertahankan
nafas asuhan jalan nafas.
berhubungan keperawatan 2. Ajarkan cara 2. Untuk
dengan selama 1x24 batuk efektif. mengeluarkan
penumpukan jam, diharapkan dahak atau
secret dan pasien dapat secret.
hipoventilasi. bernafas
normal. Dengan 3. Gunakan alat 3. Untuk
kriteria hasil: bantu suction mengeluarkan
1. Pasien tidak jika perlu. secret jika tidak
nampak sesak bisa dengan cara
saat bernafas. batuk efektif.

4. Kolaborasi 4. Untuk
dengan dokter pengobatan yang
tentang terapi tepat.
yang di berikan.
5.
2 Nyeri Setelah 1.Kaji sekala 1.Untuk mengetahui
berhubungan dilakukan nyeri. skala nyeri dan
dengan proses asuhan menentukan

12
peradangan pada keperawatan penanganan
kelenjar getah selama 2x24 selanjutnya.
bening. jam, diharapkan 2.Ajarkan teknik 2.Untuk
nyeri pasien relaksasi nafas mengurangi dan
dapat teratasi. dalam dan mengalihkan rasa
Dengan kriteria distraksi nyeri. nyeri.
hasil: 3.Kolaborasi 3.Untuk kepastian
1. Pasien tidak dengan dokter terapi obat
terlihat terkait analgesik.
kesakitan pemberian
ketika analgesik.
bergerak atau
berjalan.
2. Pasien tidak
menguluh
nyeri lagi.

3 Hipertermi Setelah 1.Kompres 1.Untuk


dilakukan hangat. menurunkan
berhubungan
asuhan suhu tubuh
dengan proses
keperawatan secara bertahap..
peradangan pada selama 1x24 2.Kolaborasi 2.Untuk ketepatan
jam, diharapkan dengan tim dosis.
kelenjar getah
suhu tubuh medis lain
bening.
pasien untuk terapi
menurun. obat antiperitik.
Dengan kriteria
hasil:
1.Suhu tubuh
tidak lebih dari
37,50C.

13
2.Pasien tidak
menunjukan
gejala
menggigil.

4 Intoleransi Setelah 1.Bantu pasien 1.Untuk


aktifitas dilakukan dalam bergerak memperingan
berhubungan asuhan ringan. beban.
dengan keperawatan 2.Ajarkan pasien 2.Untuk mencegah
kelemahan dan selama 3x24 untuk kekakuan sendi
pembengkakan jam, diharapkan melakukan atau dekubitus.
kelenjar getah pasien mampu mobilisasi di
bening pada melakukan tempat tidur.
paha. mobilisasi.
Dengan kriteria
hasil:
1. Pasien mampu
bergerak tanpa
rasa kesakitan.

c) Implementasi

Melaksanakan atau mengimplementasikan apa yang telah

direncanakan atau yang telah di rumuskan dalam intervensi.

d) Evaluasi

1) Pola pernafasan pasien kembali normal atau tidak.

2) Nyeri pasien dapat teratasi atau tidak.

3) Hipertermi dapat teratasi atau tidak.

4) Intoleransi aktifitas ada perubahan atau tidak.

14

You might also like