Professional Documents
Culture Documents
Jadi, materialitas adalah besarnya salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan
pemakai informasi. Standar auditing seksi 312 “Risiko audit dan materialitas
dalam pelaksaan audit” mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan
materialitas dalam :
a. Perencanaan audit
b. Pengevaluasian akhir apakah laporan keuangan secara keseluruhan
disajikan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang berterima umum.
Dalam standar audit, disebutkan bahwa materialitas dan risiko audit perlu
dipertimbangkan sepanjang pelaksanaan audit, khususnya pada saat :
a. Mengindentifikasi dan menilai salah saji material
b. Menentukan sifat, saat, dan luas prosedur audit
c. Mengevaluasi dampak kesalahan penyajian terhadap laporan
keuangan
d. Merumuskan opini audit.
Mengevaluasi Hasil
Dari kelima langkah diatas, tampak bahwa dua tahap pertama dalam penerapan
Terkait dengan tingkat materialitas, pada dasarnya tidak ada jawaban yang
pasti mengenai berapa besarnya jumlah salah saji yang berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan pengguna laporan keuangan. Pengalaman auditor akan
sangat berpengaruh terhadap penentuan jumlah yang dipandang material sesuai
dengan keadaan yang dihadapi
karena sifatnya yang relative maka tingkat materialitas dapat berubah. Selama
pelaksanaan audit, tingkat materialitas bisa berubah-ubah karena:
yaitu :
Salah saji dapat dianggap material bagi sebuah perusahaan kecil, namun tidak
material bagi perusahaan lain yang lebih besar. Oleh karena itu, tidaklah mungkin
untuk membuat suatu pedoman jumlah rupiah untuk menetapkan kebijakan awal
materialitas yang akan berlaku umum bagi semua klien audit. Sebagai conto, salah
saji sebesar Rp 1 Milyar akan dipandang sangat material bagi perusahaan yang
memiliki total aset sebesar Rp 50 milyar dan laba bersih kurang dari Rp 7 milyar.
Namun jumlah salah saji tersebut tidaklah dipandang material bagi perusahaan
multi-nasional yang memiliki laba bersih trilyun rupiah.
Diperlukan dasar tertentu untuk mengevaluasi materialitas
Faktor kuantitatif
Pada saat ini baik standar akuntansi maupun standar auditing berisi pedoman
resmi mengenai pengukuran kuantitatif dari materialitas. Berikut adalah gambaran
mengenai beberapa pedoman yang digunakan dalam praktik.
5% hingga 10% dari laba bersih sebelum pajak (10% untuk laba yang
lebih kecil, 5% untuk laba yang lebih besar)
0,5% hingga 1% dari total aktiva
1 % dari Ekuitas
0,5% hingga 1% dari pendapatan kotor
Suatu persentase variable berdasarkan mana yang lebih besar antara total
aktiva atau total pendapatan
Faktor kualitatif
Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji maksimum yang
boleh ada dalam saldo akun sehingga belum atau tidak dipertimbangkan sebagai
salah saji material. Ada hubungan erat antara tolerable misstatement dengan
materialitas pada tingkat laporan keuangan. Akun-akun yang secara individual
tidak material, bila diakumulasikan dapat menjadi material secara kumulatif pada
tingkat laporan keuangan.